Jurnal Permukiman
Jurnal Permukiman
2 Septeember 2009
Akreditasi No. 222/AU1/P2MBI/08/2009
JURNAL
PERMUKIMAN
Model Pengembangan Hunian Vertikal Menuju Pembangunan Perumahan
Berkelanjutan
Oleh : Tito Murbaintoro, M. Syamsul Maarif, Surjono H. Sutjahjo, Iskandar Saleh
Peningkatan Peran Lembaga Lokal Dalam Rangka Pembangunan Permukiman Di
Perdesaan
Oleh : Aris Prihandono
Pembangunan Rumah Susun Dalam Mendukung Aktivitas Ekonomi Perkotaan (Studi
Kasus Kota Bandung)
Oleh : Heni Suhaeni
Infrastruktur Pecinan yang Mudah Diakses Mendukung Pariwisata yang Aksesibel
Oleh : Inge Komardjaja
Komparasi Nilai Partial OTTV pada East-Wall Berbasis U-Value = 2,6 dengan UValue = 1,6
Oleh : Wied Wiwoho Winaktoe
Analisa Data Variabel Sosial Bidang Permukiman
Oleh : Yulinda Rosa
Keefektifan Pengolahan Antara Abu Terbang dengan Karbon Aktif terhadap
Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK), Warna dan Logam Berat Air Lindi Sampah
Oleh : Tibin R. Prayudi
Jurnal
Permukiman
Vol. 4
No. 2
Hal.
72-154
Bandung
September
2009
ISSN : 19074352
JURNAL PERMUKIMAN
Volume 4 No. 2 September 2009
PELINDUNG
PEMIMPIN REDAKSI
DEWAN PENELAAH NASKAH
Ketua
Anggota
MITRA BESTARI
REDAKSI PELAKSANA
Prof. R.
Dr. Ir. Bambang Subiyanto, M. Agr. (Bahan
Bangunan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Ir. Iswandi Imran, MASc. Ph. D. (Rekayasa Struktur, Institut
Teknologi Bandung)
Dr. Ir. Tri Padmi (Teknik Lingkungan, Institut Teknologi
Bandung)
Ir. Indra Budiman Syamwil, MSc. Ph. D. (Perumahan dan
Permukiman, Institut Teknologi Bandung)
Jurnal Permukiman
Telah diterbitkan sejak tahun 1985 dengan nama Jurnal Penelitian Permukiman.
Tahun 2006 berubah nama menjadi Jurnal Permukiman dengan jumlah terbitan 3 (kali) dalam setahun
yaitu pada bulan Mei, September, dan November
JURNAL PERMUKIMAN
Volume 4 No. 2 September 2009
Daftar Isi
Hal.
72 - 87
88 - 101
Pembangunan Rumah Susun Dalam Mendukung Aktivitas Ekonomi Perkotaan (Studi Kasus Kota
Bandung)
Oleh : Heni Suhaeni
102 - 109
110 - 120
Komparasi Nilai Partial OTTV pada East-Wall Berbasis U-Value = 2,6 dengan U-Value = 1,6
Oleh : Wied Wiwoho Winaktoe
121 - 127
128 - 140
Keefektifan Pengolahan Antara Abu Terbang dengan Karbon Aktif terhadap Kebutuhan Oksigen
Kimia (KOK), Warna dan Logam Berat Air Lindi Sampah .
Oleh : Tibin R. Prayudi
141 - 148
JURNAL PERMUKIMAN
Volume 4 No.2 September 2009
Pengantar Redaksi
Sebagai pembuka kami menyajikan tulisan mengenai pembangunan model pengembangan hunian vertikal
menuju pembangunan perumahan berkelanjutan dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan perumahan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Tulisan ini disampaikan oleh Tito Murbaintoro, M. Syamsul Maarif,
Surjono H. Sutjahjo, dan Iskandar Saleh dengan judul Model Pengembangan Hunian Vertikal Menuju
Pembangunan Perumahan Berkelanjutan.
Upaya pembangunan perumahan dan permukiman yang melibatkan kapasitas dan kapabilitas lembaga-lembaga
formal harus disertai langkah seleksi karena terkait dengan internalisasi muatan baru. Beberapa kriteria dapat
dijadikan referensi dalam pemilihan lembaga yaitu : tingkat kemapanan, kondisi unsur-unsur kelembagaan, dan
efektivitas organisasi. Tulisan ini berjudul Peningkatan Peran Lembaga Lokal Dalam Rangka Pembangunan
Permukiman Di Perdesaan yang ditulis oleh Aris Prihandono.
Heni Suhaeni memaparkan hasil penelitiannya dalam tulisan yang berjudul Pembangunan Rumah Susun Dalam
Mendukung Aktivitas Ekonomi Perkotaan dengan konsep dasarnya adalah penataan ruang yang menghasilkan
kualitas lingkungan perkotaan yang sehat dengan penggunaan lahan yang efisien.
Infrastruktur Pecinan yang Mudah Diakses Mendukung Prinsip Pariwisata yang Aksesibel menjadi bahan tulisan
Inge Komardjaja dimana pecinan mempunyai potensi besar menjadi kawasan pariwisata, serta berpegang pula
pada prinsip pariwisata yang aksesibel maka wisatawan lokal dan mancanegara yang menyandang cacat akan
tertarik mengunjungi pecinan.
Wied Wiwoho Winaktoe menyajikan hasil penelitian mengenai Komparasi Nilai Partial_OTTV pada East-Wall
Berbasis U-Value = 2,6 dengan U-value = 1,6. OTTV sebagai prosedur standar konservasi energi yang
dikukuhkan sebagai prosedur vital dalam praktik rancang bangun.
Guna mendapatkan pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan diperlukan analisa sosial
dengan menggunakan dua metode analisa : deskriptif dan induktif. Yulinda Rosa membahas masalah tersebut
dalam tulisannya yang berjudul Metode Analisa Data Variabel Sosial Bidang Permukiman.
Tulisan penutup dalam edisi ini, Tibin R. Prayudi membahas tentang Keefektifan Pengolahan Antara Abu
Terbang dengan Karbon Aktif terhadap Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK), Warna dan Logam Berat Air Lindi
Sampah. Penggunaan abu terbang dan karbon aktif dalam dosis tertentu dapat menurunkan kandungan KOK,
warna dan logam berat air buangan rumah tangga.
Alamat Redaksi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Badan Litbang Dep. Pekerjaan Umum
Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kab. Bandung 40393 PO Box 812 Bandung 40008, Indonesia
Telp. 022-7798393 (4 saluran), Fax. 022-7798392, Email : kapuskim@bdg.centrin.net.id
Akreditasi
Jurnal Permukiman ditetapkan sebagai Majalah Berkala Ilmiah : TERAKREDITASI C
Nomor : No. 222/AU1/P2MBI/08/2009
Berdasarkan Kutipan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Nomor : 816/D/2009 Tanggal 28 Agustus 2009
(Masa berlaku hingga Agusrus 2010)
Abstrak
UDC
69.058.4
Mur Murbaintoro, Tito
M
Model pengembangan hunian vertikal menuju
pembangunan perumahan berkelanjutan/Tito Murbaintoro et.al. --Jurnal Permukiman. --Vol. 4 No. 2
September 2009.--Hal. 72-87. -- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
Abstrak
: hlm. 72
ISSN
: 1907-4352
I. SETTLEMENT II. BUILDING 1. Maarif, M. Syamsul
2. H. Sutjahjo, Sujono 3. Saleh, Iskandar 4. Judul
Pengembangan hunian vertikal merupakan salah satu
alternatif strategi memenuhi kebutuhan perumahan bagi
masyarakat terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR), mengurangi backlog, dan mengoptimalkan
pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Berkaitan hal
tersebut dilakukan kajian model pengembangan hunian
vertikal di Kota Depok. Penelitian bertujuan untuk
membangun model pengembangan hunian vertikal menuju
pembangunan perumahan berkelanjutan dan implikasinya
terhadap kebijakan pembangunan perumahan bagi MBR.
Kata kunci : Hunian vertikal, RTH, MBR, backlog,
berkelanjutan
UDC
69.032.2
Suh Suhaeni, Heni
p
Pembangunan rumah susun dalam mendukung
aktivitas ekonomi perkotaan studi kasus kota Ban
dung/Heni Suhaeni.-- Jurnal Permukiman. --Vol. 4
No. 2 September 2009.--Hal. 102-109.--Bandung :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
Abstrak
: hlm. 102
ISSN
: 1907-4352
I. MULTISTOREY BUILDINGS
1. Judul
Pembangunan rumah susun dalam mendukung aktivitas
ekonomi perkotaan dapat dijalankan dengan cara
pembangunannya harus mampu mewadahi kebutuhan
ruang bagi semua kelompok penduduk perkotaan yang
selama ini tinggal, bekerja, membentuk dan membangun
aktivitas ekonomi di kota tersebut.
Kata kunci : Penataan ruang, aktivitas ekonomi, perkotaan
UDC
69.721
Win Winaktoe, Wied Wiwoho
k
Komparasi nilai partial ottv pada east wall berbasis u-value=2,6 dengan u-value=1,6/Wied Wiwoho
Winaktoe.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4 No. 2 September 2009.-- Hal. 121-127.-- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
UDC
69.058.4
Pri Prihandono, Aris
p
Peningkatan peran lembaga lokal dalam rangka
pembangunan permukiman di perdesaan/Aris Prihandono.--Jurnal Permukiman.--Vol. 4 No. 2 September 2009.--Hal. 88-101.--Bandung : Pusat Pelitian dan Pengembangan Permukiman, 2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
Abstrak
: hlm. 88
ISSN
: 1907-4352
I. SETTLEMENT
II. ECONOMIC
1. Judul
Pelibatan kelembagaan lokal dalam pembangunan
permukiman sangat relevan, namun perlu seleksi. Lembaga
harus memenuhi kriteria : tingkat kemapanan, kondisi
unsur kelembagaan, efektivitas organisasi. Internalisasi
peran baru dilakukan melalui pemberdayaan namun harus
memperhatikan tipe kelembagaan dan kinerjanya. Bentuk
pemberdayaan dapat berupa asistensi, fasilitasi, atau
promosi. Sedangkan materi pemberdayaan meliputi materi
umum, inti dan penunjang.
Kata kunci : Tipe lembaga, seleksi, pemberdayaan
UDC
338.48
Kom Komardjaja, Inge
i
Infrastruktur pecinan yang mudah diakses mendukung prinsip pariwisata yang aksesibel/Inge Komar
djaja.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4 No. 2 September
2009.-- Hal. 110-120.--Bandung : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Permukiman, 2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
Abstrak
: hlm. 110
ISSN
: 1907-4352
I. TOURIST
II. DISABLED PEOPLE
1. Judul
Pecinan perlu ditata berdasarkan perencanaan yang
matang dan pelaksanaan yang cermat. Dengan berprinsip
pada pariwisata yang aksesibel, wisatawan lokal dan
mancanegara yang menyandang cacat tertarik untuk
mengunjungi pecinan. PBB mengatakan para penyandang
cacat mempunyai hak yang sama dengan mereka yang
tidak cacat untuk berwisata. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif untuk dapat mengidentifikasi problem
penyandang cacat. Pecinan yang ramah cacat mendukung
prinsip accessible tourism.
Kata kunci : Penyandang cacat, keterbatasan mobilitas,
pecinan, pariwisata, aksesibilitas
UDC
613.87
Ros Rosa, Yulinda
m
Metode analisa data variabel sosial bidang permu
kiman/Yulinda Rosa.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4
No. 2 September 2009.-- Hal. 128 -140.-- Bandung :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman,
2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
Abstrak
: hlm. 121
ISSN
: 1907-4352
I. BUILDINGS II. ARCHITECTURE
1. Judul
Dinding-timur pada iklim tropika-lembab dipersyaratkan
untuk memiliki nilai u-value=2,0 yang sebenarnya sulit
tercapai karena struktur dinding yang popular (plesterbata-plester) cenderung memiliki u-value=2,6. Prosedur
riset menghasilkan temuan : model dinding u-value=2,6
(partial OTTV=21,28 W/m), u-value=1,6 (partial
OTTV=12,95 W/m). Konklusi u-value < 2 menghasilkan
partial OTTV lebih kecil ketimbang u-value > 2.
Kata kunci : Termal, transmitansi, u-value, dinding, OTTV
UDC
54.188
Pra Prayudi, Tibin R
k
Keefektifan pengolahan antara abu terbang dengan karbon aktif terhadap kebutuhan oksigen kimia
(KOK) warna dan logam berat air lindi sampah/Tibin
R. Prayudi.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4 No. 2 September 2009.-- Hal. 141- 148.-- Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2009.
76 hlm
: ilus; 25 cm
Abstrak
: hlm. 141
ISSN
: 1907-4352
I. CHEMISTRY
II. OXYGEN
1. Judul
Penelitian eksperimental dilakukan di laboratorium, dengan
pengadukan abu terbang dan karbon aktif dengan air lindi
sampah pada kecepatan 100 rpm selama satu jam, pada
dosis 15, 25, 35, 50, 100 dan 150 mg/liter. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan pemakaian abu terbang akan
lebih efektif dalam menurunkan KOK, warna, Zn, dan CU
air lindi, sedangkan karbon aktif lebih efektif dalam
menurubkan Fe air lindi.
