Anda di halaman 1dari 76

Laporan Kasus

Gullain Barre
Syndrome (GBS)
Oleh :
Camelia Septina Hutahayan
Tirza Yeslika Sinulingga
Rizka Fadhila Siregar
Sivaranjini a/p S. Nagalinggam
Sures Raj a/l Munusamy
Pembimbing

: dr. Dwi Retno Hastani

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

EPIDEMOLOGI

ETIOLOGI

SGB tidak diketahu tetapi sering dihubungkan


dengan penyakit infeksi seperti infeksi saluran
nafas ddan saluran cerna.

Vaksinasi
Pembedahan
Penyakit sistemik keganasan, systemic lupus
eritamatosus
kehamilan

PATOFISIOLOGI
SBG-demielinasasi akut
Kerusakan saraf melalui mekanisme
imunologi
Adanya respon kekebalan selluler
terhadap agen infeksius
Autoantibodi terhadap sistem saraf tepi
Penimbunan kompleks antigen dari
peredaran pada pembuluh darah saraf
tepi.

Gangliosid
Ikatan antibodi dalam sistem
imun mengaktivasikan
terjadinya kerusakan pada
mielin
Adanya sinyal infeksi yang
menginisisasi imunitas humoral
maka sel t merespon dengan
adanaya inflirtrasi limfosit ke
spinal dan saraf perifer.

KLASIFIKASI

Acute inflammatory
demyelinating polyneuropathy
(AIDP)

Paling sering diidentifikasi


Biasanya didahului oleh infeksi bakteri
atau virus
Sekitar 40% pasien dengan AIDP
seropositif terhadap C jejuni
Dijumpai infiltrasi limfosit dan
demielisasi saraf perifer yang dimediasi
oleh makrofag
Simptom biasanya akan sembuh
dengan remielisasi.

Acute Motor-Axonal
Neuropathy (AMAN)
subtipe ini adalah gangguan motorik murni yang
prevalensinya lebih sering pada kelompok anak
AMAN biasanya ditandai dengan kelemahan
simetris yang bersifat asending, cepat dan
progresif yang bisa berakibat pada gagal napas
70-75% pasien memiliki seropositive untuk
Campylobacter, yang berhubungan dengan
infeksi yang disebabkan oleh C jejuni
titer antibodi terhadap gangliosid meningkat
(seperti, GM1, GD1a, GD1b)
Pada biopsi menunjukkan degenerasi wallerian
like tanpa inflamasi limfositik

Acute Motor-Sensory Axonal


Neuropathy (AMSAN)
Sering pada pasien dewasa, dengan
gangguan motorik dan sensorik yang
cepat dan berat dengan perbaikan
yang lambat
degenerasi akson dari serabut saraf
sensorik dan motorik yang berat
dengan sedikit demielinisasi

Miller Fisher Syndrome


5 % dari semua kasus GBS
Sindroma ini terdiri dari ataksia,
optalmoplegia dan arefleksia
Bisa juga terdapat kelemahan
ekstremitas ringan, ptosis, facial
palsy, atau bulbar palsy
Anti-GQ1b antibodi meningkat pada
MFS

Chronic Inflammatory
Demyelinative Polyneuropathy
(CIDP)

CIDP memiliki gambaran klinik


seperti AIDP, tetapi perkembangan
gejala neurologinya bersifat kronik
Pada sebagian anak, kelainan
motorik lebih dominan dan
kelemahan otot lebih berat pada
bagian distal

Acute pandysautonomia
tipe GBS yang jarang terjadi
Tanpa keterlibatan sensorik dan motorik
Terjadi disfungsi dari sistem saraf simpatis
dan parasimparis yang berat mengakibatkan
terjadinya hipotensi postural, retensi saluran
kemih dan saluran cerna, anhidrosis,
penurunan salvias dan lakrimasi dan
abnormalitas dari pupil.
Gangguan pada sistem cardiovaskular dan
disaritmia sering menjadi penyebab kematian
Perbaikan secara gradual dan sering
inkomplit

