Anda di halaman 1dari 31

Gita Mahatmya

(dari padma purana)


Dewa Siva Mengagungkan BhagavadGita

Keagungan Bab 1
Parvati : suamiku yang baik, Anda mengetahui semua kebenaran
rohani dan atas karunia Anda hamba telah mendengar tentang
keagungan-keagungan Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna
dan dengan mendengar sabda-sabda tersebut bakhti seseorang kepada
Sri Krishna akan bertambah.
Deva Shiva : Kepribadian tersebut, yang badan-Nya adalah raja
bangsa burung, Garuda, dan yang berbaring diatas Ananta-Sesa, ular
berkepala seribu, aku senantiasa memuja Sri Vishnu tersebut, yang
keagungan-Nya tanpa batas.
Parwati yang baik, suatu ketika setelah Sri Vishnu membunuh
raksasa Mura, Dia berbaring tenang di atas Ananta-Sesa, ketika Sri
Laksmi memberkati segala kemujuran kepada alam semesta bertanya
kepada-Nya dengan hormat.
Laksmi : Bhagavan, Engkau adalah pengendali dan pemelihara
seluruh alam semesta, tetapi engkau berbaring tidur tidak berbahagia
di lautan susu ini. Apa penyebabnya ? .
Sri Vishnu : Laksmi yang kucintai, Aku tidaklah sedang tidur,
melainkan Aku sedang mengamati betapa menabjubkan energy-Ku
bekerja.

Dengan

energy-Ku

yang

menabjubkan

inilah

Aku

mengendalikan segala sesuatu namun Aku tetap terpisah. Dan dengan


mengingat kegiatan rohani-Ku inilah para penyembah agung dan para
yogi berusaha untuk membebaskan diri dari roda kelahiran dan
kematian dan mencapai alam rohani-Ku, yang kekal dan bebas dari
segala sifat material.

Laksmi : Wahai pengendali segala sesuatu. Engkau adalah tujuan


meditasi para yogi agung. Tidak ada sesuatu apapun yang bisa terjadi
tanpa diri-Mu. Namun engkau juga terpisah dari segala sesuatu. Engkau
adalah penyebab penciptaan, pemeliharaan, dan juga peleburan seluruh
alam semesta material. Berkenanlah memberi tahu hamba tentang cara
kerja energi-energi-Mu yang menabjubkan ini, yang begitu memikat,
hingga bahkan Engkau sendiri pun berbaring di sini memusatkan pikiran
pada energi-energi tersebut.
Sri Vishnu : Laksmi yang kucintai, cara kerja berbagai jenis
energi-Ku, cara bagaimana menjadi bebas dari ikatan kelahiran dan
kematian, dan mencapai alam kekal milik-Ku, hanya dapat dimengerti
oleh

orang

kecendrungan

yang

memiliki

untuk

kecerdasan

mempersembahkan

murni,

yang

pelayanan

memiliki

kepada-Ku.

Pengetahuan rohani ini dijelaskan sepenuhnya didalam keagungan


Srimad Bhagavad-Gita
Laksmi : Tuhanku tercinta, jika Engkau sendiri tabjub melihat
cara kerja energi-energi-Mu dan terus berusaha mengukur batasbatas dari energy tersebut, maka bagaimana mungkin Bhagavad-Gita
dapat menjelaskan energi-energi-Mu yang tanpa batas itu dan cara
menyeberanginya untuk mencapai alam rohani ?.
Sri Vishnu : Aku sendiri telah memanifestasikan diri dalam wujud
Bhagavad-Gita. Mengertilah bahwa lima bab yang pertama adalah lima
kepala-Ku, sepuluh bab berikutnya adalah sepuluh tangan-Ku, dan Bab
enam belas adalah perut-Ku. Dua bab yang terakhir adalah kaki padmaKu. Dengan cara demikian engkau hendaknya mengerti sosok rohani
Bhagavad-Gita. Bhagavad-Gita adalah penghancur segala dosa. Dan

orang cerdas yang setiap hari mengucapkan satu bab atau bahkan satu
sloka, setengah sloka, atau setidaknya seperempat sloka, akan
mencapai kedudukan yang sama dengan kedudukan yang dicapai oleh
Susharma.
Laksmi : Siapa Susharma itu ?.Termasuk golongan manakah dia ?.
Dan tempat tujuan mana yang telah dicapainya ?.
Sri Vishnu : Laksmi yang amat Kucintai, Susharma adalah orang
jahat yang paling berdosa. Walau ia lahir dalam keluarga brahmana,
keluarganya tidak berpengetahuan Veda. Dan dia bergembira hati jika
menyakiti orang lain. Tidak pernah berniat mengucapkan nama suci-Ku,
bersedekah, atau menerima tamu. Kenyataanya, ia tidak pernah sama
sekali melakukan kegiatan saleh. Untuk mata pencahariannya, ia
mengumpulkan dedaunan kemudaian menjualnya ke pasar. Ia sangat
gemar minuman keras dan makan daging. Dengan cara demikianlah ia
menjalani kehidupannya.
Suatu hari Susharma yang bodoh itu pergi ke kebun milik seorang
Resi untuk mengumpulkan dedaunan. Ketika itu seekor ular datang lalu
mematuknya dan dia pun mati. Setelah kematiannya dia di lempar ke
banyak neraka, tempat dia menderita selama waktu yang panjang.
Setelah itu, ia pun lahir sebagai seekor sapi jantan. Sapi jantan itu
dibeli oleh seseorang yang pincang, yang menggunakan sapi jantan
tersebut untuk berbagai keperluan. Selama sekitar tujuh atau delapan
tahun Susharma yang sebagai sapi jantan itu memikul beban yang
sangat berat. Suatu hari orang pincang itu menumpuk beban yang
sangat berat di punggung sapi jantan miliknya. Dengan tergesa-gesa ia
memaksa sapi jantan itu berjalan, kesetika sapi jantan itu roboh tidak