Kata kunci : Abu terbang, karbon aktif, air lindi, kebutuhan
oksigen kimia (KOK)
Abstrak
: hlm. 128
ISSN
: 1907-4352
I. SOCIAL
II. DESCRIPTIVE ANALYSIS
1. Judul
Data variabel sosial bidang permukiman merupakan data
kualitatif. Analisa deskriptif dilakukan dengan terlebih
dahulu membuat distribusi frekuensi. Beberapa metode
yang biasa digunakan dalam pembuatan frekuensi variabel
sosial, diantaranya adalah dengan menggunakan nilai skor
kumulatif dari seluruh item yang digunakan untuk
mengukur variabel tersebut dan metode srtrugles.
Kata kunci : Variabel sosial, data kualitatif, kuesioner,
analisa deskriptif, skor, kumulatif
Abstract
UDC
69.058.4
Mur Murbaintoro, Tito
M
Model of the development of vertical residential
for the sustainable of housing development /Tito Murbaintoro et.al. --Jurnal Permukiman. --Vol. 4 No. 2
September 2009.--Page. 72-87.-- Bandung : Research
Institute for Human Settlements, 2009.
76 pages
: ilus; 25 cm
Abstract
: page 72
ISSN
: 1907-4352
I. SETTLEMENT II. BUILDING 1. Maarif, M. Syamsul
2. H. Sutjahjo, Sujono 3. Saleh, Iskandar 4. Title
Vertical residential development is one of the alternative
strategies to meet the need of housing for people,
especially low income people, decrease the backlog and
optimizing the need of open green space. Relating to that
reason, the study on model of the development of vertical
residential was carried out in Depok city. The research was
purposed to create a model of the development of vertical
residential for the sustainable of housing development and
its impact to the housing development policy for the low
income people.
UDC
69.058.4
Pri Prihandono, Aris
p
Improving the role of local institution in term of
settlement development in rural area/Aris Prihandono
--Jurnal Permukiman.--Vol. 4 No. 2 September 2009.
--Page. 88-101.--Bandung : Research Institute for
Human Settlements, 2009.
76 pages
: ilus; 25 cm
Abstract
: page 88
ISSN
: 1907-4352
I. SETTLEMENT
II. ECONOMIC
1. Title
Involvement the local institution in developing settlements
is relevant very much to current sitation. However, it
requires stick selection. The criteria of selection include :
level of establishment, condition of organization
components, effectiveness of organization. Internalization
of the new roles can be carried out through empowerment
of the local level institution. Nevertheless, it must take
types of the institution and its performance into
consideration. Nature of the empowerment can be
assistance, facilitation, and promotion. While substances of
empowerment consist of general, major, and minor one.
UDC
69.721
Win Winaktoe, Wied Wiwoho
k
Comparasion between the east-walls partialOTTV at u-value of 2.6 and u-value of 1.6/Wied Wiwoho Winaktoe.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4 No. 2
September 2009.-- Page 121-127.-- Bandung :
Research Institute for Human Settlements, 2009.
76 pages
: ilus; 25 cm
Abstract
: page 121
UDC
338.48
Kom Komardjaja, Inge
i
The easily accessed infrastructure of Chinatown
espouses the principle of accessible tourism/Inge Komardjaja.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4 No. 2 September 2009.-- Page 110-120.-- Bandung : Research
Institute for Human Settlements, 2009.
76 pages
: ilus; 25 cm
Abstract
: page 110
ISSN
: 1907-4352
I. TOURIST
II. DISABLED PEOPLE
1. Title
Revitalizing Chinatown has to be done from a wellprepared planning and accurate implementation. Carrying
out the principle of accessible tourism may attract local and
foreign disabled tourists. The UN declares that disabled
people have the same right as the non-disabled people to
visit tourist sites. This study has employed the qualitative
method to identify the real problems of disabled people.
Chinatown that is disabled-friendly espouses the principle
of accessible tourism.
Keywords : Disabled people, limited mobility, Chinatown,
tourism, accessibility
UDC
613.87
Ros Rosa, Yulinda
m
Method analysis variable data of the structured
social settlement/Yulinda Rosa.-- Jurnal Permukiman.
-- Vol. 4 No. 2 September 2009.-- Page 128 -140.-Bandung : Research Institute for Human Settlements,
2009.
76 pages
: ilus; 25 cm
Abstract
: page 128
ISSN
: 1907-4352
I. BUILDINGS II. ARCHITECTURE
1. Title
East wall at hot-humid climate is required to have u-value
of 2.0 which is actually difficult to achieve considering the
popular walls structure (plaster-brick-plaster) tends to
have u-value of 2.6. The finding of this research : wall with
u-value of 2.6 produces partial OTTV of 21.28 W/m and
u-value of 1.6 produces partial OTTV of 12.95 W/ m. The
conclusion is that the lower the u-value is then the smaller
partial OTTV would be.
Keywords : Thermal, transmittance, u-value, wall, OTTV
UDC
54.188
Pra Prayudi, Tibin R
k
Leachate treatment effectively between fly ash
and activated carbon on chemical oxygen demand,
colour and heavy metal from leachate/Tibin R. Prayudi.-- Jurnal Permukiman.-- Vol. 4 No. 2 September
2009.-- Page 141- 148.-- Bandung : Research Institute for Human Settlements, 2009.
76 pages
: ilus; 25 cm
Abstract
: page 141
ISSN
: 1907-4352
I. CHEMISTRY
II. OXYGEN
1. Title
The batch experiments were run in different glass flask of
500 ml capacity using the string speed on 100 rpm. A
known volume of sample was treated with different doses
of fly ash or activated carbon 15, 25, 35, 50, 100, and 150
mg/litre. The result could be concluded that fly ash is more
effective adsorbent for decreasing COD, colour, Zn and Cu
concentration in leachate but activated carbon is more
effective for decreasing Fe concentration in leachate.
Keywords : Fly ash, activated carbon, leachate, chemical
oxygen demand (COD)
ISSN
: 1907-4352
I. SOCIAL
II. DESCRIPTIVE ANALYSIS
1. Title
Variable data of the structured social settlement is
qualitative data. Descriptive analysis is done by first
making a frequency distribution. Some methods use in
creating the frequency distribution of social variables such
as using the value of the cumulative score of all items used
the measure these variables, and the struggles method.
Keywords : Social variable, qualitative data, questionnaire,
descriptive analysis, cumulative score
A
Abu terbang = 141, 142, 143, 144, 147, 148
Accessibility = 110
Activated carbon = 141
Air lindi = 141, 142, 144, 145, 147, 148
Aksesibilitas = 110, 111, 113
Aktivitas ekonomi = 102, 104, 105, 107, 108, 109
Analisa deskriptif = 128, 130, 131, 137
Indeks Subyek
(Subject Index)
B
Backlog = 72, 76, 77, 82
Berkelanjutan = 72
C
Chemical oxygen demand (COD) = 141, 142
Chinatown = 110, 114
Cumulative score = 128
D
Data kualitatif = 128
Descriptive analysis = 128
Dinding = 121, 122, 123
Disabled people = 110
E
Economy activity = 102
Empowerment = 88
F
Fly ash = 141, 143, 144
H
Hunian vertikal = 72, 74, 76, 77, 78, 80, 81, 82, 83, 85
I
Institution types = 88
K
Karbon aktif = 141, 142, 143, 147, 148
Keterbatasan mobilitas = 110
Kebutuhan oksigen kimia (KOK) = 141, 144, 147, 148
Kuesioner = 128, 129, 130
L
Leachate = 141
Limited mobility = 110
Low income people = 73
M
MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) = 72
Model = 72
O
OTTV = 121, 122, 123, 124, 125, 126
Open green space = 73
P
Pariwisata = 110, 111, 114, 118
Pecinan = 110, 111, 112, 113, 115, 116
Pemberdayaan = 88, 91, 92, 94, 96
Penataan ruang = 102, 103
Penyandang cacat = 110, 111, 112, 113, 115, 116, 117,
118, 119
Perkotaan = 102, 103, 104, 108, 109
Q
Qualitative data = 128
Questionnaire = 128
R
RTH (Ruang Terbuka Hijau) = 72, 73, 74, 75, 76, 77, 82,
84, 85, 86
S
Seleksi = 88
Selection = 88
Skor kumulatif = 128, 133, 137
Social variable =128
Spatial planning = 102,
Sustainable = 73, 82, 85
T
Termal = 121, 122
Thermal = 121,
Tipe lembaga = 88
Tourism = 110
Transmitansi = 121, 122
Transmittance = 121
U
Urban = 102
U-value = 121, 124, 125, 126
V
Variabel sosial = 128, 129, 130
Vertical residential = 73
W
Wall = 121
Redaksi menerima naskah karya ilmiah IPTEK bidang Permukiman, baik dari dalam maupun di
luar lingkungan Pusat Litbang Permukiman
Naskah belum pernah diterbitkan di media cetak lainnya
Penulis bertanggung jawab sepenuhnya terhadap isi tulisan
Naskah disampaikan ke redaksi dalam bentuk naskah tercetak hitam putih sebanyak 3 rangkap
Penelaah berhak memperbaiki naskah tanpa mengubah isi dan pengertiannya dan akan
berkonsultasi dahulu dengan penulis apabila dipandang perlu untuk mengubah isi naskah
Jika naskah disetujui untuk diterbitkan, penulis harus segera menyempurnakan dan
menyampaikannya kembali ke redaksi beserta file-nya dengan program MS-Word paling
lambat satu minggu setelah tanggal persetujuan
Naskah yang dimuat menjadi milik Pusat Litbang Permukiman
Naskah yang tidak dapat dimuat akan diberitahukan kepada penulis dan naskah tidak akan
dikembalikan, kecuali ada permintaan lain dari penulis
NASKAH
Bahasa : Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dilengkapi dengan abstrak dan kata kunci dalam Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
Format : Jumlah halaman naskah maksimum 10 halaman tercetak dalam kertas putih ukuran B5 pada
satu permukaan dengan satu spasi. Naskah yang ditulis terbagi atas 2 kolom yang terpisah oleh jarak
tengah 1 cm. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 2 cm. Jenis huruf yang digunakan
Tahoma.
Judul (14 pt, Capital, bold) dan Sub Judul (12 pt, bold) : Judul dibuat tidak lebih dari dua baris dan
harus mencerminkan isi tulisan. Nama, instansi dan alamat (instansi dan e-mail) penulis dicantumkan di
bawah judul.
Abstrak (9 pt, Italic) : Abstrak dibuat tidak lebih dari 200 kata yang memuat metodologi yang digunakan,
temuan-temuan pokok hasil penelitian, serta mengungkapkan konklusi dan rekomendasi pokok. Abstrak
dilengkapi dengan kata kunci.
Isi Naskah (9 pt) : Susunan isi naskah meliputi : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metoda Penelitian,
Hasil, Analisis dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.
Tabel : Judul tabel dan keterangan ditulis dengan jelas dan singkat. Tabel harus diberi nomor. Nomor
dan judul tabel diletakkan pada posisi center. Tabel harus diberi nomor. Antara judul tabel dan kalimat
sebelumnya dan juga antara tabel dan judul tabel diberi jarak satu spasi
Gambar dan Foto : Gambar dan foto harus diberi nomor, judul atau keterangan dengan jelas. Ukuran
gambar dan foto disesuaikan dengan besar kolom. Nomor, judul atau keterangan gambar dan foto
diletakkan pada posisi center. Gambar dan foto harus mempunyai ketajaman yang baik, ukurannya
dapat diperbesar dan diletakkan ditengah kertas, memotong kolom. Antara gambar/foto dan judul atau
keterangan gambar/foto diberi jarak satu spasi.
Daftar Pustaka : Daftar pustaka ditulis sesuai dengan urutan menurut abjad nama pengarang dengan
mencantumkan tahun penerbitan, judul terbitan, penerbit, dan kota terbit.
Abstrak
Pengembangan hunian vertikal di Kota Depok merupakan salah satu alternatif strategi memenuhi
kebutuhan perumahan bagi masyarakat terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
mengurangi backlog, dan mengoptimalkan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini
bertujuan untuk membangun model pengembangan hunian vertikal menuju pembangunan perumahan
berkelanjutan dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan perumahan bagi MBR. Metode analisis
data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis statistika, analisis finansial, analisis input-output
(I-O), dan analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kota Depok
memiliki potensi minat yang besar terhadap hunian vertikal namun tingkat keterjangkauan terutama
MBR masih sangat rendah. Untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam memiliki hunian,
maka peran pemerintah sangat diperlukan terutama dalam pemberian bantuan dan insentif kepemilikan
hunian. Pembangunan perumahan juga memberikan dampak ganda (multiplier effect) terhadap
pembangunan di Kota Depok dan daerah sekitarnya. Dampak tersebut antara lain tingginya
pembangunan perumahan, meningkatnya pendapatan masyarakat, dan tingginya tingkat penyerapan
tenaga kerja akibat pembangunan perumahan. Peningkatan kebutuhan jumlah hunian, serta backlog
perumahan di Kota Depok menunjukkan kecenderungan pertumbuhan mengikuti kurva eksponensial
pada tahun simulasi 2001 sampai tahun 2025. Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat di
Kota Depok khususnya MBR dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan mempertahankan
ketersediaan lahan RTH pada tingkat tertentu, skenario yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan
RTH sampai pada luasan 5000 ha, dengan mendorong pertumbuhan hunian vertikal melalui subsidi
bunga sebesar 8% dan subsidi uang muka sebesar Rp 10.000.000 Rp 13.000.000.