DIAGNOSIS

Diagnosis SGB terutama ditegakkan secara


klinis. GBS ditandai dengan timbulnya suatu
kelumpuhan akut yang disertai hilangnya
refleks-refleks tendon pada bagian distal
secara cepat diikuti oleh paralisis ke-empat
ekstremitas yang bersifat asendens
dengan gangguan sensorik dan motorik
perifer dan didahului parestesi dua atau
tiga minggu setelah sebelumnya
mengalami infeksi pernapasan ataupun
gangguan gastrointestinal

Kriteria diagnostik SGB menurut The National


Institute of Neurological and Communicative
Disorders and Stroke ( NINCDS)
Gejala utama :
1. Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau
lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai
ataxia
2. Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
Gejala tambahan :
1. Progresifitas: gejala kelemahan motorik
berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu,
50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80%
dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
2. Relatif simetris.
3. Gejala gangguan sensibilitas ringan.

4. Gejala saraf kranial, 50% terjadi parese N VII dan


sering bilateral. Saraf otak lain dapat terkena
khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot
menelan, kadang < 5% kasus neuropati dimulai
dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain.
5. Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah
progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai
beberapa bulan.
6. Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia,
hipotensi postural, hipertensi dan gejala
vasomotor.
7. Tidak ada demam saat onset gejala neurologis

Pemeriksaan LCS :
1. Peningkatan protein
2. Sel MN < 10 /ul
Pemeriksaan elektrodiagnostik :
terlihat adanya perlambatan atau
blok pada konduksi impuls saraf

DIAGNOSIS
BANDING
Multiple Sclerosis
Poliomyelitis
Penyakit medula spinalis akut
Acute Myelipathy (akibat kompresi,
transverse myelitis, vascular injury)
CIDP
Myasthenia Gravis

PENATALAKSAN
AAN

1. Fisioterapi
2. Plasma exchange therapy (PE)
Jumlah plasma yang dikeluarkan per
exchange adalah 40-50 ml/kg dalam
waktu 7-10 hari dilakukan empat
sampai lima kali exchange
Waktu yang paling efektif untuk
melakukan PE adalah dalam 2 minggu
setelah munculnya gejala.

3. Imunoglobulin IV
Pemberian IVIg ini dilakukan dalam 2
minggu setelah gejala muncul dengan
dosis 0,4 g / kgBB /hari selama 5 hari.
Pemberian PE dikombinasikan dengan
IVIg tidak memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan hanya
memberikan PE atau IVIg.
4. Kortikosteroid

PROGNOSIS
sembuh sempurna (75-90%)
sembuh dengan gejala sisa berupa
dropfoot atau tremor postural (25-36%)
Penyembuhan dapat memakan waktu
beberapa minggu samapai beberapa
tahun.
Kematian pada 3 % pasien (gagal
napas dan aritmia)

STATUS NEUROLOGI

Nama
Jenis Kelamin
Usia
Suku Bangsa
Agama
Alamat
Status
Pekerjaan
Tgl Masuk

: Kristina Ginting
: Perempuan
: 18 tahun
: Karo
: Kristen
: Dusun Parangguam Kec Salapian
: Belum Menikah
: Pelajar
: 9 Januari 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak nafas
Deskripsi :
Hal ini dirasakan os sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Sesak tidak berhubungan dengan aktivitas dan cuaca.
Sebelumnya Os mengeluhkan kelemahan keempat anggota
gerak yang terjadi dari tungkai bawah 3 bulan SMRS
kemudian naik ke tungkai atas 1 bulan SMRS. Sebelumnya
pasien mengalami demam dan batuk yang sifatnya hilang
timbul. Demam turun dengan obat penurun panas. Riwayat
buang air kecil dan buang air besar tertahan tidak dijumpai.
Riwayat trauma tidak ditemukan. Riwayat kejang tidak
ditemukan. Sebelumnya Os dirawat di RS Pringadi dengan
diagnosa Guillain Barre Syndrome dan sudah tracheostomy.
Riwayat Penyakit Tedahulu
Riwayat Penggunaan Obat

