Anda di halaman 1dari 42

RESUME KOMPILASI

SKENARIO 1
STRATEGI BELAJAR DAN MENGATASI MASALAH BELAJAR

ELIXIR

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

A. Skenario
Dokter Surono adalah dokter lulusan dari Fakultas Kedokteran 20 tahun yang lalu.
Dokter Surono praktek di kecamatan yang jauh dari kabupaten. Di kecamatan itu, tidak ada
praktek dokter lain. Pasien di kecamatan tersebut mengenal dokter Suron sebagai pribadi yang
ramah dan berempati kepada pasien- pasiennya, sehingga komunikasi antara dokter dan
pasien terjalin dengan baik. Pemanfaatan gadget untuk mencari hal- hal baru yang berkaitan
dengan dunia kedokteran senantiasa dilakukan. Hal ini dilakukan sejak kuliah di Fakultas
Kedokteran, beliau dilatih agar mampu belajar seumur hidup (Lifelong Learning), Self
Directed Learning, belajar berdasar masalah (Problem-based Learning) sehingga saat ini
beliau lebih mandiri dalam menjalankan praktik kedokterannya meskipun terjadi perubahan
pola penyakitdan pelayanan kesehatan. Selain itu, dokter Surono masih mengandalkan
pengetahuan yang didapat semasa kuliah dan berdasarkan pengalaman praktek selama ini.
Dalam praktik kedokterannya, beliau selalu mendasarkan diagnosis dan terapi berdasarkan
bukti (Evidence-based Medicine).
B. Klarifikasi Istilah
1. Empati

Keadaan mengidentifikasi / membuat dirinya memahami dan merasakan


perasaan orang lain

Sebuah respon aktif dan kognitif terhadap keadaan seseorang

2. Komunikasi

Proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain

Sebuah proses timbal balik antara komunikan dan komunikator

Cara mendapatkan sebuah informasi baik secara verbal yakni lisan dan non
lisan, maupun secara non verbal yakni dengan Bahasa tubuh dan isyarat

3. Lifelong learning

Gaya belajar seseorang yang hingga akhir hayatnya selalu mencari tahu
informasi informasi terkini dan tidak pernah berhenti untuk belajar

Model pembelajaran yang bergantung pada perkembangan kehidupan


seseorang

Gaya belajar yang berlanjut secara berkesinambungan, terus-menerus


dilakukan

Menurut John Devey, pendidikan itu menyatu dengan hidup, oleh karena itu
pendidikan terus berlangsung sepanjang hidup sehingga pendidikan itu tidak
pernah berakhir

4. Self directed learning

Proses pembelajaran yang menitikberatkan pada pelajar atau murid itu sendiri
sehingga model pembelajaran ini tidak terpusat atau terpaku pada instruksi
guru atau pembimbing tetapi berpusat pada inisiatif dan kemandirian seorang
siswa

Model pembelajaran yang tidak otodidak namun bagaimana menimbulkan


motovasi diri seorang siswa dalam hal belajar

5. Problem based learning

Sebuah metode pembelajaran dimana seorang siswa menciptakan suatu


masalah itu sendiri dan menggunakan metode keterampilan individu untuk
memecahkan masalahnya

Sebuah metode belajar berdasarkan masalah, kasus, atau scenario yang kita
dapat lalu kita mencari masalah dan memecahkan serta memberi solusi
terhadap masalahh itu, dengan begitu gaya pembelajaran ini akan
meningkatkan cara berpikir untuk lebih kritis

6. Diagnosis

Merupakan hipotesis melalui langkah-langkah guna menentukan jenis penyakit


melalui serangkaian pemerikasaan dan gejala-gejala yang ditimbulkan sebagai
pembeda antara penyakit yang satu dengan yang lainnya

7. Evidence based medicine (EBM)

Sebuah bukti empiris yang ada sebelum mengajukan diagnosis

Diagnosis yang didasarkan pada formulasi kesehatan dan bukti ilmiah yang
ada serta evaluasi data, EBM itu sendiri bertujuan dalam proses pengambilan
keputusan diagnosis klinik yang berlandaskan penelitian, pemahaman klinis,
keputusan pasien, dan pemahaman informasi kedokteran

C. Komunikasi
a. Definisi komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator


melalui saluran tertentu pada komunikan dengan tujuan mendorong perilaku manusia
sehingga mengarah kepada keadaan sehat utuh secara fisik, mental, dan sosial.
b. Tujuan dan manfaat komunikasi
-

Tujuan komunikasi : memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan tertentu


dalam mencapai suatu tujuan. Dalam proses komunikasi terjadi suatu pengertian
yang diinginkan bersama sehingga tujuan lebih mudah tercapai

Manfaat komunikasi :

Mengurangi ketidakpastian

Memperoleh informasi

Menguatkan keyakinan

Mengungkapkan perasaan

c. Unsur unsur komunikasi


-

Komunikator : orang yang memberi informasi

Pesan / message : pendapat, pikiran, saran yang akan disampaikan

Tanda / symbol / sign : lambang yang digunakan dalam komunikasi verbal


maupun non verbal

Saluran / channel : sarana untuk menyampaikan dan menerima pesan

Komunikan : orang yang menerima pesan/informasi

Lingkungan (suara, kebisingan, noise)

Umpan balik (feedback)

d. Jenis komunikasi
-

Komunikasi verbal : (Potter & Perry. 1987) komunikasi verbal merupakan


komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan atau tulisan. Faktor-faktor
komunikasi verbal :

Penggunaan bahasa
Mempertimbangkan pendidikan pasien , pengalaman, dan kemahiran
berbahasa. Diperlukan kejelasan, keringkasan, dan kesederhanaan.

Kecepatan (Pause)
Memberikan kesempatan kepada komunikator untuk berpikir jernih.

Voice Tone (nada suara)


Nada suara dapat mengekspresikan antusiasme, perhatian, ketidaktertarikan,
dan kejengkelan.

Komunikasi nonverbal :
Komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan ataupun tulisan tetapi
menggunakan

bahasa

kial

(gerak

tangan

sebagai

isyarat).Faktor-faktor

komunikasi nonverbal :

Kinesics : ekspresi muka, gesture (gerak, isyarat, sikap), dan posture (gerakan
tubuh).

Paralanguage : suara tanpa adanya struktur linguistik (tertawa, mendengkur,


mengerang, meritih, hembusan nafas).

Proxemics (jarak dalam berinteraksi sosial) : mempelajari jarak hubungan


dalam interaksi sosial.

Sentuhan : komunikasi yang paling dasar dan primitif

Cultural artifact : hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang lain
yang dapat menimbulkan rangsangan non verbal misalnya baju, kosmetik, dan
perhiasan.

Gaya berjalan, misal : jalan semangat berarti gembira, jalan diseret berarti
bersedih.

Penampilan fisik secara umum : misal, kulit kering tanda dehidrasi, pola nafas
cepat tanda cemas.
e. Bentuk komunikasi
Bentuk komunikasi dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Komunikasi pribadi
a. Komunikasi intra pribadi : terjadi dalam diri individu (berpikir).
b. Komunikasi antar pribadi : terjadi antar dua orang atau lebih (percakapan).
2. Komunikasi antar kelompok
Komunikasi antara seseorang dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama
dalam kelompok.
3. Komunikasi masa
Komunikasi yang disampaikan untuk khalayak banyak (komunikan yang
beragam dalam jumlah banyak) dengan menggunakan media seperti tv, surat
kabar, radio, dan lain-lain.
f. Metode komunikasi
-

Komunikasi informasi (menyampaikan informasi)

Kelebihan : mencapai jumlah sasaran yang cukup besar

Kekurangan : isi pesan kurang tajam dan tidak mengikat komunikan

Komunikasi persuasive (membujuk dengan memberi alasan)

Kelebihan : komunikan lebih menangkap informasi sehingga dapat


menentukan sikap dan mengikuti ajakan komunikator

Kekurangan : membutuhkan banyak waktu

Komunikasi instruktif (perintah untuk melakukan tugas)

Kelebihan : jangka waktu singkat, lebih menunjukan keberhasilan

Kelemahan : bersifat otoriter

g. Faktor yang memengaruhi komunikasi


-

Usia

Persepsi

Nilai

Latar

belakang

budaya
-

Emosi

Jenis kelamin

Pengetahuan

Peran dan hubungan

Lingkungan

Jarak

Citra diri

Kondisi fisik

sosial

h. Hambatan dalam komunikasi


-

Faktor yang bersifat teknis :


Kurangnya penguasaan teknis komunikasi, ketidakmampuan mengungkapkan pesan,
menterjemahkan pesan, memilih saluran dan metode penyampaian pesan.Hambatan
dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya
atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional.

