Anda di halaman 1dari 23

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
Ibadah ala RASULULLAH SAW

Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kalian apabila


berhadats, sehingga ia berwudhu. (HR. Bukhari Muslim, Abu Dawud
dan At-Tirmidzi)
WUDHU
Sobat, salah satu syarat sahnya shalat yang merupakan ibadah
wajib bagi kita seorang muslim, adalah suci badan. Mensucikan badan
sebelum kita sholat kita kenal dengan wudhu. Mungkin setiap hari kita
memang sudah berwudhu. Namun benarkah... wudhu yang selama ini telah
kita lakukan itu sudah sesuai dan benar dengan apa yang diajarkan oleh
Rasulullah?? Pada lembaran-lembaran berikutnya kita akan memperdalam
kembali ilmu kita tentang aktivitas wudhu ini. Oke!
Wudhu adalah membasuh bagian tertentu dari anggota badan
dengan air sebagai persiapan bagi seorang muslim untuk menghadap Allah
swt. (mendirikan shalat). Dalam hal ini Allah Azza Wa Jalla sendiri
memerintahkannya dan telah menetapkan bagian-bagian anggota badan yang
harus dibasuh pada saat berwudhu.
Dalil yang menunjukkan kewajiban berwudhu antara lain :
1.

Allah swt berfirman :

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan


shalat, maka basuhlah muka dan tangan kalian `sampai ke siku. Kemudian
sapulah kepada kalian dan basuhlah kaki kalian sampai pada kedua mata
kaki. (Al-Maidah : 6)
Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
2.

Hadits Rasulullah yang diriwatkan dari Abu Hurairah, dimana Nabi


saw. bersabda : Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara
kalian apabila berhadats, sehingga ia berwudhu. (HR. Bukhari
Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi) Jelaslah bagi kita bahwa memang
tata cara wudhu itu telah ditetapkan, jadi wajib bagi kita untuk
menyempurnakan wudhu kita. Wudhu itu memiliki beberapa fardhu dan
rukun yang ditertibkan secara berurutan . Jika ada salah satu rukun itu
yang tertinggal, maka wudhunya tidak sah menurut syariat.

RUKUN WUDHU
1. Niat, adalah kemauan dan keinginan hati untuk berwudhu, sebagai
wujud mentaati perintah Allah swt.
2. Membasuh wajah, yaitu membasuh dengan air pada bagian atas
dahi sampai bagian dagu yang bawah dan dari bagian bawah satu
telinga ke bagian bawah telinga lain. Air wudhu tersebut harus
mengalir pada wajah.
3. Membasuh kedua tangan, yaitu membasahi kedua tangan dari
ujung jari sampai ke siku.
4. Membasuh kepala. Pengertian mengusap di sini adalah membasahi
kepala dengan air, lalu mengusapnya dari arah depan ke belakang.
5. Membasuh ke dua kaki, yaitu membasuh kaki hingga mencapai
kedua mata kaki.
6. Tertib dalam membasuh anggota-anggota tubuh di atas. Membasuh
muka terlebih dahulu, lalu kedua tangan, kemudian mengusap
kepala dan selanjutnya membasuh ke dua kaki.

Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
7. Berwudhu satu kali (sekaligus) dalam satu waktu, yaitu tidak
berselang waktu yang terlalu lama antara satu rukun wudhu dengan
rukun yang lain.

Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
SUNNAH WUDHU
Sudah paham Sunnah kan?? Sunnah adalah ketetapan dari
Rasulullah saw. baik berupa perbuatan maupun perkataan . Adapun Sunnah
wudhu itu antara lain adalah sebagai berikut :
a.

Membaca basmalah

b.

Membersihkan kedua telapak tangan tiga

kali c.

Bersiwak atau menggosok gigi

Disunatkan ketika bau mulut mengalami perubahan, baik


karena bangun tidur maupun saat hendak melaksanakan shalat.
d.

Berkumur tiga kali

e.

Istinsyaq dan istintsar tiga kali


-

Istinsyaq adalah memasukkan atau menghirup air sampai

ke dalam rongga hidung. (disunahkan dengan tangan kanan)


-

Istintsar berarti mengeluarkan air tersebut dari dalam

hidung. (disunatkan dengan tangan kiri)


f.

Membersihkan sela-sela

jari g.

Mendahulukan yang

kanan
h.

Memperlebar basuhan pada dahi, lengan dan

kaki i.

Membaca doa setelah wudhu.

Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
Nah, sekarang gimana CARA WUDHU YANG SEMPURNA, simak
ya., penting ni!!
1.

Berniat di dalam hati

2.

Membaca basmalah

3. Mencuci telapak tangan sampai pergelangan tangan sebanyak


tiga kali
4.

Berkumur tiga kali

5.

Bersiwak

6.

Istinsyaq dan istintsar tiga kali

7.

Membasuh muka sebanyak tiga kali.


Dalam membasuh muka ini dimulai dari tempat tumbuhnya
rambut kepala sampai ke ujung dagu paling bawah dan dari
bagian bawah telinga satu ke telinga yang lain.
8.

Selanjutnya basuhlah tangan sebelah kanan sampai siku

sebanyak tiga kali, lalu tangan sebelah kiri juga tiga kali. Dalam
membasuh tangan ini, hendaklah dimulai dari jari-jari, yaitu
dengan menyela- nyela antara jari-jari tersebut.
9. Kemudian

usaplah

seperempat kepala
yaitu

kepala
pada

secara

bagian

depan

keseluruhan
satu

kali

atau
saja,

dengan menggunakan kedua telapak tangan setelah

membasuh keduanya dengan air. Air sisanya boleh digunakan


untuk mengusap kedua telinga baik bagian dalam maupun bagian
luar sebanyak satu kali saja.

Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
10. Kemudian basuhlah kaki sebelah kanan sebanyak tiga kali dan
sebelah kiri juga tiga kali. Keduanya sampai mata kaki. Hal ini
dilakukan dengan disertai penyelaan terhadap jari-jari kaki dan
meratakan basuhannya mencapai tumit.
Urutan-urutan ini harus benar-benar diperhatikan ya....dan
berhati- hatilah untuk tidak membiarkan sedikitpun dari bagian anggota
wudhu yang harus dibasuh tidak terkena basuhan air,

sehingga

wudhu dan shalat yang kita lakukan menjadi sah, dan tidak batal.
Di dalam membasuh dan mengusap bagian-bagian yang harus dibasuh dan
diusap, tidak diperbolehkan menyelang waktu yang terlalu lama antara
bagian satu dengan yang lain, sehingga bagian sebelumnya telah
menjadi kering. Juga tidak di perbolehkan berbicara ketika berwudhu
kecuali adanya suatu kepentingan yang diperbolehkan.
11. Setelah selesai wudhu ucapkanlah doa.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU


1. Mengeluarkan sesuatu melalui dua jalan keluar, misal: kencing,
kotoran, angin, baik berjumlah sedikit atau banyak.
2.

Tidur, dalam hal ini ada dua macam tidur :


a.

Tidur telentang: jelas membatalkan wudhu

b.

Tidur bersandar/duduk.. Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu


:
Menurut Imam Malik dan Ats-Tsauri, apabila tidur
bersandar dilakukan dalam waktu yang lama, maka
wudhunya dianggap batal, tetapi bila tidurnya tidak lama
maka wudhunya tidak batal.

Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)

Menurut Imam Asy Syafii bahwa tidur dalam posisi


bersandar itu tidak membatalkan wudhu, meskipun
dilakukan dalam waktu yang lama. Dengan catatan, jika
orang yang duduk tersebut tetap pada posisi semula dan
menjaga agar tidak ada sesuatu pun yang keluar dari
duburnya, dengan cara menempelkannya ke lantai.

3.

Pingsan

4.

Tidur dalam shalat.

5.

Murtad. (keluar dari islam)

6.

Menyentuh kemaluan (dengan telapak tangan dengan sengaja)

7.

Memakan daging hewan sembelihan (tidak membatalkan, tetapi

memang dianjurkan berwudhu setelahnya)


Dari hadits Jabir bin Samurah radhiallahu anhu, seseorang pernah
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Apakah aku
berwudhu setelah makan daging kambing? Beliau menjawab: Kalau
engkau mau engkau berwudhu, kalau mau maka engkau tidak perlu
berwudhu. Beliau ditanya lagi: Apakah aku berwudhu karena makan
daging unta? Beliau menjawab: Ya, berwudhulah setelah makan
daging unta. (Shahih HR. Muslim)

Materi P3AI Unsoed semester 1/ 2014

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN WUDHU
Sobat, Wudhu mempunyai beberapa keutamaan seperti beberapa hadits
yang telah disabdakan Rasulullah saw. antara lain:
1. Menyempurnakan wudhu dari hal-hal yang makruf, banyak
melangkahkan menuju masjid dan menunggu-nuggu waktu shalat,
dosa-dosanya akan dihapuskan Allah dan ditinggikan derajatnya.
2. Dapat memberikan pengaruh positif pada jiwa untuk senantiasa
berusaha suci, dan jauh dari perbuatan maksiat.
3. Wajah dan tubuh mereka (orang yang menjaga wudhunya) bersinar
dan bercahaya cemerlang kelak di hari akhir dan disambut
kedatangannya oleh Rasulullah.
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, berkata, "Aku mendengar
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Sesungguhnya umatku
dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan ghurran muhajjilin (wajahnya
bercahaya dan badannya bersinar) karena bekas wudhu, maka barang siapa
mampu untuk memanjangkan ghurrah hendaklah melakukannya." (HR al
Bukhari dan Muslim).
4. Kesalahan-kesalahan dari seorang yang berwudhu dari bagian
anggota wudhunya akan keluar bersamaan dengan jatuhnya air
wudhu dari bagian anggota wudhunya itu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, Apabila seorang hamba muslim atau mukmin
berwudhu, kemudian dia membasuh wajahnya maka akan keluar dari
wajahnya bersama air itu -atau bersama tetesan air yang terakhir- segala
kesalahan yang dia lakukan dengan pandangan kedua matanya. Apabila dia

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
membasuh kedua tangannya maka akan keluar dari kedua tangannya
bersama air itu -atau bersama tetesan air yang terakhir- segala kesalahan yang
dia lakukan dengan kedua tangannya. Apabila dia membasuh kedua kakinya
maka akan keluar bersama air -atau bersama tetesan air yang terakhir- segala
kesalahan yang dia lakukan dengan kedua kakinya, sampai akhirnya dia akan
keluar dalam keadaan bersih dari dosa-dosa. (HR. Muslim dalam Kitab atThaharah)
Alhamdulillahirrobbilalamin sobat.., kita telah mendapatkan
tambahan atau penyegaran ilmu, tentang ibadah kita yang satu ini. Semoga
kita lebih bersemangat dan meluruskan niat untuk menyempurnakan wudhu
kita, dan mungkin saatnya kita berusaha menjaga wudhu kita (senantiasa
memperbaharui wudhu apabila sudah batal dalam setiap saat), karena ada
Shahabat RasulullahBilal bin Rabhahyang dijamin masuk surga
karena mempunyai salah satu amalan yaitu menjaga wudhunya
SIFAT SHALAT NABI
dari Tarbir hingga Salam
Sobat, kita mau belajar lagi sesuatu yang seharusnya sudah kita
lakukan nieyaitu Sholat..
Shalat hukumnya fardhu bagi setiap orang yang beriman, baik laki-laki
maupun perempuan. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kita
untuk mendirikan shalat, sebagai-mana disebutkan dalam beberapa ayat AlQur'anul Karim. Di antaranya adalah firman Allah Ta'ala:
"Maka dirikanlah shalat itu, sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."
(An-Nisa': 103)
"Peliharalah segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wusthaa (shalat
Ashar)." (Al-Baqarah: 238)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
Dan Rasulullah

menempatkannya sebagai rukun yang kedua di

antara rukun-rukun Islam yang lima, sebagaimana sabdanya yang berbunyi:


"Islam itu dibangun berdasarkan rukun yang lima; yaitu: Bersaksi
bahwa

tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan Nabi Muhammad

itu utusanNya, mendirikan shalat, membayar zakat, melaksanakan ibadah


haji

ke

Baitullah

dan

berpuasa

di

bulan

Ramadhan."

(Muttafaq 'alaih)
So.., buat kamu- kamu yang masih muda tunakanlah sholat
karena orang yang meninggalkan shalat itu hukumnya kafir

dan

dilaksanakan hukum bunuh terhadapnya, sedangkan orang yang melalaikan


shalat dihukumi sebagai orang fasik.
Syarat-syarat Shalat
Yaitu syarat-syarat yang harus terpenuhi sebelum shalat. Kalau
kalian mau ngelamar kerja pasti ada syaratnya kan? begitu juga kalau mau
sholat. Apalagi sholat adalah interaksi kita dengan yang maha agung
(Allah), pastinya harus sempurna.
Adapun syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
1. Islam;
Maka, tidak sah shalat yang dilakukan oleh orang kafir, dan tidak
diterima. Begitu pula amalan lain yang mereka lakukan. Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
"Tidaklah pantas bagi orang-orang musyrik itu untuk memakmurkan
masjid- masjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri
kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal
di dalam Neraka."

(At-Taubah: 17)

2. Berakal Sehat;
Maka tidaklah wajib shalat itu bagi orang gila, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

10

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
"Ada tiga golongan manusia yang telah diangkat pena darinya (tidak diberi
beban syari'at) yaitu; orang yang tidur sampai dia terjaga, anak kecil sampai
dia baligh dan orang yang gila sampai dia sembuh." (HR. Abu Daud dan
lainnya, hadits shahih)
3. Baligh;
Maka, tidaklah wajib shalat itu bagi anak kecil sampai dia baligh,
sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Akan tetapi anak kecil itu
hendaknya dipe-rintahkan untuk melaksanakan shalat sejak berumur tujuh
tahun dan shalatnya itu sunnah baginya, sebagaimana sabda Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam:
"Perintahkanlah anak-anak untuk melaksanakan shalat apabila
telah berumur

tujuh tahun, dan apabila dia telah berumur sepuluh

tahun, maka pukullah dia kalau tidak melaksanakannya." (HR. Abu Daud
dan lainnya, hadits shahih)
4. Suci Dari Hadats Kecil dan Hadats Besar
Hadats kecil ialah tidak dalam keadaan berwudhu dan hadats besar
adalah belum mandi dari junub. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu
wa Ta'ala:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah
kepalamu dan

(basuhlah) kakimu sampai kedua mata kaki, dan jika

kamu junub maka

mandilah." (Al-Maidah: 6)

Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:


"Allah tidak akan menerima shalat yang tanpa disertai bersuci".
(HR. Muslim)
5. Suci Badan, Pakaian dan Tempat Untuk Shalat ;
Adapun dalil tentang suci badan adalah sabda Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam terhadap perempuan yang keluar darah

11

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
istihadhah:
"Basuhlah darah yang ada pada badanmu kemudian laksanakanlah shalat."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Adapun dalil tentang harusnya suci pakaian, yaitu firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala:
"Dan pakaianmu, maka hendaklah kamu sucikan."
(Al-Muddatstsir: 4)
Adapun

dalil

tentang

keharusan

sucinya

tempat

shalat

yaitu hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata:


"Telah berdiri seorang laki-laki dusun kemudian dia kencing di
masjid Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam , sehingga orang-orang
ramai berdiri

untuk memukulinya, maka bersabdalah Rasulullah


shallallaahu alaihi wasallam,'Biarkanlah dia dan

tuangkanlah di tempat kencingnya itu satu timba air, sesungguhnya kamu


diutus dengan membawa kemudahan dan tidak diutus dengan
membawa kesulitan." (HR. Al-Bukhari).
6. Masuk Waktu Shalat ;
Shalat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk
waktunya, dan tidak sah hukumnya shalat yang dilaksanakan sebelum
masuk waktunya. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang diten-tukan
waktunya atas

orang-orang yang beriman." (An-Nisa': 103)

Maksudnya, bahwa shalat itu mempunyai waktu tertentu. Dan


malaikat Jibril pun pernah turun, untuk mengajari Nabi shallallaahu alaihi
wasallam tentang waktu-waktu shalat. Jibril mengimaminya di awal waktu
dan di akhir waktu, kemu-dian ia berkata kepada Nabi shallallaahu alaihi
wasallam: "Di antara keduanya itu adalah waktu shalat."

12

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
7. Menutup aurat;
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki)

masjid." (Al-A'raf: 31)

Yang dimaksud dengan pakaian yang indah adalah yang menutup


aurat. Para ulama sepakat bahwa menutup aurat adalah merupakan syarat
sahnya shalat, dan barangsiapa shalat tanpa menutup aurat, sedangkan ia
mampu untuk menutupinya, maka shalatnya tidak sah.
8. Niat ;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan
sesungguhnya setiap orang akan men-dapatkan (balasan) sesuai
dengan niatnya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
9. Menghadap Kiblat ;
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh

Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai.

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu


berada, maka palingkanlah

mukamu ke arahnya."
(Al-Baqarah: 144)

Rukun-rukun Shalat
Shalat mempunyai rukun-rukun yang sangat penting sobyang
apabila salah satu-nya ditinggalkan, maka batallah shalat tersebut. Berikut
ini penjelasannya secara terperinci:
1. Berniat;
Yaitu niat di hati untuk melaksanakan shalat tertentu, hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya".

13

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
(Muttafaq 'alaih)
Dan niat itu dilakukan bersamaan dengan melaksana-kan takbiratul
ihram dan mengangkat kedua tangan, tidak mengapa kalau niat itu sedikit
lebih dahulu dari keduanya.
2. Membaca Takbiratul Ihram;
Yaitu dengan lafazh (ucapan): .
sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :

Hal ini berdasarkan

"Kunci shalat itu adalah bersuci, pembatas antara per-buatan


yang boleh dan

tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan

pembebas dari

keterikatan shalat adalah salam."

(HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )

14

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
3. Berdiri bagi yang sanggup ketika melaksana-kan shalat wajib; Hal
ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Peliharalah segala
shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha
(Ashar). Berdirilah karena Allah (dalam shalat-mu) dengan khusyu'."
(Al-Baqarah: 238)
Dan berdasarkan Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
kepada Imran

bin Hushain:

"Shalatlah kamu dengan berdiri, apabila tidak mampu maka


dengan duduk, dan jika tidak mampu juga maka shalatlah dengan
berbaring ke

samping." (HR. Al-Bukhari)

4. Membaca surat Al-Fatihah tiap rakaat shalat fardhu dan shalat sunnah;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: "Tidak
sah shalat seseorang yang tidak membaca surat AlFatihah." (HR. Al-

Bukhari)

5. Ruku';
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujud-lah kamu,
sembahlah

Rabbmu

dan

perbuatlah

kebajikan

supaya

kamu

mendapat kemenangan." (Al-Hajj: 77)


Juga berdasarkan sabda Nabi shallallaahu alaihi wasallam kepada
seseorang yang tidak benar shalatnya:
" ... kemudian ruku'lah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam
keadaan ruku'." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
6. Bangkit dari ruku' ;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
terhadap seseorang yang salah dalam shalat-nya:

15

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
" ... kemudian bangkitlah (dari ruku') sampai kamu tegak lurus berdiri."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
7. I'tidal
(berdiri setelah bangkit dari ruku'); Hal ini berdasarkan hadits
tersebut di atas tadi dan berdasarkan hadits lain yang berbunyi:
"Allah tidak akan melihat kepada shalat seseorang yang tidak
menegakkan

tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya."

(HR. Ahmad, dengan isnad shahih)


8. Sujud ;
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah
disebutkan di atas tadi. Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu
alaihi wasallam:
"Kemudian sujudlah kamu sampai kamu tuma'ninah dalam sujud."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
9. Bangkit dari sujud;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Kemudian bangkitlah sehingga kamu duduk dengan tuma'ninah."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
10. Duduk di antara dua sujud ;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Allah tidak akan
menegakkan

melihat kepada shalat seseorang yang

tidak

tulang punggungnya di antara ruku' dan sujudnya."

(HR. Ahmad, dengan isnad shahih)


11. Tuma'ninah ketika ruku', sujud, berdiri dan duduk;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
kepada seseorang yang salah dalam melaksanakan shalatnya:
"Sampai kamu merasakan tuma'ninah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dan tuma'ninah tersebut beliau tegaskan kepadanya pada saat
ruku', sujud dan duduk sedangkan i'tidal pada saat berdiri. Hakikat

98

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
tuma'ninah itu ialah bahwa orang yang ruku', sujud, duduk atau berdiri itu
berdiam

sejenak,

sekadar

waktu

yang

cukup

untuk

membaca:

satu kali setelah semua anggota


tubuhnya berdiam. Adapun selebihnya dari itu adalah sunnah hukumnya.
12. Membaca tasyahhud akhir serta duduk;
Ada-pun tasyahhud akhir itu, maka berdasarkan perkataan Ibnu
Mas'ud radhiyallahu anhu yang bunyinya:
"Dahulu kami membaca di dalam shalat sebelum diwajibkan
membaca tasyahhud adalah:
'Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat Jibril dan mikail
Maha Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi
hendaklah kamu membaca:
"Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi
Allah. Semoga

kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan

kepadamu wahai

Nabi.

kepada kita dan hamba-hamba

Semoga kesejahteraan dianugerahkan


yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak

ada sesembahan yang hak melainkan

Allah dan aku bersaksi bahwa

Muhammad adalah hamba dan rasulNya."


(HR. An-Nasai, Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih)
Dan

sabda

Rasulullah

shallallaahu

alaihi

wasallam:

"Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia


mengucapkan:

'Segala

penghormatan,

shalawat

dan kalimat-kalimat

yang baik bagi Allah'." (HR. Abu Daud, An-Nasai dan yang lainnya,
hadits ini shahih dan

diriwayatkan

pula

dalam dalam "Shahih

Al-Bukhari dan Shahih Muslim")


Adapun duduk untuk tasyahhud itu termasuk rukun juga karena
tasyahhud akhir itu termasuk rukun.

99

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
13. Membaca salam;
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas antara perbuatan
yang boleh
pembebas dari

dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah takbir, dan


keterikatan shalat adalah salam."

(HR. Abu Daud, At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )


14. Melakukan rukun-rukun shalat secara ber-urutan;
Oleh karena itu janganlah seseorang membaca surat Al-Fatihah
sebelum takbiratul ihram dan jangan-lah ia sujud sebelum ruku'. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :
"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat."
(HR. Al-Bukhari)
Maka

apabila

seseorang

menyalahi

urutan

rukun

shalat

sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi


wasallam, seperti mendahulukan yang semestinya diakhirkan atau sebaliknya,
maka batallah shalatnya.
Sunnah-sunnah Shalat
Shalat mempunyai beberapa sunnah yang dianjurkan untuk kita
kerjakan sehingga menambah pahala kita menjadi banyak. Di antaranya:
1. Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau sejajar dengan
kuping pada keadaan sebagai berikut:
- Ketika ber-takbiratul ihram.
- Ketika ruku'.
- Ketika bangkit dari ruku'.
- Ketika berdiri setelah rakaat kedua ke rakaat ketiga.

Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhu:

10
0

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
"Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam apabila beliau
melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar
dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin
ruku' beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula
kalau beliau bangkit dari ruku'." (Muttafaq 'alaih)
Adapun ketika berdiri untuk rakaat ketiga, hal ini ber-dasarkan apa
yang dilakukan Ibnu Umar, dimana beliau apabila berdiri dari rakaat kedua
beliau mengangkat kedua tangannya. (HR. Al-Bukhari secara mauquf, AlHafidz Ibnu Hajar berkata: Dan riwayat ini dihukumi marfu'). Dan Ibnu
Umar menisbatkan hal tersebut kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di
bawah dada dan di atas pusar.
Hal ini berdasar-kan perkataan Sahl bin Sa'd radhiyallahu anhu:
"Orang-orang (di masa Nabi Shallallaahu alaihi wasallam) disuruh untuk
meletak-kan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat." (HR. AlBukhari secara mauquf. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: ''Riwayat ini
dihukumi marfu')
Dan berdasarkan hadits Wail bin Hijr radhiyallahu anhu:
1. Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau sejajar dengan
kuping pada keadaan sebagai berikut:
- Ketika ber-takbiratul ihram.
- Ketika ruku'.
- Ketika bangkit dari ruku'.
- Ketika berdiri setelah rakaat kedua ke rakaat ketiga.
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhu:
"Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wasallam apabila beliau
melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar
dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin

10
1

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
ruku' beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula
kalau beliau bangkit dari ruku'." (Muttafaq 'alaih)
Adapun ketika berdiri untuk rakaat ketiga, hal ini ber-dasarkan apa
yang dilakukan Ibnu Umar, dimana beliau apabila berdiri dari rakaat kedua
beliau mengangkat kedua tangannya. (HR. Al-Bukhari secara mauquf, AlHafidz Ibnu Hajar berkata: Dan riwayat ini dihukumi marfu'). Dan Ibnu
Umar menisbatkan hal tersebut kepada Nabi Shallallaahu alaihi wasallam.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di
bawah dada dan di atas pusar.
Hal ini berdasar-kan perkataan Sahl bin Sa'd radhiyallahu anhu:
"Orang-orang (di masa Nabi Shallallaahu alaihi wasallam) disuruh untuk
meletak-kan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat." (HR. AlBukhari secara mauquf. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: ''Riwayat ini
dihukumi marfu')
Dan berdasarkan hadits Wail bin Hijr radhiyallahu anhu:

"Saya pernah shalat bersama NabiShallallaahu alaihi wasallam , kemudian


beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di atas dadanya."
(HR. Ibnu Huzaimah, shahih)
3. Membaca do'a iftitah. Ada beberapa contoh do'a iftitah, di antaranya:
"Ya Allah, jauhkanlah jarak antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana
Engkau jauhkan jarak antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku
dari segala dosa-dosaku sebagaimana pakaian yang putih dibersihkan dari
noda. Ya Allah, basuhlah dosa-dosaku dengan air, es dan embun." (Muttafaq
'alaih)
"Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memujiMu. Maha Suci namaMu

10
2

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
dan Maha Tinggi kebesaranMu, dan tiada Ilah selain Engkau." (HR.
Muslim secara mauquf -terhenti sanadnya kepada Umar bin Khattab dan
diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Hakim secara marfu' bersambung sanad-nya hingga kepada Nabi Shallallaahu alaihi
wasallam-, shahih)
4. Membaca isti'adzah pada rakaat pertama dan membaca basmalah
dengan suara pelan pada tiap-tiap rakaat.
Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
"Maka apabila kamu membaca Al-Qur'an, maka hen-daklah kamu memohon
perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk."
(An-Nahl: 98)
5. Membaca aamiin setelah membaca surat Al-Fatihah.
Hal ini disunnahkan kepada setiap orang yang shalat, baik sebagai
imam maupun makmum atau shalat sendirian. Hal ini berdasarkan hadits
Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam:
"Apabila imam membaca maka bacalah aamiin. Maka sesungguhnya
barangsiapa yang bacaan aamiin-nya berbarengan dengan aamiin-nya
malaikat, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim dengan maknanya)
Juga dikarenakan apabila Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam
membaca:
beliau
membaca aamiin dan beliau pun memanjangkan suaranya. (HR. Abu Daud
dan At-Tirmidzi dari sahabat Wa'il bin Hijr dengan sanad shahih).
6. Membaca ayat setelah membaca surat Al-Fatihah.
Dalam hal ini cukup dengan satu surat atau beberapa ayat AlQur'an pada dua rakaat shalat Subuh dan dua rakaat pertama pada shalat

10
3

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam:
"Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam ketika shalat dzuhur membaca
Ummul Kitab (Al-Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat pertama, dan
beliau membaca Ummul Kitab saja pada dua rakaat berikutnya dan
terkadang beliau perdengar-kan ayat (yang dibacanya) kepada para
sahabat." (Muttafaq 'alaih)
7. Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surat pada waktu shalat
jahriah (yang dikeraskan bacaannya) dan merendahkan suara pada
shalat sirriah (yang dipelankan bacaannya).
Yaitu mengeraskan suara pada dua rakaat yang pertama pada shalat
Maghrib dan Isya dan pada kedua rakaat shalat Subuh. Dan merendahkan
suara pada yang lainnya. Ini semuanya dalam pelaksanaan shalat fardhu,
dan ini tsabit (dicontohkan) dan populer dari Rasulullah Shallallaahu alaihi
wasallam, baik secara perkataan maupun perbuatan.
Adapun pada shalat sunnah, maka dianjurkan untuk merendahkan suara
apabila dilaksanakan pada siang hari dan disunnahkan mengeraskan suara
jika shalat sunnah itu dilaksanakan pada waktu malam hari, terkecuali apabila
takut mengganggu orang lain dengan bacaannya itu, maka disunnahkan
baginya untuk merendahkan suara ketika itu.
8. Memanjangkan bacaan pada shalat Subuh, membaca dengan bacaan yang
sedang pada shalat Dzuhur, Ashar dan Isya', dan disunnahkan
memendekkan bacaan pada shalat Maghrib. Hal ini berdasarkan hadits berikut:
"Dari Sulaiman bin Yasar, dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, beliau
berkata, 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip shalatnya
dengan shalat Rasulullah daripada si Fulan -seorang imam di Madinah-.'
Sulaiman berkata, 'Kemudian aku shalat di belakang orang tersebut, dia
memperpanjang bacaan pada dua rakaat pertama shalat Dzuhur dan

10
4

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM PENDAMPINGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(P3AI)
mempercepat pada dua rakaat berikutnya. Mempercepat bacaan surat dalam
shalat Ashar. Dan pada dua rakaat pertama shalat Maghrib ia membaca surat
mufashshal(1) yang pendek, sedang pada dua rakaat pertama shalat Isya' ia
membaca surat mufashshal yang sedang, selanjutnya pada shalat Subuh ia
membaca surat-surat mufashshal yang panjang'." (HR. Ahmad dan An-Nasai,
shahih)
9. Cara duduk yang tsabit
(diriwayatkan) dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam dalam
shalat adalah duduk iftirasy (bertumpu pada paha kiri) pada semua posisi
duduk dan semua tasyahhud selain tasyahhud akhir.

10
5

Anda mungkin juga menyukai