: : -

Anamnesa Traktus
Traktus Sirkulatorius
: Nyeri dada (-)
Traktus Respiratorius
: Sesak Nafas (+)
Traktus Digestivus
: Kesulitan BAB (+)
Traktus Urogenitalis
: Kesulitan BAK (+)
Penyakit Terdahulu dan
Kecelakaan
:Intoksikasi dan Obat-obatan
:-

Anamnesa Keluarga
Faktor Herediter
Faktor Familier
Lain-lain

:::-

Anamnesa Sosial
Kelahiran dan Pertumbuhan
: Tidak dijumpai Kelainan
Imunisasi
: Tidak jelas
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Pelajar
Perkawinan & Anak : -

Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan Umum
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 84 kali/menit
Frekuensi Nafas : 36 kali/menit
Temperatur
: 36.8 C
Kulit dan Selaput Lendir
: dbn
Kelenjar dan Getah Bening : dbn
Persendian
: dbn
Kepala dan Leher
Bentuk dan Posisi : Bulat, trakea medial
Pergerakan
: dbn
Kelainan Panca Indera
:Rongga Gigi dan Mulut
: dbn
Kelenjar Parotis
: dbn
Desah
:Dan lain-lain
:-

Rongga Dada
Inspeksi : Simetris Fusiformis
Perkusi : Sonor
Palpasi : Stem Fremitus Kanan = Kiri
Auskultasi: SP=vesikuler, ST= Ronchi
Basah (-) Wheezing (-) S1 dan S2(+)
Splitting (-) Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Perkusi : Timpani
Palpasi : Soepel, Nyeri tekan (-)
Auskultasi: Peristaltik (+) normal
Genitalia
Toucher : Tidak diperiksa

Status Neurologi
Sensorium
: Kompos Mentis
Kranium
Bentuk
: Bulat
Fontanella
: Tertutup
Palpasi
:Perkusi
:Auskultasi
:Transiluminasi: -

Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk
:Tanda Kerniq : Tanda Brudzinski I
:Tanda Brudzinski II
:Peningkatan Tekanan
Intrakranial
Muntah
:Kejang
:Sakit Kepala : -

Saraf Otak/Nervus Kranialis


Nervus I
Meatus Nasi Dextra
Tes Menghidu : Normosmia

Meatus Nasi Sinistra

Nervus II
Oculi Dextra Oculi Sinistra
Visus : Dalam batas normal
Lapangan Pandang
: Dalam batas normal
Refleks ancaman
:+
Fundus Okuli
Warna : tidak diperiksa
Batas : tidak diperiksa
Ekskavasio
: tidak diperiksa
Arteri : tidak diperiksa
Vena : tidak diperiksa

Nervus III,IV,VI
Gerakan Bola Mata
Nistagmus

: Dalam batas normal


:-

Pupil
Lebar
Bentuk
Refleks Cahaya Langsung
Refleks Cahaya Tak Langsung
Rima Palpebra
Deviasi Konjugate
Fenomena Dolls eye
Strabismus

: diameter 3 mm
: bulat
:+
:+
: 7 mm
:: tidak diperiksa
:-

Nervus V
Motorik
Membuka dan menutup mulut
: simetris
Palpasi m.Masseter & Temporalis : tegang, dalam batas normal
Kekuatan gigitan
: dalam batas normal
Sensorik
Kulit : +
Selaput Lendir: tidak diperiksa
Refleks
Refleks Kornea langsung
:+
Refleks kornea tidak langsung
Refleks masseter
:+
Refleks Bersin: +

:+

Nervus VII
Motorik
Mimik : Simetris
Kerut Kening : Simetris
Menutup Mata: Simetris
Meniup Sekuatnya : Simetris
Memperlihatkan Gigi : Simetris
Tertawa
: Simetris
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah : dalam batas normal
Produksi Kelenjar Ludah
: dalam batas normal
Hiperakusis : Refleks Stapedial
:-