Hambatan dalam penyandian/simbol


Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga
mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim
dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.

Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media


komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak
dapat mendengarkan pesan.

Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh
si penerima

Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan
alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat
komunikasi dan sebagainya.

Hambatan Semantik.
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai
arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan
dan penerima.

Faktor yang bersifat non teknis (perilaku) :

Pandangan yang bersifat apriori

Prasangka atas dasar emosi

Otoriter

Ketidakmauan untuk berubah

Egosentris

Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat


menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.

Hambatan

dalam

memberikan

balikan.

Balikan

yang

diberikan

tidak

menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat


waktu atau tidak jelas dan sebagainya.

Hambatan

Psikologis.

Hambatan

psikologis

dan

sosial

kadang-kadang

mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang


berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
i. Solusi
Cara mengatasi Hambatan dan Memperbaiki komunikasi agar menjadi lebih efektif
(Beeve dan Thill, 2003;22) adalah :

Memelihara ikliim komunikasi terbuka. Iklim komunikasi merupakan campuran


dari nilai, tradisi dan kebisaaan. Komunikasi terbuka akan mendorong
keterusterangan dan kejujuran serta mempermudah umpan balik.

Bertekad memegang teguh etika berkomunikasi

Memahami kesulitan komunikasi antarbudaya. Majunya perkembangan teknologi


dan informasi telah menyebabkan terjadinya interaksi antarbudaya baik dalam
lingkup regional, nasional, maupun internasional.

Menggunakan

pendekatan

berkomunikasi

yang

berpusat

pada

penerima

Menggunakan pendekatan yang berpusat pada penerima berarti tetap mengingat


penerima ketika sedang berkomunikasi.

Menggunakan

teknologi

secara

bijaksana

dan

bertanggungjawab

untuk

memperoleh dan membagi informasi. Teknologi dapat dipergunakan untuk


menyusun , merevisi dan mendistribusikan pesan. Penggunaan teknologi yang
bertanggung jawab dan bijaksana akan mendorong terciptanya komunikasi yang
efektif.

Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien. Hal itu dapat
dilakukan dengan cara, Memahami penerima pesan, menyesuaikan pesan dengan
penerima, mengurangi jumlah pesan, memilih saluran atau media yang tepat,
meningkatkan keterampilan berkomunikasi

j. Cara komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien


-

Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

Tidak menggunakan istilah medis

Menggunakan nada yang tenang

D. Adult Learning
A. Pengertian
Adult Learning adalah cara berfikir yang lebih terarah pada bentuk pemecahan
masalah melalui pengarahan diri sendiri untuk di jadikan sebagai guru bagi dirinya
sendiri.Ketika kita menerapkan sistem adult learning maka cara belajar kita tidak
lagi seperti anak kecil yang hanya menerima informasi secara rendah mentah tetapi
dengan adult learning ini kita diharuskan untuk dapat menggali secara dalam,segala
sesuatu

yang

berkaitan

dengan

informasi

yang

kita

dapat

dan

mempertanggungjawabkan.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dasar
2. Mahasiswa dapat mandiri dan bisa berpikir dewasa
3. Mahasiswa lebih dapat berpikir kritis
4. Mengasah pemikiran masalah secara tepat dan kritis
5. Membentuk dokter yang kompeten sesuai Standar Kompetensi Dokter
C. Ciri-ciri
1. Subjek didik selalu bertanya
2. Subjek didik mencari jawaban sendiri
3. Subjek didik bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
4. Subjek didik termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana
belajar akan memberikan kepuasan
5. Orientasi subjek didik berpusat pada kehidupan,sehingga unit pembelajar
sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter
6. Pembelajaran adalah analisa pengalaman (experential learning)
7. Memiliki rasa takut gagal dalam konteks pembelajaran
8. Open minded
9. Rendah hati, skeptis

10. Rasa ingin tahu tinggi


D. Kelebihan
Membuat mahasiswa dapat mengarahkan dirinya sendiri,sehingga mampu bersikap
mandiri dalam mengambil sikap
E. Kekurangan
Dapat membuat mahasiswa menjadi tertekan akan apa yang dia rasakan karena
terbisaa untuk berpikir mandiri dalam menyelesaikan problem yang dihadapi
F. Perbedaan dengan cara belajar anak
1. konsep

: a) anak : tergantung guru


b) adult : mengarahkan diri sendiri

2. fungsi

: a) anak : bersifat nyata


b) adult : banyak pengalaman poblem solve

3. kesiapan : a) anak : terbisaa dikte (bergantung pada orang lain)


b) adult : selalu siap mempelajari sesuatu
4) orientasi : a) adult : mengembangkan kemampuan kemampuan diri dan potensi
G. Hubungannya dengan SPICES
Dalam menjalankan SPICES, harus memiliki pola adult learning, dimana SPICES
adalah metode atau strategi dalam belajar sedangkan adult learning adalah cara
belajar atau cara pengaplikasiannya.
H. Kesimpulan adult learning
Mahasiswa dituntut untuk aktif, mandiri, inovatif, dan open minded

E.

SPICES
A. Pengertian
SPICES : Student Center Learning, Problem Based Learning, Integrated, Community
based, Elective, Systematic
Berikut merupakan penjelasan dari strategi SPICES:
a. Student-Centered
-

Pusat pembelajaran pada mahasiswa mahasiswa harus aktif secara mandiri


mencari apa yang menjadi kebutuhannya.

Dosen bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, dan menjadi


faislitator/pembimbing bagi mahasiswanya.

Mahasiswa lebih siap menjalani pembelajaran berkelanjutan yang akan


dijalani setelah lulus.

b. Problem-based learning
-

Mahasiswa dirangsang berpikir kritits, menganalisis, dan menggunakan


ilmu yang sudah dimiliki sebelumnya.

Mahasiswa diberi ilustrasi kasus, menentukan pengetahuan yang akan


digali, mencari informasi/pengetahuan secara mandiri, lalu disharing-kan
di dalam kelompok mahasiswa.

Mahasiswa memperoleh gambaran praktik klinik yang nyata, melatih


kemampuan pengambilan keputusan dan memandang masalah secara
holistik, serta melatih kerjasama.

c. Integrated Curriculum
- Mampu menghubungkan dan mengintegrasikan ilmu yang diperoleh.
- Mahasiswa mengaplikasikan ilmu dan kemampuan memecahkan masalah.
- Tidak menggunakan disiplin ilmu secara terpaket.
- Membentuk pendekatan yang holistic dan interdisiplin dalam menyelesaikan
masalah.
d. Community-based
- Orientasi pendidikan ditujukan kepada kebutuhan masyarakat.
- Mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar di fasilitas kesehatan
masyarakat, seperti puskesmas.
- Mahasiswa menjadi lebih terpajan pada masalah kesehatan masyarakat.
e. Elective
- Terdapat modul pilihan yang dapat diambil sesuai kemauan mahasiswa.
- Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan di bidang tertentu.
- Sistem elektif memberi tanggung jawab kepada mahasiswa atas apa yang
dipelajari dan memfasilitasi pilihan karirnya.

f. Systematic
- Mahasiswa menguasai ilmu secara sistematis berurutan, tidak lompatlompat.
- Diharapkan mahasiswa dapat mendapat pemahaman yang menyeluruh dan
dapat mencapai kompetensinya.
- Paparan terhadap berbagai masalah kesehatan menignkatkan kesadaran
betapa pentingnya kompetensi yang harus dicapai.

B. Fungsi
2. Mahasiswa aktif, kritis dan kreatif
3. Berfikir tajam dan luas
4. Keterampilan sosial di lingkungan
5. Belajar sesuai bakat dan minat
6. Pembelajaran tertib dan efektif
7. Memiliki prinsip yang kuat dalam hidup
8. Minimalisir mal praktek

C. Kelebihan

Sejalan dengan system PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan)

Mahasiswa aktif, kritis dan kreatif

Minimalisir mal praktek

D. Kekurangan

F.

Timbulnya sifat malas kepada mahasiswa

Timbulnya perbedaan karakter setiap mahasiswa

Problem Based Learning


A. Pengertian
Problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga

siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut


sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Komdi, 2007: 77).
Menurut Arends (Trianto, 2007) problem based learning merupakan suatu
pendidikan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata)
sehingga

diharapkan

mereka

dapat

menyusun

pengetahuannya

sendiri,

menumbuhkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuisi, memandirikan siswa dan


meningkatkan kepercayaandirinya.
Menurut Glazer (2001), problem based learning adalah suatu strategi pengajaran di
mana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang
nyata.

B. Sejarah PBL
Sejarah PBL sebenarnya telah dimulai pada tahun 1920 ketika itu Celestine
Freinet, seorang guru SD yang baru kembali dari Perang Dunia I kembali kekampung
halamannya di sebuah pedesaan di Barsur-loup di bagian tenggara Perancis. Ia menderita
cedera yang serius dan menyebabkannya tak bisa bernafas panjang. Ia sangat ingin
mengajar kembali di SD tetapi ia tida sanggup untuk bersuara keras dan lama. Sebagai
gantinya ia menggunakan metoda lain menggantikan metoda tradisional yang biasanya
dianut ketika itu. Ia meminta murid-muridnya untuk belajar mandiri dan ia hanya
memfasilitasi saja. Inilah awal pertama cikal bakal PBL diperkenalkan. Sejarah PBL
modern dimuali pada awal tahun 1970 di Mc Master University Faculty of Health
Science di Kanada. Sejak itu PBL dipakai secara luas di banyak negara.

C. Mengapa PBL
Ada beberapa alasan mengapa PBL digunakan dalam proses pembelajaran di
perguruan tinggi yaitu :
Seorang lulusan tidak dapat menaggulangi masalah yang dihadapinya hanya dengan
menggunakan satu disiplin ilmu. Ia harus mampu menggunakan dan memadukan ilmuilmu pengetahuan yang telah dipunyai atau mencari ilmu pengetahuan yang
dibutuhkannya dalam rangka menanggulangi masalahnya.

Melalui PBL yang diawali dengan pemberian masalah pemicu kepada mahasiswadapat
menerapkan suatu model pembelajaran secara spiral (spiral learning model) dengan
memilih konsep dan prinsip yang terdapat dalam sejumlah cabang ilmu, sesuai
kebutuhan masalah. Dengan diberi sejumlah masalah pemicu, diharapkan sebagian
besar/seluruh materi cabang ilmu dicakup.
Integrasi antara berbagai konsep/prinsip/informasi cabang ilmu dapat terjadi
Kemampuan mahasiswa untuk secara terus menerus melakukan up-dating /
pengembangan pengetahuannya tercapai
Perilaku sebagai seorang life long learner dapat tercapai
Langkah-langkah PBL yang dilaksanakan melalui diskusi kelompok dapat
menghasilkan sejumlah ketrampilan sebagai berikut
ketrampilan penelusuran kepustakaan
ketrampilan membaca
ketrampilan/kebiasaan membuat catatan
kemampuan kerjasama dalam kelompok
ketrampilan berkomunikasi
keterbukaan
berpikir analitik
kemandirian dan keaktifan belajar
wawasan dan keterpaduan ilmu pengetahuan
Dapat mengimbangi kecepatan informasi atau ilmu pengetahuan yang sangat cepat.

D. Tujuan
Agar dapat berpikir kritis
Memiliki keterampilan memecahkan masalah
Mendorong siswa berperan aktif, inisiatif, dan antusiasme
Memunculkan keingintahuan
Memberi pengalaman dan meningkatkan pemahaman
E. Karakteristik
Menurut Tan (Amir, 2007) karakteristik PBL adalah sebagai berikut :

Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

Bisaanya masalah yang digunakan dalam dunia nyata yang disajikan secara
mengambang

Masalah bisaanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut mahasiswa


untuk menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang
sebelumnya telah diajarkan

Masalah menantang siswa untuk mendapatkan pelajaran baru

Mengutamakan self directed learning (SDL)

Memanfaatkan berbagai macam sumber

Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

F. Unsur-unsur
1. Integrated Learning

Pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang pelajaran

Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan aspek-aspek perkembangan

Membangun pemikiran melalui pengalaman langsung

2. Contextual Learning

Belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan dialami dalam kehidupannya

Merasakan langsung manfaat belajar untuk kehidupannya

3. Constructivist Learning

Membangun pemikirannya melalui pengalaman langsung (hand on


experience

Learning by doing

4. Active Learning

Anak sebagai subyek belajar yang aktif menentukan, melakukan dan


mengevaluasi (PLAN-DO-REVIEW)

5. Learning Interesting

Pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan karena anak terlibat


langsung dalam menentukan masalah.

G. Metode

Melakukan Diskusi Tutorial

Problem based learning dipicu oleh masalah dan dapat diselesaikan dengan
diskusi tutorial. Idealnya diskusi tutorial ini dilakukan 9 orang. Diskusi tutorial
dilakukan dengan tujuh tahapan/ seven jumps yang terdiri dari :
1. Mengklarifikasi istilah/konsep
2. Menetapkan permasalahan
3. Menganalisis masalah
4. Menarik kesimpulan langkah (3)
5. Menentukan tujuan belajar
6. Belajar mandiri
7. Menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang telah ada

Belajar berkelompok

Berfokus pada masalah

Mendiskusikan masalah yang kurang dipahami

Saling mengajarkan (peer teaching)

Melakukan presentasi

H. Langkah-langkah PBL
Setelah mahasiswa menerima skenarion/masalah pemicu, masing-masing mahasiswa
perlu membaca dengan cermat seluruh masalah pemicu. Setelah selesai, selanjutnya
dalam kelompok (yang sudah disusun oleh pengelola) melakukan langkah implementasi
PBL yang terdiri atas 12 langkah (Brenda)
1.

Clarification and definition of the problem

2.

Analysis of the problem

3.

Development of Hypothesis (ses) / plausible explanations

4.

Identification and characterization of the knowledge needed

5.

Identification of what is already known

6.

Identification of appropriate learning resources

7.

Collection of new information/knowledge

8.

Synthesis of old and new information, and understanding of it by application to


the problem

9.

Repetition of all or some of the previous steps as necessary

10. Identification of what was not learned


11. Summary of what was learned and if possibe
12. Testing the understanding of the knowledge by its application to another problem.

I. Fase

Pengajuan masalah

Apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui dari masalah

Alternatif pemecahan

Laporan hasil

Pengembangan materi

J. Cara Beradaptasi

Aktif bertanya dan mengungkapkan pendapat

Sering melakukan diskusi

Meningkatkan keterampilan berkomunikasi

Meningkatkan rasa percaya diri

K. Kelebihan PBL
PBL memberikan aneka keuntungan sebagai berikut (Halonen, 2010):
1. Kemampuan retensi dan pemanggilan kembali (recall) pengetahuan lebih besar
2. Mengembangkan keterampilan interdisipliner:
Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek
Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik
Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan
3. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup:
Cara meneliti
Cara berkomuniasi dalam kelompok

Cara mengatasi masalah


4. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan
kelompok (peer assessment), berpsat pada mahasiswa, efektivitas tinggi.
5. Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan
Umpan balik segera
Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai
Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran (taksonomi
Bloom)
6. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan memecahkan masalah
7. Meningkatkaan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi mahasiswamahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur

L. Kelemahan PBL
Kerugian PBL sebagai berikut (Halonen, 2010):
1. Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar:
Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi
Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang diskusi, literatur,
perpustakaan tradisional maupun e-library, narasumber, tenaga profesional di
bidangnya
2. Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan dosen untuk
menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperoleh
mahasiswa selama proses pembelajaran
3. Memerlukan perubahan paradigma:
Pergeseran dari fokus dari apa yang diajarkan dosen (teacher-centered)
menjadi apa yang dipelajari mahasiswa (student-centered)
Perubahan pandangan dosen sebagai pakar yang berperan sebagai bank
pengetahuan melalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi dosen sebagai
fasilitator atau tutor pembelajaran

Dalam PBL, terdapat sebuah metode belajar yang dinamakan tutorial. Tutorial adalah metode
atau layanan bantuan belajar untuk mahasiswa yang bersifat akademis, di bawah bimbingan tutor
yang bertindak sebagai fasilitator. Ada tujuh langkah dalam tutorial atau dikenal dengan istilah
seven jumps :
1.

Klarifikasi istilah

2.

Tetapkan masalah

3.

Analisis masalah

4.

Kesimpulan dari analisis masalah

5.

Tentukan tujuan belajar

6.

Belajar mandiri

7.

Kesimpulan dari semua informasi yang ada

M. Fungsi tutorial

G.

Wadah sharing, bertukar pendapat

Menuntut siswa aktif

Melatih komunikasi efektif

Berpikir kritis

Open minded

Belajar memecahkan masalah dalam kehidupan

Critical thinking
A.

Pengertian
Schafersman (1991) mengatakan berpikir kritis adalah berpikir berdasarkan

pengetahuan yang sesuai dan dapat dipercaya,atau cara cara berpikir yang
beralasan,dapat digambarkan,bertanggung jawab dan mahir.Dalam pengertian ini
seorang dikatakan berpikir kritis bila menyakan suatu hal dan mencari informasi
dengan tepat. Kemudian infrmasi tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah dan
mengelolanya secara logis,efesien,dan kreatif,sehingga dapat membuat kesimpulan
yang dapat diterima akal.

Kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan,


mempertahankan

pendapat,

membuat

perbandingan,

menarik

kesimpulan,

mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah (Chance,1986)


B.

Tujuan
1) arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja
2) menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat
3) mandiri
4) dapat memenuhi Standar Kompetensi Dasar
5) menjadi lebih inisiatif

C.

Ciri-Ciri
Menurut Ferret (1996) seseorang dapat menjadi pemikir kritis bila memiliki

karakteristik berikut:
1) Menanyakan sesuatu yang berhubungan
2) Menilai pernyataan dan argumen
3) Dpat memperbaiki kekeliriuan pemahaman atau informasi
4) Memiliki rasa ingin tahu
5) Tertarik untuk mencari solusi baru
6) Dapat menjelaskan sebuah kriteria untuk menganalisis pendapat
7) Mencari bukti
8) Menguji masalah secara terbuka
9) Dapat menolak informasi bila tidak benar atau tidak relevan
10) Mencari bukti ilmiah untuk mendukung asumsi dan keyakinan
11) Menguji kepercayaan,asumsi,dan pendapat dan membandingkannya dengan bukti
yang ada\
12) Mengetahui bahwa berpikir kritis adalah proses sepanjang hayat dari instropeksi
diri
D.

Inti keterampilan berpikir kritis


-

Interpretasi kategorisasi, dekode, mengklarifikasi makna

Analisis memeriksa gagasan, mengidentifikasi argumen, menganalisis argumen

Evaluasi menilai klaim (pernyataan), menilai argumen

Inferensi mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (misalnya, differential


diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mengambil keputusan

Penjelasan menyatakan masalah, menyatakan hasil, mengemukakan kebenaran


prosedur, mengemukakan argumen

E.

Regulasi diri meneliti diri, mengoreksi diri

Mengapa Perlu Berpikir Kritis?


-

Berpikir kritis sangat penting di abad ke 21. Abad ke 21 merupakan era informasi
dan teknologi. Seorang harus merespons perubahan dengan cepat dan efektif,
sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan
menganalisis informasi, dan mengintegrasikan berbagai sumber pengetahuan
untuk memecahkan masalah.

Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan
sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life)

F.

Manfaat Berpikir Kritis bagi Mahasiswa


-

Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen

Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas

Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif

Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang


kuat

Membisaakan berpikiran terbuka

Berpikir Kritis Menghafal


Berpikir Kritis

Menghafal

Dapat menyimpulkan dari apa yang Menghimpun semua informasi


diketahuinya

untuk

menyelesaikan tanpa saringan

masalah
Berpikir Kritis Mengkritik
Berpikir kritis

Mengkritik

Netral, objektif, berperan penting dalam Hanya judging

kerjasama menemukan alasan yang benar


dan logis

H. Paradigma Lama dan Paradigma Baru Pendidikan Dokter

A.

Definisi Paradigma Lama


Suatu pandangan umum dalam dunia pendidikan dokter yang mengarah kepada cara
cara pengajaran bersifat konvensional. Yaitu dosen sebagai pemberi materi sekaligus
pusat dari proses belajar mengajar.

B.

Ciri-ciri Paradigma Lama :

Teacher Centered

Potensi dari Mahasiswa kurang digali.

Belajar berdasarkan contohdan teori yang sudah terbukti secara ilmiah.

Lebih mengutamakan memory (menghafal) dalam pembelajaran.

Dosen cenderung terus menuntun dan mengarahkan apa saja yang harus dilakukan
dan dipelajari para mahasiswa.

Rasa percaya diri dalam diri mahasiswa kurang tumbuh secara optimal.

Mental para mahasiswa untuk lebih inovatif dan bersikap mandiri menjadi
terhambat.

C.

Definisi Paradigma Baru


Paradigma baru adalah suatu kurikulum yang berbasis masalah (PBL) yang sangat
berbeda

dengan

kurikulum

konvensional,

dimana

paradigma

baru

ini

mengintegrasikan materi akademik dan profesi. Selain itu, pada paradigma baru ini,
peran teknologi informasi juga ditingkatkan.

D.

Penyebab
Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang terus berkembang dengan temuantemuan baru serta perkembangan teknologi informasi harus diimbangi oleh para calon

dokter maupun dokter yang sudah lulus. Kondisi ini diharapkan agar para profesional
dokter mampu beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis (Sumber:
Buku Pedoman Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Jember Tahun Akademik
2014/2015)

E.

Ciri-ciri Paradigma Baru Pendidikan Dokter

Student centered.

Belajar berdasarkan masalah.

Praktek atau skill lab diberi sejak awal (early clinical exposure)

Mahasiswa dituntut aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Mengacu pada kurikulum nasional berbasis kompetensi dokter pelayanan primer


dengan pendekatan dokter keluarga. (Sumber:unisys.uii.ac.id)

F.

Tujuan
Dengan menguasai teknik belajar menurut paradigma baru pendidikan kedokteran,
mahasiswa diharapkan nantinya mampu belajar sepanjang hayat dan juga menguasai
teknikberkomunikasi, mulai dari komunikasi interpersonal sampai dengan melakukan
komunikasi dengan berbagai pihak (paramedis, dokter dan petugas kesehatan dan
nonkesehatan lainnya) baik secara verbal atau nonverbal maupun menggunakan
teknologi informasi. (Sumber: Pengantar Pendidikan Kedokteran Universitas Andalas)
Perbedaan :
SPICES

TRADITIONAL

Student centered

Teacher centered

Problem based

Pengumpulan informasi

Integrated

Disiplin pengetahuan

Community based

Hospital based

Elective

Program standar

Systematic

Berdasarkan pekerjaan magang

Maksud dari kata tersebut adalah

Student Centered : pusat belajar ada pada mahasiswa

Problem Based

: mahasiswa belajar melalui masalah-masalah

yangdipaparkan

Integrated : materi yang diterima mahasiswa sudah di integrasi sehingga


semakin mudah untuk dipahami

Community Based : kasus yang diberikan adalah kasus yang terjadi pada
masyarakat

Elective

: materi yang diberikan pada mahasiswa sudah diseleksi sesuai

kebutuhan mahasiswa

Systematic : diberikan secara sistematik sesuai dengan tingkatan

I. KBK
A. Definisi
Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standart performansi tertentu
sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa penguasaan terhadap
seperangkat kompetensi tertentu tersebut.