sadarkan diri. Banyak orang berkumpul di tempat itu untuk melihat apa
yang sedang terjadi dan mengasihani sapi jantan itu. Ada orang saleh
yang memberkati sapi jantan itu dengan hasil-hasil dari beberapa
kegiatan saleh yang dilakukan. Melihat hal itu, orang lain yang berdiri
disana juga muli mengingat-ingat kegiatan saleh yang pernah mereka
lakukan lalu mempersembahkan hasil-hasil dari beberapa kegiatan
tersebut kepada sapi jantan itu. Di kerumunan orang tersebut
terdapat pula seorang pelacur yang tidak tahu apakah dirinya pernah
melakukan suatu kegiatan saleh. Namun, karena ia melihat semua yang
lain mempersembahkan hasil-hasil dari kegiatan saleh mereka kepada
sapi jantan itu, ia juga ikut mempersembahkan hasil dari kegiatan saleh
apa pun yang mungkin telah dilakukannya. Setelah itu, sapi jantan itu
mati dan rohnya dibawa ke kediaman Yamaraja, Dewa Kematian.
Di sana Yamaraja menyampaikan kepada Susharma,sekarang
engkau telah bebas dari reaksi semua tindakan berdosa yang telah
engkau perbuat sebelumnya dilatari oleh pahala saleh yang diberikan
kepadamu oleh sang pelacur itu. Lalu ia lahir ditengah keluarga
brahmana yang berderajat tinggi sekali. Dalam kelahiran tersebut, dia
bisa ingat akan kehidupan terdahulu. Setelah beberapa lama, ia lalu
memutuskan untuk mencari pelacur itu, yang telah menjadi penyebab
terbebasnya dia dari hukuman di neraka.
Setelah ia menemukan perempuan itu dan memperkenalkan dirinya,
ia bertanya,Kegiatan saleh macam apa yang telah anda lakukan yang
hasilnya telah membebaskan saya dari hukuman di neraka ?. Pelacur
itu menjawab,Tuan yang baik, di sangkar itu terdapat seekor burung
kakatua,

yang

mengucapkan

sesuatu

setiap

hari.

Karena

slalu

mendengar pengucapan-pengucapan itu, hati sayapun menjadi bersih


sepenuhnya. Hasil dari mendengar pengucapan-pengucapan tersebutlah
yang telah saya berikan kepada anda. Kemudian, mereka berdua
bertanya kepada burung kakatua itu tentang kata-kata yang diucapkan
oleh burung tersebut. Sambil mengingat kehidupan masa lampaunya,
burung kakatua itu mulai menceritakan riwayatnya. Sebelumnya, aku
adalah seorang brahmana yang terpelajar. Tetapi, akibat sikapku yang
congkak, aku sering menghina orang lain yang juga terpelajar. Juga aku
sangat iri hati. Setelah meninggal aku dilemparkan ke banyak neraka
dan menderita sangat lama aku mendapat badan sebagai burung
kakatua ini. Akibat kegiatan berdosaku dalam kehidupan sebelumnya,
kedua indukku mati ketika aku masih kecil. Suatu hari ketika aku
terkapar di atas pasir yang panas, tanpa perlindungan, beberapa resi
melihat

diriku

dan

membawa

aku

ke

pesraman

mereka

lalu

menempatkan aku di sebuah sangkar. Di tempat yang sama, anak para


resi itu belajar pengucapan Bab Satu Srimad Bhagavad-Gita. Karena
mendengar mereka mengulang-ulang sloka tersebut, akupun mulai
mengulang-ulang mengucapkan sloka-sloka itu bersama mereka.
Tak lama kemudian seorang pencuri mencuri aku dari tempat itu
dan menjualku kepada perempuan saleh ini.
Sri Vishnu : Dengan mengucapkan Bab Satu Bhagavad-Gita,
burung kakatua itu telah menjadi suci murni sepenuhnya. Dengan
mendengar pengucapan itu, pelacur itu pun menjadi suci murni
sepenuhnya. Dan dengan mendengar sebagaian dari pahala saleh
mendengarkan pengucapan itu, Susharma juga turut serta menjadi suci
murni sepenuhnya.

Setelah membahas beberapa saat keagungan-keagungan Bab Satu


Bhagavad-Gita, Susharma pulang ke rumahnya dan ketiganya tekun
sendiri-sendiri mengucapkan Bab Satu Srimad Bhagavad-Gita dan
dengan cepat sekali mereka mencapai tujuan tertinggi, Vaikuntha.

<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Siapapun yang mengucapkan


mendengar atau mempelajari
Bab Satu Bhagavad-Gita akan
sangat mudah
menyebrangi lautan
penderitaan material dan
mencapai pelayanan
kepada kaki padma Sri Krishna

Keagungan Bab 2
Sri Vishnu : Laksmi yang Kucintai, engkau telah mendengar dariKu keagungan Bab Satu Bhagavad-Gita. Sekarang dengarlah dengan
saksama, sebab Aku akan menyampaikan keagungan Bab Dua.
Suatu ketika di selatan, di kota Pandharpur hiduplah seorang
brahmana

sangat

terpelajar

bernama

Devashyama.

Ia

mampu

melaksanakan berbagai jenis upacara korban suci api. Ia pun mengenal


makna penting dari menerima tamu. Dengan kegiatan-kegiatannya itu ia
berusaha memuaskan semua dewa. Tapi, ia belum merasa bahagia dan
damai di hati dan pikirannya. Ia berkeinginan untuk mencapai
pengetahuan tentang hubungan sang roh dengan Roh Yang Utama,
Paramaatma dan untuk mencapai tujuan ini, ia banyak mengundang
banyak yogi dan tapasvi, dan melakukan berbagai pelayanan kepada
mereka serta bertanya kepada mereka tentang kebenaran mutlak.
Dengan cara demikianlah ia menjalani kehidupannya.
Suatu hari, saat sedang berjalan-jalan ia melihat seorang yogi
dihadapannya, duduk bersila dengan mata menatap ujung hidung,
khusuk sepenuhnya dalam meditasi. Devashyama dapat mengerti bahwa
yogi ini telah seutuhnya damai dan tidak memiliki keinginan-keinginan

duniawi apapun. Devashyama dengan sikap yang hormat, bersujud di


kaki yogi tersebut dan bertanya darinya, bagaimana dirinya dapat
mencapai kedamaian pikiran yang sempurna. Ketika itu, sang yogi yang
memiliki pengetahuan lengkap tentang Personalitas Tuhan Yang Maha
Esa, Sri Krishna, menyarankan agar Devashyama pergi ke desa Sowpur
untuk

menemui

seseorang

bernama

Mitravan,

yang

bermata

pencaharian sebagai pengembala kambing dan menerima petuah-petuah


mengenai

ilmu

pengetahuan

keinsafan

Tuhan

darinya.

Setelah

mendengar saran tersebut, Devashyama berulang kali bersujud dikaki


yogi itu dan segera berangkat menuju Sowpur. Ketika tiba disana, ia
melihat diarah utara terdapat hutan yang indah dan diberitahukan
kepadanya bahwa Mitravan tinggal disana. Ketika ia memasuki hutan
itu, ia melihat Mitravan duduk di atas bebatuan di tepi sebuah sungai
kecil.
Mitravan sangat nampak rupawan dan damai. Di hutan itu angin
bertiup sangat lembut dan aroma wanginya memancar dari segala
penjuru. Kambing-kambing berkeliaran dalam rasa damai, tanpa rasa
takut sekali. Beberapa kambing duduk disebelah macan dan binatang
buas lainnya dengan sangat tenang.
Ketika Devashyama melihat pemandangan ini, pikirannya menjadi
sangat damai dan sikap penuh hormat ia mendekati Mitravan lalu duduk
di dekatnya. Mitravan tampak sangat khusuk dalam meditasinya.
Setelah beberapa saat, Devashyama bertanya kepadanya, bagaimana ia
dapat mencapai bhakti kepada Sri Krishna. Ketika Mitravan mendengar
pertanyaan ini, selama beberapa saat ia terlarut dalam perenungan
yang mendalam. Lalu ia menjawab,Devashyama yang baik, suatu ketika

aku sedang berada di hutan mengawasi kambing-kambing, ketika seekor


macan buas menyerang. Kesetika itu kambing-kambing berlarian
menyelamatkan diri. Aku pun lari karena takut pada macan itu. Dari
jarak tertentu aku menoleh kebelakang dan melihat macan itu ditepi
sungai ini menghadang salah satu kambing milikku. Ketika itu hal yang
aneh dan menabjubkan terjadi. Macan itu kehilangan segala kebuasan
dan keinginan memangsa kambing miliku. Karena itu, kambing itu
bertanya pada macan,Engkau telah mendapat santapanmu, lalu
mengapa engkau tidak memakan daging dari badanku ini ?. Mestinya
engkau membunuhku dan sangat berselera menikmati daging badanku.
Mengapa engkau menahan diriku?.
Macan itu lalu menjawab,Wahai kambing yang baik, begitu sampai
di tempat ini segala kemarahan meninggalkan diriku dan aku tidak
merasa lapar atau pun haus. Kambing itu berkata,Aku juga tidak tahu
mengapa aku bisa tidak takut sama sekali dan aku merasa nyaman. Apa
penyebab semua ini? Jika engkau mengetahuinya, maka berkenanlah
menyampaikan kepada diriku.
Macan itu menjawab,Aku juga tidak tahu. Mari kita tanyakan
kepada orang itu. Ketika melihat perubahan terjadi dalam hal perilaku
macan dan kambing itu, aku sangat merasa heran. Ketika itu mereka
berdua mendatangi diriku dan menanyakan penyebab semua ini. Aku
memerhatikan bahwa ada seekor kera sedang duduk di cabang
sebatang pohon di dekat sana. Aku pergi bersama kedua binatang itu
untuk bertanya kepada raja kera itu. Kera itu lalu menjawab
pertanyaan kami dengan sikap penuh hormat.

Dengarkanlah, aku akan ceritakan kepada kalian sebuah kisah yang


sangat tua. Di hutan itu, tepat dihadapan kalian terdapat sebuah kuil
yang

sangat

luas

tempat

dewa

Brahma

menstanakan

sebuah

Shivalingga. Dahulu kala, seorang rsi terpelajar bernama Sukama yang


telah banyak mengalami pertapaan tinggal disana. Setiap hari dia
memetik bunga dari hutan dan air dari sungai itu, lalu memuja Dewa
Shiva.
Dengan cara demikianlah ia tinggal disana selama bertahun-tahun
sampai

seorang

rsi

tiba

ditempat

itu.

Ketika

itu,

Sukama

menghidangkan buah-buahan dan air untuk rsi tersebut. Setelah sang


rsi

selesai

makan

dan

beristirahat,

Sukama

menyampaikan

kepadanya,Wahai orang bijak, hanya untuk mencapai pengetahuan


tentang Sri Krishna aku tinggal di sini menjalani pertapaan dan
pemujaan. Tetapi, hasil dari pertapaan-pertapaanku tercapai pada hari
ini dengan cara bergaul dengan dirimu.
Ketika sang rsi mendengar ucapan Sukama yang penuh dengan
sikap rendah hati itu, ia menjadi sangat puas. Ia lalu menuliskan Bab
Dua Srimad Bhagavad-Gita diatas sebongkah batu. Ia lalu memerintah
agar Sukama membaca sloka itu setiap hari. Dengan melakukan hal ini,
engkau akan cepat sekali mencapai tujuanmu. Setelah berbicara
demikian, rsi tersebut menghilang dari tempat itu. Selanjutnya,
Sukama mematuhi perintah sang rsi kemudian ia membacakan slokasloka itu setiap hari sepanjang hidupnya. Cepat sekali ia mencapai
pengetahuan lengkap tentang Sri Krishna. Sejak hari saat ia memulai
mengucapkan sloka-sloka itu, ia tidak lagi merasakan dahaga dan lapar.

Disebabkan oleh pertapaan dan bhaktinya ditempat ini, siapun yang


datang kesini tidak dirasuki oleh rasa lapar dan haus dan langsung
mencapai kedamaian sempurna.
Mitravan berkata,Devashyama yang baik, sesuai kera tersebut
menyampaikan kepada kami kisah yang menabjubkan itu, aku bersama
macan dan kambing itu kembali ke kuil. Kami menemukan disana Bab
Dua Bhagavad-Gita tertulis di atas sebongkah batu. Lalu aku pun mulai
membaca sloka-sloka itu setiap hari. Dengan cara demikian, kami dapat
dengan cepat sekali mencapai rasa bhakti kepada Sri Krishna. Wahai
brahmana yang baik, jika engkau mulai mengucapkan sloka-sloka dari
Bab Dua Srimad Bhagavad-Gita, engkau akan cepat sekali mencapai
karunia Sri Krishna.
Sri Vishnu : Laksmi yang Kucintai dengan cara demikianlah
Devashyama memperoleh pengetahuan dari Mitravan dan setelah
mempersembahkan pemujaan pada insan agung itu ia kembali ke
Phandapur dan setiap hari mengucapkan Bab Dua tersebut. Kepada
siapa pun yang mengunjungi Phandapur, Devashyama pertama-tama
akan membacakan dihadapannya

Bab Dua Srimad Bhagavad-Gita.

Dengan cara itu ia mencapai kaki-padma Sri Krishna.


Laksmi yang Kucintai, inilah kagungan Bab Dua Srimad BhagavadGita.