Nervus VIII
Auditorius
Pendengaran : Dalam batas normal
Test Rinne : Test Weber : tidak dijumpai lateralisasi
Test Schwabach
: sama dengan pemeriksa
Vestibularis
Nistagmus : Reaksi Kalori
Vertigo
:Tinnitus
:-

: tidak diperiksa

Nervus IX, X
Pallatum Mole
: terangkat
Uvula : medial
Disfagia
:Disartria
:Disfonia
:Refleks Muntah
:+
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah : dalam batas normal
Nervus XI
Mengangkat Bahu : +
Fungsi M.Sternocleidomastoideus : +

Nervus XII
Lidah
Tremor
Fasikulasi
:Atrofi
:Ujung lidah sewaktu istirahat
Ujung lidah sewaktu dijulurkan

:-

: medial
: medial

Sistem Motorik
Trofi
Tonus Otot
Kekuatan Otot

Sikap (duduk-berdiri-berbaring)
Gerakan Spontan Abnormal

: eutrofi
: normotonus
: ESD : 33333/33333
ESS : 33333/33333
EID : 11111/11111
EIS :11111/11111
: Berbaring,duduk
:-

Test Sensibilitas
Eksteroseptif
Propioseptif
Fungsi Kortikal untuk sensibilitas

:+
:+
: dalam batas normal

Refleks
Refleks Fisiologis
Biseps
: +/+
Triseps
: +/+
Radioperiost : +/+
APR
: +/+
KPR
: +/+
Strumple
: +/+

Refleks Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman-tromner
Klonus Kaki
Klonus Lutut

::::::::-

Refleks Primitif

:-

Koordinasi
Lenggang
Bicara
Menulis
Percobaan Apraksia
Mimik
Test telunjuk-telunjuk
Test telunjuk-hidung
Diadokhokinesia
Test tumit-lutut
Test Romberg

: sulit dinilai
: tidak dijumpai kelainan
: tidak dijumpai kelainan
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai
: sulit dinilai

Vegetatif
Vasomotorik : dalam batas normal
Sudomotorik : dalam batas normal
Pilo-erektor
: dalam batas normal
Miksi : Kesulitan BAK (+)
Defekasi
: Kesulitan BAB (+)
Potens dan Libido
: dalam baatas normal
Vertebra
Bentuk : Normal
Pergerakan
: Sulit dinilai
Tanda Perangsangan Radikuler
Laseque
:Cross Laseque : Test Lhermitte : Test Naffziger : -

Gejala-gejala Serebellar
Ataksia
:Disartria
:Tremor: Nistagmus
:Fenomena rebound : Vertigo: Dan lain-lain : Gejala-gejala Ekstrapiramidal
Tremor: Rigiditas
:Bradikinesia : Dan lain-lain : -

Fungsi Luhur
Kesadaran Kualitatif
Ingatan Baru
Ingatan Lama
Orientasi
Intelegensia
Daya Pertimbangan
Reaksi emosi
Afasia
Apraksia
Agnosia

: Kompos mentis
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
: baik
:::-

KESIMPULAN PEMERIKSAAN

KG, perempuan usia 18 tahun datang ke rumah sakit dengan


keluhan utama sesak nafas. Hal ini dirasakan os sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak tidak berhubungan
dengan aktivitas dan cuaca. Sebelumnya Os mengeluhkan
kelemahan keempat anggota gerak yang terjadi dari tungkai
bawah 3 bulan SMRS kemudian naik ke tungkai atas 1
bulan SMRS. Sebelumnya pasien mengalami demam dan batuk
yang sifatnya hilang timbul. Demam turun dengan obat penurun
panas. Riwayat buang air kecil dan buang air besar tertahan
tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak ditemukan. Riwayat kejang
tidak ditemukan. Sebelumnya Os dirawat di RS Pringadi dengan
diagnosa Guillain Barre Syndrome dan sudah tracheostomy.
Vital Sign
TD: 110/70 mmHg HR : 84x/i
RR : 36x/i Temp : 36,8C