Kata kunci : Hunian vertikal, RTH, MBR, backlog, model, dan berkelanjutan
Abstract
Vertical residential development in Depok city is one of the alternative strategies to meet the need of
housing for people, especially low income people, decrease the backlog and optimizing the need of open
green space. The research was purposed to create a model of the development of vertical residential for
the sustainable of housing development and its impact to the housing development policy for the low
income people. The methods used to analyze the data were descriptive analysis, statistical analysis,
financial analysis, input-output (I-O) analysis and dynamic system analysis. The result of the research
showed that people in Depok city had great interest in having vertical residential, however the
affordability of low income people, were still low. To increase the peoples purchasing power,
participation of the government is greatly necessary especially in form of incentive and housing subsidy.
Housing development also resulted in multiplier effects for the development of Depok city and its
surrounding area, such as the high supply of housing, increasing of people income, and the higher
absorption level of manpower related the housing development. The increasing number of shelters
72
need as well as housing backlog in Depok city tended to grow similarly with the exponential curve in the
simulation years of 2001-2025. To meet the need of housing in Depok city, especially for the low income
people, with consideration to their ability and maintaining the open green space at certain level, the
scenario that could be done is utilization of the open green space up to 5000 ha, with support to the
vertical residential growth through subsidizing the interest of 8% as well as down payment in the range
of Rp 10,000,000 to Rp 13,000,000.
Keywords : Vertical residential, open green space, low income people, backlog, model, sustainable
PENDAHULUAN
Pemenuhan kebutuhan rumah bagi setiap
keluarga (shelter for all) dan pengembangan
perumahan yang berkelanjutan (sustainable
housing development) sudah menjadi agenda
global yang harus diwujudkan oleh setiap
negara. Persoalan lain yang sangat mendasar
adalah pemenuhan kebutuhan rumah yang
terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR). Hal ini juga menjadi perhatian
berbagai pemangku kepentingan di dunia
sebagaimana dicanangkan pada The 12th
Session of the Commission on Sustainable
Development (CSD 12) tanggal 14-30 April 2004
di New York, yakni to achieve significant
improvements in the living conditions of the
poorest population groups, in particular slum
inhabitants, by the year 2020 (Butters, 2003).
Perwujudan pembangunan perumahan dan
permukiman
berkelanjutan,
tidak
dapat
dilepaskan dari pembangunan perkotaan secara
keseluruhan, apalagi bila dikaitkan dengan
ketersediaan
lahan
yang
merupakan
sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Salah
satu indikator pembangunan berkelanjutan yang
dimotori oleh United Nations Centre for Human
Settlements (UNCHS) adalah memberikan
rekomendasi tentang bagaimana menetapkan
indikator lingkungan untuk pembangunan
perumahan, permukiman dan perkotaan.
Indikator lingkungan perkotaan yang terkait
dengan sustainibilitas lingkungan perkotaan
adalah terpenuhinya luas ruang terbuka
(km2)/% (Junaidi, 2000). Ketersediaan ruang
terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu
indikator utama penelitian dalam melakukan
analisis pembangunan perumahan berkelanjutan.
Indikator lain adalah tingkat keterjangkauan
73
74
75
Tabel 1.
Penurunan Lahan Pertanian Kota Depok Tahun 2000-2005
Tahun
Lahan Pertanian
(Ha)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
Sawah Teknis
926,58
931,00
931,00
907,00
907,00
785,00
401,68
401,00
401,00
380,00
380,00
187,50
1.527,35
1.501,05
1.420,30
1.357,65
1.285,12
1.272,80
Perkebunan
76
Tabel 2.
Ketersediaan RTH untuk Taman Kota
Tahun 2000-2005
Tahun
2000
12,05
2001
12,36
2002
18,35
2003
22,16
2004
26,57
2005
61,75
Tabel 3.
Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Kota Depok
No.
Jumlah Pertumbuhan
Sub Pusat
Penduduk Penduduk
Pengembangan
(Jiwa)
(%/Tahun)
1.
Cimanggis
435.477
3,36
2.
Sawangan
214.601
5,29
3.
Limo
190.359
4,88
4.
Pancoran Mas
278.943
3,04
5.
Beji
201.363
6,45
6. Sukmajaya
345.500
Sumber: RTRW Kota Depok, 2000-2010
2,70
Tabel 4.
Tabel Simulasi Pembangunan Hunian Vertikal dalam Perencanaan Pembangunan Perumahan
di Kota Depok
Backlog
Tahun
Tanpa rumah
vertikal
(Unit)
RTH
Dengan
rumah
vertikal
(Unit)
Persen
Tanpa rumah
terhadap luas
vertikal
kota
(Ha)
(%)
Dengan
rumah
vertikal
(Ha)
Persen
terhadap luas
kota
(%)
2001
100.753
100.753
9.833
49.07
9.833
49.07
2005
111.759
104.806
9.215
45.99
9.278
46.30
2010
120.766
101.162
8.272
41.28
8.445
42.14
2015
124.686
87.238
7.103
35.45
7.426
37.06
2020
118.645
57.498
5.671
28.30
6.191
30.90
2025
102.410
8.207
4.061
20.27
4.174
20.83
77
untuk
78
IK
IK
IK
IK
< 3,0
3,1 - 4,0
4,1 - 5,0
> 5,1
=
=
=
=
Hunian
Hunian
Hunian
Hunian
79
Tabel 5.
Dampak Pembangunan Perumahan terhadap Struktur Pembangunan Ekonomi Total Output, Income,
Employment, dan Value Added di Kota Depok
Dampak Pengganda (Multiplier Effect)
Kode
Nama Sektor
Output
Income
Employment
Sektor
Tipe I
Tipe II
Tipe I
Tipe II
Tipe I
Tipe II
Perumahan Dibangun
18
1.302
1.368
1.367
1.438
1.543
1.641
Pengembangan
Perumahan Permanen
19
1.297
1.363
1.361
1.431
1.542
1.640
Swadaya
20
Perumahan Tidak Permanen
1.299
1.365
1.364
1.434
1.543
1.641
31
Real Estate
1.220
1.276
1.295
1.362
1.473
1.639
80
81
82
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Seluruh
proses
analisis
dan
simulasi
komprehensif pengembangan hunian vertikal
menuju
pembangunan
perumahan
yang
berkelanjutan
membawa
implikasi
dan
konsekuensi logis kepada penentuan arah
kebijakan pembangunan perumahan secara
menyeluruh di Kota Depok. Secara filosofis
kerangka implikasi kebijakan tersebut dapat
dikaitkan dengan pemikiran tentang spatial
arrangement and sustainable development
Tabel 6.
Kebijakan Generik Pengembangan Hunian Vertikal Menuju Pembangunan
Perumahan Berkelanjutan
Kelompok
Kebijakan
Generik
Karakteristik Kebijakan
Jenis Kebijakan
Penerapan Kebijakan
Peraturan
Perundangan
Kebijakan Konstitusi
(constitutive policies)
berisi pengaturan umum
bagi masyarakat luas,
semua mendapat
keuntungan bersama, yang
melanggar akan
menanggung resiko
Konstitusi dan
Regulasi Umum
Pembebasan,
Fasilitasi dan
Simulasi Pasar
(Freeing,
Facilitating
Markets)
Kebijakan Distribusi
(distributive policies),
berisi keputusan yang
bersifat tidak memaksa
(noncoercive decisions),
dalam kondisi dan situasi
yang stabil
Deregulasi
Legalisasi
Privatisasi
Alokasi
Existing
Goods
Penciptaan Barang
Baru yang dapat
dipasarkan
Simulasi Pasar
83
Lanjutan Tabel 6
Kelompok
Kebijakan
Karakteristik Kebijakan
Generik
Jenis Kebijakan
Penerapan Kebijakan
Regulasi khusus
Penyediaan
Barang melalui
Mekanisme
Nonpasar
Kebijakan Redistribusi
(redistributive policies),
berisi keputusan yang
bersifat memaksa
(coercive decisions),
dalam kondisi yang tidak
stabil
Redistribusi
Asuransi dan
Kebijakan Redistribusi
Jaring Pengaman (redistributive policies),
berisi keputusan yang
bersifat memaksa
(coercive decisions),
dalam kondisi yang tidak
stabil
Redistribusi
84
85
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2003. Manajemen Penelitian. Rineka
Cipta. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2005. Kerangka Teori dan
Analisis Tabel Input Output. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Butters,
C.
2003.
Sustainable
Human
Settlements Challenges for CSD, working
paper in the 12th Session of the
Commission on Sustainable Development
(CSD 12). NABU. New York.
Ditjen Penataan Ruang. 2005. Kajian Konsepsi
Ruang Terbuka Hijau. Jakarta
Djunaedi,
A.
2000.
Indikator
Indikator
Lingkungan Perkotaan : Belajar dari
Pengalaman Negara-negara Lain. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.
Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu
dan Efektivitas Manajemen. Jilid Satu. Edisi
Ketiga. IPB Press. Bogor.
Eryatno dan F. Sofyar. 2007. Riset Kebijakan,
Metode Penelitian untuk Pascasarjana. IPB
Press. Bogor. 79 hal.
Hatmoko, W. 2004. Indonesia Bisa Kelaparan :
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Jabar
Tertinggi. Pikiran Rakyat. 30 September.
Jakarta.
HOMI Project. 2002. Laporan Studi Pasar
Perumahan
di
Indonesia,
Direktorat
Jenderal Perumahan dan Permukiman.
Jakarta.
86
87
Abstrak
Pelibatan kelembagaan lokal tingkat desa dalam pembangunan perumahan dan permukiman sangat
relevan dengan situasi saat ini karena kapasitas dan kapabilitas lembaga-lembaga formal yang ada
sangat terbatas. Sekalipun demikian upaya tersebut harus disertai langkah seleksi yang hati-hati karena
terkait dengan internalisasi muatan baru. Hasil kajian adalah bahwa sejumlah kriteria dapat dijadikan
referensi dalam pemilihan lembaga, yakni: tingkat kemapanan, kondisi unsur-unsur kelembagaan, serta
efektivitas organisasi. Selanjutnya dilakukan penyusunan substansi dan metode pemberdayaan setelah
tipe-tipe kelembagaan dan faktor yang berpengaruh terhadap kinerja lembaga diketahui. Bentuk
pemberdayaan dapat berupa asistensi, fasilitasi, atau promosi. Sedangkan materi pemberdayaan
meliputi tiga hal, yaitu materi umum, yakni materi yang diperlukan dalam proses peningkatan wawasan
pengelola lembaga tanpa membedakan tipologi lembaga; materi inti adalah materi yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan peningkatan kapasitas dan sinergi lintas program; materi penunjang adalah
materi dasar yang secara normatif harus sudah dikuasai oleh calon peserta.
Kata Kunci : Tipe lembaga, seleksi, pemberdayaan
Abstract
The involvement of the local institutions for housing development in rural areas is relevant to the
current situation because of limitation of authorized housing institutions capacity and capability in
serving ordinary people. However, the involvement must be followed by strict selection due to it concern
with accommodation of new areas. The selection can refer to a number of criteria such as the level of
establishment, condition of organization components, and effectiveness of the organization. Then,
empowerment material must be formulated after the identification of the traditional types and factors
that influence the performance of the organization. The empowerment can be materialized in the three
aspects, namely assistance, facilities, and promotion. The substance of empowerment includes the
general, main course, and supportive materials. The first one is the substance needed in promoting
participants view without distinguishing the traditional institution type. The second one is the substance
required to improve the capacity of the organization and synergy of programs. The last one is the basic
material that normatively must be mastered by participants.
Keywords : Institution types, selection, empowerment
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi yang memprioritaskan
pertumbuhan
sektor
jasa
dan
industri
manufaktur secara cepat ternyata membawa
dampak yang tidak diinginkan antara lain
percepatan
urbanisasi
(punctuated
urbanization). Percepatan urbanisasi ini secara
88
PERUMUSAN MASALAH
Penerapan berbagai program pembangunan di
kawasan
perdesaan
diharapkan
dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya
secara keseluruhan. Kesejahteraan ini pada
gilirannya akan berimbas pada peningkatan
kebutuhan rumah pada
kawasan yang
bersangkutan.