B. Ciri-ciri

Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual


maupun klasikal

Berorientasi pada hasil belajar

Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode


yang bervariasi

Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga seluruh sumber belajar yang
memenuhi edukasi

Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya atau pencapaian
suatu kompetensi

C. Tujuan KBK

1.

Meningkatkan efisisensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik,


waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal

2.

Memberikan berbagai macam petunjuk dan gambaran kaitan bidang


keilmuan yang sedang dipelajari dan berbagai bidang keilmuan lainnya.

3.

Menjadikan siswa itu aktif dalam belajar dan mengembangkan potensi


yang ada dlam dirinya.

4.

Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria


pencapaiannya (Depdiknas,2002)

J. SKDI

A. Pengertian
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal
kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan
primer. SKDI pertama kali disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada
tahun 2006 dan telah digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). SKDI juga menjadi acuan dalam pengembangan uji
kompetensi dokter yang bersifat nasional.

Standar Kompetensi Dokter Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang
diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dokter layanan primer. Setiap area
kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area
kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih
lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan. Standar
Kompetensi Dokter Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan, Daftar
Masalah, Daftar Penyakit, dan Daftar Keterampilan Klinis. Fungsi utama keempat
daftar tersebut sebagai acuan bagi institusi pendidikan kedokteran dalam
mengembangkan kurikulum institusional.

a. Daftar Penyakit, berisikan nama penyakit yang merupakan diagnosis banding dari
masalah yang dijumpai pada Daftar Masalah. Daftar Penyakit ini memberikan
arah bagi institusi pendidikan kedokteran untuk mengidentifikasikan isi
kurikulum. Pada setiap penyakit telah ditentukan tingkat kemampuan yang
diharapkan, sehingga memudahkan bagi institusi pendidikan kedokteran untuk
menentukan kedalaman dan keluasan dari isi kurikulum.
b. Daftar Keterampilan Klinis, berisikan keterampilan klinis yang perlu dikuasai
oleh dokter layanan primer di Indonesia. Pada setiap keterampilan telah
ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi
pendidikan kedokteran untuk menentukan materi dan sarana pembelajaran
keterampilan klinis.
1. KOMUNIKASI EFEKTIF; mampu menggali dan bertukar informasi secara
verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia, anggota keluarga, masyarakat,
kolega, dan profesi lain.
2. KETERAMPILAN KLINIS; melakukan prosedur klinis dalam menghadapi
masalah kedokteran sesuai dengan kebutuhan pasien dan kewenangannya.
3. LANDASAN ILMIAH ILMU KEDOKTERAN; mengidentifikasi,
menjelaskan, dan merancang penyelesaian masalah kesehatan secara ilmiah
menurut ilmu kedokteran-kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang
optimum.
4. PENGELOLAAN MASALAH KESEHATAN : mengelola masalah kesehatan
individu, keluarga, maupun masyarakat secara komprehensif, holistik,
bersinambung, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan
primer.
5. PENGELOLAAN INFORMASI : mengakses, mengelola, menilai secara kritis
kesahihan dan kemamputerapan informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan
masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di
tingkat primer.
6. MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI : melakukan praktik
kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya;

mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang dapat


mempengaruhi kemampuan profesinya; belajar sepanjang hayat; merencanakan,
menerapkan, dan memantau perkembangan profesi secara sinambung.
7. ETIKA, MORAL, MEDIKOLEGAL DAN PROFESIONALISME SERTA
KESELAMATAN PASIEN : berprilaku profesional dalam praktik kedokteran
serta mendukung kebijakan kesehatan; bermoral dan beretika serta memahami isu
etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran; menerapkan program
keselamatan pasien.
B. Perbedaan SKDI lama*) dengan SKDI 2012*)
Secara teknis, sistematika SKDI yang baru mengalami perubahan, yaitu:
1.

Penambahan Daftar Masalah Profesi pada Lampiran Daftar Masalah, sebagai tindak
lanjut hasil kajian terhadap perilaku personal dokter.

2.

Penambahan Lampiran Pokok Bahasan untuk Pencapaian 7 Area Kompetensi,


sebagai tindak lanjut hasil kajian mengenai implementasi SKDI di institusi
pendidikan kedokteran.

3.

Konsistensi lampiran daftar masalah, penyakit, dan keterampilan klinis disusun


berdasarkan organ sistem. Hal ini untuk memberikan arahan yang lebih jelas bagi
institusi pendidikan kedokteran dalam menyusun kurikulum serta mencegah
terjadinya duplikasi yang tidak perlu. Sistematika berdasarkan organ system ini juga
mempermudah penyusun kurikulum dalam menentukan urutan tematik tujuan
pembelajaran secara sistematis.

4.

Perubahan urutan pada tujuah area kompetensi. Profesionalitas yang luhur menjadi
area kompetensi pertama. Diikuti secara berurutan oleh mawas diri dan
pengembangan diri, komunikasi efektif, pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu
kedokteran, keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan. (KKI,2012)

K. Penerapan Teknologi Informasi dalam dunia Kedokteran


Bidang kedokteran dan Teknologi Informasi sangatlah berhubungan. Diantanranya ditunjukan
oleh beberapa peran Teknologi Informasi di bidang kedokteran, diantaranya:
1.

Sistem informasi digunakan untuk mencatat rekaman medis pasien secara elektronis.

2.

Untuk mencari informasi tentang seseorang pasien, pengunjung dapat berinteraksi secara
langsung dengan terminal yang disediakan untuk keperluan itu. Dengan mengetikkan
sepenggal nama, system informasi akan segera menyajikan informasi tentang pasien yang
memenuhi criteria pencarian.

3.

Teknologi informasi diterapkan pada peralatan medis missal CT Scan (Computer


Tomography). CT Scan adalah peralatan yang mampu memotret bagian dalam tubuh
seseorang tanpa harus dilakukan pembedahan.

4.

Mycin merupakan contoh system pakar yang digunakan untuk membantu juru medis
mendiagnosis penyakit darah yang cepat menular dan kemudian dapat memberikan saran
berupa penggunaan antibiotic yang sesuai. (system pakar adalah perangkat lunak yang
ditujukan untuk meniru keahlian seseorang dalam bidang tertentu).

5.

Sistem berbasis kartu cerdas (smart card) dapat digunakan juru medis untuk mengetahui
riwayat penyakit pasien yang datang ke rumah sakit karena dalam kartu tersebut para juru
medis dapat mengetahui riwayat penyakit pasien.

6.

Penggunaan komputer hasil pencitraan tiga dimensi untuk menunjukkan letak tumor dalam
tubuh pasien.

7.

Dalam bidang jasa pelayanan kesehatan teknologi informasi berguna untuk memberikan
pelayanan secara terpadu dari pendaftaran pasien sampai kepada system penagihan yang
bisa dilihat melalui internet.

8.

Penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya


adalah USG (Ultra sonografi). USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang
memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang
tinggi (250 kHz 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor.

9.

Teknologi nirkabel. Pemanfaatan jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah
dirintis sejak hampir 40 tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon
Hospital dan Walter Reed Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang
memungkinkan pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing
station. Saat ini, jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke
dalam jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. 10. Melalui jaringan nir kabel,
dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.

10. Pencarian dan Peletakan dan Informasi Obat-obatan.


11. Penggunaan Biosensor. Biosensor merupakan suatu alat Instrumen elektronik yang bekerja
untuk mendektesi sample biokimia. Contoh paling sederhana adalah alat uji diabetes.

L. Tehnik Penelusuran Informasi Digital

Penelusuran Informasi Digital: penelusuran yang dilakukan dengan dan melalui media
digital atau elektronik seperti melalui OPAC (Online Public Access Catalog), Search
Engine (di Internet),

Database Online, Jurnal Elektronik, Reference Online, dan

informasi lain yang tersedia secara elektronik/digital.


Beberapa Hal Penting dalam Penelusuran
1.

Kunci Telusur yakni merupakan karakteristik informasi atau dokumen yang dapat
digunakan untuk keperluan telusur dan pemilihan dokumen / informasi. Sebagai contoh
adalah data atau informasi kebutuhan yang diberikan oleh pemakai seperti subyek, nama
penulis, judul, tahun terbit, geografis, dan sebagainya.