Saraf Kranialis
N. I : normosmia (+)
N. II, III : RC +/+, pupil isokor, 3mm
N. III, IV, VI
: gerakan bola mata (+)
N. V
: buka tutup mulut (+)
N. VII
: sudut mulut simteris
N. VIII
: pendengaran +
N. IX, X : gag refleks (+)
N. XI
: pergerakan bahu (+)
N. XII
: lidah medial saat dijulurkan

Rangsangan Meningeal
Peningkatan TIK
Refleks Fisiologis

: (-)
: (-)
: BT +/+
+/+
APR/KPR +/+
+/+
Refleks Patologis
: Babinski (-)
(-)
Kekuatan Otot : ESD : 33333
ESS : 33333
33333
33333
EID : 11111
EIS :11111
11111
11111

Diagnosa
Diagnosa Fungsional
: Tetraparese tipe LMN
Diagnosa Etiologik : Autoimun
Diagnosa Anatomik : Saraf tepi
Diagnosa Banding
:
1. Guillain Barre Syndrome
2. Myasthenia Gravis
3. Mielitis transversalis
Diagnosa Kerja
: Tetraparese tipe LMN ec Guillain Barre
Syndrome

Penatalaksanaan :
IVFD R sol 20gtt/I
Inj Cefoperazone 1gr/ 12jam
Rencana Prosedur Diagnostik
:
1. Darah Lengkap, elektrolit, RFT
2. KGD sewaktu
3. Lumbal Punction

FOLLOW UP HARIAN DI
RUANGAN

09 Januari 2016-11
Januari 2016

Lemah pada keempat extremitas


Sensorium : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg
HR : 90x/menit
RR : 20x/menit
Temp:37oC
Nervus kranialis : dbn
R. fisiologis :
B/T
APR/KPR
R. Patologis : Kekuatan Motorik
ESD : 44444/44444
EID : 22222/22222
ESS : 44444/44444
EIS : 22222/22222

Dextra
+/+
+/+

Sinistra
+/+
+/+

Disfonia + Dispnoe+ Hypestesia extremitas inferior ec


Gullain Barre Syndrome + tetraparese ec GBS
Head Elevation 30o
O2 2-4 l/menit Via Nasal Kanul
Inj. Cefoperazone 1 gr/12jamskin test
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Dexamethasone 1 amp/8 jam
Vit. B complex 3x1 tab
Rencana : (09 Januari 2016)
Konsul radiologi pembacaan foto thorax
Cek lab darah rutin (KGD N, 2 jam PP, SGOT, SGPT, Uric
Acid, LFT, Albumin)
Rencana : (11 Januari 2016)
EMG
Fisioterapi

12 Januari 2016-14
Januari 2016

Lemah keempat extremitas, batuk berdahak


Sensorium : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Disfonia + Dispnoe+ Hypestesia extremitas inferior ec Gullain
Barre Syndrome + tetraparese ec GBS+ post trakeostomi
Head Elevation 30o
O2 2-4 l/menit Via Nasal Kanul
Inj. Cefoperazone 1 gr/12jam(H4-H6)
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Dexamethasone 1 amp/8 jam (H4-H6)
Vit. B complex 3x1 tab
Rencana : (12 Januari 2016) Konsul THT, EMG, Fisioterapi
Rencana : (13 Januari 2016) Fisioterapi,Cek Albumin, Susul
Konsul THT
Rencana : (14 Januari 2016) Konsul Paru

Test
Bilirubin

Result
0,73

Unit
mg/dL

References
<1

Total
Bilirubin

0,45

mg/dL

0-0,2

Direk
Fosfatase

76

U/L

35-104

Alkali (ALP)
AST/SGOT
ALT/SGPT
-GT
Protein Total
Albumin

43
117
233
5,5
3,0

U/L
U/L
U/L
g/dL
g/dL

<32
<31
5-39
6,4-8,3
3,5-5,0

Globulin

2,5

Glukosa Darah 129,60

g/dL

2,6-3,6

mg/dL

<200

Sewaktu
Ureum

41,90

mg/dL

<50

Kreatinin

0,34

mg/dL

0,50-0,90

Natrium

134

mEq/L

135-155

Kalium

4,9

mEq/L

3,6-5,5

Klorida

100

mEq/L

96-106

Procalcitonin

0,32

ng/mL

<0,05

15 Januari-19 Januari
2016

Lemah keempat extremitas, batuk berdahak


Sensorium : Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg
Disfonia + Dispnoe+ Hypestesia extremitas inferior
ec Gullain Barre Syndrome + tetraparese ec GBS+
post trakeostomi
Head Elevation 30o
Mobilisasi
O2 2-4 l/menit Via Nasal Kanul
IVFD R. Sol 20 gtt/menit
Inj. Cefoperazone 1 gr/12jam (H7-H11)
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Dexamethasone 1 amp/8 jam (H7-H11)

20 Januari 2016-21
Januari 2016

Lemah keempat extremitas, batuk berdahak


Sensorium : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 18x/menit
Temp : 36,8oC
Disfonia + Dispnoe+ Hypestesia extremitas inferior ec
Gullain Barre Syndrome + tetraparese ec GBS+ post
trakeostomi
Head Elevation 30o
Mobilisasi
O2 2-4 l/menit Via Nasal Kanul
IVFD R. Sol 20 gtt/menit
Inj. Cefoperazone 1 gr/12jam (H12-H13)

Inj. Ketorolac 1 amp/8jam


Inj. Dexamethasone 1 amp/8 jam
(H12-H13)
Inj. Transamin 500 mg/12 jam (H1H 2)
Ciprofloxacin tab 2x1
Vit. B complex 3x1 tab
N. Asetyl Sistein 3x200 mg
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Rencana : (20 Januari 2016)
Konsul Giz

Test

Result

Unit

References

Hemoglobin

12,10

g/dL

11,7-15,5

Erythrocyte

4,28

106/mm3

4,20-4,87

Leucocyte

22,61

103/mm3

4,5-11,0

Thrombocyte

220

103/mm3

150-450

Hematocrite

37,80

38-44

Eosinophil

0,00

1-6

Basophil

0,100

0-1

Neutrophil

87,00

37-80

Lymphocyte

7,00

20-40

Monocyte

5,90

2-8

Neutrophil

19,66

103/L

2,7-6,5

absolute
Lymphocyte

1,59

103/L

1,5-3,7

absolute

Monocyte

1,33

103/L

0,2-0,4

absolute
Eosinophil

0.01

103/L

0-0,10

absolute
Basophil

0,02

103/L

0-0,1

absolute
MCV
MCH
MCHC
Glukosa Darah

88,30
28,30
32,00
133,50

Fl
Pg
g%
mg/dL

85-95
28-32
33-35
<200

Sewaktu
Ureum
Kreatinin
Natrium
Kalium
Klorida
AST/SGOT

36,90
0,38
136
4,8
105
94

mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/L
mEq/L
U/L

<50
0,50-0,90
135-155
3,6-5,5
96-106
<32

22 Januari 2016

Lemah keempat extremitas, batuk berdahak,


bintil kemerahan pada dada dan wajah
Sensorium : Compos Mentis
TD : 130/80 mmHg
HR : 84x/menit
RR : 18x/menit
Temp : 36,8oC
Disfonia

inferior

ec

tetraparese

Dispnoe+
Gullain
ec

Hypestesia
Barre

dermatitis

Syndrome

GBS+

trakeostomi+hypoalbuminemia+

extremitas
+
post

pneumonia

Head Elevation 30o


Mobilisasi
O2 2-4 l/menit Via Nasal Kanul
IVFD R. Sol 20 gtt/menit
Inj. Cefoperazone 1 gr/12jam (H14)
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Dexamethasone 1 amp/8 jam (H14)
Inj. Transamin 500 mg/12 jam (H3)
Ciprofloxacin tab 2x1
Vit. B complex 3x1 tab
N. Asetyl Sistein 3x200 mg
Paracetamol 3x500 mg (k/p)
Cetirizine 1x1
Bedak Salysilat
Nebul Flexotide 0,5 mg/12 jam