Dari
aspek
kelembagaan,
lembaga
perumahan
daerah
khususnya
pemerintah daerah mempunyai kemampuan
yang tidak memadai untuk menyediakan
perumahan maupun mengendalikannya. Bahkan
menurut hasil penelitian Pusat Litbang
Permukiman (2004) masih ada lembaga
perumahan
yang
tidak
mempunyai
89
penyediaan
masyarakat
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui karakteristik lembaga-lembaga
lokal dan nilai-nilai budaya yang mendukung
pengendalian pembangunan perumahan di
kawasan perdesaan
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pandangan ahli komunikasi, Rogers dan
Shoemaker (1981), proses pemberdayaan
masyarakat dikenal sebagai difusi inovasi yang
menurutnya terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu:
Pengenalan, dimana seseorang mengetahui
adanya inovasi dan memperoleh beberapa
pengertian tentang bagaimana inovasi itu
berfungsi;
Persuasi dimana seseorang membentuk sikap
berkenan atau tidak berkenan terhadap
inovasi;
Keputusan, dimana seseorang terlibat dalam
kegiatan yang membawanya pada pemilihan
untuk menerima atau menolak inovasi;
Konfirmasi, dimana seseorang mencari
penguat bagi keputusan inovasi yang telah
dibuatnya. Pada tahap ini mungkin terjadi
seseorang merubah keputusannya jika ia
memperoleh informasi yang bertentangan.
Secara diagramatis tahap-tahap tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Terus mengadopsi
Adopsi
Diskontinuansi
Sumber Komunikasi
Variabel Penerima:
1. Sifat-sifat pribadi
2. Sifat sosial
3. Kebutuhan inovasi
4. dan lain-lain
Sistem Sosial:
1. Norma/nilai budaya
2. Toleransi
3. Kesatuan komunikasi
Pengenalan
I
Persuasi
II
Keputusan
III
Konfirmasi
IV
Mengadopsi terlambat
Menolak
Ciri-ciri Inovasi dlm
pengamatan
penerima
1. Keuntungan
2. Kompatibilitas
3. Kompleksitas
4. Trialabilitas
5. Observabilitas
Tetap menolak
90
Lingkup
substansi dan
prioritas
pembangunan
Identifikasi
struktur
masalah perkim
perdesaan
Identifikasi
karakteristik
fisik perdesaan
Indikasi
program fisik
perumahan
Pola
pengembangan
kelembagaan
Indikasi pola
pengembangan
lembaga dengan
lingkup perumahan
permukiman
Pola
pengembangan
program
pembiayaan /
mobilisasi modal
/efisiensi
Identifikasi
modal sumber
daya
Identifikasi
lembaga
pembangunan
di perdesaan
dan nilai
budaya yang
dianut
Konsep
pengembangan
pembiayaan
Reorientasi
kegiatan
lembaga
91
METODE PENELITIAN
Secara umum penelitian ini akan menerapkan
metode Non probability sampling, yaitu
penelitian yang tidak didasarkan pada teori
kemungkinan (probability sampling). Alasan
penerapan metode ini adalah bahwa populasi
penelitian yaitu jumlah desa/kecamatan yang
telah
menerapkan
konsep
pembangunan
perdesaan
sebagaimana
diuraikan dalam
pendahuluan relatif kecil dibandingkan dengan
jumlah desa di Indonesia secara keseluruhan,
serta cukup terbatas informasi yang tersedia
tentang kondisi sampel. Dua metode sampling
digunakan untuk menentukan lokasi studi, yaitu
expert sampling dan snowball sampling.
Ekspert sampling dilakukan dalam rangka
menelusuri dan menelaah konsep-konsep
pembangunan pedesaan serta lokasi aplikasi
konsep tersebut. Sedangkan snowball sampling
dilakukan dalam rangka menentukan lokasi lain
92
Jawa Barat
Jawa Timur
Nusa Tenggara Timur
Riau
Sumatera Utara
:
:
:
:
:
2
1
1
1
2
desa
desa
desa
desa
desa
c.
d.
93
Kelompok
yang
sudah
established
demikian (didirikan sejak tahun 1972)
mempunyai pengaruh dan kredibilitas yang
sangat tinggi ditengah kerabat-kerabatnya,
oleh karena itu menyisipkan pesan-pesan
kebijakan perumahan permukiman dengan
cara yang mudah dipahami oleh kelompok
ini akan sangat efektif mencapai sasaran.
94
95
Kelompok Sasaran
Peserta kegiatan ini adalah tenaga teknis dari
lingkungan pemerintah daerah, profesional,
pendamping masyarakat, akademisi dan
praktisi bidang perumahan dan permukiman
di tingkat kota/kabupaten, yang karena tugas
atau profesinya bertanggung jawab terhadap
kinerja layanan bidang perumahan dan
permukiman.
Kerangka Umum Pelatihan
Kegiatan pelatihan untuk pelatih akan
membahas tiga kelompok materi yaitu materi
umum, materi inti dan materi penunjang.
Materi Umum
Materi umum adalah materi yang diperlukan
dalam
proses
peningkatan
kapasitas
kelembagaan perumahan dan permukiman
tanpa membedakan tIpologi pemberdayaan
yang akan dipakai. Termasuk dalam katagori
materi umum adalah pemahaman tentang
kemasyarakatan, kelembagaan, perumahan
dan Permukiman serta penyiapan program.
Dengan bekal ini diharapkan pelatih akan
mengetahui tata cara dan proses untuk :
1. Mengenali, membangun jejaring dan
kelompok masyarakat
2. Identifikasi
kondisi
kelembagaan
perumahan dan permukiman di tingkat
Desa secara mandiri
3. Pembangunan perumahan dan permukiman
di tingkat desa
4. Sinergi
perencanaan dan kerjasama
lintas program
Materi Inti
Materi inti adalah materi yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan peningkatan sinergi
lintas program sesuai dengan tipologi
pemberdayaan kelembagaan perumahan dan
permukiman ditingkat desa. Oleh karenanya
ada empat jenis materi inti yang diberikan
yaitu
1. Materi
peningkatan
kelembagaan
berbasis pembinaan / pemberdayaan
ekonomi
2. Materi
peningkatan
kelembagaan
berbasis pembinaan / pemberdayaan
sosial
3. Materi
peningkatan
kelembagaan
berbasis pembinaan / pemberdayaan nilai
lokal / kekerabatan
4. Materi
peningkatan
kelembagaan
berbasis pembinaan / pemberdayaan
kesehatan
Materi Penunjang
Materi penunjang adalah materi dasar yang
secara normatif harus sudah dikuasai oleh
calon peserta dari dinas/ instansi teknis
tingkat kabupaten/kota, akan tetapi dirancang
menjadi bagian pelatihan sebagai materi
pelengkap
yang
disampaikan
untuk
penyegaran.
1. Perencanaan kegiatan pembangunan fisik
2. Perencanaan keuangan masyarakat
3. Perencanaan peningkatan kapasitas sosial
4. Monitoring, evaluasi dan pengendalian
kegiatan
96
Peserta
Untuk menjamin efektivitas pelaksanaan maka
kegiatan pelatihan dibatasi pada kelas kecil
dengan jumlah peserta tidak lebih dari 25
orang dengan proporsi asal peserta yang
seimbang serta mewakili empat tipologi
kelembagaan yang ada.
Peserta adalah :
1. Berasal dari daerah yang diwakilinya
2. Bertugas secara langsung menangani
bidang perumahan dan permukiman baik
pada lingkup perencanaan, pemrograman,
pelaksanaan
pembangunan,
dan
pengawasan.
Rancangan Kegiatan
Kegiatan ini dirancang sebagai bagian dari
proses
penyiapan
tenaga
/
institusi
pendamping bagi penggabungan kegiatan
pengelolaan perumahan dan permukiman
ditingkat desa kepada kegiatan yang ada dan
lembaga
ditingkat
desa yang dianggap
mempunyai potensi yang cukup. Dengan
demikian kegiatan akan berisi pengenalan
permasalahan permukiman dan peningkatan
kapasitas serta efektivitas kelembagaan.
Secara rinci kegiatan yang akan dilakukan
meliputi :
Tahapan
Modul
Substansi
1. Umum
Kesepakatan kegiatan
dan pengenalan peserta
Dasar pembangunan
perumahan dan
permukiman
Karakteristik tipologi
desa + kunjungan ke
salah satu desa
Pemahaman struktur
dan proses pendukung
berdasarkan masing
masing tipologi
2. Inti
97
Lanjutan
Tahapan
3. Aplikasi
Modul
Substansi
Penyusunan strategi
Penyusunan rencana
tindak
Penyepakatan
kerjasama
KESIMPULAN
Berbagai tipe kelembagaan sebenarnya telah
eksis diperdesaan, antara lain kelompok
kelembagaan berbasis ekonomi, berbasis sosial,
berbasis birokrasi, berbasis nilai lokal, serta
berbasis kesehatan. Beberapa lembaga telah
dari awal berkecimpung dalam masalah
perumahan, namun pada umumnya mempunyai
bidang kegiatan sosial, ekonomi, dan kesehatan.
Usaha mengkaitkan penanganan masalah
perumahan terhadap lembaga yang mempunyai
bidang kegiatan non perumahan memang belum
pernah dilakukan di lokasi studi, namun upaya
ke arah tersebut sebenarnya akan sangat
bermanfaat
mengingat
hingga
saat
ini
pelayanan masalah perumahan oleh lembaga
formal masih terbatas di kawasan perkotaan.
Berdasarkan
hasil
penelaahan
studi,
penambahan muatan pelayanan masalah
perumahan
terhadap
lembaga-lembaga
perdesaan
yang
sudah
mapan
sangat
dimungkinkan. Namun perlu pemberdayaan
98
terhadap
manajemen
personilnya.
dan
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Monografi Desa Putrajawa, Kecamatan Selaawi,
Kabupaten Garut.
Pusat Litbang Permukiman. 2005. Pembangunan
Model Permukiman Perdesaan Melalui Peran
Kelembagaan dan Potensi Budaya Setempat
(Laporan Penelitian). Bandung.
Pusat Litbang Permukiman. 2004. Pengkajian Sistem
Pembiayaan dan Pengelolaan Perumahan
(Laporan Penelitian). Bandung.
Riyadi, Dedi M. Masykur. Et.al. 2000. Prosiding
Diseminasi dan Diskusi: Program-program
Pengembangan Wilayah dan Ekonomi
Masyarakat di Daerah. Jakarta: Bappenas
Soehartono, DR. Irawan. 2002. Metode Penelitian
Sosial. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya
Kumpulan Artikel Pembangunan Ekonomi Lokal
99
LAMPIRAN
Tabel 1.
Identifikasi Kondisi Perumahan Permukiman Desa
Lingkungan/ Fisik
Individu/KK/rumah
Kelompok/Lingkungan
No
1
100
Ekonomi/ Usaha
Sosial/ Kemasyarakatan
panjangnya rantai
birokrasi modal sampai
ke tingkat desa,
mengecilkan/
melambatkan
penyediaan modal yang
dibutuhkan
diperlukan penguatan
lembaga lokal untuk
memobilisasi dana-dana
pembangunan desa
Tabel 2.
Pengembangan Program Perumahan Permukiman Perdesaan Di Lokasi Studi
Lokasi
Kelembagaan
Program
Lingkup
Stakeholder
Hasil
Studi
Lokal
Jawa
Rumah
Perbaikan/
KSM/ BKM/
Supplier
Perbaikan/
Barat
Swadaya,
pengembangan
Pesantren/
Bahan
pengembangan
PKL,
perumahan
Paguyuban/
Pimpro
perumahan
Pesantren
permukiman
Koperasi
Pusat
Penguatan
(Lingkungan
Pengembangan
Dinas2
lembaga lokal
Bermartabat)
masyarakat
terkait
Sistem
perguliran
Jawa
Gerbang Mas
Advokasi
Organisasi
Dinas2
Membangun
Timur
Pengembangan
masyarakat
terkait
kemitraan
masyarakat
(yang ada)
Fasilitasi
program
posyandu
Pengembangan
program PKL
Lanjutan Tabel 2
Lokasi
No
Program
Studi
3 Sumatera Desa Binaan
Utara
Lingkup
Riau
PKPS-BBM (iP)
Rumah
Swadaya
PKL, PPD,
UED-SP
NTT
Perbaikan/
pengembangan
perumahan
permukiman
Pengembangan
masyarakat
Perbaikan/
pengembangan
perumahan
permukiman
Pengembangan
masyarakat
Pengembangan
ekonomi desa
Perbaikan/
pengembangan
perumahan
permukiman
Perbaikan
infrastruktur
Pengembangan
masyarakat
Pengembangan
ekonomi desa
Kelembagaan
Stakeholder
Lokal
KSM/ BKM/
Dinas2
TPM/ LPD
terkait
Hasil
KSM/ BKM/
LKMD/ UDP/
KKPA/ PNM
Lembaga
Perkreditan
Desa, KUD,
Tim
Koordinasi
(Pusat,
Propinsi,
Kabupaten/
Kota)
Satker
(Propinsi,
Kabupaten/
Kota)
Dinas2
Terkait
Camat/
Lurah/
Dinas2
terkait
Perbaikan/
pengembangan
perumahan
Penguatan
lembaga lokal
Perbaikan/
pengembangan
perumahan
Penguatan
lembaga lokal
& Kemitraan
Penguatan
ekonomi desa
Perbaikan/
pengembangan
perumahan
Penguatan
lembaga lokal
& kemitraan
Penguatan
ekonomi desa
Perbaikan
infrastruktur
101
Pusat Litbang Permukiman, Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan Kab. Bandung 40393
E-mail : heni.puskim@yahoo.co.id
Tanggal masuk naskah: 01 Desember 2008, Tanggal disetujui: 04 September 2009
Abstrak
Konsep dasar pembangunan rumah susun perkotaan adalah penataan ruang yang menghasilkan kualitas
lingkungan perkotaan yang sehat dengan penggunaan lahan yang efisien. Masalahnya adalah
pembangunan rumah susun tidak pernah memperhitungkan kelompok-kelompok sasaran secara jelas.