2.

Pencatatan Pertanyaan, merupakan sebuah prosedur yang akan membantu penelusur


dalam proses penelusuran terutama untuk keperluan:
a. Menghindari pengulangan penelusuran
b. Bahan evaluasi temu balik informasi, termasuk analisis prosedur yang digunakan dan
efektifitasnya
c. Identifikasi kebutuhan informasi dan dokumen
d. Pencatatan pertanyaan yang diajukan pemakai
e. Memahami bahasa dokumenter dari pemakai, misal ada pemakai yang memakai istilah
kera namun dalam perpustakaan dikenal sebagai macacaicus.
f. Evaluasi Pemakai

3.

Alat Telusur, yakni merupakan alat yang digunakan sebagai sarana untuk proses
penelusuran informasi / dokumen.

Penelusuran Informasi melalui Komputer dan Internet


Perkembangan teknologi informasi khususnya komputer telah membawa kemudahan
tersendiri dalam proses penelusuran informasi. Pemakai / pengguna dan staf perpustakaan
mempunyai kesempatan lebih untuk mendapatkan informasi baik berupa informasi tercetak
maupun digital. Apalagi dengan adanya internet, pemakai dan staf perpustakaan dimanjakan
untuk meraih lebih besar lagi informasi yang dibutuhkan dari berbagai unit informasi /
perpustakaan di seluruh dunia.

Penelusuran informasi melalui komputer dan media internet telah membawa orang untuk
menembus batasan-batasan yang semula ada pada teknik penelusuran informasi secara manual
/ konvensional. Melalui OPAC, Search Engine, Database Online dan fasilitas lainnya pemakai
perpustakaan akan lebih mudah mendapatkan informasi yang dikehendaki, dengan jenis dan
macam yang cakupannya lebih luas lagi.
Langkah-langkah Penelusuran informasi:
1. Mengetahui kebutuhan Informasi
a. Topik apa yang akan dicari?
b. Aspek apa saja yang berkaitan dengan topik itu?
c. Kata kunci apa saja yang digunakan?
Kata Kunci dapat ditentukan oleh sendiri atau berdasarkan sumber-sumber rujukan
sepertikamus, ensiklopedi, katalog perpustakaan, skripsi/tesis/disertasi/laporan penelitian,
dansebagainya.
2. Mengindentifikasi alat penelusuran yang tepat.
Dalam melakukan penelusuran informasi elektronik ada beberapa alat penelusuran
yang digunakan seperti:
a. google.com : browser ini memiliki jangkauan yang sangat luas dan detil
b. scholar.google.com : menyediakan pencarian literatur ilmiah dari berbagai sumber dan
disiplin ilmu, termasuk di dalamnya adalah tesis, buku, abstrak dan artikel.
c. Database online semi tertutup, seperti
http://garuda.kemdiknas.go.id/
Garuda (Garba Rujukan Digital) adalah portal penemuan referensi ilmiah dan umum
karya bangsa Indonesia, yang memungkinkan akses e-journal dan e-book domestik,
tugas akhir mahasiswa, laporan penelitian, serta karya umum. Portal ini dikembangkan
oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Dikti - Kemdiknas RI.
Kontributor: ITB, IPB, BINUS, USU, UI, UNRI, UGM, UK Petra Surabaya, Unika
Atma Jaya,UNAIR, UPI, UT, Univ. Brawijaya, ITS, Univ.Komputer, Bandung,
UNDIP, Univ. Negri Malang,Univ. Muhammadiyah Malang, Univ. Udayana,
UniversitasNegri Medan, Unika. Soegjapranata,Unika. Sanata Dharma, Univ. Al
Azhar Indonesia, Univ. Muhammadiyah Surakarta

M. Evidence Based Medicine (EBM)


A. Pengertian
Evidence Based Medicine atau disingkat EBM adalah penggunaan bukti secara
teliti, jelas, dan bijaksana dalam mebuat keputusan tentang perawatan pasien.
Mayer (2010) dalam bukunya Essential Evidence Based Medicine menyebutkan 4
elemen dalam EBM yakni 1). Bukti Terbaik yang bisa didapat, 2). Situasi Klinis,
3). Nilai pasien dan pilihan treatment pasien 4). Semuanya terikat dalam
pengalaman klinik.
EBM adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan,
menelaah atau mereview dan memanfaatkan hasil-hasilstudi sebagai dasar dari
pengambilan keputusan klinik (Hall et al, 1999).
B. Tujuan dari penerapan EBM dalam dunia medis adalah:
1. Untuk

membantu

proses

pengambilan

keputusan

klinik,

baik

untuk kepentingan pencegahan, diagnosis, terapetik maupun rehabilitatif yang


didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan (Sackett et al, 2000).
2. Agar dokter tidak perlu khawatir terhadap tuntutan malpraktik, karena telah
menjalankan

tugas

profesinya

sesuai

kaidah

etika

ilmu

kedokteran

yang berbasis ilmiah, valid dan reliable (Pandhita, 2007).


C. Aspek-aspek dalam penerapan EBM, seperti yang diungkapkan Koentjoro (2008),
antara lain:
1. Aspek medik: Berfungsi untuk melayani penderita.
2. Aspek ilmiah: Melalui EBM, kita mengadakan survei tentang keluhan sejumlah
penderita penyakit tertentu. Melalui Evidence Based Medicine juga, kita
mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu
dan dapat melakukan survei terapi.
3. Aspek personal
a.Hubungan dokter dan penderita menjadi lebih baik
b.Kualitas dan profesionalisme menjadi lebih baik
4. Aspek sosial: Penerapan Evidence Based Medicine secara luas akan
meningkatkan kesadaran serta perhatian masyarakat kepada kesehatan.

D. Alasan diterapkannya Evidence Based Medicine dalam profesionalisme tenaga


medis antara lain:
1. Informasi yang didapatkan up to date
2. Buktinya terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
3. Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara
cepatdigantikan dengan temuan baru yang segera menggugurkan teori yang
adasebelumnya.
E. Langkah-langkah
Terdapat langkah-langkah yang terperinci dan jelas dalam penerapan EBM. Tabel
di bawah ini memuat langkah-langkah melakukan EBM yang benar dilakukan oleh
seorang dokter.
Tabel 1. Langkah-langkah melakukan EBM

1.

Pasien

2.

Pertanyaan

3.

Sumber

4.

Evaluasi

5.

Pasien

6.

Evaluasi

Mulailah dari pasien, bisa berupa :


Masalah klinis apa yang dimiliki pasien kita
Pertanyaan yang dikemukakan oleh pasien kita
sehubungan dengan perawatan penyakitnya
Masalah dari pasien seperti tersebut no 1 kemudian
dibuat pertanyaan
Mulailah melakukan pencarian sumber jurnal
melalui internet untuk menjawab pertanyan
tersebut
Evaluasi apakah jurnal yang kita peroleh cukup
valid , penting dan bisa diaplikasikan
Aplikasikan temuan berdasarkan bukti ilmiah
tersebut ke pasien dengan mempertimbangkan
kepentingan atau kebutuhan pasien dan
kemampuan klinis dokter
Evaluasi hasil perawatan pasien tersebut

F. Manfaat
i. Dengan mengacu pada konsep evidence based medicine, dokter tidak khawatir
terhadap tuntutan malpraktek, karena telah menjalankan tugas profesinya sesuai
kaidah etika ilmu kedokteran yang berbasis ilmiah, valid, dan reliabel. (Pandhita,
2007)

ii. Memperbaharui informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat


dalam text-book) sudah sangat tidak akurat pada saat ini. Bahkan beberapa justru
sering keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang sudah
tidak layak konsumsi karena suatu hal)
iii. Menurut penelitian yang dilakukan di UGM, evidence based medicine
meningkatkan kinerja mahasiswa dalam mencari dan mengidentifikasi literatur
klinis terbaik untuk menyelesaikan masalah
iv. EBM mutlak dilakukan oleh dokter karena dengan ia melakukan tindakan medis
dengan berlandaskan bukti yang valid maka kualitas dan profesionalisme dokter
tersebut meningkat, tentunya berimplikasi pada meningkatnya kesehatan
masyarakat pada umumnya
G. Kelebihan dan kekurangan
i.

Kelebihan :

1. Terapi dan diagnosis yang benar dapat memberi keuntungan untuk pasien
2. Menerapkan system long life learning, sehingga pengetahuan seorang dokter
dapat berkembang terus

ii.

Kekurangan :

1. jika kita sudah melakukan evidence based medicine dan pengobatan yang kita
tentukan sudah benar namun terdapat kendala dari pasien seperti dana pasien
yang kurang merupakan suatu kebingungan kita jika memakai evidence based.
2. Apabila terdapat orang yang merasa dengan bertambahnya pengalaman klinik
seseorang maka kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan
bentuk terapi (clinical judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang
bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya informasi yang dapat
diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang
sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun secara
signifikan.
H. Pengaplikasian
i.

Menggunakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah yang berasal dari studi
yang terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical

expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).(
Sackett et al, 2001)
ii.

Langkah langkah

1. Question : menyusun pertanyaan klinis


Struktur pertanyaan klinis :
Diagnosis ( Perkiraan Penyakit )
Treatment ( Pengobatan )
Prevention ( Pencegahan )
Prognosis ( Dugaan efek setelah pengobatan )
Etiologi ( Penyebab ) (Pengantar EBM, Indah S. Widyahening, Universitas

Indonesia)
I. Hambatan
Dalam melaksanakan EBM, tentunya ada hambatan-hambatan yang mungkin
terjadi, diantaranya :
1.

Akses terhadap bukti ilmiah kurang

2.

Keterbatasan waktu dalam mencari bukti-bukti ilmiah

3.

Kurang paham akan metodologi dan bukti ilmiah

4.

Tidak adanya dukungan dari organisasi atau kolega-kolega

N. Menguraikan pesan dan gangguan pesan

A. Definisi Pesan
Berdasarkan KBBI
Pesan adalah perintah, nasihat, permintaan, atau amanat yg disampaikan lewat orang
lain.
Berdasarkan Buku Pengantar Ilmu Komunikasi
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat
atau propaganda.
Berdasarkan Cangara, 2006 : 23

Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim
dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah
lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak gerik, bahas lisan, dan bahasa
tulisan
Kesimpulan inti
Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis,
yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses
komunikasi yang terjalin.

B. Jenis-Jenis Pesan
Secara umum, jenis pesan terbagi menjadi dua, yakni :
1.

Pesan verbal
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata,
dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.

2.

Pesan non-verbal.
Pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan
kata-kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan
gerak-gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan. Pada
pesan non-verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli
yang timbul.

C. Tujuh tahapan proses komunikasi, yaitu :


1.

Proses penginterpretasian pesan (interpreting) sebagai upaya mewujudkan motif


komunikasi dalam diri komunikator,

2.

Proses penyandian (encoding), yaitu usaha mengubah pesan yang abstrak menjadi
konkret, berupa proses pembentukan dan pemilihan lambang komunikasi yang sesuai
dengan pesan yang ingin di sampaikan,

3.

Proses pengiriman (transmitting) pesan dalam bentuk lambang komunikasi ke


komunikan dengan atau tanpa media,

4.

Proses saluran sebagai jalan penyampaian dari pengirim ke penerima

5.

Proses penerimaan (receving) lambang komunikasi pada diri komunikan,

6.

Proses penguraian lambang komunikasi kembali pada pesannya (decoding) oleh


komunikan,serta

7.

Proses penginterpretasian pesan (interpreting) sebagaimana dimaksud komunikator


yang terjadi dalam diri komunikan.

D. Gangguan Pesan
Sesuai 7 tahapan proses komunikasi, maka didapatkan 7 titik gangguan pesan adalah :
1.

Interpreter

2.

Encoder

3.

Transmitter

4.

Saluran

5.

Receiver

6.

Decoder

7.

Interpreter

Berdasarakan pemahaman atas tujuh titik gangguan komunikasi, ilmu komunikasi


umumnnya mengelompokkan dua gangguan utama pesan, yaitu :
1.

Gangguan teknis
Gangguan yang terjadi selama proses perjalanan pesan dari komunikator ke
komunikannya, yakni mulai proses pengiriman (transmit) hingga proses penerimaan
(receive). Artinya, gangguan terjadi pada saluran/media komunikasi.

2.

Gangguan semantic
Gangguan yang disebabkan oleh adanya perbedaan makna yang dipahami oleh
sumber dan penerima. Biasa terjadi pada istilah-istilah jargon atau rumit
Sedangkan, faktor-faktor lain penghambat pesan dapat dikelompokkan ke dalam
empat masalah utama, yaitu sebagai berikut :

1.

Masalah dalam mengembangkan pesan


Masalah dalam mengembangkan suatu pesan dapat mencakup antara lain munculnya
keragu-raguan tentang isi pesan, kurang terbiasa dengan situasi yang ada atau masih
asing dengan audiens, adanya pertentangan emosional, atau kesulitan dalam
mengekspresikan ide atau gagasan. Jika seseorang gagal dalam mengembangkan

pesan, maka proses komunikasi akan dimulai dengan sesuatu yang salah, yang pada
akhirnya akan membawa kegagalan yang akan berkelanjutan atau terus menerus.
2.

Masalah dalam menyampaikan pesan


Komunikasi dapat juga terganggu karena munculnya masalah dalam mendapatkan
pesan dari pengirim ke penerima. Masalah dalam penyampaian pesan yang paling jelas
adalah faktor fisik. Masalah lain yang muncul dalam penyampaian suatu pesan adalah
bila dua buah pesan yang disampaikan mempunyai arti yang saling berlawanan atau
bermaksud ganda.

3.

Masalah dalam menerima pesan


Masalah yang muncul dalam penerimaan suatu pesan antara lain adanya persaingan
antara penglihatan dengan suara, kursi yang tidak nyaman, lampu yang kurang terang
dan kondisi lain yang dapat mengganggu konsentrasi penerima. Dalam beberapa
kasus, gangguan atau masalah penerimaan pesan dapat muncul berkaitan dengan
kesehatan si penerima pesan. Barangkali gangguan yang paling umum terjadi adalah
kurangnya konsentrasi selama melakukan komunikasi

4.

Masalah dalam Menafsirkan Pesan


Masalah terbesar pada gangguan pesan komunikasi adalah pada mata rantai terakhir,
di mana suatu pesan ditafsirkan oleh penerima pesan. Perbedaan latar belakang,
perbedaan bahasa, dan pernyataan emosional, dapat menimbulkan munculnya
kesalahpahaman antara pengirim dan penerima pesan. Kalau masing-masing tidak
mampu memahami latar belakang budaya dengan baik, bisa terjadi banyak
kesalahpahaman di antara mereka yang diakibatkan oleh kesalahan dalam menafsirkan
pesan.
(sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2012/01/5-Primardiana.docx)

O. Menjelaskan Pola Perubahan Penyakit


A. Definisi
Perubahan pola pjurnaenyebaran penyakit

dan faktor-faktor determinan

yang

mempengaruhi terjadinya penyakit sehingga dapat diketahui cara pencegahan dan


pemberantasan penyakit.

Contoh : thypoid dahulu dapat perforasi pada orang dewasa sekarang juga bisa pada
anak-anak.
B. Pola yang berubah, meliputi :
1. Bentuk penularan, sebagai contoh TBC pada seseorang yang menderita HIV
2. Keparahan penyakit
3. Attack rate suatu penyakit
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :
Host (tuan rumah, pejamu) adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, yang
menjadi tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit.
Agent adalah suatu unsur (organisma hidup atau kuman infektif) yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. Pada penyakit tertentu dapat single kausa
(infeksi) dan multi kausa (non infeksi).
Environment (lingkungan) adalah semua faktor luar dari suatu individu. Dapat
berupa lingkungan fisik (geologi, iklim, geografik), biologis (kepadatan
penduduk, flora, fauna), sosial (migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, bencana
alam,dll).
P. Membedakan empati dan simpati
Empati berbeda dengan simpati. Dimana dari sisi emosional, empati menunjukkan wujud ikut
merasakan namun dengan diikuti tindakan nyata, sehingga dapat dikatakan bahwa empati
merupakan emosi yang positif karena dapat direalisasikan. Sedangkan untuk tingkat perhatian,
tidak ada perbedaan yang mendasar antara simpati dan empati. Karena perwujudan dari
kepedulian tersebut dapat dipertanggungjawabkan, serta lebih bersifat obyektif karena bersifat
universal, artinya tidak hanya pada sekelompok orang, maka sikap empati menunjukkan tingkat
kepedulian yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan simpati. Pada sifat empati, bentuk
tindakan yang diberikan juga dapat dirasakan dalam waktu yang relatif lama dan memberikan
efek yang lebih banyak, berbeda dengan simpati yang hanya dapat dirasakan si penerima bantuan
sebentar saja.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari tabel berikut :
Pembanding

Empati

Simpati

Obyektifitas

Subyektifitas

Tingkat perhatian

Tingkat kepedulian

++++

++

Emosi

Tindakan

(jangka panjang)

(jangka pendek)

Contoh nyata sikap empati dan simpati :


1. Empati : Ketika kita melihat pengemis di jalanan dan merasa iba kita berusaha
memberi tindakan nyata yang mampu meringankan bebannya dalam jangka
panjang. Misalnya membawanya ke panti asuhan atau tempat penampungan bagi
rakyat miskin dan terlantar.
2. Simpati : Ketika kita merasa kasihan terhadap pengemis maka yang kita lakukan
hanyalah pertolongan jangka pendek seperti memberi uang.

Menurut Supranto (2001), ada 5 level dalam penerapan empati, terutama dalam
profesi dokter yakni dari level 0 sampai 5 seperti diuraikan berikut ini:

Level 0 =

Mengacuhkan pendapat pasien. Membuat pernyataan yang tidak

menyetujui pendapat pasien seperti ya, lebih baik operasi saja sekarang!

Level 1 = Dokter mengenali sudut pandang pasien sambil lalu. Aha, tapi
dokter mengerjakan hal lain: seperti menulis, menyiapkan alat alat dan lain lain.

Level 2 = Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit (basa basi).
Pasien berkata, Pusing saya ini membuat sulit bekerja. Lalu dokter menanggapi,
Ya. Bagaimana bisnis anda saat ini?

Level 3 = Dokter menghargai pendapat pasien. Contoh dokter berkata, Anda


bilang anda stress, apa yang membuat anda stress akhir akhir ini? Apakah anda
ingin menceritakannya lebih jauh?

Level 4 = Dokter menkonfirmasi pasien seperti,Anda sepertinya sangat sibuk?


Saya mengerti seberapa besar usaha anda untuk menyempatkan berolahraga.

Level 5 = Dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan berkata, Ya, saya
mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan kalian berdua. Beberapa pasien pernah
mengalami aborsi spontan, kemudian saat kehamilan berikutnya mereka sangat
sangat khawatir.

Q. Kriteria Jurnal yang Baik


Kriteria jurnal yang baik versi DIKTI adalah sebagai berikut:
a.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa PBB (Inggris, Perancis, Spanyol, Arab,
Cina).Mayoritas jurnal internasional diterbitkan dalam bahasa Inggris. Untuk memperbesar
peluang diterbitkannya manuskrip kita, aksen bahasa Inggris pada jurnal komunitas
tertentu terkadang menentukan (contoh: American english atau British english). Pastikan
kita benar-benar tahu ketentuan aksen yang disepakati oleh pengelola jurnal target sebelum
kita mengirimkan manuskrip kita.

b.

Pengelolaan naskah sedemikian rupa sehingga naskah yang diterima cepat terbit (rapid
review) dan ada keteraturan terbit

c.

Jurnal berkualitas (prestige), bisa dilihat dari daftar penelaah naskahnya dan Editorial
Board-nya yaitu pakar di bidangnya dalam dan luar negeri.Jurnal yang baik adalah jurnal
yang menyediakan layanan penilaian sejawat untuk semua manuskrip yang masuk di meja
editor. Penilaian sejawat menjadi kata kunci untuk menentukan kelayakan sebuah jurnal
ilmiah sebagai tempat diseminasi hasil penelitian. Di era internet ini, sangat banyak jurnal
palsu yang meniadakan proses penilaian sejawat sekedar untuk mengeruk uang dari para
peneliti melalui biaya publikasi yang tinggi.

d.

Dibaca oleh banyak orang di bidangnya, bisa dilihat dari distribusi/peredarannya


(circulation).

e.

Menjadi acuan bagi banyak peneliti (citation). Citation Awareness menunjukkan kita
peduli terhadap komunitas ilmiah yang menaungi jurnal tersebut. Dengan melakukan sitasi,
kita menunjukkan kepada komunitas bahwa kita mengikuti perkembangan riset yang
dipublikasikan pada jurnal tersebut. Memilih sitasi yang baik, tentu juga harus kita
pertimbangkan. Biasanya, sebuah jurnal mensyaratkan umur paper referensi tidak lebih

dari 2 tahun. Misal, kita ingin memasukkan paper tahun 2014. Referensi yang kita
masukkan sebaiknya berasal dari paper yang terbit tahun 2012 atau 2013.
f.

Tercantum dalam Current Content dan sejenisnya (di PDII ada juga majalah abstrak yang
disebut Fokus, tapi berbahasa Indonesia).

g.

Artikel yang dimuat berkualitas, bisa dilihat dari kemutakhiran topik dan daftar acuannya.

h.

Penyumbang artikel/naskah berasal dari banyak negara

i.

Penelaah berasal dari banyak negara yang terkemuka di bidangnya.

j.

Menawarkan off-prints/reprints.

k.

Terbit teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

l.

Penerbitan jurnal tidak terkendala oleh dana.

m.

Bukan jurnal Jurusan, Fakultas, Universitas atau Lembaga yang mencerminkan derajat
kelokalan. Seyogyanya diterbitkan oleh himpunan profesi.

n.

Memberi kesempatan penulis artikel membaca contoh cetak

o.

Artikel yang dominan (kalau bisa > 80%), berupa artikel orisinil (hasil penelitian), bukan
sekadar review atau ulasan.

p.

Kadar sumber acuan primer >80%, derajat kemutakhiran acuan >80%.

q.

Tersedia Indeks di setiap volume.Aspek peng-indeks-an menentukan jangkau jurnal kita.


Untuk memastikan bahwa kita menerbitkan paper di ruang lingkup pembaca yang luas,
setidaknya pastikan bahwa jurnal target ter-indeks di Scopus atau ScimagoJR.

r.

Ketersediaan naskah tidak menjadi masalah. Angka penolakan 60%

s.

Mempertimbangkan Impact Factor. Impact factor (IF) adalah salah satu ukuran yang
menunjukkan rerata sitasi ke artikel-artikel yang dipublikasikan oleh sebuah jurnal ilmiah
dalam rentang waktu tertentu (misalnya: IF dalam waktu 2 tahun, atau IF dalam waktu 5
tahun). IF sering menjadi tolok ukur peneliti untuk memilih jurnal target dengan
mempertimbangkan kemungkinan tersitasi-nya artikel. Semakin tinggi IF, peluang sitasi ke
sebuah artikel terpublikasi di jurnal target semakin besar.

t.

Terdapat definisi operasional. Definisi Operasional adalah penarikan batasan yang lebih
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya: agar
peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang
sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau

operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang
ditelitinya.
u.

Memiliki desain yang bagus. Dengan adanya desain yang bagus dapatmembantu menyinari
isi dari suatu jurnal tersebut.

v.

Adanya korelasi dan keterkaitan yang saling membangun diantara kesemuanya.

w.

Terdapat abstrak berupa 1 alinea


Isi dari abstrak:

x.

a.

Masalah yang sedang diselidiki

b.

Rancangan percobaan dan metode

c.

Temuan utama

d.

Interprestasi dan kesimpulan

Mengikuti sistematika artikel yang ada yaitu AIMRaD (Abstrak,pendahuluan, bahan dan
metode, hasil dan pembahasan).

Anda mungkin juga menyukai