<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Keagungan Bab 3
Sri Vishnu : Laksmi yang Kucintai, di kota Janasthan tinggal
seorang brahmana yang bernama Jada, yang lahir dalam dinasti
Kaushik. Brahmana itu mengabaikan kegiatan-kegiatan keagamaan yang
digariskan oleh sastra untuk diikuti oleh golongan brahmana. Ia malah
melakukan

banyak

kegiatan

yang

bertentangan

dangan

aturan

keagamaan. Ia sangat gemar berjudi dan mabuk-mabukan, berburu,


serta pergi ke tempat pelacuran. Dengan cara seperti itu ia menyianyiakan kekayaannya. Jada pergi ke negeri-negeri di utara dalam
rangka bisnis. Ketika berada disana, ia mendapat banyak kekayaan lalu
memutuskan untuk kembali ke kota Janasthan. Setelah berjalan jauh,
Jada sampai di tengah sebuah gurun pasir. Suatu hari, setelah
matahari terbenam dan gelap mulai menyelimuti, ia memutuskan untuk
mulai beristirahat malam di bawah sebatang pohon. Saat beristirahat,
beberapa perampok datang dan memukulinya hingga mati lalu merampas
harta bendanya. Oleh karena Jada telah mengabaikan semua kegiatan
saleh dan menjalani kehidupan yang penuh dosa, setelah kematiannya ia

mendapat badan hantu. Putra dari Jada ini sangatlah saleh dan terdidik
dalam sastra Veda. Ketika ia melihat bahwa ayahnya belum juga
kembali ke Janasthan setelah sekian lama, ia memutuskan untuk pergi
dan mencari ayahnya. Selama berhari-hari ia mengembara mencari
ayahnya dan pengembara mana pun yang dijumpainya ditanyakan
tentang ayahnya. Suatu hari, ia berjumpa dengan seorang yang
mengenal ayahnya, orang ini menyampaikan tentang peristiwa yang
telah terjadi. Ketika putra Jada mendengar kabar kematian ayahnya, ia
memutuskan untuk pergi ke Kasi (Banaras) untuk mempersembahkan

panda (pemujaan) untuk memohon agar arwah ayahnya terbebaskan


dari neraka. Pada hari kesembilan perjalanannya, tanpa disengaja ia
beristirahat dibawah pohon yang sama tempat ayahnya terbunuh.
Malamnya di tempat itu, ia melaksanakan puja hariannya kepada Sri
Krishna dan ia juga mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita.
Begitu ia menyelesaikan pengucapannya, suara gemuruh terdengar dari
langit. Ketika ia melihat ke atas, ia melihat arwah ayahnya di depan
matanya dimana badan ayahnya telah menjadi salah satu makhluk paling
rupawan, berlengan empat dan mengenakan dihoti kuning. Badan
ayahnya berwarna gelap seperti awan hujan dan cahaya badannya
menerangi segala penjuru. Pada saat itu ayahnya memberkati dia. Sang
putra meminta agar ayahnya menjelaskan kejadian yang menabjubkan
ini. Sang ayah berkata,Putraku yang baik, engkau telah mengucapkan
Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita dan dengan demikian aku terbebas
dari badan hantu yang telah aku terima akibat kegiatan-kegiatan
berdosa yang aku lakukan. Sekarang engkau kembalilah ke rumah,

sebab tujuanmu ke Kasi (Banaras) telah tercapai dengan cara


mengucapkan Bab Tiga Srimad Bhagavad-Gita.
Ketika sang putra bertanya kepada ayahnya apakah ada petuahpetuah lebih lanjut untuk dirinya, sang ayah lalu menjawab,Saudaraku
juga telah menjalani kehidupan yang sangat penuh dosa dan ia sedang
menderita di suatu tempat di wilayah tergelap neraka. Jadi, jika
engkau berkeinginan untuk membebaskan dia, demikian pula dengan
para arwah leluhur kita lainnya yang sedang menderita disana-sini di
berbagai jenis kehidupan di alam semesta material, maka berkenanlah
mengucapkan

Bab

Tiga

Srimad

Bhagavad-Gita.

Dan

dengan

mengucapkan tersebut mereka akan mencapai wujud mirip degan wujud


Sri Vishnu dan pergi ke Vaikuntha.
Ketika sang putra mendengar petuah-petuah ayahnya ia lalu
menjawab,Jadi demikian adanya, maka aku akan mengucapkan Bab Tiga
Srimad Bhagavad-Gita sampai semua roh yang terjebak dalam
kehidupan di neraka terbebaskan. Saat itu sang ayah memberkatinya
dengan kata-kata,Biarlah terjadi. Kemudian, sebuah pesawat datang
dari dunia spiritual yakni Vaikuntha dan membawa sang ayah ke
tujuannya.
Sang putra kembali ke Janasthan lalu duduk di depan Arca Sri
Krishna dan dengan keinginan untuk membebaskan semua roh terikat
yang berada dalam kehidupan di neraka, ia mulai mengucapkan Bab Tiga
Srimad Bhagavad-Gita. Pengucapan yang dilakukan berlanjut terus hari
demi hari, sehingga Sri Vishnu mengirim utusan-Nya, para Vishnuduta
ke kerajaan Yamaraja yang bertugas untuk mengatur hukuman bagi
makhluk-makhluk hidup yang berdosa. Ketika para Vishnuduta tiba di

hadapan Yamaraja, mereka menyampaikan bahwa mereka membawa


sebuah pesan dari Sri Vishnu, yang berbaring di atas Ananta-Sesa
dilautan susu. Mereka menyampaikan bahwa Sri Vishnu menanyakan
bagaimana keadaannya dan juga memerintahkan agar Yamaraja
membebaskan semua roh terikat yang sedang menderita di neraka.
Ketika Yamaraja mendengar perintah dari Sri Vishnu ini, beliau
langsung membebaskan semua roh yang terikat dari neraka dan secara
pribadi pergi bersama Vishnuduta menuju lautan susu yang dikenal
dengan nama Svetadwipa untuk mendapatkan dharsan Sri Vishnu.
Ketika tiba disana, Yamaraja melihat Sri Vishnu sedang berbaring di
atas Ananta-Sesa. Badan Sri Vishnu secemerlang matahari dan Devi
Laksmi, devi keberuntungan sedang memijat kaki-padma Sri Vishnu. Sri
Vishnu dikelilingi di semua sisi oleh para rsi, deva yang dipimpin oleh
Deva Indra yang semuanya menyenandungkan puji-pujian kepada Sri
Vishnu. Deva Brahma juga hadir mengucapkan matra-mantra Veda.
Yamaraja sujud dihadapan Sri Vishnu dan memanjatkan pujian
berikut, Sri Vishnu yang hamba cintai, Engkau mengharapkan kebaikan
semua roh terikat. Tidak ada batas bagi keagungan-Mu. Dari diri-Mu
Veda berasal, Engkau adalah sang waktu. Dan seiring berjalannya waktu
Engkau adalah penyebab dan pemelihara ketiga dunia dan Engkau
adalah Roh Yang Utama di hati setiap makhluk yang sedang
mengarahkan kegiatan mereka. Engkau adalah guru seluruh alam
semesta dan merupakan tujuan bagi semua penyembah Tuhan. Wahai
yang memiliki mata bagai bunga padma, mohon menerima sembah sujud
hamba berulang-kali ini. Keagungan-Mu tiada batasnya.

Dengan cara demikian Yamaraja menyampaikan penghormatan


kepada

Sri

Vishnu

sambil

mencakupkan

tangan.

Yamaraja

melanjutkan,Mengenai perintah-Mu, hamba telah membebaskan semua


roh terikat dari neraka. Jadi berkenanlah memberitahu hamba tugas
apa yang Engkau inginkan untuk hamba lakukan sekarang? Sri Vishnu
menjawab dengan suara sedalam gemuruh dan semanis minuman
kekekalan,Dharmaraja

(Yamaraja)

yang

Ku-cintai,

engkau

adil

terhadap setiap orang dan Aku tidak perlu mengajarimu tentang tugastugasmu. Kembalilah ke kediamanmu sambil membawa berkat penuh
dari-Ku dan lanjutkan tugas-tugasmu.
Ketika itu, Sri Vishnu menghilang dari penglihatan Yamaraja dan
Yamaraja kembali ke kediamannya sendiri. Setelah Brahmana itu
sukses membebaskan semua leluhurnya dan roh terikat lainnya dari
neraka, para Vishnuduta datang lalu membawa dia ke kediaman Sri
Vishnu dimana ia bisa tekun dalam pelayanan kaki-padma Personalitas
Tuhan Yang Maha Esa selamanya.

<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Keagungan Bab 4
Sri

Vishnu

Laksmi

yang

Kucintai,

sekarang

Aku

akan

menguraikan keagungan dari Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita.


Di tempat sungai Gangga terdapat sebuah kota bernama Kasi
(Banaras). Di sana terdapat sebuah kuil bernama Vishvanath tempat
berdiamnya orang suci agung bernama Bharata. Setiap hari, dengan
rasa bhakti yang sangat besar ia mengucapkan Bab Empat Srimad
Bhagavad-Gita.

Sebelumnya,

ketika

Bharata

sedang

berkeliling

melakukan perziarahan suci, ia pergi ke kota Tapodan untuk dharsan


kepada Arca Sri Krishna yang dipuja disana. Ketika meninggalkan kota
tersebut, ia melihat dua buah pohon Bael. Setelah memutuskan untuk
beristirahat di bawah pohon itu, berbaringlah ia dengan menggunakan
akar salah satu pohon sebagai bantal dan akar pohon lainnya untuk
menyangga kakinya.
Setelah beberapa saat, ketika Bharata meniggalkan tempat itu dua
pohon tersebut mulai meranggas. Dalam lima atau enam hari kedua

pohon itu kering sepenuhnya lalu mati. Dua roh pohon tersebut lahir
menjadi putri-putri dari seorang brahmana yang sangat saleh. Suatu
hari, ketika gadis-gadis itu telah mencapai umur tujuh tahun, mereka
pergi dalam perziarahan suci ke Kasi (Banaras). Ketika berada di Kasi,
secara kebetulan mereka melihat Bharata Maharaja, mereka langsung
bersujud di kakinya dengan kata-kata manis berkata,Wahai Maharaja
Bharata, atas karunia Andalah kami berdua terbebas dari kehidupan
sebagai pohon. Ketika Bharata Maharaja mendengar pernyataan
mereka, ia terheran-heran. Ia bertanya kepada mereka,Wahai putri
putri yang baik, dimana dan kapan aku pernah berjumpa dengan kalian
dan membebaskan kalian dari badan pohon? Juga beritahulah aku,
bagaimana kalian bisa mendapatkan badan pohon sebab aku tidak
mengerti sama sekali dengan semua ini.kemudian, kedua gadis
tersebut memberitahukan Bharata Maharaja alasan mengapa mereka
mendapat badan pohon.
Dari gadis itu berkata,Maharaja di tepi sungai Godavari terdapat
sebuah tempat suci bernama Chinnapaap. Di tempat itu, tinggal seorang
rsi bernama Sachatapa. Rsi ini melakukan pertapaan yang keras dan
sangat berat. Pada musim panas ia duduk di tengah-tengah api dan pada
musim dingin ia berendam ditengah sungai yang dingin. Siring
berjalannya waktu, ia menjadi murni dan dapat mengendalikan inderaindera

sepenuhnya

dan

lambat

laun

ia

mencapai

kaki-padma

Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna. Dewa Brahma pun
mulai datang setiap hari mengunjungi tempat itu untuk bertemu
Sachatapa dan mengajukan pertanyaan kepadanya tentang bhakti
kepada Sri Krishna. Sementara itu, Dewa Indra menjadi sangat cemas

melihat kedudukan mulia Sachatapa, berpikir bahwa mungkin saja pada


suatu hari Sachatapa merampas kedudukannya sebagai raja surga. Pada
saat itu, Dewa Indra memanggil kami berdua yang dalam kelahiran saat
itu kami adalah kaum apsara di kerajaan surga. Indra memerintahkan
kepada kami Pergi dan jadilah penyebab jatuhnya Sachatapa sebelum
ia berusaha untuk merampas kedudukanku.
Setelah menerima perintah dari Dewa Indra, kami pergi menuju
tepi sungai Godavari tempat Sachatapa melaksanakan pertapaan. Di
tempat itu, kami berdua mulai menyanyikan dan menari dengan
gerakan-gerakan yang menggoyahkan iman di dekat Sachatapa dengan
maksud untuk menggoda rsi itu untuk terlibat dalam hubungan suami
istri bersama kami. Ketika menari, kain penutup badan kami melorot
dan payudara kami menjadi terlihat. Ketika itu, rsi mengambil air
dengan tangannya lalu mengutuk kami dengan kata-kata berikut.
Kalian berdua pergi dan jadilah pohon Bael di tepi sungai Gangga.
Begitu mendengar kutukan dari sang rsi kami berdua sujud dikakinya
memohon pengampunan,Wahai rsi yang baik, mohon maafkanlah kami
sebab kami hanyalah abdi-abdi Dewa Indra. Melihat sikap kami yang
rendah hati, rsi itu merasa puas dan menyampaikan bahwa kami akan
tetap menjadi pohon sampai Maharaja Bharata datang dan menyentuh
kami. Rsi itu juga memberkati sehingga kami akan dapat mengingat
kelahiran-kelahiran kami yang sebelumnya.
Maharaja Bharta yang baik hati, ketika anda mengunjungi
Tapodan, anda berisitirahat di bawah kami. Ketika kami masih dalam
badan pohon Bael, anda mengucapkan Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita
dan dengan mendengar pengucapan itu, kami bukan hanya terbebas dari

kehidupan sebagai pohon dan lahir di tengah keluarga penyembah


Tuhan. Kami juga kehilangan segala keinginan untuk menikmati dunia
material ini.
Sri Vishnu : Laksmi yang Kucintai, ketika kedua gadis itu
menceritakan sejarah hidup mereka kepada Bharata Maharaja, ia
menjadi sangat bahagia lalu kembali ke pasramannya. Kedua gadis itu
mengucapkan dengan saksama Bab Empat Srimad Bhagavad-Gita setiap
hari sepanjang hidup mereka dan mencapai bhakti kepada kaki-padmaKu.
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Keagungan Bab 5
Sri Vishnu : sekarang Aku akan menguraikan kepadamu tentang
keagungan

tanpa

batas

dari

Bab

Lima

Srimad

Bhagavad-Gita.

Dengarkanlah dengan saksama.


Di wilayah Madra, terdapat sebuah kota yang bernama Puru
Kutsapur. Di sana hidup seorang brahmana bernama Pingala. Selama
masa kanak-kanaknya, ia dilatih berbagai kegiatan kebrahmanaan dan
diajarkan pengetahuan kitab kitab Veda. Tetapi ia tidak berminat
menempuh

pendidikan

tersebut.

Setelah

beranjak

remaja,

ia

meniggalkan upayanya untuk mengembangkan kebrahmanaan dan mulai


belajar cara memainkan alat-alat musik demikian pula menyanyi dan
menari. Tidak lama kemudian ia menjadi sedemikian masyurnya dalam
bidang ini hingga sang raja sendiri mengajaknya untuk tinggal di istana.
Saat tinggal di istana, perlahan-lahan ia menjadi semakin jauh masuk
kedalam kehidupan yang sarat dosa. Ia mulai menikmati hubungan

dengan istri orang dan asik dalam segala jenis kegiatan berdosa dan
mabuk-mabukan.
Ia menjadi begitu sombong akan kedudukannnya seiring dengan
semakin dekatnya dia dengan raja. Khususnya ia sangat senang
mengkritik orang lain di depan hadapan sang raja secara sembunyisembunyi. Pingala memiliki istri bernama Aruna, yang lahir dari
keluarga golongan rendah. Aruna penuh nafsu dan menikmati hubungan
dengan banyak laki-laki. Ketika sang suami mengetahui tentang
kegiatannya, Aruna memutuskan untuk membunuh suaminya. Kemudian
pada suatu hari, Aruna memenggal kepala Pingala dan mengubur
mayatnya di kebun. Setelah kematiannya, Pingala dikirim kewilayah
tergelap neraka dan setelah menderita disana selama waktu yang
panjang ia lahir sebagai burung pemakan bangkai. Aruna setelah
menikmati hubungan kelamin dengan banyak laki-laki terjangkit
penyakit kelamin dan badan mudanya lantas menjadi buruk dan tidak
menarik lagi. Setelah mati ia dikirim ke neraka dan setelah menderita
dalam waktu yang panjang ia dilahirkan sebagai burung kakatua betina.
Suatu hari burung kakatua betina itu sedang mencari makanan kesanakemari. Sementara itu si burung oemakan bangkai, yang dalam
kehidupannya sebelumnya adlaah Pingala melihat kakatua betina itu dan
ingat pada kehidupan terdahulunya dan mengerti bahwa burung itu
adlaah istrinya. Ia menyerang burung itu dengan paruhnya yang tajam.
Burung kaktua itu jatuh kedalam genangan air pada tengkorak kepala
manusia dan tenggelam. Tak lama kemudian seorang pemburu datang
dan memanah burung pemakan bangkai tersebut. Burung itu jatuh pada
tempat yang sama.

Kemudian utusan Yamaraja datang dan membawa mereka ke


kerajaan kematian. Ketika itu mereka sangat ketakutan karena ingat
akan kehidupan berdosanya yang terdahulu.
Ketika

mereka

berada

dihadapan

Yamaraja,

Yamaraja

menyampaikan kepada mereka,Sekarang kalian bebas dari segala dosa


dan kalian boleh pergi ke Vaikuntha. Ketika Pingala dan Aruna
mendengar hal itu, mereka lalu bertanya kepada Yamaraja bagaimana
bisa orang penuh dosa seperti mereka berhak untuk pergi ke
Vaikuntha.
Yamaraja menjawab,Di tepi sungai Gangga tinggal seorang
penyembah agung Sri Vishnu yang bernama Vat. Ia bebas dari hawa
nafsu dan ketamakan. Setiap haari ia mengucapkan Bab Lima Srimad
Bhagavad-Gita dan ketika Vat meniggal dunia ia langsung pergi ke
Vaikuntha. Oleh karena ia mengucapkan Bab Lima Srimad BhagavadGita setiap hari, badannya menjadi suci sepenuhnya dank arena kalian
bersentuhan dengan tengkorak kepala dari badan penyembah Tuhan itu
kalian berdua mencapai Vaikuntha. Inilah keagungan Bab Lima Srimad
Bhagavad-Gita.
Sri Vishnu : Laksmi yang Kucintai, ketika mereka berdua
mendengar keagungan Bhagavad-Gita dan

Yamaraja, merka menjadi

sangat bahagia lalu duduk diatas pesawat bunga yang telah datang
untuk membawa mereka ke Vaikuntha.
Siapapun yang mendengar Bab Lima Srimad Bhagavad-Gita orang
yang paling berdosapun akan mencapai Vaikuntha.

<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Keagungan Bab 6
Sri Vishnu : Sekarang Aku akan sampaikan kepadamu keagungan
Bab Enam Srimad Bhagavad-Gita. Siapapun yang mendengar uraian ini
akan terbebaskan dari dunia material.
Di tepi sungai Godavari, terdapat sebuah kota yang indah bernama
Pratishthanpur

(Paithan),

dimana

Aku

termasyur

dengan

nama

Pippalesh. Di kota itu berkuasa seorang raja bernama Janashruti yang


sangat dicintai oleh rakyat karena sifat-sifat baiknya tanpa batas.
Setiap hari ia menyelenggarakan korban suci api, yang begitu mewah
dan besar hingga kepulan asap api korban suci itu sampai ketaman
khayangan yang dikenal dengan nama Nandanvan dan membuat daundaun pohon Kalpavrksa menghitam. Pohon-pohon itu nampak seakanakan sedang menyampaikan sembah sujud kepada raja Janashruti.
Disebabkan oleh kegiatan saleh yang dilakukan raja agung itu, para
dewa selalu tinggal di Pratishthanpur.

Ketika Janashruti memberikan derma, ia membagikannya persis


seperti awan-awan mencurahkan hujan. Disebabkan oleh kegiatan saleh
dan suci yang dilakukan Janashruti, hujan selalu turun pada saat yang
tepat. Ladang-ladang selalu dipenuhi oleh hasil panen dan tidak
diganggu oleh enam jenis hewan pengerat. Sang raja selalu menggali
sumur-sumur dan telaga untuk kesejahteraan rakyat. Karena sangat
puas terhadap Janashruti, para dewa datang ke istananya dalam wujud
angsa-angsa untuk memberkatinya. Mereka terbang dilangit berbaris
dan berbicara satu sama lainnya. Badrashva, bersama dua atau tiga
angsa lainnya terbang mendahului yang lainnya. Ketika itu, angsa-angsa
lainnya berkata kepada Bhadrashva,Wahai saudaraku, megapa engkau
terbang mendahului? Tidakkah engkau melihat di depanmu ada raja
agung Janashruti, yang begitu perkasa hingga ia dapat membakar
musuhnya atas dasar kekuatan keingginannya saja. Ketika Bhadrashva
mendengar

kata-kata

angsa

lainnya

ia

mulai

tertawa

dan

berkata,Wahai saudaraku, apakah raja Janashruti ini seperkasa rsi


agung Raikva?
Ketika sang raja mendengar kata-kata angsa tersebut, ia langsung
turun dari balkon istananya yang tinggi dan dengan gembira duduk di
singgasananya.

Ketika

itu

ia

memanggil

kusir

keretanya

dan

memerintahkan agar kusirnya pergi mencari rsi agung Raikva. Ketika


kusir kereta yang bernama Maha itu mendengar perintah raja, ia
menjadi sangat gembira dan segera berangkat mencari Raikva.
Pertama-tama ia pergi ke Kashipuri tempat berstananya Sri Vishvanath
untuk kesejahteraan semua makhluk. Berikutnya ia pergi ke Gaya
tempat berstananya Sri Gadadhara yang memiliki mata bagai bunga

padma dan yang dapat membebaskan semua makhluk dari belenggu


kelahiran dan kematian. Setelah mengembara ke banyak tempat suci ia
sampai di Mathura tempat yang dapat melebur segala dosa. Di tempat
ini Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna tinggal. Semua rsi
agung, para dewa, juga kitab-kitab Veda dan sastra-sastra lainnya
tinggal dalam wujud pribadi mereka, melaksanakan pertapaan dan
mempersembahkan pelayanan kepada Sri Krishna. Mathura yang
berbentuk bulan separuh berada di tepi sungai indah yang memberkati
bhakti Jamuna. Di wilayah itu, terdapat bukit Govardhana yang indah
yang

meningkatkan

kemegahan

dan keagungan Mathura-Mandala

bagaikan permata besar dalam sebuah mahkota. Bukit itu dikelilingi


oleh pepohonan dan tumbuhan merambat yang suci. Terdapat dua belas
hutan yang menabjubkan mengelilingi Mathura tempat Sri Krishna
menikmati kegiatan-Nya yang menabjubkan.
Setelah meniggalkan Mathura, Maha pergi kea rah barat kemudian
ke utara. Suatu hari, ia sampai di sebuah kota bernama Kashmir.
Dimana ia melihat sebuah tempat yang sangat luas dan bercahaya. Di
tempat itu semua orang bahkan orang bodoh pun nampak setampan para
dewa di sebabkan oleh kenyataan bahwa banyak korban suci api yang
menyala secara terus menerus. Nampak seolah barisan awan selalu
mengayut di atas kota itu. Arca Dewa Shiva yang dikenal dengan nama
Manikeshvara berada di kota itu. Raja Kashmir baru saja kembali
setelah menaklukan banyak raja dan ia sedang sibuk memuja Dewa
Shiva. Disebabkan oleh pengabdiannya yang besar kepada Dewa Shiva
raja tersebut dikenal sebagai Manikeshvar. Di dekat pintu kuil, Maha
melihat rsi agung Raikva sedang duduk diatas kereta kecil di bawah

sebatang pohon. Ketika ia mengenali Raikva sesuai dengan uraian raja


Janashruti, ia langsung bersujud di kaki sang rsi dan bertanya,Wahai
rsi agung, dimanakah Anda tinggal? Siapa nama lengkap Anda? Anda
kepribadian yang begitu mulia. Mengapa Anda duduk di tempat ini?
Ketika Raikva mendengar kata-kata Maha, ia berfikir sebentar lalu
menjawab,Aku sudah puas sepenuhnya, aku tidak membutuhkan
apapun.
Ketika Maha mendengar jawaban itu, dalam hatinya ia dapat
mengerti semua maksudnya. Ia segera pergi melakukan perjalanan
panjang kembali ke Pratishthanpur. Ketika sampai ditempat tujuan, ia
langsung pergi menghadap raja dan menyampaikan penghormatan dan
sambil mencakupkan tangan ia menyampaikan tentang semua yang telah
terjadi. Setalah raja mendengar semuanya dari Maha, ia memutuskan
untuk segera berangkat untuk darshan kepada rsi agung Raikva. Duduk
diatas kereta yang indah dan membawa serta banyak hadiah yang
bernilai tinggi ia berangkat menuju Kashmir. Ketika sampai ditempat
tinggal rsi Raikva, ia bersujud di kaki sang rsi dan mempersembahkan
kain-kain sutra dan permata-permata yang bernilai tinggi yang telah
dibawanya ke hadapan Raikva. Ketika itu, rsi Raikva menjadi sangat
marah. Ia berkata,Wahai raja bodoh, Anda ambillah semua benda
tanpa guna ini dan taruh dikereta Anda dan pergilah dari tempat ini.
Dengan rasa bhakti yang besar sang raja langsung bersimpuh di kaki
Raikva dan memohon maaf agar sang rsi berkarunia kepada dirinya. Ia
bertanya kepada Raikva,Wahai rsi, bagaimana bisa Anda mencapai
kedudukan yang sedemikian tinggi dalam pelepasan ikatan dan bhakti
kepada Tuhan?

Karena merasa puas melihat perilaku rendah hati sang raja, Raikva
menjawab,Setiap hari aku mengucapkan Bab Enam Srimad BhagavadGita. Setelah itu, Janashruti mendengarkan dari Raikva Bab Enam
Srimad Bhagavad-Gita dan kemudian ia sendiri tekun setiap hari
mengucapkan Bab Enam Srimad Bhagavad-Gita. Setelah beberapa
waktu, sebuah pesawat terbuat dari bunga tiba dan membawa dia ke
Vaikuntha. Sementara itu sang rsi agung, yangmengucapkan Bab Enam
Srimad Bhagavad-Gita setiap hari di kirim ke Vaikuntha dimana ia
tekun dalam pelayanan kepada kaki-padma Sri Vishnu.
<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Keagungan Bab 7
Deva

Shiva : Parvathi yang Kucintai, sekarang Aku akan

menyampaikan kepadamu keagungan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita


yang dengan mendengarkan uraian ini, seseorang akan merasakan bahwa
telinganya dipenuhi dengan minuman kekekalan.
Pataliputra adalah nama sebuah kota yang luas, yang memiliki
banyak gerbang. Di kota itu hiduplah seorang brahmana yang bernama
Shankukarna. Ia telah mengambil mata pencaharian sebagai pengusaha
dan telah mengumpulkan banyak harta. Tapi ia belum pernah melakukan
kegiatan bhakti ataupun melaksanakan ritual yang perlu dilakukan bagi
para leluhurnya. Ia menjadi sangat kaya sampai raja-raja agung pun
dijamu makan di rumahnya. Juga, Shankukarna adalah orang yang paling
pelit dan ia menyimpan hartanya dengan cara menguburnya di dalam
tanah.

Suatu ketika brahmana itu pergi bersama anak-anak dan sanak


keluarganya untuk tujuan acara perkawinannya yang keempat mereka
berhenti di sebuah tempat untuk beristirahat pada malam hari. Saat ia
tertidur, seekor ular datang dan mematuk dia. Ketika anak-anak dan
kerabatnya menyadari bahwa seekor ular telah menggigit Shankukarna,
mereka memanggil tabib dan membaca mantra. Tapi tak seorang pun
mampu menyelamatkan Shankukarna dan tidak lama kemudian ia mati.
Setelah itu, ia mendapat badan Preta Sarpa , hantu ular. Satu-satunya
yang ia pikirkan adalah kekayaannya yang dikuburkan di dekat rumah
tempat tinggalnya. Ia bahkan tidak pernah memberitahu keluarganya
sendiri tempat ia menyimpan harta bendanya. Bahkan dalam wujud
sebagai Preta Sarpa ia tinggal di tempat ia mengubur kekayaannya
menjaga agar tak seorang pun dapat mengambilnya.
Setelah beberapa waktu, ia merasa lelah terjebak dalam wujud

Preta Sarpa maka ia masuk kedalam mimpi anak-anaknya dan meminta


agar mereka membantu dirinya. Pada pagi harinya, ketika anak-anaknya
yang malas itu bangun, mereka menyampaikan kepada satu sama lain
tentang mimpi yang telah mereka alami. Salah seorang dari mereka
mengambil alat gali yang besar dan pergi menuju tempat yang telah
ditunjukkan ayahnya. Ketika sampai ditempat itu, ia menyadari bahwa
ia tidak tahu persis dimana kekayaan itu di kuburkan. Putra yang satu
ini sangat tamak dan ia harus mencari sekian lama sampai akhirnya ia
menjumpai sebuah liang ular yang kemudian segera di galinya.
Tak lama kemudian seekor ular yang sangat besar menyeramkan
keluar dari liang itu lalu berbicara sebagai berikut,Wahai orang
bodoh, siapa engkau? Mengapa engku datang kesini? Siapa yang telah

mengirim mu kesini? Mengapa engkau menggali tempat ini? Segera


jawab pertanyaanku.
Sang putra menjawab,aku adalah putramu. Namaku Shiva. Dalam
sebuah mimpi kemarin malam aku melihat ada harta karun terkubur di
tempat ini dan aku datang untuk mengambilnya. Ketika mendengar
Shiva berbicara demikian, Preta Sarpa itu mulai tertawa dan
berkata,Jika

engkau

adalah

putraku,

mengapa

engkau

tidak

melaksanakan ritual yang diperlukan untuk membebaskan aku dari


keadaan bagai di neraka ini. Akibat dari sifat tamak dalam kehidupanku
terdahulu, aku mendapatkan badan seperti ini dan engkau sedang
mengarah ke jalan yang sama.
Sang putra bertanya,Wahai ayah, katakanlah kepadaku bagaimana
ayah akan bisa terbebas dari keadaan bagai di neraka ini? Preta Sarpa
itu berkata,Bukan dengan derma, tapasya atau yajna jenis apa pun,
hanya dengan mengucapkan Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita aku bisa
terbebas dari roda kelahiran dan kematian. Putraku yang baik,
selenggarakanlah upacara shraddha dan pada hari itu undanglah
seorang brahmana yang terbiasa mengucapkan Bab Tujuh Srimad
Bhagavad-Gita dan jamulah ia dengan makanan berlimpah.
Setelah itu, Shiva dan saudaranya yang lain memenuhi perintah
ayah mereka dan ketika sang brahmana mengucapkan Bab Tujuh
Srimad Bhagavad-Gita Shankukarna terlepas dari badan Preta Sarpa
yang menakutkan itu dan memperolah badan rohani berlengan empat.
Ketika itu, ia memberkati putra-putranya dan menyampaikan kepada
mereka dimana ia mengubur kekayaannya dan kemudian berangkat
menuju Vaikuntha. Putra-putra tersebut yang pikirannya telah mantap

dalam bhakti kepada Sri Krishna menggunakan harta kekayaan


tersebut untuk membangun kuil-kuil menggali sumur dan sejenisnya dan
membagikan makanan. Mereka semua tekun setiap hari mengucapkan
Bab Tujuh Srimad Bhagavad-Gita. Tak lama kemudian mereka mencapai
kaki-padma Sri Krishna.
Deva Shiva : Pharvati yang Kucintai, aku telah menyampaikan
kepadamu keagungan yang menabjubkan dari Bab Tujuh Srimad
Bhagavad-Gita. Siapapun yang mendengar uraian ini akan di bebaskan
dari segala reaksi dosa.
<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>
<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<< >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Laksmi :
Sri Vishnu :
Laksmi :
Sri Vishnu :
Laksmi :
Sri Vishnu :
Laksmi :
Sri Vishnu :
Laksmi :
Sri Vishnu :
Laksmi :

Anda mungkin juga menyukai