Anda di halaman 1dari 5

Nama : Priagung Khusumanegara

NPM

: 1006661084

Tugas : Kesenian Jawa


Dosen : Karsono Hardjosaputra S.S., M.Hum.

Pertunjukan Ketoprak DoKar FIB UI


(PANJI KUDA WANENGPATI)
---------Pada hari Kamis tanggal 28 November 2013 diadakan pertunjukan Ketoprak DoKar FIB
UI yang berjudul Panji Kuda Wanengpati. Akronim DoKar adalah bentukan dari kata dosen
dan karyawan dan selama ini lazim dipakai dalam kegiatan olahraga yang anggota kotingennya
terdiri dari tenaga pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan (lazim disebut karyawan). Istilah itu
menjadi popular dan terasa unik. Pertunjukan ini diselenggarakan di Gedung IX lantai 1 Fakultas
Ilmu Budaya UI, Depok. Pertunjukan ini dihadiri oleh beberapa kalangan, antara lain dari
kalangan dosen, karyawan, maupun mahasiswa baik dari lingkungan FIB maupun dari
lingkungan di luar FIB. Di ruang pertunjukan terdapat panggung dan tempat duduk penonton.
Panggung yang terdapat pada ruang pertunjukan telah dihias oleh beberapa hiasan yang
menggambarkan suasana pertunjukan yang akan dimainkan dan juga terdapat beberapa alat
musik gamelan serta beberapa alat pendukung pertunjukan lainnya. Suasana panggung sebelum
pertunjukan adalah sebagi berikut :

Gambar 1 : Suasana panggung sebelum pertunjukkan dimulai

Pada bagian atas panggung terdapat beberapa lampu yang akan digunakan untuk
membantu dalam pertunjukan yang akan di gelar. Tepat pukul 14.30 WIB pertunjukan pun
dimulai di atas panggung. Para permain gamelan memasuki panggung dan masing-masing
pemain duduk di belakang alat musik yang akan dimainkan. Pembukaan dari pertunjukan
ketoprak ini dimulai dengan permainan musik gamelan. Setelah itu para pemain memasuki
panggung satu per satu diiringi dengan musik gamelan. Kemudian salah seorang dari pemain
membuka acara pertunjukan ketoprak dengan beberapa kata pembukaan tentang pertunjukan
ketoprak yang akan dimainkan. Kemudian dimulailah pertunjukan ketropak tesebut.

Gambar 2 : Pertunjukan ketoprak DoKar FIB UI dimulai

Awal cerita di mulai dari kesepakatan perjodohan yang dilakukan oleh Raja Jenggala dan
Raja Panjalu untuk menikahkan anak-anak mereka. Raja Jenggala dikaruniai seorang putera
yang bernama Raden Inu Kertapati, sedangkan Raja Panjalu memperoleh seorang putri yang
bernama Dewi Sekartaji. Ketika kedua anak itu sudah besar dan cukup umur untuk dinikahkan,
maka kedua raja itu hendak menunaikan janji mereka yang telah meraka buat. Namun, sebelum
pernikahan dilakukan, Raden Inu Kertapati terpaut hati dengan Dewi Angreni yang merupakan
anak dari Patih Janggala. Raden Inu Kertapasti bersikeras untuk menikahi Dewi Angreni. Hal
tersebut membuat Raja Panjalu menjadi murka karena Raja Jenggala telah melanggar janji yang
telah dibuat. Persoalan terselesaikan dengan kehadiran dari Dewi Kili yang merupakan kakak
tertua dari kedua raja tersebut. Dewi Kili mengemukakan makna perkawinan Raden Inu Kertapati
dengan Dewi Angreni. Namun, Raja Jangala tidak tinggal diam dan ia berencana untuk

memisahkan Dewi Angreni dengan Raden Inu Kertapati agar perjanjian perjodohan tetap dapat
ditunaikan.
Raja Janggala menyusun rencana yang harus dilaksanakan oleh Brajanata untuk
membunuh Dewi Angreni. Kemudian Brajanata melaksanakan tugas tersebut dengan membawa
Dewi Angreni kedalam hutan, di dalam hutan tersebut Brajanata mengutarakan tujuan dari
membawa Dewi Angreni ke dalam hutan, kemudian disitulah Dewi Angreni menusukkan dirinya
ke keris yang dipegang oleh Brajanata karena dia merasa ini merupakan takdir yang telah
ditentukan oleh Dewa. Ketika Raden Inu mengetahui bahwa isterinya sudah tewas, ia pun
terguncang jiwanya dan membawa kepahitan diri ke hutan.
Di dalam hutan, Raden Inu Ketapati bersama Juru Deh, Punta, Prasanta, Bawor, dan
Dewi Onengan menjadi segerombolan perampok yang ditakuti di kawasan Janggala-Panjalu.
Mereka menamai gerombolannya Panji Kudawanengpati. Tersebutlah Gajah Agul-Agul, yaitu
seorang Raja Angkara yang mendengar kecantikan Dewi Sekartaji dan ia sangat ingin
mempersunting Putri Panjalu itu. Untuk menunaikan niatnya mempersunting Dewi Sekartaji, ia
pun menyerang Panjalu. Karena kesaktiannya yang luar biasa, tidak ada satu pun patih dan
prajurit yang mampu menandingi kesaktian Gajah Agul-Agul dan pasukannya. Hal ini terdengar
juga oleh Raja Panjalu yang di sampaikan oleh salah seorang patih. Kemudian Raja Panjalu
mengambil tindakan untuk mengalahkan Gajah Agul-Agul, yaitu dengan meminta bantuan Panji
Kudawanengpati untuk membunuh Gajah Agul-Agul. Kemudian salah seorang suruhan Raja
Panjalu menemui Panji Kudawanengpati untuk meminta bantuan, yang kemudian permintaan
tersebut di setujui oleh Panji Kudawanengpati.
Pertempuran pun tak terhindarkan dan akhirnya Gajah Agul-Agul pun tewas di tangan
Panji Kudawanengpati di tengah pertempuran. Atas kemenangannya itu, Panji Kudawanengpati
kemudian hendak dinikahkan oleh Dewi Sekartaji. Dewi Onengan memberi kabar bahwa Dewi
Sekartaji sangat mirip dengan Dewi Angreni kepada Panji Kudawanengpati, akan tetapi Panji
Kudawanengpati tidak percaya dengan kabar tersebut. Oleh karena itu Panji Kudawanengpati
pun mencoba melihat sendiri apakah benar kabar yang telah disampaikan oleh Dewi Onengan.
Setelah melihat sendiri sosok Dewi Sekartaji, maka barulah Panji Kudawanengpati percaya
bahwa sosok Dewi Sekartaji sangat mirip sekali dengan Dewi Angreni.

Kemudian pernikahan antara Dewi Sekartaji dengan Panji Kudawanengpati pun terjadi,
Hal ini membuat murka Raja Jenggala dan ia pun mengutus Brajanata untuk menagih janji Raja
Panjalu. Kemudian Brajanata dan pasukannya berhadapan dengan gerombolan Panji
Kudawanengpati. Pada saat bertarung terbongkarlah bahwa sebenarnya Panji Kudawanengpati
adalah Raden Inu Kertapati, kemudian pertarungan dihentikan dan kedua belah pihak akhirnya
berdamai. Pernikahan antara Panji Kudawanengpati yang sebenarnya adalah Raden Inu
Kertapati dari Jenggala dengan Dewi Sekartaji dari Panjalu pun direstui oleh kedua belah pihak
dan berakhir dengan indah dan bahagia.
Diakhir cerita narator menutup acara dengan menceritakan akhir kisah yang bahagia
antara pihak Janggala dan Panjalu. Kemudain pertunjukan ketoprak pun selesai. Setelah itu
ujung acara pertunjukan para pemain memperkenalkan diri satu per satu. Susunan pemain dari
pertunjukan ketoprak ini antara lain :
Pemain :
Raden Inu Kertapati / Panji Kudawanegpati

: Hendra Kaprisma

Dewi Angreni / Dewi Sekartaji

: L.G. Saraswati

Brajanata

: Agus Aris Munandar

Raja Jenggala

: Munawar Holil

Permaisuri Jenggala

: Lily Tjahjandari

Raja Panjalu

: Sunu Wasono

Permaisuri Panjalu

: Turita Indah Setyani

Dewi Kili / Rara Sucian

: Rahadjeng Pulungsari

Dewi Onengan / Ragil Kuning

: Agni Malagina

Ken Bayan / Ken Sangit

: Selu Margaretha K

Juru Deh

: Yahya Andi Saputra

Punta

: Budi Santoso

Prasanta

: Usman

Patih Panjalu

: Ali Sonhadj

Gajah Agul-Agul

: Albert Roring

Raja Bali

: I Made Suparta

Raja Banyuwangi

:Pangulu Saat Sudarta

Raja Pasuruan / Bawor

: Kadri

Putri Banyuwangi

: Dhiasyifa N. Fajrin

Putri Bali / Penari

: Silva Tenrisara

Putri Pasuruan / Penari

: Ani Nuraini Syahara

Putri Lumajang / Penari

: Reynata Bayu

Betara Narada

: Untung Yuwono

Narator

: Sri Munawarah

Prajurit Gajah Agul-Agul / Janggala

: Abdul Khoir, Akbar Keimas, Leonardi Lawono,


R. Alika, Agung M.F. Ridski, Saprudin

Pengawal / Prajurit

: Tugimo, Endang Suhaidi

Diakhir acara sutradara / penulis naskah dalam lakon ini yaitu Yoesoev diberikan
penghargaan berupa bunga dari para pemain yang bermain pada pertunjukan ini. Akhirnya acara
pun ditutup dan para pemain dan penonton meninggalkan ruangan pertunjukan. Acara ditutup
pada pukul 16.30 WIB. Hikmah yang dapat saya ambil dalam lakon ini adalah bahwa
sesungguhnya cinta sejati tidak akan dapat dipisahkan oleh apapun karena semua itu adalah
takdir yang sudah ditentukan dalam kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai