Tesis Kualitas Air. Unud Bali
Tesis Kualitas Air. Unud Bali
BAB I
PENDAHULUAN
sungai. Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara alamiah.
Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi dan bahan baku air
minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Sungai merupakan suatu bentuk
ekositem aquatic yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan
berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah di
sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik
yang dimiliki oleh lingkungan di sekitarnya.
Sungai juga merupakan tempat yang mudah dan praktis untuk
pembuangan limbah, baik padat maupun cair, sebagai hasil dari kegiatan rumah
tangga, industri rumah tangga, garmen, peternakan, perbengkelan, dan usahausaha lainnya. Dengan adanya pembuangan berbagai jenis limbah dan sampah
yang mengandung beraneka ragam jenis bahan pencemar ke badan-badan
perairan, baik yang dapat terurai maupun yang tidak dapat terurai akan
menyebabkan semakin berat beban yang diterima oleh sungai tersebut. Jika
beban yang diterima oleh sungai tersebut melampaui ambang batas yang
ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai tersebut dikatakan tercemar, baik
secara fisik, kimia, maupun biologi.
Status Lingkungan Hidup Provinsi Bali Tahun 2009 menyebutkan bahwa
sepuluh sungai di Provinsi Bali telah mengalami penurunan kualitas, karena
terkontaminasi limbah. Kesepuluh sungai yang terkena limbah tersebut, antara
lain Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Ayung, Tukad Jinah, Tukad Pakerisan,
Tukad Unda, Tukad Sangsang, Tukad Saba, Tukad Bubuh, dan Tukad Yeh Sungi.
Sungai tersebut masih digunakan sebagai tempat untuk mandi dan kebutuhan lain.
1.
pada hulu,
3.
Bagaimana kualitas air Tukad Yeh Sungi secara fisik, kimia, dan
biologi ?
3.
4.
Mengetahui kualitas air pada Tukad Yeh Sungi secara fisik, kimia, dan
biologi.
2.
3.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat
penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan
kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama
pembangunan (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2010).
Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara
berlimpah-limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi
keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendi,
2003). Dari sekitar 1.386 juta km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 km3
(97,39%) berada di samudera atau lautan dan hanya sekitar 35 juta km3 (25,53%)
berupa air tawar di daratan dan sisanya dalam bentuk gas/uap. Jumlah air tawar
tersebut sebagian besar (69%) berupa gumpalan es dan glasier yang terperangkap
di daerah kutub, sekitar 30% berupa air tanah dan hanya sekitar 1% terdapat
dalam sungai, danau dan waduk (Suripin, 2002). Kuantitas air di alam ini
jumlahnya relatif tetap namun kualitasnya semakin lama semakin menurun.
Kuantitas/jumlah air umumnya dipengaruhi oleh lingkungan fisik daerah seperti
curah hujan, topografi dan jenis batuan sedangkan kualitas air sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk dan kepadatan sosial (Hadi
dan Purnomo, 1996 dalam Lutfi, 2006). Air yang memadai bagi konsumsi
manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada (Effendi, 2003).
Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan
bumi dibandingkan habitat laut dan daratan namun habitat ini mempunyai
kepentingan bagi manusia yang jauh lebih berarti karena habitat air tawar
merupakan sumber air yang praktis dan murah untuk berbagai keperluan, baik
rumah tangga, domestik, maupun industri. Selain itu ekosistem air tawar
menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah (Odum, 1996).
2.2
tempat berlangsungnya proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosialekonomi dan budaya masyarakat yang kompleks. Proses-proses biofisik
hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi
atau yang dikenal sebagai siklus air. Kegiatan sosial-ekonomi dan budaya
masyarakat merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sistem alami DAS,
seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin
meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang
disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang membawa akibat pada
perubahan kondisi tata air DAS.
Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan
kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air seringkali mengarah pada kondisi yang kurang
diinginkan, yaitu peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan produktivitas
lahan, dan percepatan degradasi lahan. Hasil akhir perubahan ini tidak hanya
berdampak nyata secara biofisik berupa peningkatan luas lahan kritis dan
penurunan daya dukung lahan, namun juga secara sosial ekonomi menyebabkan
masyarakat menjadi semakin kehilangan kemampuan untuk berusaha di lahannya.
Oleh karena itu ekosistem DAS perlu ditata pemanfaatannya agar dapat digunakan
untuk berbagai keperluan antara lain pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan,
peternakan, industri, pertambangan, pariwisata dan pemukiman (Bappedal Jateng,
2002).
Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 1,0 m/detik, serta
sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan),
jenis batuan dasar dan curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin
besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air
semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Sungai bagian hulu dicirikan
dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair
jernih dan mengalir cepat. Badan sungai bagian hilir umumnya lebih lebar,
tebingnya curam atau landai badan air dalam, keruh dan aliran air lambat
(Mulyanto, 2007). Menurut Newson (1997) sungai merupakan bagian lingkungan
yang paling cepat mengalami perubahan jika terdapat aktifitas manusia di
sekitarnya. Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang dari daerah
hulu atas, akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan luasnya daerah aliran
sungai, sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai (Odum,
1996).
Sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self
purification) dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadar
Kemampuan sungai
dalam memulihkan diri dari pencemaran tergantung pada ukuran sungai dan laju
aliran air sungai dan volume serta frekuensi limbah yang masuk (Lehler dalam
Miller, 1975).
Kemampuan sungai untuk memulihkan diri sendiri dari pencemaran
dipengaruhi oleh (1) laju aliran air sungai, (2) berkaitan dengan jenis bahan
pencemar yang masuk ke dalam badan air. Senyawa nonbiodegradable yang
dapat merusak kehidupan di dasar sungai, menyebabkan kematian ikan-ikan
secara masif, atau terjadi magnifikasi biologis pada rantai makanan (Lehler dalam
Miller, 1975).
2.3
Pencemaran
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak
10
(1969)
mengemukakan
bahwa
pencemaran
air
adalah
bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang
mempengaruhi kondisi perairan sehingga mengurangi atau merusak daya guna
perairan. Industri pertambangan dan energi mempunyai pengaruh besar terhadap
perubahan lingkungan karena mengubah sumber daya alam menjadi produk baru
dan menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan (Darsono, 1992).
Kumar (1977) berpendapat bahwa air dapat tercemar jika kualitas atau
komposisinya baik secara langsung atau tidak langsung berubah oleh aktivitas
manusia sehingga tidak lagi berfungsi sebagai air minum, keperluan rumah
tangga, pertanian, rekreasi atau maksud lain seperti sebelum terkena pencemaran.
Polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.
Ciri-ciri yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis dan
polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi (Sumengen, 1987).
11
12
Tabel 2.1
Jenis Pencemar dan Sumbernya
Sumber Tertentu (point
source)
Jenis Pencemar
Limbah
Domestik
Limbah
Industri
Limpasan
Daerah
Pertanian
Limpasan
Daerah
Perkotaan
2. Nutrien
3. Patogen
4. Sedimen
5. Garam-garam
8. Pencemaran panas
13
terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari
padanya berupa benda-benda padat yang terdiri dari zat organik dan an-organik.
Pelimbahan akan berbeda kekuatan dan komposisinya dari suatu kota ke kota
yang lain disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata dalam kebiasaankebiasaan masyarakat yang berbeda-beda, sifat makanan dan pemakaian air
perkapita. Tidak ada dua jenis sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada
kota-kota non industri, kebanyakan terdiri dari sampah domestik yang murni
(Mahida, 1986).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
2.4.4. Komponen Limbah Cair
Komponen limbah cair (Tchobanoglous and Eliassen dalam Soeparman,
2001) antara lain limbah cair domestik (domestic waste water), limbah cair
industri (industrial waste water), rembesan dan luapan (infiltration and inflow).
Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan,
perdagangan, perkantoran dan sarana sejenisnya. Limbah cair domestik
mengandung susunan senyawa organik, baik itu alami maupun sintetis. Senyawa
ini masuk ke dalam badan air sebagai hasil dari aktivitas manusia. Penyusun
14
Air Limbah
Bahan Padat (0,1 %)
An Organik
(30%)
Organik (70%)
Protein (65 %)
Butiran
Karbohidrat (25
%)
Lemak (10 %)
Garam
Metal
Gambar 2.1
15
16
b.
cair untuk menghantarkan arus listrik. Kemampuan ini tergantung keberadaan ion,
total konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu saat pengukuran.
Makin tinggi konduktivitas dalam air, air akan terasa payau sampai asin. (Mahida,
1986).
c.
Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS) dan Total Padatan
Terlarut (Total Dissolved Solid, TDS)
Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1989). Padatan yang
terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel Tabel
2.2.
Tabel 2.2
Klasifikasi Padatan di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter
Klasifikasi Padatan
Padatan terlarut
Koloid
Padatan tersuspensi
<10-3
<10-6
10-3 1
10-6 10-3
>1
>10-3
17
Padatan tersuspensi
yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama,
menghalangi dan mengurangi penentrasi cahaya ke dalam badan air, sehingga
mengahambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya.
Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti
ikan karena tersaring oleh insang.
Menurut Fardiaz (1992), padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi
cahaya ke dalam air.
analisis perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan.
Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu
pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat mengurangi nilai guna
perairan. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang
tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 m.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh
air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
d. Kekeruhan dan Kecerahan
18
19
20
21
menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air yang
telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari pada suhu 200C. Nilai BOD
yang tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air
limbah yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia adalah sebesar 30
ppm.
Kristianto (2002) menyatakan bahwa uji BOD mempunyai beberapa
kelemahan di antaranya adalah: (1) dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang
dikonsumsi oleh bahan-bahan organik atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang
disebut juga Intermediate Oxygen Demand, (2) uji BOD membutuhkan waktu
yang cukup lama, yaitu lima hari (3) uji BOD yang dilakukan selama lima hari
masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD, melainkan 68 % dari total
BOD, (4) uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air
tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil
uji BOD kurang teliti.
d. Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand, COD)
Effendi (2003) menggambarkan COD sebagai jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2 dan H2O.
Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai COD dianggap paling
baik dalam menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang dapat
didekomposisi secara biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji
COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
22
23
24
bagian yang paling dominan (97%) pada tinja manusia dan hewan (Effendi,
2003).
Alaerts dan Santika (1994) menyatakan bahwa Faecal coliform merupakan
bakteri petunjuk adanya pencemaran tinja yang paling efisien, karena Faecal
coliform hanya dan selalu terdapat dalam tinja manusia. Jika bakteri tersebut
terdapat dalam perairan maka dapat dikatakan perairan tersebut telah tercemar dan
tidak dapat dijadikan sebagai sumber air minum. Bakteri coliform lainnya berasal
dari hewan dan tanaman mati disebut dengan koliform non fecal.
2.5 Baku Mutu Lingkungan Hidup
Baku mutu lingkungan hidup didefinisikan sebagai ukuran batas atau
kadar mahluk hidup, zat energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009), sedangkan
baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat energi atau
komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam air .
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi
kelangsungan hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya,
sehingga dipandang perlu untuk melakukan upaya-upaya melestarikan fungsi air.
Upaya yang dilakukan adalah dengan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi
sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis yaitu dengan menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
25
Pencemaran Air. Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjaga agar
kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air
dilakukan untuk menjamin kualitas agar sesuai dengan baku mutu air melalui
upaya pencegahan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air
(Pemerintah Republik Indonesia, 2001).
Upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air yang dilakukan
oleh Pemerintah Provinsi Bali akibat makin meningkatnya kegiatan pembangunan
yang mengandung resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga
dapat mengancam kelangsungan hidupnya yang ditimbulkan oleh limbah yang
dibuang ke dalam media lingkungan hidup adalah dengan disusunnya Peraturan
Daerah tentang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
(Pemerintah Provinsi Bali, 2005). Tindak lanjut dari Peraturan Daerah maka
Pemerintah Provinsi Bali menyusun Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2007
tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup
yaitu sebagai dasar dalam penetapan kelas air di Provinsi Bali.
Arti penting baku mutu lingkungan adalah untuk mencegah terjadinya
pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan aktivitas
manusia, sebagai penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup serta untuk
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan.
2.6
atau kondisi baik pada suatu sumber air dalam waktu tertentu dengan
26
membandingkan terhadap baku mutu air yang ditetapkan. Banyak cara untuk
melakukan penilaian status mutu air pada suatu sumber air, yaitu diantaranya
yang disajikan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003 (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003), tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air, yaitu dengan Metoda Storet dan Metoda Indeks
Pencemaran.
Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat
memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan
air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas
jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Metode ini
menghubungkan tingkat pencemaran dengan dapat tidaknya air yang diperiksa
dipakai untuk penggunaan tertentu dengan nilai nilai parameter tertentu.
Prosedur penggunaan Metode Indeks Pencemaran (Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, 2003) adalah :
a) Memilih parameter menjadi tiga kelompok.
b) Menghitung harga Ci/Lij untuk tiap parameter pada setiap lokasi pengambilan
cuplikan
c) Menentukan nilai rata rata dan maksimum dari keseluruhan data, masingmasing dinyatakan sebagai (Ci/Lij) R dan Ci/Lij M
27
(Ci/Lij) 2M + (Ci/Lij) 2R
PIj =
Keterangan :
(Cij/Lij) R = konsentrasi parameter kualitas air rata - rata
(Cij/Lij) M = konsentrasi parameter kualitas air maksimum
Pij
= Indeks Pencemaran
0 PIj 1,0
tercemar ringan
tercemar sedang
tercemar berat
28
BAB III
KERANGKA BERFIKIR DAN KONSEP PENELITIAN
3.1
29
Pengukuran Ex Situ
(Laboratorium)
Pengambilan
Sampel Air
Analisis Data
1. Hasil Pengukuran Sampel Air Dibandingkan
dengan Baku Mutu Kualitas Air berdasarkan
Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007.
2. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode
Indeks Pencemaran
Tercemar / Tidak Tercemar
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir Penelitian
3.2
sebagai sumber air baku air minum, sumber air sektor industri, untuk pengairan,
untuk badan air penerima berbagai limbah dan lain-lain. Sungai seringkali
30
31
Hidup (Pemerintah Provinsi Bali, 2007). Penentuan status mutu air Tukad Yeh
Sungi bertujuan untuk mengetahui tingkat kondisi mutu airnya apakah
menunjukkan kondisi cemar atau kondisi baik pada dalam waktu tertentu dengan
mempergunakan Metode Indeks Pencemaran sesuai dengan ketentuan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penentuan Status Mutu Air (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003).
Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan metode Indeks
Pencemaran untuk memperoleh evaluasi setiap kali sampling diambil, yaitu
minimal sebanyak 3 kali pemantauan serta untuk menentukan tingkat pencemaran
relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow,1974 dalam
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003). Secara ringkas konsep penelitian
32
Pengukuran Ex Situ :
BOD, COD, Fosfat,
TSS, Total coliform
dan Fecal coliform
Pengambilan
Sampel Air
Pengukuran In Situ :
Debit, TDS, Suhu,
Daya Hantar Listrik,
pH, DO
Analisis Data
1. Hasil Pengukuran Sampel Air Dibandingkan
dengan Baku Mutu Kualitas Air berdasarkan
Pergub Bali Nomor 8 Tahun 2007.
2. Penentuan Status Mutu Air dengan Metode
Indeks Pencemaran
Tercemar/Tidak tercemar
Rekomendasi
Gambar 3.2
Kerangka Konsep Penelitian
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan pedoman bagi seorang peneliti dalam
melaksanakan penelitian agar data dapat dikumpulkan secara efisien, efektif serta
dapat diolah dan dianalisis sesuai tujuan yang ingin dicapai. Manfaat rancangan
penelitian adalah : (1) memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam
melakukan penelitian, (2) menentukan batas-batas penelitian yang bertalian
dengan tujuan penelitian, (3) memberi gambaran yang jelas tentang apa yang
harus dilakukan dan memberi gambaran tentang macam-macam kesulitan yang
akan dihadapi pada saat melakukan penelitian.
Merujuk pada kondisi perairan Tukad Yeh Sungi yang dituangkan dalam
Status Lingkungan Hidup Provinsi Bali tahun 2009, memunculkan ide untuk
mengadakan penelitian pada perairan tersebut. Untuk mendukung ide tersebut
maka perlu dilakukan studi kepustakaan mengenai situasi dan kondisi yang
terdapat di Daerah Aliran sungai tersebut. Data sekunder yang diperlukan adalah
peta DAS, aktivitas yang terdapat di sepanjang Tukad Yeh Sungi yang bertujuan
untuk menentukan
33
34
sehingga diketahui Status Mutu Air Tukad Yeh Sungi. Secara singkat penelitian
ini dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : (a) mengumpulkan dan
mempelajari pustaka yang ada kaitannya dengan topik penelitian, (b) orientasi
lapangan, (c) menentukan wilayah penelitian, (d) menentukan variabel penelitian,
(e) pengumpulan data primer dan data sekunder seperti : peta, data debit sungai,
aktivitas manusia, data kualitas air, (f) analisis data, (g) hasil dan pembahasan
dan (h) simpulan dan saran. Secara skematis tahapan pelaksanaan penelitian dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
4.2
sangat potensial yaitu dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi PDAM, irigasi
pertanian, dan aktivitas manusia laiinya. Muaranya terletak di perbatasan wilayah
Kabupaten Tabanan dan Badung dengan panjang aliran 40,5 km. Pengambilan
sampel kualitas air dilakukan di titik pantau 1: Br. Palian, Desa Luwus,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, titik pantau 2: Br. Dakdakan, Desa
Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, titik pantau 3: Br. Nyanyi,
Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dasar penentuan titik
pantau tersebut adanya perbedaan karakteristik dan aktifitas pada masing
masing titik pantau.
Pengambilan sampel air dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 selama 3
(tiga) minggu hal ini dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak stabil serta
pengulangan sebanyak 3 minggu diharapkan mendekati kondisi yang sebenarnya
dengan 9 (Sembilan) kali pengambilan dengan rincian sebagai berikut : minggu I
35
Lokasi
Tukad
Yeh
Sungi
dapat
dilihat
pada
Gambar
4.2.
Ide Penelitian
Studi Kepustakaan/
Pengumpulan Data Sekunder
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data
36
Lokasi Penelitian
Gambar 4.2
Peta Lokasi Penelitian
(Bappeda Kabupaten Tabanan, 2010)
4.3
37
sungai dan wilayah II yang meliputi daerah tengah hilir yang meliputi
dengan karakteristik yang didominasi oleh pemukiman penduduk yang padat
serta adanya kegiatan industri/usaha. Dasar pertimbangan penentuan masingmasing wilayah tersebut adalah bahwa karakteristik dan aktivitas pada kedua
wilayah tersebut memiliki perbedaan yang cukup signifikan sehingga
diketahui dampak yang terjadi pada masing-masing wilayah tersebut.
2. Analisis kualitias air, mempergunakan baku mutu sebagai pembanding untuk
kelayakan kualitas parameter sungai yaitu baku mutu air kelas I berdasarkan
Peraturan Gubernur Bali No 08 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dengan alasan bahwa
peruntukan air sungai sebagai air baku bagi PDAM Kabupaten Tabanan.
3. Data hasil pengukuran selanjutnya dianalisis dengan Metode Indeks
Pencemaran untuk mengetahui status mutu air Tukad Yeh Sungi.
4.3.1. Metode Pengambilan Sampel Air
Metode yang dipergunakan dalam pengambilan sampel air oleh peneliti
bersama tim dari UPT Laboratorium Dinas PU Provinsi Bali adalah sampel
gabungan (composite sampel) yaitu dengan cara mengambil sampel air dari
beberapa titik dengan menggunakan alat botol sampel yang terbuat dari plastik
untuk parameter fisika serta kimia dan untuk parameter mikrobiologi dengan botol
kaca yang telah steril pada satu titik pantau kemudian dijadikan satu pada
kedalaman 30 cm dari permukaan perairan sehingga diperoleh gambaran kondisi
perairan yang sesungguhnya.
38
homogen atau tercampur dengan baik. Verifikasi bahwa pada titik sampel tersebut
sudah terjadi percampuran air sungai yang baik maka perlu dilakukan
pemeriksaan homogenitas dengan cara pengambilan beberapa sampel pada titik
sepanjang lebar dan kedalaman sungai untuk dianalisis beberapa parameter yang
khas seperti pH dengan alat pH meter, temperatur dengan alat termometer dan
oksigen terlarut dengan metode titrasi langsung dilapangan. Jika hasil yang
diperoleh tidak berbeda secara signifikan maka suatu titik sampling dapat
ditentukan di tengah aliran atau titik lain yang mudah pengambilannya. Bila hasil
analisis berbeda nyata dari satu titik dengan yang lainnya maka perlu diambil
sampel dari beberapa titik yang dilalui aliran dengan ketentuan sebagai berikut :
1.
Titik Pantau 1
(Hulu)
2.
Titik Pantau 2
(Tengah)
08 24 2,87
E : 115 11 5,43
08 33 6,65
E : 115 09 3,28
39
3.
Titik Pantau 3
(Hilir)
S :
08 37 0,78
E : 115 06 7,78
Hulu. S: 08242,87
MEKAR
SARI E:115115,43
TUA
LUWUS
PEREAN
PETAKA
Wilayah I
SEMBUNG
C
A
U
B
E
L
A
Y
U
MARGA
BELANWAK
Tengah
S: 08336,65
E:115093,28
SABONGAN
KUWUM
WERDI
BUANA
A
Y
U
N
A
N
KUKUH
DAHA
BERINGKIT
BANJAR
ANYAR
Hilir
ABIAN
TUWUNG
S: 08370,78
E:115067,78
MENGWI
GULINGAN
KEDIRI
MENGWI TANI
PANDAK BADUNG
NYITDAH
MAMBU
Wilayah II
KABA KABA
PANDAK GEDE
BELALANG
BUWIT
CEPAKA
KETERANGAN
Batas Desa
MUNGGU
BERABAN
Tukad Sungi
CEMAGI
Gambar 4.3
Denah Titik Pengambilan Sampel pada Tukad Yeh Sungi
4.4
data sekunder.
40
41
penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian perubahan kualitas air sungai.
4.5
Variabel Penelitian.
debit air, suhu, kekeruhan, TDS dan TSS, daya hantar listrik.
2. Kimia
3. Biologi :
kegiatan/usaha yang ada, (2) jumlah kegiatan/usaha dan (3) lokasi. Variabel
aktivitas manusia ditampilkan dalam bentuk tabel seperti terlihat pada Tabel 4.2.
42
Tabel 4.1
Parameter Kualitas Air yang Diukur, Metode Analisis dan Alat-alat Pengukuran
Parameter
Satuan
Metode Analisis
Peralatan
I. Fisika
000
Suhu
Pemuaian
Thermometer
mg/l
Gravimetri
Potensiometri
Timbangan analitik
TDS Meter
Potensiometri
Conductovitymeter
NTU
Turbidimetri
Turbidimeter
Potensiometri
pH meter
DO
mg/l
Titrimetri winkler
Peralatan titrasi
BOD5
mg/l
Titrimetrik
Peralatan titrasi
COD
mg/l
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
Total Phosfat
mg/l
Spektrofotometrik
Spektrofotometer
TSS
TDS
Daya Hantar Listrik
Kekeruhan
II. Kimia
pH
III. Mikrobiologi
Fecal coliform
MPN/100 ml
Metode MPN
Total coliform
MPN/100 ml
Metode MPN
No
Jenis
Kegiatan
Pemukiman
Laundry
Pertanian
Hotel/Villa
Jumlah
Lokasi
43
44
(1)
ditimbang dan dicatat berat kertas saring bersih yang dipakai (A gram), (2)
Sebanyak 500 ml sampel air disaring dan disisihkan air yang telah disaring di
dalam gelas piala, (3) kertas saring yang telah dipakai tadi dikeringkan dengan
didiamkan pada suhu kamar, (4) selanjutnya kertas saring beserta padatannya
ditimbang (B gram) dan dihitung padatan tersuspensi air sampel tersebut.
Perhitungan :
1000 x (B A)
Volume sampel (ml)
. gram/Liter.................................(1)
Keterangan :
A = berat kertas saring bersih yang akan dipakai.
B = berat kertas saring beserta padatannya.
45
diangkat dan dibilas dengan air suling / aquades lalu dikeringkan dengan tisue.
Kemudian alat matikan dengan menekan tombol mode hingga pada layar tidak
muncul nilai.
d. Kekeruhan
Mengukur kekeruhan berarti menghitung banyaknya bahan-bahan terlarut
di dalam air, misalnya lumpur, alga (ganggang), detritus dan bahan-bahan kotoran
lainnya. Sungai yang keruh menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke
permukaan air berkurang mengakibatkan menurunnya proses fotosinstesis oleh
tumbuhan air sehingga suplai oksigen yang diberikan oleh tumbuhan dari proses
fotosintesis berkurang. Bahan-bahan terlarut dalam air juga menyerap panas yang
mengakibatkan suhu air meningkat sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air
berkurang. Pengukuran kekeruhan air sungai diukur dengan turbidity meter.
Pengukuran ini dapat langsung dilakukan di lapangan dan secara otomatis nilai
kekeruhannya dapat diketahui dalam satuan NTU (Nephlometer Turbidity Units).
Metode yang digunakan adalah visual dengan turbidimeter Hellige. Cara uji
adalah dengan membandingkan intensitas cahaya yang melalui contoh air dengan
intensitas cahaya yang melalui larutan baku silika. Langkah-langkah pengukuran
kekeruhan adalah :
a. Alat turbidimeter dikalibrasi dengan tujuan untuk menjamin tingkat ketelitian
dalam pengukuran.
b. Cara pengoperasian alat
1. Ditekan tombol on/off untuk menghidupkan alat, ditunggu hingga layar
menyala dan tertera Rd.
46
penampang
cm2.
Peralatan
yang
dipergunakan
adalah
47
organisme yang ada di dalamnya (Odum, 1996). Alat yang dipergunakan adalah
pH meter
Cara Kerja :
Alat dihidupkan dengan menekan tombol on/off, kemudian ditekan Cal
hingga muncul insert pH pada layar monitor, selanjutnya elektroda dimasukkan
ke larutan buffer pH 7, setelah itu Cal ditekan sampai muncul nilai 7 pada layar
monitor. Eletroda diangkat dibilas menggunakan akuades. Langkah selanjutnya
Cal ditekan sampai muncul insert buffer pH 4 pada layar monitor, lalu eletroda
pH dimasukkan ke dalam larutan buffer pH 4 sampai muncul nilai pH 4 pada
layar monitor. Setelah selesai dikalibrasi, alat dapat digunakan dengan cara
sebagai berikut : (1) elektroda dimasukkan ke dalam sampel yang akan di ukur (2)
kemudian tombol read pada alat ditekan, ditunggu hingga nilai pada alat stabil.
Angka yang stabil tersebut merupakan nilai pH pada sampel yang diukur.
b. DO (Dissolved Oxygen)
Pengukuran DO dilakukan untuk mengetahui berapa banyak jumlah oksigen
yang dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam mendegradasi bahan buangan
organik secara aerob (Fardiaz, 1992). Metode yang dipergunakan untuk analisis
oksigen terlarut di lapangan dan di laboratorium adalah metode titrasi.
Alat dan bahan yang dipergunakan adalah :
-
Iodida alkali (perekasi Winkler), H2SO4 pekat, larutan Mangan sulfat/ MnSO4
48 %.Natrium tiosulfat 0,025 N , Indikator amylum 1 %
48
..(2)
49
Alat : Botol Winkler, pipet tetes, pipet volumetric, Erlenmeyer, buret dan statif
Bahan yang dipergunakan dapat dilihat pada pemeriksaan O2 (DO)
Cara kerja :
Sebanyak 100 ml sampel air disaring dari lumpur, kemudian diambil 75 ml
sampel air yang telah disaring, diencerkan dengan aquadest 100X dan dimasukkan
ke dalam 2 botol Winkler. Disimpan dalam keadaan gelap (dibungkus dengan
kertas karbon atau plastik hitam) dan ditempat yang gelap. Dicatat suhu air dan
jam penyimpanan. Dihitung kadar O2 nya setelah 5 hari kemudian. Terhadap
sampel juga dihitung kadar O2 sesaat. Kemudian dicatat kadarnya.
Perhitungan : Kadar BOD (mg/l) = (DO sesaat DO5) x pengenceran .............(3)
d. COD (Chemical Oxygen Demand)
Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat
dioksidasi. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui jumlah bahan buangan
dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia dengan menggunakan larutan
K2Cr2O7. Angka COD biasanya lebih tinggi dari angka BOD karena lebih banyak
bahan buangan organik yang dapat dioksidasi secara kimia, selain itu waktu untuk
pengukuran COD lebih singkat, hanya 15 menit (Fardiaz, 1992).
Bahan yang diperlukan untuk Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand)
adalah sebagai berikut :
Air suling, Larutan pencerna / digestion solution (K2Cr2O7, H2SO4 pekat,
HgSO4), pereaksi asam sulfat (Ag2SO4, H2SO4 pekat), asam sulfamat (NH2SO3H),
dan larutan standar KHP/Kalium Hidrogen Phtalat (HOOCC6H4COOK).
Cara Kerja :
50
51
besar memberi petunjuk bahwa air telah mengalami pencemaran, disamping itu
karena bakteri golongan koli tinja paling tahan terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan, sehingga apabila bakteri lain sudah mati, bakteri golongan koli
tinja masih bertahan hidup. Penggunaan bakteri golongan koli sebagai indikator
pencemaran masih perlu dilengkapi dengan analisis bakteri golongan koli tinja,
karena sebagian dari spesies golongan koli mempunyai habitat pada tanah
sehingga dengan dilakukannya analisis golongan koli tinja dapat menjamin
kemantapan hasil analisis.
A. Bakteri Total coliform
Penghitungan jumlah bakteri koliform mengikuti prosedur tabung ganda
dilakukan dalam beberapa tingkatan yaitu : pengujian perkiraan, pengujian
penegasan dan pengujian lengkap. Pengujian perkiraan merupakan uji
pendahuluan untuk menduga apakah di dalam air terdapat bakteri golongan koli.
Pengujian perkiraan dinyatakan positif jika terbentuk gas pada tabung peragian,
tetapi yang positif pada pengujian ini belum tentu merupakan bakteri golongan
koli sebab banyak bakteri lain yang dapat meragikan laktose dengan
menghasilkan gas sehingga perlu pengujian lanjutan. Pengujian penegasan
dilakukan dengan cara meneruskan pengujian perkiraan yang positif ke dalam
media Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB), jika dalam media cair ini
terbentuk gas berarti dinyatakan positif. Pengujian Lengkap dilakukan dengan
tujuan untuk untuk meyakinkan terhadap hasil dari pengujian penegasan. Hasil
pengujian tersebut kemudian dapat dilihat pada penentuan MPN (Most Probable
Number) (APHA, 1989).
52
53
54
10
Volume sampel yang terbesar di tes
.......(4)
55
JPT/100 ml =
........ (5)
2.
56
3.
kelayakan
kualitas
air
sungai
dilakukan
dengan
57
dilakukan
dengan
langkah-langkah
(Kementerian
Negara
(Ci/Lij) baru =
....................................................(6)
58
Keterangan :
Lij =
dalam
(Ci/Lij) baru =
.(7)
(Ci/Lij) baru =
4.c. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0,
misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal
C3/L3j = 5,0 dan C4/L4j = 10,0. Dalam contoh ini tingkat kerusakan badan air
sulit ditentukan. Cara untuk mengatasi kesulitan ini adalah :
(1) Penggunaan nilai (Ci/Lij)hasil pengukuran kalau nilai ini lebih kecil dari
1,0.
(2) Penggunaan nilai (Ci/Lij) baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih
besar dari 1,0. (Ci/Lij) baru = 1,0 + P.log(Ci/Lij) hasil pengukuran P
adalah konstanta dan nilainya ditentukan dengan bebas dan disesuaikan
dengan hasil pengamatan lingkungan dan atau persyaratan yang
dikehendaki untuk suatu peruntukan (biasanya digunakan nilai 5).
59
(Ci/Lij) 2M + (Ci/Lij) 2R
2
PIj =
(9)
Keterangan :
(Cij/Lij) R = konsentrasi parameter kualitas air rata - rata
(Cij/Lij) M = konsentrasi parameter kualitas air maksimum
PIj
= Indeks Pencemaran
Evaluasi terhadap nilai PI adalah : Ketentuan menentukan status mutu air adalah
sebagai berikut.
0 PIj 1,0
tercemar ringan
tercemar sedang
tercemar berat
60
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Hasil Identifikasi Sumber Pencemar
Data yang ditampilkan merupakan data hasil pengamatan di lapangan serta
data sekunder sebagai data pendukung. Hasil identifikasi dibuatkan peta seperti
yang terlihat pada Gambar 5.1.
Hulu. S: 08242,87
E:115115,43
MEKAR SARI
TUA
LUWUS
Wilayah I
4
PEREAN
PETAKA
Tengah
CA
U
BE
LA
YU
SEMBUNG
S: 08336,65
E:115093,28
MARGA
BELANWAK
KUWUM
SABONGAN
BATAN
WERDI
Wilayah II
A
Y
U
N
A
N
NYUH 8
BUANA
Hilir
KUKUH
DAHA
2
BERINGKIT
S: 08370,78
E:115067,78
BANJAR
1
DAKDAKAN
ANYAR
ABIAN
MENGWI
GULINGAN
TUWUNG
KEDIRI
MENGWI TANI
2
PANDAK BADUNG
NYITDAH
KETERANGAN GAMBAR
NYAMBU
PANDAK GEDE
BELALANG
1
2
Villa
Pertanian & Perumahan
Pertanian
KABA KABA
2
BUWIT
Batas Desa
Tukad Sungi
Titik Pengambilan Sampel
Perternakan Ayam Boiler
IPA PDAM
CEPAKA
MUNGGU
BERABAN
CEMAGI
Gambar 5.1
Peta Hasil Identifikasi Sumber Pencemar pada Tukad Yeh Sungi
60
61
Penggunaan Lahan
KECAMAT AN
MARGA (Ha)
KEDIRI (Ha)
2008
2007
BATURITI (Ha)
Ev
2008
2007
Ev
2008
2007
Ev
Luas Lahan
5.360 5.360
4.479
4.479
9.917
9.917
- Lahan Sawah
3.036 2.953
83
2.326 2.326
1.886
1.886
3.870
3.868
- Tegal/Kebun
Kolam/Teba/
Empang
Sementara tidak
diusahakan
- Rumah/bangunan
- Hutan Negara
- Lainnya
839
839
1.273
1.279
24
107
83
825
825
465
465
500
500
2.649
2.649
631
631
411
411
417
417
62
Tabel 5.2.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
No
Kecamatan
Luas
(km2)
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Pertumbuhan
Penduduk
(%)
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/Km2)
Baturiti
99,17
50.851
0,38
512,19
Marga
44,79
43.231
0,27
965,19
Kediri
53,60
67.843
0,46
1.265,73
63
Tabel 5. 3
Alih Fungsi Lahan
Ke
No
Subak/tempek/Desa/
Banjar yang beralih
fungsi
Rumah, bangunan
dan halaman
sekitarnya (Ha)
Dari
Kec. Baturiti
1 Br. Pekarangan
Tegal/Kebun
0,1
2 Br. Batusesa
Tegal/Kebun
0,2
Tegal/Kebun
0,2
4 Br. Candikuning I
Tegal/Kebun
0,3
5 Br. Candikuning II
Tegal/Kebun
0,2
Tegal/Kebun
0,2
1 Subak Kediri
Lahan sawah
2 Subak Nyitdah II
Lahan sawah
Lahan sawah
Kec. Kediri
Jumlah
8,2
Kecamatan
Sapi Potong
(Ekor)
Kerbau
(Ekor)
Kuda
(Ekor)
Kambing
(Ekor)
Babi
(Ekor)
Baturiti
17.009
14.578
Marga
8.446
26
11.027
Kediri
3.494
21
13
164
9.020
64
Sumber pencemar selanjutnya adalah jasa laundry skala kecil dan aktivitas
cuci motor/mobil. Limbah cair yang dihasilkan pada kegiatan usaha dan jasa
perbengkelan
dengan
pencucian
kendaraan
menghasilkan
limbah
yang
mengandung gugus sulfonat (S) yang berasal dari penggunaan sabun. Limbah
dari hasil kegiatan/usaha cuci motor/mobil tidak diolah melainkan dibuang secara
langsung pada saluran air yang ada di sekitar lokasi. Hasil identifikasi dapat
dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
Jenis Kegiatan / Usaha
No
Jenis Kegiatan
Jumlah
Lokasi
7.248 Ha
Pertanian
Peternakan ayam
2 unit
Peternakan babi
2 unit
Pencucian mobil
1 unit
Tengah
4 unit
Penyosohan beras
1 unit
Tengah
1 unit
Tengah
Villa
15 unit
Laundry
3 unit
10
1 buah
Tengah
11
2 unit
Hilir
65
Gambar 5.2
Perubahan Kadar COD pada Minggu I di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.3
Perubahan kadar COD pada Minggu II di Tukad Yeh Sungi
66
Gambar 5.4
Perubahan Kadar COD pada Minggu III di Tukad Yeh Sungi
5.2.2 Parameter Fosfat
Baku mutu kadar Fosfat untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan Peraturan
Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007) adalah
sebesar 0,20 mg/l. Kadar Fosfat minggu I di daerah hulu tanggal 3 Oktober
dibawah baku mutu yaitu sebesar 0,11 sedangkan pada tanggal 5 dan 7 Oktober
masing masing sebesar 0,20 mg/l dan 0,61 mg/l. Nilai Fosfat minggu II pada
tanggal 10 Oktober telah melampaui baku mutu pada semua titik pengambilan.
Kadar Fosfat pada tanggal 12 dan 14 Oktober menunjukkan bahwa daerah hulu
masih dibawah baku mutu dengan nilai masing-masing sebesar 0,12 mg/l dan
0,11 mg/l sedangkan pada daerah tengah dan hilir telah melampaui baku mutu.
Pengambilan sampel air minggu III pada tanggal 17, 19 dan 21 didapatkan hasil
bahwa kandungan Fosfat telah melampaui baku mutu air kelas 1 kecuali pada
tanggal 21 Oktober 2011 dimana di daerah hulu kadar Fosfat dalam perairan
sedikit dibawah baku mutu yaitu sebesar 0,17 mg/l.
Secara keseluruhan
parameter Fosfat melebihi baku mutu baik pada titik pantau dihulu, tengah dan
hilir hal ini disebabkan oleh adanya pemanfaatan kawasan untuk pertanian dan
67
dalam
melakukan
aktivitasnya,
petani
penggarap
lahan
lebih
banyak
Gambar 5.5
Perubahan kadar Fosfat pada Minggu I di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.6
Perubahan Kadar Fosfat pada Minggu II di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.7
Perubahan Kadar Fosfat pada Minggu III di Tukad Yeh Sungi
68
Gambar 5.8
Perubahan kadar Faecal coliform pada Minggu I
69
Gambar 5.9
Perubahan kadar Faecal coliform Minggu II
Gambar 5.10
Perubahan kadar Faecal coliform pada Minggu III
5.2.4 Parameter Total coliform
Baku mutu kadar Total coliform untuk kualitas air kelas 1 berdasarkan
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Pemerintah Provinsi Bali, 2007)
adalah sebesar 1000/1000 ml. Hasil pengukuran kadar Total coliform yang
melampaui baku mutu adalah tanggal 3 Oktober pada bagian tengah yaitu sebesar
2100/1000 ml, dan tanggal 5 Oktober pada bagian tengah dan hilir masing-masing
sebesar 1500/1000 ml dan 2100/1000 ml. Nilai Total coliform minggu II dan III
masih memenuhi baku mutu air kelas 1. Parameter Total coliform melebihi baku
mutu dikarenakan oleh pemukiman dengan kepadatan penduduk yang cukup
tinggi dan kegiatan peternakan skala rumah tangga serta peningkatan alih fungsi
70
lahan. Perubahan kadar Total coliform yang terjadi pada minggu I - minggu III
dapat dilihat pada Gambar 5.11 sampai 5.13.
Gambar 5.11
Perubahan kadar Total coliform pada Minggu I
Gambar 5.12
Perubahan kadar Total coliform pada Minggu II
Gambar 5.13
Perubahan kadar Total coliform pada Minggu III.
5.2.5 Parameter BOD
Kadar BOD pada hulu, tengah serta hilir Tukad Yeh Sungi untuk minggu I
dan II memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Hasil pengukuran kadar BOD
71
tanggal 19 Oktober dan 21 Oktober pada minggu III telah melampaui baku mutu
yang ditetapkan masing masing sebesar 2,05 mg/l dan sebesar 2,32 mg/l.
Parameter BOD melebihi baku mutu pada daerah tengah diminggu III karena
banyak aktivitas di tengah Tukad Yeh Sungi yang berdampak pada peningkatan
volume limbah cair yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan nilai BOD.
Perubahan kadar BOD yang terjadi pada minggu I - minggu III dapat dilihat pada
Gambar 5.14 sampai 5.16.
Gambar 5.14
Perubahan kadar BOD pada Minggu I di Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.15
Perubahan kadar BOD pada Minggu II di Tukad Yeh Sungi
72
Gambar 5.16
Perubahan kadar BOD pada Minggu III di Tukad Yeh Sungi
5.3
pada 3 titik pantau dapat dilihat pada Gambar 5.17 sampai dengan 5.23.
5.3.1. Persebaran TSS (Total Suspended Solid)
Hasil pengukuran kadar TSS tertinggi adalah di hilir pada tanggal 7
Oktober 2011 yaitu sebesar 90 mg/l sedangkan nilai terendah adalah sebesar mg/l
pada tanggal 3 Oktober 2011 di daerah hulu sebesar 7 mg/l. Persebaran TSS
terhadap baku mutu dapat dilihat pada Gambar 5.17.
Gambar 5.17
Persebaran kadar TSS dibandingkan Baku Mutu Air Kelas 1.
73
Gambar 5.18
Persebaran TDS dibandingkan Baku Mutu Kelas 1.
5.3.3 Persebaran Kadar Fosfat (PO4)
Persebaran kandungan fosfat (PO4) dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa kandungan fosfat pada semua
titik yaitu di hulu, tengah dan hilir Tukad Yeh Sungi telah melampaui baku mutu
kelas 1 namun pada tanggal 12, 14, dan 21 Oktober di bagian hulu kadar fosfat
(PO4) memenuhi baku mutu air kelas 1. Kadarnya berkisar antara 0,11 mg/l
sampai dengan 0,17 mg/l. Persebaran fosfat dapat dilihat pada Gambar 5.18.
74
Gambar 5.18
Persebaran Kandungan Fosfat (PO4) dibandingkan Baku Mutu Air Kelas 1
5.3.4. Persebaran Kandungan DO dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
Baku Mutu Air kelas 1 untuk parameter DO minimal 6,00 mg/l.
Kandungan DO tertinggi terletak pada bagian hulu tanggal 3 Oktober sebesar 7,30
mg/l. Kandungan DO terendah terletak pada bagian tengah pada tanggal 12 dan
17 Oktober berkisar antara 6,10 mg/l dan 6,20 mg/l. Persebaran kandungan DO
pada masing-masing lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 5.19.
Gambar 5.19
Persebaran Kandungan DO dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
5.3.5 Persebaran Kandungan BOD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
Kandungan BOD tertinggi terletak pada bagian tengah Tukad Yeh Sungi
tanggal 21 Oktober yaitu sebesar 2,32 mg/l. Pada hulu dan hilir Tukad Yeh Sungi
75
kandungan BOD masih di bawah ambang batas baku mutu air kelas 1. Persebaran
kandungan BOD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar
5.20.
Gambar 5.20
Persebaran Kandungan BOD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
5.3.6 Persebaran Kandungan COD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1
Kandungan COD pada bagian tengah telah melampaui baku mutu air kelas
1 yaitu pada tanggal 3, 12, 14, 19 dan 21 Oktober yang berkisar antara 10,4 12,2
mg/l. Kandungan COD pada daerah hulu dan hilir sungai masih berada di bawah
ambang batas mutu air kelas 1. Persebaran Kandungan COD dibandingkan Baku
Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar 5.21.
Gambar 5.21
Persebaran kandungan COD dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
76
Sungi berkisar dari 110 280 jml/100ml. Kandungan Faecal coliform pada
daerah hulu masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Persebaran kandungan
Faecal coliform dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar
5.22.
Gambar 5.22
Persebaran kandungan Faecal coliform dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
5.3.8 Persebaran Kandungan Total coliform dibandingkan Baku Mutu Air
kelas 1.
Hasil pengukuran Total coliform yang melampaui baku mutu kualitas air
kelas 1 adalah pengambilan sampel yang dilaksanakan pada tanggal 3 dan 5
Oktober pada daerah tengah Tukad Yeh Sungi dengan nilai masing-masing 1500
77
jml/1000 ml dan 2100 jml/1000 ml dan di daerah hilir pada tanggal 5 Oktober
yaitu sebesar 2100 jml/1000 ml. Persebaran Kandungan Total coliform
dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1 dapat dilihat pada Gambar 5.23.
Gambar 5.23
Persebaran Kandungan Total coliform dibandingkan Baku Mutu Air kelas 1.
5.4
Indeks Pencemaran (IP). Nilai IP pada daerah hulu berkisar antara 0,51 sampai
dengan 1,26 sedangkan daerah tengah berkisar antara 1,52 sampai dengan 2,47
serta di hilir berkisar antara 1,59 sampai dengan 2,56. Hal ini menunjukkan bahwa
di daerah tengah dan hilir Tukad Yeh Sungi tergolong tercemar ringan. Persebaran
nilai indeks Tukad Yeh Sungi dapat dilihat pada Gambar 5.24, sedangkan rincian
hasil perhitungan status mutu air dengan metode Indeks Pencemaran tercantum
pada Tabel 5.6.
Gambar 5.24
Persebaran Nilai Indeks Pencemaran.
78
Tabel 5.6
Nilai Indeks Pencemaran (IP) Air Tukad Yeh Sungi
No
1
Ulangan
Minggu I
Minggu II
Minggu III
Lokasi
3 Okt 2011
0,56*
5 Okt 2011
1,26#
7 Okt 2011
1,03#
Hulu
2,47#
2,37#
1,55#
Tengah
2,56#
2,44#
1,98#
Hilir
10 Okt 2011
1,21#
1,38#
1,76#
17 Okt 2011
0,96*
1,90#
2,00#
12 Okt 2011
0,67*
1,93#
1,61#
19 Okt 2011
0,82*
2,13#
2,08#
14 Okt 2011
1,00*
1,59#
1,59#
21 Okt 2011
0,51*
1,52#
1,67#
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Keterangan :
1.
0 IP 1,0
2.
1,0 IP 5,0
3.
5,0 IP 10
Cemar Sedang ()
4.
IP > 10
5.5. Nilai Rata Rata Parameter Fisika, Kimia dan Biologi pada Tukad Yeh
Sungi
5.5.1 Rata-rata Suhu Air pada Tukad Yeh Sungi
Hasil pengukuran suhu air Tukad Yeh Sungi pada minggu I, II dan III
pada masing masing titik pantau menunjukkan bahwa suhu air tetinggi pada
daerah hilir Tukad Yeh Sungi (Gambar 5.25).
79
Gambar 5.25
Rata-rata Suhu Air pada Tukad Yeh Sungi
5.5.2 Rata-rata Kekeruhan pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata rata kekeruhan di Tukad Yeh Sungi setelah tertinggi terletak
pada bagian tengah sungai (Gambar 5.26).
Gambar 5.26
Rata-rata Kekeruhan Air pada Tukad Yeh Sungi
5.5.3 Rata-rata TSS (Total Suspended Solid) pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata-rata TSS (Total Suspended Solid) di Tukad Yeh Sungi tertinggi
terletak pada bagian tengah sungai (Gambar 5.27).
80
Gambar 5.28
Rata-rata Nilai TDS pada Tukad Yeh Sungi
5.5.5 Rata-rata Nilai DHL (Daya Hantar Listrik) pada Tukad Yeh Sungi
Nilai rata rata DHL (Daya Hantar Listrik) Tukad Yeh Sungi tertinggi
terletak di daerah hilir sungai (Gambar 5.29).
81
Gambar 5.29
Rata-rata Nilai DHL pada Tukad Yeh Sungi
5.5.6 Rata-rata Nilai pH (Derajat Keasamaan) pada Tukad Yeh Sungi
Hasil pengukuran pH (derajat keasamaan) Tukad Yeh Sungi setelah di
rata-rata memberikan hasil nilai pH tertinggi terletak di daerah hilir sungai
(Gambar 5.30).
Gambar 5.30
Rata-rata Nilai pH pada Tukad Yeh Sungi
5.5.7 Rata-rata Nilai Total Fosfat pada Tukad Yeh Sungi
Total Fosfat pada Tukad Yeh Sungi setelah di rata-rata pada memberikan
hasil bahwa nilai Fosfat tertinggi terletak di daerah hilir sungai (Gambar 5.31).
82
Gambar 5.31
Rata-rata Nilai Total Fosfat pada Tukad Yeh Sungi
5.5.8 Rata-rata Nilai DO (Dissolved Oxygen) pada Tukad Yeh Sungi
Nilai DO (Dissolved Oxygen) di Tukad Yeh Sungi setelah di rata-rata
pada minggu I,II dan III. Nilai DO terendah terletak di daerah tengah sungai
(Gambar 5.32).
Gambar 5.32
Rata-rata Nilai DO pada Tukad Yeh Sungi
5.5.9 Nilai Rata-rata BOD (Biological Oxygen Demand)
Nilai BOD (Biological Oxygen Demand) di Tukad Yeh Sungi setelah di
rata-rata pada minggu I,II dan III. nilai BOD tertinggi terletak di daerah tengah
sungai (Gambar 5.33).
83
Gambar 5.33
Rata-rata Nilai BOD pada Tukad Yeh Sungi
5.5.10 Nilai Rata-rata COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) pada Tukad Yeh Sungi setelah di ratarata memberikan hasil bahwa nilai Fosfat tertinggi di daerah tengah sungai
(Gambar 5.34).
Gambar 5.34
Rata-rata COD pada Tukad Yeh Sungi
5.5.11 Nilai Rata-rata Faecal coliform pada Tukad Yeh Sungi
Hasil analisis Faecal coliform pada Tukad Yeh Sungi setelah di rata-rata
memberikan hasil bahwa nilai Faecal coliform tertinggi terletak pada bagian
tengah sungai (Gambar 5.35).
84
Gambar 5.35
Rata-rata Faecal coliform pada Tukad Yeh Sungi
5.5.12 Nilai Rata-rata Total coliform
Hasil pengukuran Total coliform Tukad Yeh Sungi setelah di rata-rata
memberikan hasil bahwa kandungan Total coliform tertinggi terletak pada daerah
tengah sungai (Gambar 5.36).
Gambar 5.36
Rata-rata Total coliform pada Tukad Yeh Sungi
5.5.13 Nilai Rata-rata Nilai IP (Indeks Pencemaran) pada Tukad Yeh Sungi
Gambar 5.37
Rata-rata IP pada Tukad Yeh Sungi
Nilai IP (Indeks Pencemaran) tertinggi terletak pada daerah hilir sungai
(Gambar 5.37).
85
86
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Hasil Identifikasi Sumber Pencemar
Identifikasi sumber pencemar bertujuan untuk mengetahui karakter
sumber pencemar yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas air pada
Tukad Yeh Sungi.
6.1.1 Karakterisasi Sumber Pencemar Wilayah I
Sumber pencemar pada wilayah ini adalah adanya kegiatan pertanian yang
masih aktif dan letaknya berbatasan langsung dengan sungai seperti di Br. Palian,
Desa Luwus, Kecamatan Baturiti. Pemukiman penduduk letaknya relatif cukup
jauh dari daerah aliran sungai akan tetapi tidak menutup kemungkinan limbah
yang dihasilkan dari pemukiman akan terbawa masuk ke sungai jika terjadi hujan
lebat. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat sisa-sisa kegiatan pertanian
dan limbah cair berupa sisa-sisa pupuk yang hanyut terbawa aliran air masuk ke
badan air (sungai).
Masyarakat pada wilayah ini memanfaatkan Tukad Yeh Sungi sebagai
tempat mandi, cuci, kakus akibat belum semua rumah tangga memiliki jamban
keluarga. Hal ini mengindikasikan masih terjadi aktivitas buang air besar
sembarangan. Data mengenai ketersediaan jamban Tabel 6.1. Cara pembuangan
kotoran manusia yang sembarangan merupakan faktor utama yang mengancam
kesehatan manusia dan kenikmatan hidup. Hal ini perlu diperhatikan karena
banyaknya jumlah mikrobia yang dapat menyebabkan penyakit terdapat dalam
85
87
kotoran manusia yang sakit, bahkan juga dari kotoran manusia yang sehat
(Hardjasoemantri, 1986).
Tabel 6.1.
Data Kepemilikan Jamban pada Masing-masing Kecamatan yang Dilalui oleh
Tukad Yeh Sungi
No
Kecamatan
Jumlah RT
Jenis Kepemilikan
(Unit)
Sendiri (Unit)
Baturiti
13.442
8.757
65,15
Marga
11.722
7.871
67,15
Kediri
15.088
8.695
57,63
Sumber
berakibat pada
menjamurnya bangunan villa di daerah tersebut dengan jarak yang dekat dengan
daerah aliran sungai. Limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas tersebut jika tidak
dikelola dengan baik akan dapat mempengaruhi kualitas air Tukad Yeh Sungi.
Limbah cair yang dihasilkan dari rumah tangga merupakan jenis limbah
domestik. Limbah domestik mengandung susunan senyawa organik, baik itu
88
alami maupun sintetis. Senyawa ini masuk ke dalam badan air sebagai hasil dari
aktivitas manusia. Penyusun utamanya berupa polysakarida (karbohidrat),
polipeptida (protein), lemak (fats) dan asam nukleat (nucleic acid). Selain limbah
domestik kualitas air sungai tersebut dipengaruhi oleh adanya jenis kegiatan /
usaha yang cukup beragam seperti pabrik kerajinan logam, penyosohan beras,
villa, laundry, bengkel service dan ganti oli untuk mobil dan motor, pencucian
mobil serta kegiatan pertanian maupun peternakan ayam dan babi dalam skala
rumah tangga ( dapat dilihat pada Tabel 5.5).
Beragam aktivitas
mengakibatkan penurunan kualitas air Tukad Yeh Sungi yang ditandai dengan
peningkatan beberapa parameter kualitas air yang merupakan indikator
pencemaran seperti tingginya TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total Dissolved
Solid), kekeruhan, kadar Fosfat, Faecal coliform, Total coliform, COD, serta
BOD. Tukad Yeh Sungi pada daerah hulu di dominasi oleh kegiatan pertanian
yang meliputi daerah Baturiti terdapat persawahan berjumlah 1.886 Ha dan
perkebunan 3.870 Ha, mengakibatkan naiknya kadar fosfat dalam air. Kadar fosfat
di hulu lebih rendah dibandingkan pada bagian tengah maupun hilir, karena pada
bagian tengah-hilir yang terletak di Kecamatan Kediri penggunaan lahan untuk
persawahan mencapai 3.036 Ha serta 2.326 Ha di Kecamatan Marga sehingga
kadar Fosfat lebih tinggi akibat dari penggunaan pupuk buatan (N,P,K) dan
pestisida yang banyak dipergunakan dalam usaha untuk mengendalikan hama.
Penggunaan lahan untuk tegal/kebun di Kecamatan Baturiti, Marga, dan Kediri
yang cukup padat mengakibatkan tingginya kadar TSS, TDS dan kekeruhan.
89
Perumahan dikembangkan
oleh developer
Perumahan tradisional
Sub Menu
Back
Next
Hasil Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi yang melampaui Baku
Mutu Kualitas Air Kelas 1
Beragam aktivitas yang terdapat di sepanjang Tukad Yeh Sungi seperti
kegiatan pertanian dalam arti luas dan kegiatan/usaha yang dilakukan oleh
masyarakat akan menghasilkan limbah dimana terdapat kecenderungan limbah
yang dihasilkan dibuang ke badan air. Limbah tersebut dapat mengancam
lingkungan yaitu terjadinya pencemaran. Kondisi ini dipicu oleh tidak
terkelolanya limbah dengan baik, mengakibatkan tercemarnya air sungai tersebut.
Beberapa indikator yang menunjukkan terjadinya pembuangan limbah ke
lingkungan antara lain :
90
selanjutnya
membawa
lapisan
permukaan
lahan
yang
91
biodegradable) menjadi karbondioksida dan air. Nilai COD untuk air Tukad Yeh
Sungi
92
93
daripada di hulu. Hal ini disebabkan karena aliran sungai pada tengah Tukad Yeh
Sungi cenderung lebih tenang sehingga Fosfat (PO4) memiliki konsentrasi yang
tinggi selain itu di kawasan tengah terdapat juga lahan pertanian.
Kandungan Fosfat pada bagian hilir memiliki nilai tertinggi. Fosfat (PO4)
berasal dari limpasan daerah pertanian dan daerah pemukiman penduduk dan villa
akibat adanya limbah domestik / pemakaian detergen dan minyak pelumas. Fosfor
(P) membentuk kompleks dengan ion besi dan kalsium pada
kondisi aerob,
bersifat tidak larut dan mengendap pada sedimen. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Tukad Yeh Sungi memiliki
tinggi, yang dapat menstimulir pertumbuhan algae di perairan (algae bloom) yang
membentuk lapisan pada permukaan air/mengurangi penetrasi cahaya perairan.
6.2.3 Perubahan Kandungan Faecal coliform pada Tukad Yeh Sungi.
Bakteri Faecal coliform adalah salah satu bakteri patogen. Keberadaan
bakteri Faecal coliform di perairan secara berlimpah menggambarkan bahwa
perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang mungkin juga disertai
dengan cemaran bakteri lain. Kandungan Faecal coliform pada tengah dan hilir di
minggu pertama melebihi baku mutu masing masing berkisar antara 70
280/100 ml sedangkan di hilir berkisar antara 40 200 /100 ml. Kandungan
Faecal coliform terendah pada tanggal 7 Oktober di hulu Tukad Yeh Sungi
karena di daerah hulu sungai tidak banyak dipergunakan untuk kegiatan MCK
karena letak pemukiman penduduk serta aktivitas masyarakat letaknya relatif
cukup jauh akan tetapi masih ada sebagian kecil penduduk memanfaatkan sungai
sebagai tempat MCK.
94
Kandungan Faecal coliform pada Minggu II pada bagian tengah dan hilir
Tukad Yeh Sungi melebihi baku mutu berkisar antara 90 140/100 ml dan 110
150/100 ml. Hal ini disebabkan oleh adanya pemukiman padat penduduk yaitu di
desa Dakdakan, Desa Nyambu, dan Desa Kaba-Kaba yang letaknya dekat dengan
Tukad Yeh Sungi. Pemukiman penduduk daerah hilir tidak sebanyak pada bagian
tengah, di hilir hanya terdapat pemukiman di desa Nyanyi dan terdapat 9
(sembilan) unit villa walaupun begitu limbah kotoran manusia yang dihasilkan
cukup dapat mencemari kualitas Tukad Yeh Sungi (Gambar 6.1).
Kandungan Faecal coliform Minggu III pada hulu Tukad Yeh Sungi
masih memenuhi baku mutu dibandingkan di tengah dan di hilir yang telah
melebihi baku mutu. Pada daerah hulu Tukad Yeh Sungi dimana penduduk masih
memanfaatkan Tukad Yeh Sungi untuk mandi, mencuci pakaian, hingga
membuang kotoran kecil dan besar. Hal inilah yang menyebabkan Tukad Yeh
Sungi pada bagian hulu telah tercemar bakteri Faecal coliform. Kandungan
Faecal coliform mencapai 90 jml/100ml. Idealnya pada bagian hulu suatu sungai
kandungan Faecal coliform harus 0 jml/100ml karena bagian hulu merupakan
awal dari bagian sungai yang tidak boleh tercemar oleh bakteri Faecal coliform.
Apabila di hulu suatu sungai telah tercemar maka pada bagian tengah dan hilir
sungai pasti ikut tercemar. Kandungan Faecal coliform bagian tengah pada
Minggu III pada tanggal 19 sebesar 230 jml/100ml telah melampaui baku mutu,
sedangkan di hilir Tukad Yeh Sungi kandungan Faecal coliform tertinggi pada
tanggal 17 dan 19 Oktober sebesar 150 jml/100ml. Hal ini menunjukkan daerah
95
96
97
kegiatan /industri kecil yang mulai berkembang di Kota Tabanan. Perairan yang
memiliki nilai BOD lebih dari 10 ppm dianggap telah mengalami pencemaran.
Nilai BOD limbah industri makanan antara 500 4.000 ppm.
Ambang batas baku mutu untuk nilai BOD air Tukad Yeh Sungi untuk
baku mutu kualitas air kelas 1 adalah minimal 2 ppm, sesuai dengan peruntukan
air yang memerlukan persyaratan tersebut, yaitu sebagai kebutuhan untuk air baku
bagi PDAM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bulan Oktober tahun 2011,
nilai Kadar BOD pada hulu, tengah serta hilir Tukad Yeh Sungi untuk Minggu I
dan II memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Kadar BOD pada hulu Tukad Yeh
Sungi masih rendah karena letaknya yang relatif jauh dengan pemukiman
penduduk. Aktivitas pada daerah dekat hulu sungai di Br. Palian, Desa Luwus
antara lain : pemukiman, pertanian, perkebunan. Jarak antara sungai dengan
sumber pencemar masih relatif jauh. Kadar BOD pada tengah Tukad Yeh Sungi
lebih tinggi dibandingkan di hulu karena berdekatan dengan pemukiman
penduduk di Desa Abiantuwung. Seluruh aktivitas menghasilkan limbah domestik
yang mengandung bahan organik dan gugus sulfonat (S) dan fosfat (P) dari
pemakaian sabun/detergent. Daerah hilir Tukad Yeh Sungi di Banjar, Nyanyi
terdapat pemukiman dan 9 (sembilan) unit villa. Jarak sungai dengan pencemar
berdekatan dengan jarak minimal + 100 meter.
Kadar BOD melampaui Baku Mutu Air kelas 1 terjadi pada Minggu II di
daerah tengah Tukad Yeh Sungi. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan
kandungan bahan organik pada badan air yang disebabkan oleh limbah domestik
dari pemukiman, dan tempat pencucian mobil sumber pencemar juga dari bahan
98
organik yang berasal dari areal persawahan yang luas terdapat di sisi sungai.
Sungai pada area ini banyak dimanfaatkan penduduk untuk membuang sisa-sisa
kegiatan ibadah. Pemukiman penduduk terkonsentrasi pada tepi sungai, dengan
jarak terdekat 8-30 meter. Kondisi ini menandakan terdapat banyak aktivitas di
tengah Tukad Yeh Sungi yang berdampak pada peningkatan volume limbah cair
yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan nilai BOD.
Kadar BOD pada daerah hulu dan hilir Minggu III masih memenuhi baku
mutu yang ditetapkan karena aktivitas tidak sepadat di daerah tengah Tukad Yeh
Sungi. Nilai BOD rata rata daerah hulu Tukad Yeh Sungi berkisar 0,96 mg/l,
daerah tengah yang telah memasuki kota kawasan padat pemukiman kandungan
BOD meningkat menjadi 1,47 mg/l kemudian menurun lagi pada bagian hilir
sebesar 1,45 mg/l. Tipikal sumber pencemar dari sungai ini terutama limbah
rumah tangga yang dibuang ke sungai dan timbulan sampah di sempadan sungai
yang menyumbang lindi ke sungai serta bersumber dari peningkatan intensitas
kegiatan baik pemukiman maupun kegiatan perdagangan yang berdampak tidak
langsung maupun langsung terhadap air sungai.
6.3 Hasil Nilai Rata-rata Parameter Fisika, Kimia dan Biologi pada Tukad
Yeh Sungi.
6.3.1 Nilai Rata-rata Suhu Air pada Tukad Yeh Sungi.
Berdasarkan rata-rata nilai suhu air dari hasil analisis didapatkan bahwa
semakin ke hilir, terjadi peningkatan suhu pada badan air. Hal ini berkaitan
dengan adanya perbedaan ketinggian tempat dan perbedaan waktu pengambilan
99
sampel yang dimulai dari bagian hulu menuju bagian tengah dan hilir Tukad Yeh
Sungi masing-masing membutuhkan waktu 55 menit..
6.3.2 Nilai Rata-rata Kekeruhan, TSS (Total Suspended Solid), TDS (Total
Dissolved Solid) pada Tukad Yeh Sungi.
Titik pantau di daerah tengah pada Tukad Yeh Sungi memiliki rata-rata
nilai kekeruhan tertinggi dibandingkan di bagian hilir dan hulu. Hal ini berkaitan
dengan adanya tingkat aktivitas manusia yang padat pada bagian tengah Tukad
Yeh Sungi seperti mandi, mencuci baju (mck), pertanian dan peternakan.
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi seperti lempung,
lumpur, zat organik, plankton dan zat halus lainnya. Hal ini ditunjukkan juga pada
rata-rata nilai TSS (Total Suspended Solid) mengalami peningkatan pada bagian
tengah sehingga adanya korelasi antara kekeruhan yang diakibatkan dengan
adanya zat tersuspensi. Zat yang tersuspensi tersebut mempunyai efek kurang baik
terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan. Untuk rata-rata nilai TDS
(Total Dissolved Solid) berdasarkan hasil analisis tertinggi dibagian hilir Tukad
Yeh Sungi yang kemungkinan disebabkan karena jumlah ion-ion yang terkandung
didalam air bagian hilir cukup banyak dibandingkan pada tengah dan hulu Tukad
Yeh Sungi.
6.3.3 Nilai Rata-rata DHL (Daya Hantar Listrik) pada Tukad Yeh Sungi.
Nilai DHL perairan air tawar sebesar 1000 S. Berdasarkan rata-rata nilai
DHL (Daya Hantar Listrik) didapatkan bahwa nilai DHL dibagian tengah dan hilir
Tukad Yeh Sungi hampir sama tetapi lebih tinggi dibagian tengah karena jumlah
ion ion yang menyebabkan daya hantar listrik lebih tinggi pada bagian tengah
100
sangat banyak. Hal ini ditunjukkan juga pada nilai rata-rata TDS yang tinggi pada
bagian tengah Tukad Yeh Sungi, karena TDS dipengaruhi juga oleh partikel dan
ion-ion didalam air. Apabila kadar DHL semakin tinggi di dalam suatu badan
perairan maka kualitas air tersebut semakin menurun yang dapat mengganggu
kegiatan pertanian.
6.3.4 Nilai Rata-rata pH (Derajat Keasaman) pada Tukad Yeh Sungi.
Nilai rata-rata pH (derajat keasaman) dari hasil analisis dibagian hulu
relatif netral yaitu berkisar 7.03 dan untuk bagian tengah hingga hilir nilai pH
semakin tinggi (sedikit basa) berkisar antara 7,51 7,58. Hal ini disebabkan
karena di bagian tengah sampai hilir banyak limbah domestik artinya sebagian
besar masyarakat di tengah dan hilir sungai sungai memanfaatkan sungai sungi
untuk mencuci pakaian dengan menggunakkan detergen, karena sifat dari
detergen bersifat basa maka sisa / residu dari detergen sehabis mencuci pakaian
larut bersama air. Daerah hilir Tukad Yeh Sungi juga dimanfaatkan oleh PDAM
yang didalam proses pengolahan air minum menggunakkan bahan kimia PAC
(Poli Alumunium Chlorida) sebagai bahan koagulannya dimana bahan kimia PAC
bersifat basa, hal ini juga mempengaruhi nilai pH pada bagian hilir Tukad Yeh
Sungi.
6.3.5 Nilai Rata-rata Total Fosfat pada Tukad Yeh Sungi.
Berdasarkan rata-rata nilai total Fosfat dari hasil analisis kualitas air pada
Tukad Yeh Sungi didapatkan bahwa nilai Fosfat tertinggi pada bagian hilir
sebesar 0,42 mg/l melampaui baku mutu kualitas air yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 0,2 mg/l. Tingginya kadar Fosfat dalam badan air akibat terjadinya
101
akumulasi sisa-sisa pupuk dari aktivitas pertanian di bagian hulu dan tengah
Tukad Yeh Sungi yang tidak dapat diserap 100% oleh tumbuhan akibat
pemakaian pupuk atau pestisida melebihi dosis yang diharuskan.
6.3.6 Nilai Rata-rata DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biological Oxygen
Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demand) pada Tukad Yeh
Sungi.
Tinggi rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam suatu perairan
menunjukkan tingkat kesegaran suatu perairan. Nilai DO semakin tinggi
menggambarkan suatu badan perairan semakin baik karena air tersebut masih
murni yang jumlah oksigen terlarut masih tinggi. Nilai minimum DO dalam
perairan sebesar berdasarkan Pergub Bali No 7 Tahun 2008 adalah sebesar 6 mg/l.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2011
didapatkan hasil nilai rata-rata nilai DO (Dissolved Oxygen) dari hasil analisis
didapatkan bahwa nilai DO dibagian hulu dan hilir lebih tinggi dibandingkan
dengan bagian tengah masing masing sebesar 6,82 mg/l pada bagian hulu, 6,67
mg/l pada bagian tengah, 6,64 mg/l pada bagian hilir. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kesegaran air dibagian hulu dan hilir lebih baik jika dibandingkan dengan
bagian tengah. Hal ini disebabkan oleh karena pada bagian tengah telah
mengalami pencemaran yang mengakibatkan nilai DO semakin menurun.
BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen Demand)
berbanding terbalik dengan DO (Dissolved Oxygen) semakin tinggi kadar BOD
dan COD maka semakin turun kualitas perairan hal ini ditunjukkan pada bagian
tengah nilai BOD dan COD sangat tinggi dibandingkan pada bagian hulu dan hilir
102
Tukad Yeh Sungi. Nilai rata-rata BOD pada masing-masing titik pengambilan
dari hulu, tengah dan hilir secara berturutan adalah sebagai berikut 0,96 mg/l, 1,47
mg/l dan 1,45 mg/l sedangkan untuk kandungan COD pada daerah hulu sebesar
3,07 mg/l, bagian tengah sebesar 8,36 mg/l dan bagian hilir sebesar 8,64 mg/l.
Kandungan COD dalam perairan memiliki kecenderungan nilai yang lebih besar
jika dibandingkan kandungan BOD.
103
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengambilan sampel air yang telah dilaksanakan pada
bulan Oktober 2011 di Tukad Yeh Sungi dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Karakteristik sumber pencemar yang mempengaruhi kualitas air pada Tukad
Yeh Sungi pada wilayah I adalah kegiatan pertanian, peternakan skala rumah
tangga, pemukiman padat penduduk dan kegiatan industri sedangkan pada
wilayah II disebabkan oleh kegiatan pertanian, peternakan skala rumah tangga,
pemukiman penduduk dan villaakibat limbah yang dihasilkan tidak dikelola
dengan baik, sehingga air sungai menjadi tercemar..
2. Status Mutu Tukad Yeh Sungi berdasarkan Metode Indeks Pencemaran pada
bagian hulu masih memenuhi kualitas air kelas 1 sedangkan pada bagian
tengah dan hilir tergolong tercemar ringan ditunjukkan oleh persebaran nilai
COD, BOD, TSS, Fosfat dan Faecal coliform telah melampaui baku mutu
yang telah ditetapkan berdasarkan Baku Mutu Kualitas Air kelas 1
berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007.
3. Nilai rata rata pada masing-masing titik pengambilan sampel tedapat 2 (dua)
parameter kualitas air telah melampaui Baku Mutu Kualitas Air kelas 1 di
Tukad Yeh Sungi yaitu Total fosfat dan Faecal coliform.
102
104
7.2 `Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat disarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pemantauan dan pendataan penggunaan pupuk buatan
(N,P,K) dan pestidida oleh instansi terkait dalam hal ini Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tabanan dan Petugas
Penyuluh Lapangan petani serta pembuangan limbah domestik yang
berasal dari pemukiman.
2. Perlu dilakukan pendataan dan pengawasan tentang perijinan kegiatan/
usaha baik skala rumah tangga maupun skala menengah, kegiatan
peternakan serta limbah yang dihasilkan oleh instansi terkait yaitu Dinas
Perindustrian dan Perdagangan dan UKM Kabupaten Tabanan, Dinas
Peternakan Kabupaten Tabanan, Kantor Lingkungan Kabupaten Tabanan.
3. Perlu adanya program/kegiatan pembuatan biogas untuk menanggulangi
limbah yang dihasilkan akibat adanya kegiatan peternakan.
4. Perlu adanya penelitian secara periodik untuk mendapatkan gambaran
kualitas air Tukad Yeh Sungi mengingat fungsinya sebagai penyedia air
baku PDAM Kabupaten Tabanan.
105
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G and S.S. Santika. 1994. Metode Penelitian Air. Penerbit Usaha
Nasional Surabaya
APHA. 1989. Standard methods for the examination of waters and wastewater.
17th ed. American Public Health Association, American Water Works
Association, Water Pollution Control Federation. Washington, D.C. 1467 p.
As-syakur A.R, I. W. Suarna, I. W. S. Adnyana, I W. Rusna, I. A. A Laksmiwati
dan I W. Diara. 2008. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Badung.
Jurnal Bumi Lestari10 (2) : 200-208
Bappeda Kabupaten Tabanan. 2010. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Tabanan Nomor Tahun 2010 tentang Rancangan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tabanan. Tabanan.
Bappedal Jateng. 2002. Laporan Akhir, Penyusunan Profil Lingkungan DAS
Babon di Jawa Tengah. Semarang.
BLH Provinsi Bali, 2009. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali.
Denpasar.
Boyd, CE. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Fond, Auburn University
Agricultural Experimenta. Auburn Alabama.
Cottam, T. 1969. Research for Establishment of Water Quality Criteria for
Aquatic Life. Reprint Transac of the 2nd Seminar on Biology, April 20-24,
Ohio.
Dahuri, R. dan A. Damar. 1994. Metode dan Teknik Analisis Kualitas Air. PPLH,
Lembaga Penelitian IPB-Bogor.
Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit Universitas Atmajaya,
Yogyakarta, hal : 66, 68.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tabanan, 2010.
Laporan Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kabupaten Tabanan. Tabanan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 2123, 185
Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Penerbit
PT. Gramedia. Jakarta. Hal : 7-10.
Hardjasoemantri, K. 1986. Hukum Tata Lingkungan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
104
106
107
108
109
110
110
Lampiran 4. Data Hasil Pemantauan Kualitas Air Minggu I
No
Parameter
Temperatur
Udara
Debit
Satuan
Hulu
03-Okt-11
Tengah
Hilir
Hasil Pemantauan
05-Okt-11
Hulu
Tengah
Hilir
24,00
27,00
25,90
25,63
24,50
28,70
29,70
27,63
26,40
26,44
26,38
27,00
0,33
0,30
0,90
0,51
0,33
0,30
0,90
0,51
0,33
0,58
0,38
0,51
23,50
24,50
26,80
24,93
24,30
25,70
25,70
25,23
24,80
24,71
24,68
25,77
0,15
13,25
13,24
8,88
0,54
9,70
8,18
6,14
0,47
5,74
6,64
7,80
50
7,00
40,00
30,00
25,67
12,00
82,00
60,00
51,33
14,00
30,89
34,44
42,00
1000
131,00
180,00
183,00
164,67
154,00
185,00
184,00
174,33
143,00
159,89
169,44
170,33
256,00
354,00
359,00
323,00
367,00
363,00
361,00
363,67
281,00
313,33
361,56
334,33
6-9
6,82
7,45
7,75
7,34
7,00
7,56
7,60
7,39
7,01
7,25
7,28
7,44
0.2
0,21
0,50
0,61
0,44
0,28
0,53
0,54
0,45
0,24
0,40
0,41
0,46
Min 6
7,30
6,90
7,10
7,10
7,10
6,90
7,10
7,03
6,70
7,17
7,01
6,90
0,99
1,39
1,19
1,19
0,99
1,59
1,19
1,26
1,10
1,12
1,21
1,29
10
2,00
12,00
10,00
8,00
2,20
8,30
6,90
5,80
2,20
5,63
6,67
6,83
100
70,00
280,00
200,00
183,33
70,00
200,00
280,00
183,33
40,00
177,78
177,78
146,67
1000
110,00
2.100,00
750,00
986,67
140,00
1.500,00
2.100,00
1.246,67
200,00
1.065,56
1.162,22
816,67
BML
Kelas I
C
m3/detik
Rata - rata
07-Okt-11
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Fisika
Suhu Air
Kekeruhan
TSS
TDS
DHL
Deviasi 3
NTU
mg/L
mg/L
S
Kimia
pH
Total Phosfat
DO
BOD
COD
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Biologi
Fecal coliform
Total coliform
Jml/100ml
Jml/100ml
111
Lampiran 5. Data Hasil Pemantauan Kualitas Air Minggu II
No
Parameter
Temperatur Udara
Debit
Satuan
Hasil Pemantauan
BML
Kelas I
10-Okt-11
Rata - rata
12-Okt-11
14-Okt-11
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
27,00
28,90
29,50
26,50
26,00
25,80
27,00
27,30
28,70
26,83
27,40
28,00
m3/detik
0,33
0,30
0,90
0,18
0,17
0,34
0,18
0,17
0,34
0,23
0,21
0,53
25,70
26,60
26,80
25,40
25,80
25,80
23,70
25,80
26,20
24,93
26,07
26,27
0,71
11,76
14,70
0,48
12,47
17,52
0,94
20,90
9,77
0,71
15,04
14,00
Fisika
Suhu Air
Deviasi 3
Kekeruhan
NTU
TSS
mg/L
50
7,00
10,00
12,00
13,00
42,00
53,00
7,00
42,00
34,00
9,00
31,33
33,00
TDS
mg/L
1000
136,00
181,00
177,00
134,00
190,00
196,00
137,00
189,00
187,00
135,67
186,67
186,67
DHL
270,00
355,00
350,00
264,00
373,00
386,00
269,00
370,00
369,00
267,67
366,00
368,33
6-9
7,06
7,50
7,69
7,03
7,63
7,78
7,01
7,51
7,65
7,03
7,55
7,71
Kimia
pH
Total Phosfat
mg/L
0.2
0,27
0,30
0,38
0,12
0,42
0,41
0,11
0,33
0,34
0,17
0,35
0,38
DO
mg/L
Min 6
6,70
6,50
6,70
6,70
6,10
6,70
6,70
6,30
6,70
6,70
6,30
6,70
BOD
mg/L
1,15
1,79
1,25
1,37
1,95
1,40
0,84
1,94
1,24
1,12
1,89
1,30
COD
mg/L
10
1,90
8,00
8,00
2,00
10,40
7,30
0,90
12,20
9,30
1,60
10,20
8,20
Fecal coliform
Jml/100ml
100
70,00
90,00
150,00
90,00
110,00
150,00
90,00
140,00
110,00
83,33
113,33
136,67
Total coliform
Jml/100ml
1000
110,00
150,00
210,00
150,00
200,00
280,00
110,00
280,00
210,00
123,33
210,00
233,33
Biologi
112
No
Parameter
Satuan
BML
Kelas I
Hulu
Temperatur
Udara
Debit Aliran
Sungai
17-Okt-11
Tengah
Hilir
Hasil Pemantauan
19-Okt-11
Hulu Tengah Hilir
Rata - rata
Hulu
21-Okt-11
Tengah
Hilir
Hulu
Tengah
Hilir
27,8
29,4
29,9
25,7
29,4
27,9
27,7
28,8
28,9
27,1
29,2
28,9
0,18
0,17
0,34
0,18
0,17
0,34
0,33
0,3
0,9
0,2
0,2
0,5
24,9
27,7
29,9
25,1
27,9
27,5
25,7
27,6
28,5
25,2
27,7
28,6
0,25
14,15
12,53
0,6
28,1
10,98
0,61
18,1
10,9
0,5
20,1
11,5
50
64
58
53
35
60
51
7,3
59,0
48,0
1000
141
184
192
141
183
196
136
177
192
139,3
181,3
193,3
290
362
377
278
359
386
270
350
376
279,3
357,0
379,7
m3/detik
Fisika
Suhu Air
Kekeruhan
NTU
TSS
mg/L
TDS
DHL
mg/L
Deviasi 3
Kimia
0,0
pH
6-9
7,03
7,53
7,73
7,28
7,63
7,68
7,56
7,75
7,1
7,6
7,7
Total Phosfat
mg/L
0,2
0,23
0,41
0,44
0,21
0,44
0,46
0,17
0,31
0,36
0,2
0,4
0,4
DO
mg/L
Min 6
6,5
6,1
6,5
6,4
6,2
6,5
6,9
6,7
7,1
6,60
6,33
6,70
BOD
mg/L
0,4
1,25
0,85
0,55
2,05
1,44
0,97
2,32
1,26
0,64
1,87
1,18
COD
mg/L
10
1,9
9,2
7,3
1,9
10,8
9,4
2,1
11,9
8,7
1,97
10,63
8,47
Fecal coliform
Jml/100ml
100
70
140
150
90
230
150
70
150
70
76,7
173,3
123,3
Total coliform
Jml/100ml
1000
110
200
280
200
750
280
90
210
210
133,3
386,7
256,7
Biologi
113
Lampiran 7. Data Nilai Rata-rata Maing-masing Parameter pada Tukad Yeh Sungi
No
Parameter
Suhu Udara
Debit i
Satuan
BML
Kelas I
Rata rata
Hulu
Minggu Minggu Minggu
I
II
III
Total
Minggu
I
Rata - rata
Tengah
Minggu
II
Minggu
III
Total
Minggu
I
Rata - rata
Hilir
Minggu
II
Minggu
III
Total
26,44
26,83
27,07
26,78
26,38
27,40
28,00
27,26
27,00
29,20
28,90
28,37
m3/detik
0,58
0,23
0,23
0,35
0,38
0,21
0,53
0,37
0,51
0,21
0,53
0,42
24,71
24,93
25,23
24,96
24,68
26,07
26,27
25,67
25,77
27,73
28,63
27,38
5,74
0,71
0,49
2,31
6,64
15,04
14,00
11,89
7,80
20,12
11,47
13,13
Fisika
Suhu Air
Deviasi 3
Kekeruhan
NTU
TSS
Mg/L
50
30,89
9,00
7,33
15,74
34,44
31,33
33,00
32,93
42,00
59,00
48,00
49,67
TDS
Mg/L
1000
159,89
135,67
139,33
144,96
169,44
186,67
186,67
180,93
170,33
181,33
193,33
181,67
DHL
313,33
267,67
279,33
286,78
361,56
366,00
368,33
365,30
334,33
357,00
379,67
357,00
6-9
7,25
7,03
7,10
7,13
7,28
7,55
7,71
7,51
7,44
7,57
7,72
7,58
Kimia
pH
Total Phosfat
Mg/L
0.2
0,40
0,17
0,20
0,26
0,41
0,35
0,38
0,38
0,46
0,39
0,42
0,42
DO
Mg/L
Min 6
7,17
6,70
6,60
6,82
7,01
6,30
6,70
6,67
6,90
6,33
6,70
6,64
BOD
Mg/L
1,12
1,12
0,64
0,96
1,21
1,89
1,30
1,47
1,29
1,87
1,18
1,45
COD
Mg/L
10
5,63
1,60
1,97
3,07
6,67
10,20
8,20
8,36
6,83
10,63
8,47
8,64
Fecal coliform
Jml/100ml
100
177,78
83,33
76,67
112,59
177,78
113,33
136,67
142,59
146,67
173,33
123,33
147,78
Total coliform
Jml/100ml
1000
1065,56
123,33
133,33
440,74
1162,22
210,00
233,33
535,19
816,67
386,67
256,67
486,67
Biologi
HARI/TGL
Senin
3 Oktober 2011
PARAMETER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Senin
3 Oktober 2011
PARAMETER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Senin
3 Oktober 2011
TSS
TDS
pH
Total Phosfat
DO
BOD
COD
Fecal coliform
Total coliform
TSS
TDS
pH
Total Phosfat
DO
BOD
COD
Fecal coliform
Total coliform
PARAMETER
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TSS
TDS
pH
Total Phosfat
DO
BOD
COD
Fecal coliform
Total coliform
Ci
Lij
7
131
6,82
0,21
7,30
0,99
2
70
110
50
1000
6-9
0,2
6
2
10
100
1000
Ci
Lij
30
180
7,45
0,55
6,9
1,39
12
280
2100
50
1000
6-9
0,2
6
2
10
100
1000
Ci
Lij
40
183
7,75
0,61
7,1
1,19
18
200
750
50
1000
6-9
0,2
6
2
10
100
1000
114
Ci/Lij
Ci/Lij Baru
0,14
0,13
0,45
1,05
-0,30
0,50
0,20
0,70
0,11
0,14
0,13
0,45
1,11
-0,05
0,50
0,20
0,70
0,11
(Ci/Lij)R
0,37
(Ci/Lij)M
Pij
0,70
0,56
Ci/Lij
Ci/Lij Baru
0,6
0,18
0,03
2,75
0,10
0,70
1,20
2,80
2,10
0,6
0,18
0,03
3,20
0,02
0,70
1,40
3,24
2,61
(Ci/Lij)R
1,33
(Ci/Lij)M
Pij
3,24
2,47
Ci/Lij
Ci/Lij Baru
0,8
0,18
0,20
3,05
-0,10
0,60
1,80
2,00
0,75
0,8
0,18
0,20
3,42
-0,02
0,60
2,28
2,51
0,75
(Ci/Lij)R
1,19
(Ci/Lij)M
Pij
3,42
2,56
Keterangan
Hulu
Tengah
Hilir