DISKUSI

TEORI
Epidemiologi :

KASUS
Wanita, 18 tahun didiagnosa

DISKUSI
Insidensi sindroma Guillain-

dengan

Barre bervariasi antara 0.6 Sindroma Guillain-Barre.


sampai

1.9

100.000

orang

kasus

per

pertahun.

Insiden ini meningkat sejalan


dengan bertambahnya usia.
Terjadi

puncak

insidensi

antara usia 15-35 tahun dan


antara 50-74 tahun. Jarang
mengenai

usia

dibawah

tahun. Perbandingan laki-laki


dan wanita 3 : 1 dengan usia

Diagnosis :
Anamnesa:
Pada sebagian kecil pasien, infeksi Riwayat demam selama 14
C. Jejuni tidak menyebabkan gejala hari sebelum kelemahan tungkai
klinis sama sekali sehingga pasien
dapat menunjukkan gejala SGB
tanpa riwayat infeksi sebelumnya.
Pada sebagian besar pasien,
terdapat riwayat infeksi di saluran
cerna atau respirasi seperti diare,
common cold, dan pneumonia.

bawah.

Pemeriksaan Fisik:
Kriteria diagnostik SGB menurut
NINCDS
Gejala utama :
1. Kelemahan yang bersifat progresif
pada satu atau lebih ekstremitas
dengan atau tanpa disertai ataxia
2. Arefleksia atau hiporefleksia yang
bersifat general
Gejala tambahan :
1.Progresifitas
2.Relatif simetris.
3. Gejala gangguan sensibilitas ringan.
4. Gejala saraf kranial,
5. Pemulihan
6. Disfungsi otonom.
7. Tidak ada demam saat onset gejala
neurologis

Kelemahan kedua tungkai


bersifat progresif tanpa disertai
ataxia.
Kelemahan motorik simetris
hiporefleks

Medikamentosa
1. Fisioterapi
2. Plasma exchange therapy
(PE)
3. Imunoglobulin IV
4. Kortikosteroid

Pasien ditatalaksana dengan


sebagai berikut :
- Head elevation 30%,
mobilisasi
- O2 2-4 L/I via nasal canul
- IVFD R sol 20gtt/i
- Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam
- Inj. Dexamethason 5 mg/8
jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 12 jam
- Vit B kompleks 3x1

KESIMPULAN

KG, perempuan usia 18 tahun datang ke rumah sakit


dengan keluhan utama sesak nafas. Hal ini dirasakan os
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak
tidak berhubungan dengan aktivitas dan cuaca.
Sebelumnya Os mengeluhkan kelemahan keempat
anggota gerak yang terjadi dari tungkai bawah 3 bulan
SMRS kemudian naik ke tungkai atas 1 bulan SMRS. 1
bulan sebelum kelemahan keempat anggota gerak,
pasien mengalami demam dan batuk yang sifatnya hilang
timbul selama 2 minggu. Demam turun dengan obat
penurun panas. Riwayat buang air kecil dan buang air
besar tertahan tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak
ditemukan. Riwayat kejang tidak ditemukan. Sebelumnya
OS dirawat di RS Pringadi dengan diagnosa Guillain Barre
Syndrome dan sudah tracheostomy

Pasien ditatalaksana dengan:


- Head elevation 30%, mobilisasi
- O2 2-4 L/I via nasal canul
- IVFD R sol 20gtt/i
- Inj. Cefoperazone 1 gr/12 jam
- Inj. Dexamethason 5 mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/ 12 jam
- Vit B kompleks 3x1

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai