Makalah Autopsi
Makalah Autopsi
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
35
BAB II
PEMBAHASAN
35
dikemudian hari.
Untuk mengetahui kelainan pada organ dan jaringan tubuh akibat dari suatu
penyakit. 2
Untuk mendapatkan sebab kematian pasti dan tujuan lainnya, autopsi klinis
lahir mati.
Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk
Visum et Repertum. 2,3,5
berwenang.
Autopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk
autopsi.
Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan
dahulu sebelum memulai autopsi. Tetapi harus berdasarkan temuan-temuan
berwenang.
Pencatatan perincian pada saat tindakan autopsi dilakukan oleh asisten.
Pada laporan autpsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
35
1,2,5,6,7
1,2,5,6,7
35
Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
1,2,5,6,7
1,2,5,6,7
Pasal 3
Dengan visum et repertum atas mayat, berarti mayat harus dibedah. Sama
sekali tidak dibenarkan mengajukan permintaan visum atas mayat berdasarkan
transplantasi organ manusia, bedah mayat untuk pendidikan dan pengadilan, dan
autopsi terkait dengan faktor ini. 5
Sedangkan peranan dan fungsi visum et repertum adalah salah satu alat bukti
yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et repertum turut
berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan
medik yang tertuang di dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
sebagai pengganti benda bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau
pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam
bagian Kesimpulan. 5
Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum, sehingga dengan membaca Visum et Repertum,
dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi
hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang
menyangkut tubuh/jiwa manusia. 5
untuk itu.
Bila belum ada, hubungi segera kepolisian sektor (Polsek) atau kepolisian
resort (Polres) yang bersangkutan.
35
Permintaan lisan atau per telefon tidak dilayani sampai permintaan tertulis
disampaikan.
3. Persetujuan keluarga
Menurut KUHP 134 adalah tanggung jawab penyidik untuk menjelaskan
perlu dilakukannya bedah mayat. Bila penyidik tidak ada, maka dokter dapat
membantu melakukan penjelasan ini kepada keluarga korban. Dalam hal ini,
untuk keamanan pemeriksaan, dokter terpaksa mengambil kebijakan untuk
meminta keluarga korban menandatangani pernyataan tidak keberatan dilakukan
autopsi. Di beberapa pusat pelayanan autopsi di daerah lain, hal yang seperti ini
tidak terjadi. Ini terutama karena tata laksana permintaan dan pembuatan visum
jenazah dipatuhi sesuai standar prosedur. Bila hambatan ini berkaitan dengan
norma agama maka untuk yang beragama Islam dapat dipedomani Fatwa
Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara no. 4 tahun 1955 bahwa bedah
mayat hukumnya mubah. 2
4. Keterangan yang mendukung pemeriksaan
Keterangan yang didapat dari penyidik atau keluarga korban sangat
menolong dalam pemeriksaan dan akan dilakukan, terutama pada korban mati
tiba-tiba, keracunan, luka listrik, dan lain-lain. Demikian pula pemeriksaan di
tempat kejadian perkara (TKP) bila dihadiri dokter akan membantu dalam
pemeriksaan dan mengambil kesimpulan pemeriksaan. 2
Alat-Alat yang Diperlukan
Secara standar diperlukan berbagai alat/instrumen untuk melakukan autopsi
yang dikemas dalam autopsi-set. Secara umum alat-alat yang dipakai meliputi :
Pisau bedah mayat (post mortem knife)
Pisau potong tulang rawan (cartilage knife)
Pisau untuk memotong jaringan otak (brain knife)
Gunting usus ( intestinal scissor)
Gunting bedah (surgical scissor)
Pinset
Sonde tumpul
35
di manapun dokter bertugas tidak perlu bersandar pada alat-alat yang serba lengkap.
Beberapa alat dasar seperti pisau yang cukup tajam (walaupun pisau dapur
misalnya), gunting, pinset, sonde, gergaji besi, sarung tangan karet dan beberapa
botol untuk pengirimn bahan serta cairan pengawet serta jarum jahit dan benang
sudah memadai untuk pemeriksaan ini. Air yang cukup, kalau bisa mengalir, sangat
membantu. 2
Petunjuk Dalam Autopsi Forensik
Ada beberapa petunjuk yang harus dipahami dokter dalam melakukan autopsi
forensik yaitu :
1. Pemeriksaan harus dilakukan pada siang hari
Pemeriksaan di bawah sinar lampu bisa menyebabkan kesalahan dalam
interpretasi warna yang kadang-kadang punya peranan penting. Misalnya warna
lebam luka atau infark pada organ dan lain-lain. Oleh karena itu pemeriksaan pada
malam hari harus dihindari. Namun untuk kasus dan keadaan tertentu, dengan
penerangan yang cukup, pemeriksaan kalau perlu dapat dilakukan. 2
2. Lakukan sedini mungkin
Penundaan autopsi menimbulkan timbulnya pembusukkan yang dapat
mengaburkan bahkan menghilangkan tanda-tanda yang penting. Oleh karena itu
tidak salah bila dokter turut menjelaskan perlunya dilakukan bedah mayat pada
keluarga korban sementara menunggu kepastian dapat dilakukan autopsi maka
sebaikny dilakukan pemeriksaan luar pada mayat, meskipun pada malam hari
yang dapat dilanjutkan keesokan harinya. Dengan demikian bisa terdapat dua saat
35
atau baru, bentuk dan tepinya. Periksa kantong dan isinya, misalnya surat,
benda-benda dan lain sebagainya untuk identifikasi. 2
4. Perhiasan
Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek,
bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda perhiasan tersebut. 2
5. Mencatat benda di samping mayat. 2
6. Mencatat perubahan tanatologi/tanda-tanda kematian :
Lebam mayat
Catat letak, distribusi, dan warna lebam mayat, perhatikan apakah
lebam mayat hilang pada penekanan. Pemeriksaan ini penting untuk
sesuatu. 2
Suhu tubuh mayat
Dipakai termometer panjang (OCC-5CT C) yang diperiksa per
rektal atau di bawah hepar melalui insisi perut. Termometer harus
berada di anus korban sedalam 10 cm dan dibaca sesudah 3-5 menit.
Bersamaan dicatat pula temperatur ruangan. 2
Pembusukan
Tanda pembusukan pertama, terlihat kulit perut sebelah kanan
bawah berwarna kehijau-hijauan. Kadang-kadang dengan kulit ari yang
mudah terkelupas. Terdapat gambaran pembuluh darah superfisial dan
melebar dan berwarna biru hitam ataupun tubuh yang telah mengalami
7. Identifikasi umum
35
35
Bentuk dada, luka atau tanda patah tulang. Pada wanita : bentuk
Dubur
Tanda-tanda kekerasan seperti pada sodomi dijumpai erosi dan
anus berbentuk lonjong.
Apakah ada keluar benda lain dari lubang dubur. 2
Luka lecet, luka memar atau luka terbuka, luka senjata tajam, dan lain-lain.
Bentuk luka
Pada luka terbuka sebutkan pula panjang luka setelah luka dirapatkan.
Arah luka
Melintang, membujur, miring.
Pinggir luka
Rata, teratur atay tidak teratur.
Dasar luka
Perhatikan dasar luka, jaringan bawah kulit atau otot atau rongga badan.
Sekitar luka
Apakah memar, kotor oleh lumpur, minyak, dan lain-lain.
Ukuran luka
Diukur panjang luka setelah luka tersebut dirapatkan terlebih dahulu, ukur
juga lebar dan dalamnya luka.
Lubang luka/luka menembus rongga tubuh
Apakah ada cairan yang keluar dari luka. Dapat dimasukkan sonde tumpul
untuk memastikan luka menembus rongga tubuh. 2
35
c) Teknik Gohn
Setelah rongga tubuh dibuka, organ tubuh dikeluarkan dalam 3
kumpulan organ masing-maasing :
Organ leher dan dada
Organ pencernaan bersama hati dan limpa
Organ urogenital 2
Teknik ini relative lebih cepat dan lebih mudah. Hubungan antar
organ penting masih dapat dipertahankan, sehingga bila ada kegagalan
satu organ yang mempengaruhi organ lain dapat diketahui. 2
Kelemahan metode ini misal pada kasus cirrhosis hepatis dan
hipertensi portal yang mengakibatkan adanya varices oesophageal. Hal
ini terjadi karena hubungan antar keadaan tersebut dirusak oleh
pemotongan oesophagus di atas diaphragma.
d) Teknik Letulle
Setelah rongga tubuh dibuka, organ-organ leher, dada, diafragma
dan perut dikeluarkan sekaligus (en masse). Kemudian diletakkan di
atas meja dengan permukaan posterior menghadap ke atas. 2
Dengan pengangkatan organ-organ tubuh secara en masse ini
hubungan antar organ tetap dipertahankan setelah seluruh organ
dikeluarkan dari tubuh. 2
Kerugian teknik ini sukar dilakukan tanpa pembantu, serta sulit
dalam penanganan karena panjangnya kumpulan organ-organ yang
dikeluarkan bersama-sama. 2
4. Pembukaan rongga tengkorak
Cara autopsi pembukaan rongga kepala:
35
Tengkorak Neonatus
Kulit kepala dibuka seperti biasa, tengkorak dibuka dengan
menggunting sutura yang masih terbuka dan tulang ditekan ke luar,
sehingga otak dengan mudah dapat diangkat. 8
5. Pemeriksaan organ
Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan
hati-hati dan dicatat :
1. Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita
pengukur. Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas
inferior organ. Organ hati yang mengeras juga menunjukkan adanya
pembesaran.
2. Bentuk.
3. Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang
lembut, berkilat dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika
terdapat penebalan, permukaan yang kasar , penumpulan atau
kekeruhan.
35
1. Leher
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan
tonsil dikeluarkan sebagai satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran
nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada kasus pencekikan tulang lidah
harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang. 8
2. Dada
Seksi Jantung
Jantung dibuka menurut aliran darah : pisau dimasukkan ke
vena kava inferior sampai keluar di vena superior dan bagian ini
dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup trikuspidalis keluar
di insisi bilik kanan dan bagian ini dipotong. Ujung pisau lalu
dimasukkan arteri pulmonalis dan otot jantung mulai dari apeks
dipotong sejajar dengan septum interventrikulorum. Ujung pisau
dimasukkan ke vena pulmonalis kanan keluar ke vena pulmonalis
kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau dimasukkan melalui katup
mitral keluar di insisi bilik kiri dan bagian ini dipotong. Ujung pisau
kemudian dimasukkan melalui katup aorta dan otot jantung dari
apeks dipotong sejajar dengan septum interventrikulorum. Jantung
35
Paru-paru
Paru-paru kanan dan kiri dilepaskan dengan memotong
bronkhi dan pembuluh darah di hilus, setelah perkardium diambil.
Vena pulmonalis dibuka dengan gunting, kemudian bronkhi dan
terakhir arteri pulmonalis. Paru-paru diiris longitudinal dari apeks ke
basis. 8
Tulang dada diangkat dengan memotong tulang rawan iga 1
cm dari sambungannya dengan cara pisau dipegang dengan tangan
kanan dengan bagian tajam horizontal diarahkan pada tulang rawan
iga dan dengan tangan yang lain menekan pada punggung pisau.
Pemotongan dimulai dari tulang rawan iga no. 2. Tulang dada
diangkat dan dilepaskan dari diafragma kanan dan kiri kemudian
dilepaskan mediastinum anterior. Rongga paru-paru diperiksa adanya
perlengketan, darah, pus atau cairan lain kemudian diukur. 8
Kemudian pisau dengan tangan kanan dimasukkan dalam
rongga paru-paru, bagian tajam tegak lurus diarahkan ke tulang
rawan no.1 dan tulang rawan dipotong sedikit ke lateral, kemudian
bagian tajam pisau diarahkan ke sendi sternoklavikularis dengan
menggerak-gerakkan sternum, sendi dipisahkan. Prosedur diulang
untuk sendi yang lainnya. 8
Mediastinum anterior diperiksa adanya timus persistens.
Perikardium dibuka dengan Y terbalik, diperiksa cairan perikardium,
normal sebanyak kurang lebih 50 cc dengan warna agak kuning.
Apeks jantung diangkat, dibuat insisi di bilik dan serambi kanan
diperiksa adanya embolus yang menutup arteri pulmonalis.
Kemudian dibuat insisi di bilik dan serambi kiri. Jantung dilepaskan
dengan memotong pembuluh besar dekat perikardium. 8
3. Perut
35
Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati
Semua organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit.
Esofagus diikat ganda dan dipotong. Diafragma dilepaskan dari hati
dan esofagus dan unit tadi dapat diangkat. Sebelum diangkat, anak
ginjal kanan yang biasanya melekat pada hati dilepaskan terlebih
dahulu. 8
Esofagus dibuka terus ke kurvatura mayor, terus ke duodenum.
Perhatikan isi lambung, dapat membantu penentuan saat kematian.
Kandung empedu ditekan, bulu empedu akan menonjol kemudian
dibuka dengan gunting ke arah papila vater, kemudian dibuka ke
arah hati, lalu kandung empedu dibuka. Perhatikan mukosa dan
adanya batu. 8
Buluh kelenjar ludah diperut dibuka dari papila Vater ke
pankreas. Pankreas dilepaskan dari duodenum dan dipotong-potong
transversal.
Hati : perhatikan tepi hati, permukaan hati, perlekatan,
kemudian dipotong longitudinal.
Usus halus dan usus besar dibuka dengan gunting ujung
tumpul, perhatikan mukosa dan isinya, cacing.
Urogenital Perempuan :
Kandung urin dibuka dan dilepaskan dari vagina. Vagina dan
uterus dibuka dengan insisi longitudinal dan dari pertengahan uterus
insisi ke kanan dan ke kiri. Ke kornu. Tuba diperiksa dengan
mengiris tegak lurus pada jarak 1-1,5 cm. Ovarium diinsisi
longitudinal. Pada abortus provokatus kriminalis yang dilakukan
dengan menusuk ke dalam uterus, seluruhnya : kandung urin, uterus
dan vagina, rektum difiksasi dalam formalin 10% selama 7 hari,
setelah itu dibuat irisan tegak lurus pada sumbu rektum setebal 1,25
cm, kemudian semuanya direndam dalam alkohol selama 24 jam.
Saluran tusuk akan terlihat sebagai noda merah, hiperemis. Dari
noda merah ini dibuat sediaan histopatologi.
Usus halus dipisahkan dari mesenterium, usus besar
dilepaskan, duodenum dan rektum diikat ganda kemudian dipotong. 8
35
PA
Mencegah proses pembusukkan oleh aktifitas bakteri
Memadatkan dan mengeraskan jaringan untuk dipotong
Memadatkan cairan koloid dan jaringan
Mencegah rusaknya struktur jaringan 2
cairan fiksasi dapat berupa satu macam bahan kimia yaitu :
pelindung.
Dimasukkan dalam kotak (peluru kecil cukup dalam kotakkorek api).
Kotak dibungkus rapi dengan kertas.
Diikat dengan benang.
Disegel dengan lak (bila ada) dan di ujung benang ditaruh kertas
yang berisi keterangan tentang benda yang dikirim, nama korban,
35
iga ke-3,
potong tulang dada setinggi perbatasan antara tulang iga ke-2 dan
ke-3,
setelah kandung jantung tampak, buat insisi pada bagian depan
kandung jantung dengan insisi I, sepanjang kira-kira 5-7
sentimeter; kedua ujung sayatan tersebut dijepit dan diangkat dengan
jantung,
tusuk dengan pisau organ yang runcing, tepat di daerah bilik jantung
kanan, yang berbatasan dengan pangkal a. Pulmonalis, kemudian
putar pisau itu 90 derajat; gelembung-gelembung udara yang keluar
gelembung udara,
bila kasus yang dihadapi adalah kasus abortus, maka pemeriksaan
dengan prinsip yang sama, dilakukan mulai dari rahim dan berakhir
pada jantung,
semua yang disebut di atas adalah untuk melakukan tes emboli
pulmoner, untuk tes emboli sistemik, pada prinsipnya sama, letak
perbedaannya adalah : pada tes emboli sistemik tidak dilakukan
penusukan ventrikel, tetapi sayatan melintang pada a. Coronaria
sinistra ramus desenden, secara serial beberapa tempat, dan diadakan
pengurutan atas nadi tersebut, agar tampak gelembung kecil yang
keluar,
dosis fatal untuk emboli udara pulmoner 150-130 ml, sedangkan
untuk emboli sistemik hanya beberapa ml. 2, 6, 8
35
diikat.
Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air.
Bila terapung lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang
kanan.
Apungkan kedua organ paru-paru tadi, bila terapung lanjutkan
dengan pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat lima lobus
perifer.
Apungkan ke 25 potongan kecil-kecil tersebut, bila terapung,
letakkan potongan tersebut pada dua karton, dan lakukan
penginjakan dengan menggunakan berat badan, kemudian
35
),
buat kantung dari kulit dada tersebut mengelilingi separuhnya dari
tampak kollaps,
cara lain; setelah dibuat kantung , kantung ditusuk dengan spuit
besar dengan jarum besar yang berisi air separuhnya pada spuit
tersebut; bila ada pneumothorax, tampak gelembung-gelembung
udara pada spuit tadi. 2, 6, 8
35
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan
terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan
atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan- penemuan tersebut,
menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara
kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.
Berdasarkan tujuannya autopsi dapat dibagi atas 3 jenis :
Autopsi Anatomi
Autopsi Klinik
35
Autopsi Forensik/Medikolegal
Autopsi forensik mempunyai beberapa dasar hukum yang terdapat dalam
KUHP, KUHAP, Intruksi Kapolri, dan lain sebagainya. Untuk melakukan autopsi
(bedah mayat) ada beberapa faktor penghambat dari pihak keluarga.
Autopsi terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Untuk
menghindari masalah yang dapat timbul sewaktu atau sesudah autopsi, ada beberapa
persiapan yang perlu diperhatikan, yaitu :
dengan tidak mudah ini adalah untuk memberi bantuan kepada penegak hukum,
sehingga diperoleh pegangan objektif dan ilmiah dalam melakukan penyidikan,
penuntutan, pembelaan atau pemutusan perkara di sidang pengadilan.
Melalui pemeriksaan secara ilmiah yang dilakukan dokter diharapkan proses
hukum dapat berjalan dengan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Amri. 2005. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua. Medan :
Ramadhan. Hal 2,4,210,211
2. Singh, Surjit. 2011. Autopsi. Medan : Hal 22-84
3. Hamdani, Njowito. 1992. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi ke Dua. Surabaya : PT.
Gramedia Pustaka Utama. Hal 48-59
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Autopsi. Dalam: Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
5. http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/194/jiptiain--khoirulriz-9661-6-babiii.pdf,
dikutip dari makalah yang berjudul Autopsi Forensik Dalam Pembuktian Tindak
Pidana Menurut KUHAP, diakses tanggal 7 Juni 2013.
6. Idries, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.
Jakarta : Binarupa Aksara. Hal 19,20,22,26,353-362
35
35