Padahal aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan di kota-kota besar Indonesia pada umumnya didukung
dan digerakkan oleh berbagai kelompok dan strata sosial ekonomi masyarakat yang beragam. Kajian
ini mengidentifikasi struktur aktivitas ekonomi penduduk mayoritas dan kecenderungannya dalam
membentuk & membangun pola-pola aktivitas ekonomi perkotaan, serta pembangunan rumah susun
yang seperti apa yang dapat
mendukung aktivitas ekonomi perkotaan tersebut.
Kajian ini
menggunakan data statitistik, dan metoda yang digunakan adalah metoda penelitian induktif. Hasil dari
kajian ini menunjukkan bahwa ternyata aktivitas yang dominan penduduk Kota Bandung bergerak di
sektor perdagangan dan industri pengolahan, terutama industri pengolahan skala rumah tangga sektor
non formal. Oleh sebab itu pembangunan rumah susun sebaiknya diarahkan secara terintegrasi untuk
mendukung dan mengakomodasi kebutuhan ruang sebagai unit hunian dan sebagai ruang ekonomi
produktif perkotaan di Kota Bandung.
Kata kunci : Penataan ruang, aktivitas ekonomi, perkotaan
Abstract
The basic concept of multistorey development in urban area is the proper spatial order that result in the
quality of healthy environment and the land used efficiency in urban area. Unfortunately, the multistorey
development has never considered the target groups clearly. Meanwhile urban areas in Indonesia mostly
are supported and propelled by different groups of people with multi levels of socio-economic status
and activities. This paper identifies the structure of urban economy activities, the pattern of the
majority of inhabitants that shape and develop economy activities of urban area, and the development
of multistorey that can support economy activities of the urban lifes. This reseach uses statistic data
and inductive method. The result of the research indicates that the major economy activities of the
people in Bandung are engaged in trading sector and industrial manufatories, especially small
industries or home industries. Therefore, the multistorey development should be led to support and
accommodate the spatial need for dweling units and economic pruductive in Bandung city.
Keywords : Spatial planning, economy activity, urban
PENDAHULUAN
Latar Belakang
102
Identifikasi Masalah
Dalam perspektif
pembangunan ekonomi
perkotaan di Indonesia, kehadiran rumah susun
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung
bergeraknya aktivitas ekonomi perkotaan,
karena pemilihan dan penempatan lokasi rumahrumah susun yang tepat diantara berbagai
pusatpusat kegiatan ekonomi perkotaan dapat
meningkatkan nilai-nilai efisiensi terhadap nilai
lahan, jaringan transportasi dan infrastruktur
perkotaan, juga terhadap biaya pembangunan
ekonomi dan sosial.
Selain itu, sifat rumah susun yang mampu
mewadahi dan mengakomodasi kebutuhan
ruang untuk tempat tinggal masyarakat
perkotaan secara lebih terkendali, terencanakan,
padat dan terkonsentrasi
pada lokasi-lokasi
yang tepat.
Kondisi seperti tersebut di atas dengan
penataan ruang yang tepat dapat menciptakan
kualitas lingkungan perkotaan lebih sehat.
Oleh sebab itu kajian ini lebih difokuskan
pada:
1. identifikasi
struktur
aktivitas-aktivitas
ekonomi perkotaan yang dominan yang
dilakukan
oleh
mayoritas
penduduk
perkotaan Kota Bandung dan kecenderungan
penduduknya dalam membentuk dan
membangun pola-pola aktivitas ekonomi
dan ruang perkotaan,
2. pembangunan rumah susun seperti apa
yang dapat mendukung aktivitas ekonomi
perkotaan Kota Bandung.
Metodologi
Tujuan
103
TINJAUAN PUSTAKA
Aktivitas Penduduk Perkotaan
104
Hartshorn (1992)
dan Pacione (2001)
menyebutkan 3 (tiga) faktor yang dapat
mempengaruhi seseorang mampu beradaptasi
dengan unit huniannya, yaitu faktor pertama
yang didasarkan pada karakteristik unit hunian
105
106
Tabel 1.
Lapangan Usaha
Penduduk Kota Bandung 2005
Lapangan Usaha
Orang
Penduduk
Pertanian
22.645
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan air
Konstruksi
Perdagangan
%
2.5
229.038
25.34
2.588
0.28
50.466
5.58
306.031
33.85
58.230
6.44
Keuangan
49.819
5.51
Pelayanan Jasa
185.042
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005
19.75
0.17
Industri menengah
15
0.17
138
1.56
98.09
2003
2004
Jasa-jasa
Perdagangan
Industri pengolahan
Pertanian
40
35
30
25
20
15
10
5
0
2005
HASIL ANALISIS
Berdasarkan pada data yang telah diolah dan
dianalisis secara statistik, maka hasil kajian
menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :
1. Aktivitas ekonomi Kota Bandung yang
dominan dan mendasar adalah sektor industri
pengolahan sebesar 25,34%. Sektor industri
pengolahan
ini
ternyata
menghasilkan
aktivitas ekonomi yang spesifik kota atau
107
besar
daripada
- dimungkinkannya
terjadi
pergerakan
manusia dari tempat tinggal (kawasan
perumahan) ke tempat kerja kawasan
industri dan perdagangan dalam jumlah
besar. Hal ini dimungkinkan, karena adanya
penyebaran
aktivitas ekonomi pada
beberapa sektor di beberapa kecamatan,
akan
tetapi
pembangunan
kawasan
perumahan malah menyebar terlepas secara
horizontal ke pinggiran kota.
Seperti telah dinyatakan sebelumnya bahwa
secara teoritis compact city adalah kawasan inti
yang padat dan mampu mewadahi lebih banyak
penduduk, agar penduduk lebih berdaya dalam
menjalankan
aktivitas-aktivitasnya,
karena
didukung oleh sistem jaringan yang aksesibel.
Struktur dan pola ruang kota yang dibangun
dalam compact city adalah sistem jaringan
dimana setiap titik mampu akses terhadap titiktitik lainnya, dan pada setiap titik yang
dibangun adalah merupakan kawasan atau
bangunan-bangunan vertikal yang mempunyai
nilai efisiensi dan fungsi ruang tinggi terhadap
penggunaaan lahan dan aktivitas ekonomi
perkotaan.
Aktivitas sektor formal dan non formal pada
sektor perdagangan, industri pengolahan dan
pelayanan jasa memiliki jumlah yang besar dan
memiliki signifikansi yang positif dalam
menyerap atau menyediakan kesempatan kerja
serta dapat dinyatakan sebagai penggerak
ekonomi Kota Bandung.
Keterkaitan aktivitas ekonomi perkotaan
dengan pembangunan perumahan susun
adalah dalam hal penataan ruang untuk skala
bangunan dan kawasan sepantasnya dirancang
untuk dapat mengakomodasi kebutuhan unit
hunian dan unit ekonomi produktif
pada
simpul-simpul
yang
melahirkan
sistem
pergerakan yang lebih efisien dalam skala
kawasan.
Hal tersebut sangat penting untuk dijadikan
pertimbangan, karena selama ini pembangunan
108
Saran
DAFTAR PUSTAKA
________, (2005), Bandung Dalam Angka 2005,
Badan Pusat Statistik Bandung.
________,(2004), Statistik Perumahan dan
Permukiman 2004, Badan Pusat Statistik,
Jakarta.
_________, (2008), Buku Induk Statistik
Pekerjaan Umum (BIS PU),
Sekretariat
Jenderal Pusat Pengolahan Data (Pusdata).
Jenks, M., Burton,. E., dan Williams, K. (2002),
The Compact City, A Sustainable Urban
Form, Spon Press, London.
Keputusan Presiden (Kepres) nomor 22 tahun
2006 mengenai Tim Koordinasi Percepatan
Pembangunan Rumah Susun.
Macharia, K. (2007). Tension Created by the
Formal and Informal Use of Urban Space.
The Case Of Nairobi, Kenya, Journal of
Third World Studies. http://findarticle s.com
Pacione, M. (2001), Urban Geography a Global
Perspective, Routledge, London
Peraturan Pemerintah nomor 4 tahun 1988
tentang Rumah Susun,
Pusat Litbang Permukiman (1999),
Laporan
Akhir:
Kemitraan
Dalam
Peremajaan
Kawasan Kumuh Perkotaan, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Permukiman, Bandung.
109
Pusat Litbang Permukiman, Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan Kab. Bandung 40393
E-mail: ikomard@gmail.com
Tanggal masuk naskah: 09 Februari 2009, Tanggal disetujui: 29 Mei 2009
Abstrak
Pecinan mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata yang menarik.
Secara ekonomi, kawasan wisata yang direncana dan dikelola dengan baik memberikan keuntungan
yang berarti bagi pemerintah setempat. Demikian pula halnya dengan pecinan yang perlu ditata
berdasarkan perencanaan matang dan pelaksanaan yang cermat. Dengan berpegang pada prinsip
pariwisata yang aksesibel, wisatawan lokal dan mancanegara yang menyandang cacat akan tertarik
untuk mengunjungi pecinan. PBB mengatakan para penyandang cacat mempunyai hak yang sama
dengan mereka yang tidak cacat untuk berwisata. Penyandang cacat mempunyai keterbatasan mobilitas
fisik, sehingga membutuhkan infrastruktur fisik yang mudah dan aman diakses. Dalam kenyataan,
penyandang cacat tidak diberikan kesempatan yang setara untuk mengunjungi pecinan serta menikmati
fasilitas dan suasana yang ditawarkan. Mereka mengalami kesulitan untuk bergerak secara mandiri,
karena infrastruktur fisik kawasan pecinan tidak bebas hambatan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif untuk dapat mengidentifikasi problem penyandang cacat. Hasil analisis data menunjukkan
mereka masih mengalami marjinalisasi karena tidak dapat menggunakan atau kesulitan mengakses
infrastruktur disitu. Desain universal menciptakan infrastruktur yang aksesibel yang memberikan
kemudahan bagi semua golongan masyarakat, tanpa kecuali, seperti orang jompo, orang yang baru
sembuh dari penyakit berat, anak kecil yang belajar jalan atau pendorong gerobak. Pecinan yang
ramah-cacat (disabled-friendly) mendukung prinsip accessible tourism.
Kata Kunci : Penyandang cacat, keterbatasan mobilitas, pecinan, pariwisata, aksesibilitas
Abstract
Chinatown has the potential to become an attractive tourist site. From the point of economy, tourist
sites that are well-planned and well-managed provide significant benefits for the local government.
Revitalizing Chinatown has to be done from a well-prepared planning and accurate implementation.
Carrying out the principle of accessible tourism may attract local and foreign tourists who are disabled.
The UN emphasizes that disabled people have the same right as the non-disabled people to visit tourist
sites. Disabled people have limited physical mobility and thus, are in need of accessible and safe
physical infrastructures. In reality, disabled people are marginalized against the non-disabled, because
the former does not get the opportunity to come to Chinatown and be able to enjoy the facilities and
ambience of the site. They experience difficulties to move around independently, because the
infrastructures are not barrier-free. This study has employed the qualitative method to identify the real
problems of disabled people. The result of the data analysis points out that they are still marginalized
against the non-disabled in the use of Chinatowns infrastructures. The universal design creates
accessible infrastructures which will also facilitate other groups of the society, such as elderly people,
persons recovering from a serious illness, toddlers who learn to walk, or cart pushers. Chinatown that is
disabled-friendly upholds the principle of accessible tourism.
Keywords : Disabled people, limited mobility, Chinatown, tourism, accessibility
110
PENDAHULUAN
Latar Belakang
111
Permasalahan
Maksud
112
METODE PENELITIAN
Pertanyaan penelitian (research question) dalam
tulisan ini adalah:
Mengapa pecinan merupakan kawasan yang
penting dalam perkembangan kota?
Bagaimana penyandang cacat dapat dengan
mudah mengakses pecinan yang juga
merupakan kawasan pariwisata?
Untuk mengulas pertanyaan-pertanyaan ini
dipakai metode kualitatif. Alasannya, penelitian
ini belum dilakukan, sehingga pada tahap ini
masalah yang sebenarnya belum teridentifikasi
dengan tepat. Penelitian sosial ini berupaya
menjawab
pertanyaan
mengapa
dan
bagaimana agar dapat mendeskripsikan dan
mengerti kelompok penyandang cacat dan
kebutuhannya.
Penelitian Kualitatif
Metode
kualitatif
tidak
bersifat
menggeneralisasi, tapi bertujuan menggali informasi
melalui obrolan informal antara pewawancara
dan responden. Untuk itu perlu dipersiapkan
daftar pertanyaan sebagai pegangan wawancara
supaya obrolan tadi tidak menyimpang dari
pertanyaan penelitian. Karena metode kualitatif
tidak memakai sistem sampling seperti yang
berlaku dalam metode kuantitatif, maka jumlah
orang yang diwawancara untuk in-depth
interview tergantung dari kejenuhan informasi
yang
diperoleh
(saturated
information).
Metode di Lapangan
113
KAJIAN PUSTAKA
Kepariwisataan
Perencanaan Pariwisata
114
perencana
memang
dengan
sengaja
mengembangkan
kota
menjadi
tempat
pariwisata karena terdorong untuk menciptakan
lapangan kerja yang baru dan meningkatkan
kesejahteraan kota. Para usahawan dan
pengembang kadang dapat melihat adanya
potensi pariwisata di bagian kota tertentu demi
meraih keuntungan bagi mereka sendiri. Hotel,
tempat seminar, toko, restoran, pusat rekreasi
dan tempat hiburan pun dibangun. Pada
kenyataannya, fasilitas-fasilitas ini lebih banyak
dipakai oleh penduduk setempat daripada
wisatawan. Akhir-akhir ini muncul isu-isu global
tentang lingkungan hidup (environmentalism)
dan isu berkelanjutan (sustainability). Pariwisata
berkelanjutan
(sustainable
tourism)
memperlihatkan sejajar dengan pembangunan
berkelanjutan (Davidson dan Maitland 1999:
208 & 210). Prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan masih diperdebatkan tentang
pengertian dan apa yang perlu dilakukan
(Goodall dan Stabler 1997 dalam Davidson dan
Maitland
1999:
211).
Supaya
pecinan
berkelanjutan, hal-hal
berikut ini
perlu
diperhatikan:
potensi pariwisata untuk pembaharuan
kondisi populasi pecinan dan keterlibatan
mereka
dalam
perencanaan
dan
manajemen
pengembangan kemitraan untuk perencanaan
dan manajemen pariwisata pecinan.
Perencanaan pariwisata melibatkan banyak
aktor dan pelaksanaannya memerlukan beragam
peraturan.
Perencanaan
ini
memerlukan
karakteristik sebagai berikut:
visi
supaya
pelaksanaannya
tidak
menyimpang;
kemitraan: pemerintah-pemerintah, pemerintahswasta dan swasta-swasta;
cakupan strategi yang luas dan yang
bersifat lintas departemen;
strategi yang action-oriented, non-statutory
dan jangka waktu yang pendek;
penekanan diberikan pada kemitraan dan
project-based organizations.
(Davidson dan Maitland 1999: 220).
Pecinan
Cacat
dan
Masalah
Penyandang
115
116
117
118
Saran
Pemangku
kepentingan
(stakeholders)
diajak berdialog merumuskan konsep.
Penerapan desain universal sangat tepat diimplementasikan di pecinan. Desain ini bukan
merupakan desain untuk penyandang cacat
saja, melainkan semua orang, tanpa kecuali.
Orang harus dapat menggunakannya tanpa ia
merasa dirinya aneh dimasyarakat umum.
Peniadaan barrier menguntungkan bermacam
kelompok sosial supaya mereka mempunyai
kebebasan bergerak di lingkungan fisik dengan
aman. Ram yang landai didepan pintu masuk
hotel tidak saja digunakan wisatawan yang
memakai kursi roda, tapi juga tamu yang
membawa koper. Pecinan yang mudah diakses
tentunya mendukung prinsip pariwisata yang
aksesibel.
DAFTAR PUSTAKA
Accessible Tourism. Wikipedia, the Free
Encyclopedia. Internet dibuka 24 Maret
2009
Davidson, R. dan R. Maitland. 1999. Planning
for Tourism in Town and Cities. Dalam
Greed, C. H. (Ed) Social Town Planning,
London and New York: Routledge, hal. 208220
Davies, L. 1999. Planning for Disability: BarrierFree Living. Di Greed, C. H. (Ed) Social
Town Planning, London and New York:
Routledge, hal. 74-89
Disabled World. 2008, December 12. A Disability
and Seniors Information Community.
Internet dibuka 29 Januari 2009
Drakakis-Smith, D. 2000. Third World Cities
second edition, London and New York:
Routledge
Greed, C. H. (Ed). 1999. Social Town Planning,
London and New York: Routledge
Istijanto Oei. 2008. Rahasia Sukses Toko
Tionghoa, Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama
Kompas. 2008, 16 September. Sejarah Kota
Menanti Senyum Ratu dari Timur , hal. 14
Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan
Umum, Kab. Bandung. Laporan Akhir
119
120
Abstrak
Secara teoritik, dinding-Timur (obyek simulasi) iklim tropika-lembab dipersyaratkan untuk memiliki nilai
u-value = 2,0 yang sebenarnya sulit tercapai karena struktur dinding yang popular (plester-bata-plester)
cenderung memiliki u-value = 2,6. Peningkatan kuantitas u-value tersebut terkait dengan penurunan
kuantitas resistance value (R) melalui hubungan 1/R = u-value; hal ini berarti bahwa nilai-resistensi
dinding akan (selalu) sulit menahan laju transfer-panas (OTTV-partial). Riset ini ditujukan untuk
mendefinisikan dampak u-value > 2,0 (yakni 2,6) atau u-value < 2,0 (yakni 1,6) terhadap OTTV-partial,
kasus dinding-Timur bangunan gedung. Prosedur riset mencakup sejumlah tahapan, yakni: (a) model
dinding-Timur yang bernilai u-value >2 (yakni 2,6) dan WWR = 0,40 diformulasi lalu divisualisasikan
menggunakan Ecotect v5.50; (b) model dinding-Timur yang bernilai u-value < 2 (yakni 1,6) dan WWR
= 0,40 diformulasi lalu divisualisasikan menggunakan Ecotect v5.50, (c) dinding-Timur dengan uvalue=2,6 menjadi input dalam OTTV ver 1; kalkulasi partial OTTV menghasilkan nilai 21,28 W/m 2, (d)
dinding-Timur dengan u-value=1,6 menjadi input dalam OTTV ver 1; kalkulasi partial OTTV
menghasilkan nilai 12,95 W/m2. Konklusi: U-value < 2 menghasilkan partial OTTV lebih kecil ketimbang
u-value > 2; oleh karena itu struktur ber-u-value < 2 menerima transfer-panas parsial jauh lebih kecil
karena memiliki resistensi panas yang jauh lebih besar
Kata-kunci : Termal, transmitansi, u-value, dinding, OTTV
Abstract
Theoretically, East-wall (object of simulation) in hot-humid climate was required to had u-value of 2,0
which was difficult to obtain since the structure of popular wall (plaster-brick-plaster) would reach uvalue of 2,6. The increasing quantity of u-value denoted the decreasing quantity of resistance value (R)
since 1/R = u-value meanwhile the consequence of the increasing u-value towards heat-transmittance
value is interesting to find because u-value contributes to overall thermal transmittance value (OTTV). It
was therefore this research was directed to find the impact of either u-value > 2,0 (i.e. 2,6) or u-value
< 2,0 (i.e. 1,6) towards the OTTV at East-wall.
Procedures involved certain steps: (a) modelling East-wall with u-value of 2,6; (b) modelling East-wall
with u-value of 1,6; (c) put u-value of 2,6 into partial OTTV calculation using software of OTTV v1; (d)
put u-value of 1,6 into partial OTTV calculation using software of OTTV v1.
Results are (1) u-value of 2,6 produces partial OTTV of 21,28 W/m 2 and (2) u-value of 1,6 produced
partial OTTV of 12,95 W/m2. These come up with the conclusions that (1) u-value < 2,0 tends to
produce smaller partial OTTV compared to u-value > 2,0 and (2) the smaller u-value being created then
the smaller heat-transmittance will be at the partial OTTV of East-wall.
Keywords : Thermal, transmittance, u-value, wall, OTTV
121
INTRODUKSI
Iklim Tropika-Lembab
122
Nomenklatur
peneduh
dari
sistem
Uf
= transmitansi
(W/m2.K).
termal
fenestrasi
= beda
temperatur
perencanaan
antara bagian luar dan bagian
dalam.
T = 5 deg C.
TEORI
Keseluruhan bangunan sebaiknya berbobot
ringan guna mempermudah pendinginan saat
malam, yakni pada waktu suhu-tinggi sangat
sulit ditoleransi ketimbang pada waktu siang
hari. Dinding Timur dan Barat sebaiknya (a)
tak memuat jendela guna mempersulit
penetrasi radiasi dari altitude-rendah matahari,
(b) memiliki permukaan reflektif, (c) insulasi
resistif (Szokolay 1980:334).
Pada iklim yang memiliki rentang suhu-tinggi,
dinding eksternal sebaiknya menyertakan
kalkulasi time lag guna memoderasi suhu
internal (Evans 1980:101). Demi respon yang
cepat serta kapasitas penyimpanan-panas yang
rendah maka ketebalan dinding homogen
sebaiknya < 100mm (lebih diprioritaskan bila
bernilai < 75mm meski terdapat kesulitan
penerapannya). (Evans 1980:101)
Pada tropika-lembab, konstruksi dinding yang
ringan pula tipis akan sangat ideal bila
dipergunakan pada ruang tidur karena
pendinginan secara cepat dibutuhkan saat
malam (Givoni, 1998:397). Pada ruang yang
dimanfaatkan siang hari maka kemampuan
U
Value
q/l
Time
lag
West wall
2.0
3.0
0-5
2.0
4.0
0-5
2.8
0-14
METODE RISET
Obyek Riset
123
Alat Simulasi
Prosedur
124
125
KONKLUSI
U-value < 2 menghasilkan partial OTTV lebih
kecil ketimbang u-value > 2; oleh karena itu
struktur ber-u-value < 2 menerima transferpanas parsial jauh lebih kecil karena memiliki
resistensi panas yang jauh lebih besar.
126
PERSANTUNAN
Penulis mengucapkan terimakasih kepada (1)
Euis
Marlina
yang
telah
membantu
mengembangkan proposal OTTV, (2) Raditya
Jati, S. Si., M. Si. yang menularkan ide tentang
Decision Support System,
(3) Abdul Aziz,
S. T. yang berbagi informasi tentang genetic
algorithm, dan (4) Agus Haryadi, S.T. yang telah
berkenan berbagi informasi tentang software
teknologi bangunan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Pedoman Tata Cara Perancangan
Konservasi Energi pada Bangunan Gedung.
Bandung: Departemen Pekerjaan Umum,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Permukiman.
Anonim. 1993. SK SNI T-14-1993-03 tentang
Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi
Energi pada Bangunan Gedung. Bandung:
Yayasan LPMB, Departemen Pekerjaan
Umum.
Anonim. 1998. Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum
Republik
Indonesia,
Nomor:
441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung. Jakarta: Penerbit PU.
Anonim. 2000. SNI 03-6389-2000 tentang
Konservasi Energi pada Bangunan Gedung.
Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Baruch Givoni. 1998. Climate Considerations In
Building and Urban Design. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Donald Watson. 1993. The Energy Design
Handbook. Washington: The American
Institute of Architects Press.
Martin Evans. 1980. Housing, Climate, and
Comfort. London: The Architectural Press
Limited.
Mas Santosa, 18 November 2000. Arsitektur
Surya, Sebuah Fenomena Spesifik untuk
Daerah Tropis Lembab. Surabaya: U.K.
Petra.
Prasasto Satwiko, Soesilo Budi Leksono, O.Th.
Kristantoro. 2000/2001. Proposal Collaborative
Research Grant Program: Pengembangan
Sistem Ventilasi Atap Tenaga Angin dan Surya
(SIVATAS). Yogyakarta: Universitas Atmajaya.
127
Pusat Litbang Permukiman, Jl. Panyawungan Cileunyi Wetan - Kab. Bandung 40393
E-mail: yulindar@yahoo.co.id
Tanggal masuk naskah: 03 Maret 2009, Tanggal disetujui : 19 Juni 2009
Abstrak
Pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan adalah suatu konsep pembangunan
dengan mempertimbangkan tiga pilar yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Analisa sosial merupakan
hal yang penting dilakukan untuk mendapatkan pembangunan perumahan dan permukiman yang
berkelanjutan. Terdapat dua metode analisa data secara statistik yaitu deskriptif dan induktif. Metode
analisa deskriptif merupakan tahap awal untuk melakukan analisa induktif. Hasil analisa deskriptif
memberikan gambaran untuk sejumlah objek yang diteliti, tidak dapat digeneralisasi untuk kelompok
yang lebih besar. Data variabel sosial bidang permukiman merupakan data kualitatif. Untuk data
variabel sosial bidang permukiman yang diukur melalui kuesioner tertutup terstruktur, analisa deskriptif
dilakukan dengan terlebih dahulu membuat distribusi frekwensi. Beberapa metode yang biasa digunakan
dalam pembuatan distribusi frekwensi variabel sosial, diantaranya adalah dengan menggunakan nilai
skor kumulatif dari seluruh item yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut, dan metode
strugles. Ukuran letak dan ukuran penyebaran yang digunakan dalam analisa deskriptif data kualitatif
variabel sosial bidang permukiman adalah rata-rata, modus, persentase, proporsi sebagai ukuran letak,
sedangkan ukuran penyebaran diukur melalui nilai range (selisih nilai terbesar dan terkecil). Ukuran
rata-rata dalam analisa data kualitatif variabel sosial bidang permukiman diwakili melalui ukuran modus.
Metode analisa deskriptif yang digunakan dalam pembahasan ini adalah melalui pembuatan distribusi
frekwensi dengan menggunakan nilai skor kumulatif seluruh item yang digunakan untuk mengukur
variabel tersebut.
Kata kunci : Variabel sosial, data kualitatif, kuesioner, analisa deskriptif, skor kumulatif
Abstract
Housing and residential sustainable development is a concept of development by considering the three
pillars, economic, social and environmental. Social analysis is important to make sustainable
development of housing and settlement. There are two methods of statistical analysis of data that is
descriptive and inductive. Descriptive method of analysis is to conduct the initial phase of inductive
analysis. Descriptive analysis results provide a number of objects examined, that can not be
generalized for larger groups. Variable data of the structured social settlement is qualitative data. Data
for the residential areas of social variables measured through the closed questionnaire, descriptive
analysis is done by first making a frequency distribution. Some methods use in creating the frequency
distribution of social variables such as using the value of the cumulative score of all items used to
measure these variables, and the strugles method. Location and dispertion measurement used in
descriptive analysis of qualitative data field of variable data social settlement is the average, mode,
proportion, percentage, as the location measurement, while the dispersion measurement is value range
(difference between largest and smallest values). Average measurement in qualitative data analysis of
the social variable of the settlement is represented by mode. Descriptive method of analysis used in this
discussion is through the making of the frequency distribution, using the value of the cumulative score
of all items used to measure these variables.
Keywords : Social variable, qualitative data, questionnaire, descriptive analysis, cumulative score
128
PENDAHULUAN
Pembangunan perumahan dan permukiman
berkelanjutan
adalah
pembangunan
perumahan dan permukiman yang dilakukan
dengan mempertimbangkan tiga pilar yaitu:
ekonomi, lingkungan hidup dan sosial
(Deklarasi Johanesburg) secara holistik. Dalam
pembangunan perumahan dan permukiman
yang berkelanjutan, lingkungan hidup adalah
sumber daya yang dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Dalam pemanfaatan ini
sumber daya akan mengalami perubahan.
Namun perubahan sumber daya harus disertai
dengan usaha agar fungsi ekologinya dapat
berlanjut (Soemarwoto, 2006).
Faktor sosial merupakan satu dari tiga pilar
yang perlu dipertimbangkan secara holistik,
untuk
mencapai
suatu
pelaksanaan
pembangunan perumahan dan permukiman
dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan
tempat tinggal bagi manusia (masyarakat) saat
ini, dengan tetap menjaga kualitas lingkungan.
Pembangunan
tersebut
tetap
dapat
dimanfaatkan oleh generasi yang akan datang
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Penelitian bidang sosial merupakan suatu hal
penting
yang
perlu
dilakukan
untuk
memberikan solusi terhadap permasalahan
sosial yang terkait dengan pembangunan
perumahan dan permukiman. Pengukuran,
pengolahan dan analisa data merupakan
tahapan yang umumnya dilakukan dalam
penelitian sosial.
Tingkat
akurasi
dan
objektivitas
hasil
pengukuran variabel sosial, sangat dipengaruhi
oleh ketepatan dalam memilih alat (instrumen)
yang digunakan dan cara menggunakan
instrumen
tersebut
ketika
melakukan
pengukuran. Alat ukur variabel sosial pada
umumnya belum distandarkan, oleh karena itu
ketika akan melakukan pengukuran terlebih
dahulu dibuat alat ukurnya.
Langkah selanjutnya dilakukan pengolahan
data. Saat ini berbagai program komputer yang
dapat digunakan untuk membantu pengolahan
data, sehingga dapat dilakukan dengan cepat
Maksud
129
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Fase Analisa Data secara Statistik
Variabel Sosial
Objek telaahan penelitian sosial adalah gejalagejala sosial (social phenomena) atau
kenyataan-kenyataan sosial
(social fact)
seperti:
kemiskinan,
kegotong-royongan,
130
konflik,
motivasi,
kepatuhan,
kesetiaan,
kedisiplinan, persepsi dan lain sebagainya
(Faisal, 2005). Permasalahan sosial merupakan
salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pengadaan perumahan dan permukiman
bagi masyarakat. Pengukuran permasalahan
sosial dilakukan melalui variabel-variabel yang
yang
membentuknya.
Variabel
adalah
karakteristik unit amatan yang menjadi
perhatian
yang
nilainya
dimungkinkan
bervariasi antara satu unit amatan dengan unit
amatan yang lain (Sitinjak & Sugiarto, 2006).
Karakteristik unit amatan yang dijadikan
pengamatan dalam penelitian permasalahan
sosial adalah karakteristik yang terkait dengan
permasalahan sosial yang telah dirumuskan
dalam tujuan penelitian.
Sedangkan permasalahan sosial menurut
Korotayev
(2006), dapat dikategorikan
menjadi 4 (empat) jenis faktor, yaitu: 1) faktor
ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran,
dan lain-lain; 2) faktor budaya seperti
perceraian, kenakalan remaja, dan lain-lain; 3)
faktor biologis seperti penyakit menular,
keracunan makanan, dan lain-lain; 4) faktor
psikologis seperti penyakit saraf, stres,
persepsi,
partisipasi,
dan
lain-lain.
Permasalahan sosial dapat diukur melalui
variabel-variabel yang membentuk faktor
permasalahan sosial. Variabel yang membentuk faktor permasalahan sosial diturunkan
melalui teori atau pendapat para ahli (Rosa,
2008).
METODOLOGI
Metode analisa data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah Metode analisa data
kualitatif. Dalam tulisan ini akan dibahas
metode analisa data statistik pada fase
deskriptif untuk data kualitatif dengan
menggunakan frekuensi kumulatif, diukur
melalui alat ukur (instrumen) kuesioner, yang
umumnya digunakan dalam penelitian sosial.
Alat ukur (instrumen) faktor sosial yang
umumnya
digunakan
adalah:
angket
(kuesioner), pedoman wawancara, panduan
observasi, form pencatatan dokumen, dan
METODE
ANALISA
PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP KETERLIBATAN
MEREKA DALAM PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
DI
LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
Penyediaan lahan merupakan unsur utama yang
dibutuhkan dalam pengadaan perumahan dan
permukiman. Dengan adanya pembangunan
terjadi perubahan fungsi lahan menjadi lahan
perumahan. Dalam pemanfaatan lahan untuk
perumahan
dan
permukiman
harus
dipertimbangkan tiga pilar yaitu: ekonomi,
lingkungan hidup dan sosial. Lahan beserta
unsur-unsur yang ada di dalam dan di atas
lahan merupakan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Sumber daya alam termasuk lahan,
jumlahnya terbatas. Keterbatasan ini semakin
terasa bila
pembangunan dilakukan di
perkotaan, sehingga menimbulkan banyak
permasalahan. Berbagai program pemerintah
diciptakan untuk mencapai pembangunan
perumahan dan permukiman berkelanjutan.
Salah satunya melalui program pemeliharaan
keamanan lingkungan dengan penyertaan
masyarakat, yaitu penyertaan masyarakat dalam
penanggulangan kebakaran di lingkungan
permukiman.
Program partisipasi masyarakat dalam penanggulangan kebakaran di lingkungan permukiman,
diawali dengan pelaksanaan sosialisasi untuk
menyamakan persepsi antara pemerintah dan
masyarakat. Pelaksanaan sosialisasi diadakan
untuk membentuk persepsi positif di masyarakat
terkait dengan program ini. Untuk mengetahui
gambaran persepsi masyarakat terhadap
keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan
kebakaran di lingkungan permukiman, dilakukan
penyebaran kuesioner terhadap 40 (sampel
awal) responden yang tinggal di RW-02,
Kelurahan Kampung Rawa yang berjumlah
2.407 orang. Kelurahan Kampung Rawa
merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang
digolongkan rawan bencana yang berada di
wilayah Jakarta Pusat. Kelurahan Kampung
Rawa dipilih sebagai lokasi penelitian atas saran
131
132
4)
Alternatif Jawaban
Salah sekali
Salah
Ragu-ragu
Benar
Benar sekali
Skoring
1
2
3
4
5
Alternatif Jawaban
Salah sekali
Salah
Ragu-ragu
Benar
Benar sekali
Skoring
5
4
3
2
1
Salah
Raguragu
Benar
Benar
Sekali
133
Benar
Raguragu
Salah
Salah
Sekali
Tabel 1.
Interpretasi Analisa Deskriptif Persepsi
Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat
dalam Penanggulangan Kebakaran Berdasarkan
Total Skor (Kelas Interval)
Kelas
Interpretasi Analisa
Interval
Deskriptif terhadap Persepsi
Total Skor
Masyarakat
26 38
Sangat Salah
39 64
Salah
65 92
Cukup
93 116
Baik
117 130
Sangat Baik
No.
1
2
3
4
5
26
39*
52
Skoring Kumulatif
Untuk 26 Item
26
52
78
104
130
65*
Kalimat positif :
Salah
Salah
Sekali
78
93*
Raguragu
Kalimat negatif :
Benar
Benar
RaguSekali
ragu
104
117*
130
Benar
Benar
Sekali
Salah
Salah
Sekali
Keterengan :
* Nilai tengah kumulatif antara dua skor,
sebagai contoh 39 merupakan nilai skor
kumulatif tengah-tengah antara skor 26 dan
52.
Garis bilangan ini dapat digunakan untuk
menganalisa setiap responden. Hasil analisa
Tabel 2.
Hasil Kodifikasi Data Lapangan Uji Coba Kuesioner Pengukuran Persepsi Masyarakat
terhadap Penanggulangan Kebakaran di Permukiman dari 40 orang Responden di Jakarta
Variabel Presepsi
No
Res
Nomor Item
1
69
75
76
64
88
134
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total
Lanjutan Tabel 2
Variabel Presepsi
No
Res
Nomor Item
1
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Total
2
65
71
65
61
10
96
11
84
12
71
13
58
14
59
15
60
16
66
17
85
18
72
19
60
20
66
21
62
22
92
23
78
24
63
25
60
26
69
27
69
28
76
29
77
30
66
31
77
32
64
33
83
34
71
35
58
36
88
37
68
38
79
39
87
40
79
135
Tabel 3.
Interpretasi Analisa Deskriptif Persepsi Masyarakat
terhadap Partisipasi Masyarakat dalam
Penanggulangan Kebakaran Berdasarkan Total Skor
untuk 40 Orang Responden
No.
Res
Total
Skor
Kesimpulan
No.
Res
Total
Skor
69
Cukup
21
62
Salah
75
Cukup
22
92
Cukup
76
Cukup
23
78
Cukup
64
Salah
24
63
Salah
88
Cukup
25
60
Salah
65
Cukup
26
69
Cukup
71
Cukup
27
69
Cukup
65
Cukup
28
76
Cukup
61
Salah
29
77
Cukup
10
96
Baik
30
66
Cukup
11
84
Cukup
31
77
Cukup
12
71
Cukup
32
64
Salah
13
58
Salah
33
83
Cukup
14
59
Salah
34
71
Cukup
15
60
Salah
35
58
Salah
16
66
Cukup
36
88
Cukup
17
85
Cukup
37
68
Cukup
18
72
Cukup
38
79
Cukup
19
60
Salah
39
87
Cukup
20
66
Salah
40
79
Cukup
Kesimpulan
39 - 64
11
27,5
Sangat Salah
Salah
65 92
28
70
Cukup Baik
93 116
2,5
Baik
117 - 130
Sangat Baik
136
Skoring/
Item
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Skoring Kumulatif
Kognisi
Afeksi
Konasi
12
24
36
48
60
8
16
24
32
40
6
12
18
24
30
18*
24
30*
Kalimat positif :
Salah
Salah
Sekali
Kalimat negatif :
Benar
Benar
Sekali
36
42*
48
54*
60
Raguragu
Benar
Benar
Sekali
Ragu-
Salah
Salah
Sekali
Kalimat positif :
Salah
Salah
Sekali
Raguragu
Benar
Benar
Sekali
Kalimat negatif :
Benar
Benar
Sekali
Raguragu
Salah
Salah
Sekali
Raguragu
Benar
Benar
Sekali
Kalimat negatif :
Benar
Benar
RaguSalah
Salah
Sekali
ragu
Sekali
Keterangan :
* Nilai tengah kumulatif antara dua skor.
Interpretasi hasil analisa deskriptif berdasarkan
total skor adalah sebagai berikut:
Tabel 5.
Interpretasi Analisa Deskriptif Proses Kognisi, Afeksi,
Konasi Persepsi Masyarakat terhadap Partisipasi
Masyarakat dalam Penanggulangan Kebakaran
Berdasarkan Total Skor (Kelas Interval)
Kelas Interval Total Skor untuk
Interpretasi
Ketiga Proses
Persepsi
Kognisi
Afeksi
Konasi
12 17
8 - 11
6-8
Sangat Salah
18 29
12 - 19
9 - 14
Salah
30 41
20 - 27
15 - 20
Cukup
42 53
28 - 35
21 26
Baik
54 60
36 - 40
27 - 30
Sangat Baik
137
Tabel 6.
Interpretasi Analisa Deskriptif Untuk Ke-tiga Proses
Persepsi Masyarakat terhadap Partisipasi Masyarakat
dalam Penanggulangan Kebakaran Berdasarkan
Total Skor 40 Orang Responden
Proses Persepsi
No.
Kognisi
Afeksi
Konasi
Res
Inter
Inter
Inter
Skor
Skor
Skor
pretasi
pretasi
pretasi
1
28
Salah
20
Cukup
21
Baik
2
35
Cukup
24
Cukup
16 Cukup
3
33
Cukup
26
Cukup
17 Cukup
4
29
Salah
19
Salah
16 Cukup
5
46
Baik
21
Cukup
21
Baik
6
30
Cukup
21
Cukup
14
Salah
7
34
Cukup
20
Cukup
17 Cukup
8
34
Cukup
15
Salah
16 Cukup
9
28
Salah
16
Salah
17 Cukup
10 50
Baik
23
Cukup
23
Baik
11 43
Baik
23
Cukup
18 Cukup
12 35
Cukup
23
Cukup
13
Salah
13 36
Cukup
12 Sangat Salah 10
Salah
14 29
Salah
16 Sangat Salah 14
Salah
14 29
Salah
16 Sangat Salah 14
Salah
15 29
Salah
16 Sangat Salah 15 Cukup
16 31
Cukup
21
Cukup
14
Salah
17 37
Cukup
29
Baik
19 Cukup
18 33
Cukup
22
Cukup
17 Cukup
19 31
Cukup
16 Sangat Salah 13
Salah
20 32
Cukup
19
Salah
15 Cukup
21 32
Cukup
16 Sangat Salah 14
Salah
22 46
Baik
22
Cukup
24
Baik
23 38
Cukup
20
Cukup
20 Cukup
24 32
Cukup
15 Sangat Salah 16 Cukup
25 29
Salah
17 Sangat Salah 14
Salah
26 32
Cukup
23
Cukup
14
Salah
27 33
Cukup
20
Cukup
16 Cukup
28 36
Cukup
20
Cukup
20 Cukup
29 37
Cukup
22
Cukup
18 Cukup
30 30
Cukup
22
Cukup
14
Salah
31 38
Cukup
24
Cukup
15 Cukup
32 30
Cukup
21
Cukup
13
Salah
33 41
Cukup
22
Cukup
20 Cukup
34 34
Cukup
20
Cukup
17 Cukup
35 28
Salah
15 Sangat Salah 15 Cukup
36 47
Baik
21
Cukup
20 Cukup
37 32
Cukup
24
Cukup
12
Salah
38 41
Cukup
21
Cukup
17 Cukup
39 46
Baik
21
Cukup
20 Cukup
40 36
Cukup
26
Cukup
17 Cukup
138
2)
3)
4)
5)
DAFTAR PUSTAKA
Harihanto. 2004. Persepsi Masyarakat terhadap
Air Sungai Lingkungan & Pembangunan 24
(3): 171 186.
Dinas Pemadam Kebakaran. 2002. Kegiatan
Kampanye
Pemberdayaan
Masyarakat
dalam Penanggulangan Kebakaran. Jakarta.
Faisal, S. 2005. Format-format Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Korotayev dkk. 2006. Introduction to Social
Macrodynamics. Moscow: URSS.
Rosa. 2008. Validitas Instrumen Ukur Variabel
Sosial
Bidang
Permukiman
Jurnal
Permukiman 3(4):263 279.
Sitinjak Tumpal JR dan Sugiarto. 2006. Lisrel.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soemarwoto. 2006. Pembangunan Berkelanjutan.
Bandung: Universitas Padjadjaran.
Sudjana. 1982. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito.
Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Administrasi.
Bandung: Alfabet.
139
Abstrak
Penelitian pengolahan air lindi sampah dengan menggunakan abu terbang dan karbon aktif pada dosis
tertentu dilatarbelakangi oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mott dan Weber (1992),
Viraraghavan dan Alfaro (1994), Vijender Sahu , R. P. Dahiya, K. Gadgil .(2005), yang menghasilkan
bahwa abu terbang dapat menurunkan kandungan KOK, warna dan logam berat air buangan rumah
tangga. Penelitian eksperimental di laboratorium dilakukan dengan pengadukan abu terbang dan karbon
aktif dengan air lindi sampah pada kecepatan 100 rpm selama satu jam, pada dosis 15, 25, 35, 50, 100
dan 150 mg/liter. Hasil pengadukan didiamkan selama 30 menit lalu diperiksa Kebutuhan Oksigen Kimia
(KOK), Warna dan Logam Beratnya. Efektifitas abu terbang dan karbon aktif ditentukan pada
perbandingan persentase perubahan parameter air baku dengan air hasil pengadukan air lindi sampah
dengan abu terbang dan karbon aktif. Dari analisis data atau pembahasan ternyata dengan pemakaian
abu terbang dapat menurunkan kandungan KOK sampai 100 %, dapat menurunkan kandungan warna
sampai 99,72 %, menambah kandungan Fe sebesar 27,39%, menurunkan kandungan Zn sampai
91,57 %, dan menurunkan kandungan Cu sebesar 94,02 %, sedangkan dengan pemakaian karbon aktif
penurunan KOK hanya 4,62 %, memperbesar kandungan warna, sebesar 14,47 %, menurunkan
kandungan Fe sampai 27,65 %, menurunkan kandungan Zn hanya 40,76 %, menurunkan kandungan
Cu hanya 21,31%. Jadi pemakaian abu terbang akan lebih efektif dalam menurunkan KOK, warna,
Zn,dan Cu air lindi, sedangkan karbon aktif lebih efektif dalam menurunkan Fe air lindi.
Kata Kunci : Abu terbang, karbon aktif, air lindi, kebutuhan oksigen kimia (KOK)
Abstract
Several investigations (Mott and Weber, 1992; Viraraghavan and Alfaro, 1994, Vijender Sahu , R. P.
Dahiya, K. Gadgil .2005) explored the use of fly ash and activated carbon as an adsorbent for the
treatment of wastewater to remove a variety of organic compounds, colour, and heavy metal. However,
a review of the literature showed that very little investigation has been conducted to find out the
suitability of fly ash or activated carbon for the removal of COD, colour and heavy metal from the
leachate. The batch experiments were run in different glass flask of 500 ml capacity using the stirring
speed on 100 rpm. A known volume of sample was treated with different doses of fly ash or activated
carbon 15, 25, 35, 50, 100 and 150 mg/litre. By using fly ash as an adsorbent, the COD removal was
up to 100 %, Colour removal was 99,72 %, , Zn removal was 91,57 %, Cu removal was 94,02 %, and
increased the Fe content to 27,39 %. Compared to utilization the activated carbon as adsorbent, the
results obtained were : COD removal was 4,62 %, Fe removal was 27,65 %, Zn removal was 40,76
%, Cu removal was 21,31%, but colour was increase to 14,47 %. It could be concluded that fly ash is
more effective adsorbent for decreasing COD, Colour, Zn and Cu concentration in leachate but activated
carbon is more effective for decreasing Fe concentration in leachate.
Keywords: Fly ash, activated carbon, leachate, chemical oxygen demand (COD)
140
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Sasaran Penelitian
KAJIAN PUSTAKA
Karakteristik Air Lindi Sampah
Tabel 1.
Komposisi Air Lindi Sampah
Umur Landfill
Parameter
BOD
COD
pH
1
Tahun
7,50028,000
10,00040,000
5
Tahun
4,000
16
Tahun
80
8,000
400
6,3
141
Lanjutan Tabel 1
Umur Landfill
Parameter
TDS
TSS
Alkalinity
(CaCO3)
1
Tahun
5,2-6,4
10,00014,000
100-700
Total P
800-4,000
NH4-N
25-35
Nitrate
5-482
Calcium
0.2-0.8
Chloride
900-1,700
Sodium
600-800
Potassium
450-500
Sulfate
295-310
Mangan
400-650
Magnesium
75-125
Besi
160-250
Seng
210-325
Tembaga
Cadmium
Timah
5
Tahun
6,794
16
Tahun
1,200
5,810
2,250
12
0.5
1.6
308
109
1,330
70
810
34
610
39
0.06
0.06
450
90
6.3
0.6
0.4
0.1
<0.5
<0.5
<0.05
<0.05
0.5
1.0
Bahan Adsorpsi
142
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Metode Analisis
143
Co Ci
Ef =-------------- X 100 %,
Co
dimana :
Ef = efisiensi proses penurunan parameter (%)
Co= konsentrasi parameter saat masuk ke
proses
Ci = konsentrasi parameter saat keluar dari
proses
Pemeriksaan
Pengadukan
Kualitas
Air
Hasil
Tabel 2.
Hasil Pemeriksaan dan Pengamatan Pengadukan Air Lindi Sampah dengan Abu Terbang
terhadap Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) , Warna, Fe, Zn, dan Cu
Parameter
Sumber/hasil pengadukan
100 rpm, t = 1 jam
Baku Air Lindi
KOK
(mg/l)
Warna
(PtCo)
Fe
(mg/l)
Zn
(mg/l)
Cu
(mg/l)
446,2
4630
3,183
0,368
0,502
278,16
370
3,092
0,315
0,386
273,6
321
3,237
0,232
0,322
220,16
280
3,214
0,175
0,282
147,44
183
3,703
0.146
0,173
115,52
79
3,97
0,077
0,064
tt
13
4,055
0,031
0,03
Sumber : Hasil pemeriksaan kualitas air kotor di Lab. Balai LP, 2008
Catatan : tt = tidak terdeteksi
Tabel 3.
Persentase Perubahan Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) , Warna, Fe, Zn, dan Cu pada
Pengadukan Air Lindi Sampah dengan Abu Terbang
Hasil pengadukan
100 rpm, t = 1 jam
Parameter (%)
KOK
Warna
Fe
Zn
Cu
37,56
92
2,86
1,44
23,11
38,68
93,31
-1,69
36,95
35,86
50,66
93,95
-0,97
52,44
43,82
66,96
96,05
-16,33
60,32
65,54
74,11
98,89
-24,72
79,26
87,25
100
99,72
-27,39
91,57
94,02
144
Tabel 4.
Hasil Pemeriksaan dan Pengamatan Pengadukan Air Lindi Sampah dengan Karbon Aktif
terhadap Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) , Warna, Fe, Zn, dan Cu
Parameter
Sumber/hasil pengadukan
100 rpm, t = 1 jam
KOK
Warna
Fe
Zn
Cu
(mg/l)
(PtCo)
(mg/l)
(mg/l)
(mg/l)
Baku Air Lindi
446,2
4630
324,1
5200
368,7
357,5
3,183
0,368
0,502
2,976
0.342
0,473
5480
2,99
0,341
0,484
4800
2,983
0,345
0,491
434,9
5010
2,99
0,266
0,483
423,8
5330
2,491
0,256
0,423
425,6
5300
2,303
0,218
0,395
Sumber : Hasil pemeriksaan kualitas air kotor di Lab. Balai LP, 2008
Tabel 5.
Persentase Perubahan Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) , Warna, Fe, Zn, dan Cu pada
Pengadukan Air Lindi Sampah dengan Karbon Aktif
Parameter (%)
Hasil pengadukan
100 rpm, t = 1 jam
KOK
Warna
Fe
Zn
Cu
27,36
-12,31
6,5
7,06
5,78
17,37
-18,36
6,06
7,34
1,59
19,88
-3,67
6,28
0,01
2,19
2,53
-8,21
6,06
27,71
3,78
5,02
-15,12
21,74
30,43
15,73
4,616
-14,47
27,65
40,76
21,31
Dosis
(mg/l)
Tabel 6.
Persentase Perubahan Kandungan KOK, Warna, Fe, Zn, dan Cu Air Lindi Sampah
Kebutuhan
Warna
Fe
Zn
Cu
Oksigen Kimia
(%)
(%)
(%)
(%)
(KOK) (%)
Abu
Karbon
Abu
Karbon
Abu
Karbon
Abu
Karbon
Abu
Karbon
Terbang Aktif Terbang
Aktif
Terbang Aktif Terbang Aktif Terbang
Aktif
15
37,56
27,36
92,00
(12,31)
2,86
6,50
1,44
7,06
23,11
5,78
25
38,68
17,37
93,31
(18,36)
(1,69)
6,06
36,95
7,34
35,86
1,59
35
50,66
19,88
93,95
(3,67)
(0,97)
6,28
52,44
0,01
43,82
2,19
50
66,96
2,53
96,05
(8,21)
(16,33)
6,06
60,32
27,71
65,54
3,78
100
74,40
5,02
98,89
(15,12)
(24,72)
21,74
79,26
30,43
87,25
15,73
150
100,00
4,62
99,72
(14,47)
(27,39)
27,65
91,57
40,76
94,02
21,31
145
146
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
a.
b.
c.
d.
e.
147