Ilmu Penyakit Dalam
Ilmu Penyakit Dalam
(SNNT)
Pengertian
Nodul dingin
Nodul hangat
Nodul panas
Berdasarkan konsistesinya:
Nodul kistik
Nodul keras
Nodul lunak
Diagnosis
Anamnesis Umum:
Riwayat keluarga
Perubahan suara
Keluhan tiroksikosis
Pemeriksaan fisik:
Umum
Lokal:
Nodus tunggal atau majemuk, atau difus
Nyeri tekan
Konsistensi
Peremukan
Perlekatan pada jaringan sekitarnya
Pendesakan atau pendorongan trakea
Pembesaran kelenjar getah bening regional
Pembertons sign
Penilaian resiko keganasan:
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan diagnostik
penyakit tiroid jinak, tetapi tak sepenuhnya menyingkirkan kemungkinan
kanker tiroid:
Gender laki-laki
Pemeriksaan
Penunjang
Tiroditis akut
Tiroditis subakut
Simple goiter
Struma endemik
Adenoma
limfoma
USG tiroid;
Pemantau kasus nodul yang tidak dioperasi
Pemandu pada BAJAH
Sidik teroid:
Bila klinis: ganas, tetapi hasil sitologi dengan BAJAH (2X): jinak
Hasil sitologi dengan BAJAH: curiga ganas
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit yang menangani
L-tiroksin
distop
dan
diobservasi:
Bila setelah itu struma membesar lagi, maka Ltirosin dimulai lagi
( target TSH 0,1 - 0,3
ulU/L)
Bila setelah l-tiroksin distop, struma tidak
berubah, diobservasi saja
Bla nodul membesar dalam 6 bulan
atau saat terapi supresi obat dihentikan dan operasi
tiroidektomi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi
hasil PA:
Jinak: dengan L tiroksin:
Target TSH 0,5 3,0 ulU/L
Ganas: terapi dengan L-tioksin
Individu dengan resiko ganas tinggi:
Target TSH < 0,01 0,05 ulU/L
Individu dengan resiko ganas rendah:
Target TSH 0,05 0,1 ulU/L
Unit terkait
REFERENSI:
Kariadi shks. Struma nodosa non-toksik. Dalam waspadji s, et al. (eds). Buku ajar
ilmu penyakt dalam. Edisi 3. Jakarta. Balai penerbit FKUI: 757-65.
Suyono s. Pendekatan pasien dengan struma. Dalam markum hms, sudoyo haw,
effendy s, setiati s, gani ra, alwi i (eds). Naskah lengkap pertemuan ilmiah tahunan ilmu
penyakit dalam 1997. Jakarta. 1997:207-13.
Jameson jl. Weetman ap. Disoders of the thyroid gland. In braunwald e, fauci as,
kasper dl, hauser sl, longo dl, jameson jl. Harrisons principles of internal medicine 15 th ed.
Newyork. Mcgraw-hill, 2001.2060-84.
KISTA TIROID
Pengertian
Nodul kistik pada jaringan tiroid, merupakan 10-25 % dari seluruh nodul
tiroid
Insidens keganasan pada nodul kistik kurang dibandingkan dengan
nodul solid. Pada nodul kistik kompleks masih mungkin merupakan
suatu keganasan
Sebagian nodul kistik mempunyai bagian yang sulit.
Diagnosis
Riwayat keluarga
Perubahan suara
Keluhan tirotoksikosis
Pemeriksaan Fisik
Umum
Lokal
Nyeri tekan
Konsistensi:kistik
Pembertons sign
Penilaian Resiko keganasan :
Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan diagnostik
penyakit tiroid jinak, tetapi tetap sepenuhnya menyingkirkan
kemungkinan kanker tiroid.
Gender laki-laki
Pemeriksaan
Penunjang
Kista tiroid
Kista degenerasi
Karsinoma tiroid
USG tiroid
dapat membedakan bagian padat dan cair
dapat untuk memandu BAJAH, menemukan
bagian solid,
gambaran USG Kista = kurang lebih bulat,
selutuhnya hipoekoik sonolusen, dinding tipis
Terapi
Komplikasi
Tidak ada
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
Referensi :
1. Kariadi SHKS. Struma non-Toksis dalam Waspadji S, et.al (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi.3, Jakarta, Balai Penerbit FKUI :757-65
2 Suyono S. Pendekatan Pasien dengan Struma Dalam Markum HMS, Sudoyo HAW. Efendy S,
Setiati S, Gani RA.Alwi I (eds) Naskah Lenghkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam
1997, Jakarta 1997:207-13
3. Subekti I, Struma Non-Toksis (SNNT) In Simadibrata M, Setiadi S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA,
Mansjoer A (eds). Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Jakarta : Pusat
Informasi dan penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 1999:187-9
BRADIARITMA
No.Dokumen :
Pengertian
No. Revisi :
Hal.
Gangguan
pada
Diagnosis
Gangguan konduksi
antrioventrikular/blok AV (AV block) : Block AV derajat satu, blok AV
derajat dua, blok AV total.
Disosisasi antriventrikular
Denyut atrium biasanya lebih cepat.
Diagnosis banding
EKG 12 sadapan
Rekaman EKG 24 Jam
Ekokardiografi
Angiofrafi Koroner
ESP (electrophysiologu Study).
Gangguan pada sinus done (sick sinus Syndrome)
Pada keadaan gawar darurat :
Dapat diberikan sulfas atropin (SA) n0,5.1 mg IV (total (O,04 mg/kgBB)
jika tidak ada respon diberikan drip isopreterenol dimulai dengan dosis 1
ug/menit samai ug/kg /menit secara bertahap. Kemudian dapat
dilanjutkan dengan memasang pacu jantung, tergantung sarana yang
teredia (transcustaneus temporary pace maker dan transvenous
temporary pace maker).
Blok AV
Pengobatan hanya diberikan pada penderita yang simtomatik walaupun
demikian etiologi penyakit dan riwayat alamiah ikut menentukan
tindakan selanjutnya.
Bila penyebabnya obat-obatan maka harus dihentikan demikian pula
bila penyebabnya oleh karena faktor metabolik yang reverensibel maka
faktor-faktor tersebut juga harus dihilangkan (seperti hipotiroidisme,
asidosis, gangguan elektrolit dan sebagainya). Bila penyebab yang
mendasarinya diketahui dan bila hal itu bersifat sementara, maka
mungkin hanya perlu diberikan pengobatan sementara (pacu jantung
sementara) seperti pada infark miokard akut inferior. Pada penderita
yang simptomatik, perlu dipasang pacu jantung tetap.
Komplikasi
Blok AV total
Pada keadaan gawat darurat (simptomatik/asimptomatik) dapat
diberikan sulfas atropin (SA) 0,5-1 mg IV (total 0,04 mg/kgBB). Atau
isoproteronel. Bila obat tidak menolong, dipasang alat pacu jantung
sementara selanjutnya pemasangan pacu jantung permanen.
Sinkrop, tromoemboli bila disertai takikardia, gagal jantung
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
Anestesi, ICCU/ICU
Referensi :
1. Penggabean MM, Braiaritma. Dalam. Dalam : Simadibrata M, Setia S, Alwi I, Maryantoro,
Gani RA, Mansjoer A.eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI 1999Lp 161-5
2. karo KS. Distritma Dalam : Rilantoro LI, Baraas F, Karo KS, Roebiono PS, eds.Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta Balai Penerbit FKUI 1999: p, 275-88.
3. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. Dalam :Dalam:
Sjaifoellah N, Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H H.et.al, eds.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi ketiga Jakarta; balai Penerbit FKUI
1996:p.1005-1014.
Pengertian
Diagnosis
No. revisi
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Posisi duduk
Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bial perlu dengan
masker. Jika memburuk: pasien makin sesak, takipnu, ronki
bertambah. Pa02 tidak bisa dipertahankan > 60 mmHg dengan 02
konsentrasil dan aiiran tinggi, retensi C02, hipoventilasi, atau
tidak
mempu
mengurangib
cairan
edema
secara
adekuat:dilakukan
intubasi
endotrakeal,
suction
dan
ventilator/bipep
Infus emergensi
Monhor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada
Nitrogliscrin sublingual atau intravena. Nitrogliserin peroral
0,4-0,6 mg tiap 5-10 menit, Jika tekanan darah sistolik > 95
mmHg bisa diberikan nitrogliserin intravena mulai dosis 3-5
ug/kgBB. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat
Diberikan nitroprusid. Nitroprusid IV
dimulai dosis 0,1
.ug/kfBB/menit bila tidak memberi respon dengan ritrat, dosis
dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis Terapi atau sampai
tekanan darah sistolik 85-90 mmHg pada pasien yang Ladinya
mempunyai tekanan dwah
normal atau selama dapat
dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.
Morfin sulfat : 3-5 ma iv, dapat diulangi tiap 25 menit. sarnpai
total dosis 15 mg
Diuretik : Furorosemid 4U-80 mg IV bo!us dapat diulangi atau
dosis ditngkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip kontinu sampai
dicapai produksi urin 1 ml/kgBB/jam
Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi): Doparnin
21-5 ug/kgBB/menit atau dobutamin 2-10 ug/kgBG/menit untuk
menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkann sesuai
respon klinis atau keduanya.
Tromholitik altau revaskularisasi pada pasien infark miokard
Intubasi dan ventilator pada pasien, dengan hipoksia berat,
asidosis atau tidak berhasil dengan terapi oksigen
Atasi aritmia atau gangguan kondukis
Operasi Pada komr)l;kasi akut infark jantung akut, seperti
regurgitasi, VSD,
dan ruptur dinding ventrikel atau korda
tendinae.
Komplikasi
Gagal Napas
Prognosis
Wewenang
Unit Terkait
Referensi :
Panggabean MM, Suryadiprdja RM. Gaga! Jantung Akut dan Gagai Jantung
ronik. Dalarn Simadibrata M, Setiati S, Alwi 1, Maryantoro , Gani RA, Mansjoer
A, eds. Pedom3n Diagnosis dan Terapi di Bidang limu Penyakit Dalarn. Jakarta;
Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalarn FKUl
1999: p 140-54.
ENDOKARDITIS INFEKTIF
No. dokumen
Pengertian
No. revisi
Hal.
Kriteria Minor
1. Predisposisi : predisposisi kondisi jantung atau pengguna
obat intravena
2. Demam : suhu 2- 38 OC
3. Fenomena vascular: embok& arteri besar, infark pulmonal
eptic, aneurisma mikotik, perdarahan intrakranial, perdarahan
konjungtiva, dari lesi Janeway.
4. Fenomena imunologis : glomerulonefritis, Osier's nodes, Roth
Spots, dan factor rheumatoid.
5. Bukti mikrobiologi : kultur darah positif tetapi tidak memenuffi
criteria mayor seperti tertulis diatas atau bukti serologis infektif
aktif oleh mikroorganisme konsisten dengan El
6. Ternuan kardiografi : konsisten dengan El tetapi tidak
yiemenuhi criteria seperti tertulis diatas
El possible
Ternuan kokrisisten dengan F-1 turun dari kriteria definite tetapi
tidak memenuhi kiteria rejected
El Rejected
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi endokardits atau
resolusi manifestasi endokarditis dengan terapi antd:biotik
selama : < 4 hari atau
Tidak ditemukan bukti patologis El pada saat operasi atau
autops~ setelah terapi antibiotik < 4 hari
Diagnosis
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Oksigensi
Cairan intravena
Antiperitik
Antibiotika
Regimen yang dianjurkan (AHA)
1.
Endokarditis katup asli karena Streptococcus viridans
Ekstensi perivalvur.
Gagal jantung, emboli, aneurisma nektrotik, gangguan neurologi,
perikarditis
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit Terkait
Bedah
Referensi
Alwi 1. Diagnosis dan Penatalaksanaan Endokarditis Intektif pada Penyalah guna Obat
Intravena. Dalam : Setiati S, Sudoyo AW, Alwi 1, Bawazier LA, Soejono CH, Lydia A, et al,
eds. Naskah Lengkap Pertemu;i,-Ilimiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2000. Jakarta; Pusat
Informasi dari Penerbitan Bagian limu Penyakit Dalam FKUI 2-1000: p. 171-186
FIBRILASI ATRIAL
No. dokumen
Pergertian
No. revisi
Hal.
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
5.
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit tekait
Referensi
4. Ismail D. Fibrilasi Atrial Aspek Pencegahan Terjadinya Strok. Dalam Dalam : Setiati S,
Sucloyo.AW, Alwi 1, Bawazier LA, Kasjmir Y, Mansjoer, A eds. Naskah Lengkap.Pertemuan llmiah
Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2001. Jakarta; Pusat Informasil dan Penerb.ftan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FKUI 2000: p.97-114
5. Karo KS. Disritmia. Dalam : Rilantono LI, Baraas F, Karo KS, Roebiono PS, eds.Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta, Balai Penerbit FKU 1999: p. 275-88.
6. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan lrama Jantung Yang Spesiflk. Dalam Dalarn : Sjaifoellah N,
Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, eds. Buku Ajar Ilmu Penvakit
Dalam Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI 1996: p. 1BOOS- 1014.
7. Makmun LH. Gangguan lrama Jantung . Dalam : Simadibrata M, Setiati S, Alwi 1, Maryantoro,
Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta; Pusat Informasi clan Penerbilan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, FKU1 1999: p 155-60.
Pengertian
Pemeriksaan fisik :
Takikardlia, gallop bunyi jantung ketiga ; Peningkatan ekstensi vena
jaguiaris . Refluks hepatojugular; Puisus alternans;
Kardiocnegali;
ronkhi basah halus di basal paru, dan bisa meluas d! kedua lapang
paru bila gaga! jantung berat; Edema pretibial pada pasien yang rawat
jalan, edema sakral pada pasien tirah baring.
Efusi pleura, lebih sering pada paru kanan daripada paru kiri. Asites
sering terjadi pada pasilen dengan penyakit katup rnitral clan
perikarditis konstriktif ; Hepatomegali, nyeri tekan dapat diraba pulsasi
hati yang berhubungan dangan hipertensi vena sistemik; Ikterus,
berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk bilirubin; Ekstremitas
dingin, pucat da.n berkeringat
Diagnosis
Perneriksaan Penunjang :
Foto rontgen dada : Pcmbesaran jantung, distensi vena pulmonal dan
redistrl'businya ke apsks paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai ke
apeks) , peningkatan tekanan vaskular pulmonar; Efusi pieura,
kadang-kadang.
Elektrokardiografi:
Membantu menunjukkan etiologi gaga] jantung (infark, iskemia,
hipertrofi, dan lain-lain) Dapat ditemukan low voltage, T inversi, Qs,
depresi ST, dan lain-lain.
Laboratoratorium :
Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa, elektrolit),
hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fngsi liver, clan lipid darah Uriwilisa
untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria.
Ekokardiografi :
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang
fungsi clan struktur jantung, katup dan perikard. Dapat ditemukan
fraksi e.jeksi yang rendah < 35%-40% atau normal, kelainan katup
(mitral stenosis, mitral regurgitasi,
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Perunjang
Ekokardiografi :
Dapat menilai dengan cepat dengan informasi yang rinci tentang fungsi
clan struktur jantung, katup clan perikard.Dapat diternukan fraksi ejeksi
yang rendah < 35%-40% atau normal, kelainan katup (mitral stenosis,
mitial regurgitasi, trikuspid stenosis atau trikuspid stenosis, atau
trikuspid raguargitas, LVH, dilatasi atrium kiri, kadang-kadang
ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau atrium kanan, efusi perikard,
tamponade, atau pprikardit;s
Non farmakologi :
1. Anjuran, umum
a. Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan
pengobatan
b. Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan
seperti biasa. Sesuaikan kemarnpuan fisisk dengan profesi yang
masih bisa dilakukan
c. Gagal jantung berat harus menghidari penerbangan panjang
d. Vaksin ast tei hadap infeksi influensa dan pneumokokus bila
mampu
e. Kontrasepsi dengan IUD pada gagal :antung sedang dan berat,
penggunaan hormon dosis rendah, masih dapat dianjurkan
Terapi
2. Tindakan umum :
a. Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagl jantung
ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada
gagal jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
b. Hentikan rokok
c. Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari pada
yang lainnya
d Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3.5 kali/minggu seiarna 20-30
menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan
beban 70, 80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung
ringan dan sedang)
e. Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi
akut
3. Farmakologi
a. Diuretik.
Kebanyakan
pasien
dengan
gagal
jantung
membutuhkan paling sedikit diuretik regular dosis rendah tujuan
untuk mencapai tekanan vena jugularis normal clan
menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop diuretik
atau tiazid. Bila respon tidak cukup baik dosis diuretik dapat
dinaikkan, berikan diuretik intravena, atau kombinasi loop
diuretik dan tiazid. Diuretik hemat kalium, pironolakton, dengan
dosis 25-150 mg.ihari. dapat mengurangi mortalitas pada pasien
dengan gagal jantung sedang sampai berat (Klas fungsional IV)
yang disebabkan gagal jantung sistolik.
Kornplikasi
b. ACE
inhibitor,
bermanfaat
untuk
menekan
aktivasi
neurohormonal, dan pada gagal jantung yang disebabkan
disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai dengan dosis
rendah, dititrasi selama bcberapa mieiggu sampai dosis yang
efektif.
c. Beta bloker, bermanfaat sama seperti ACE inhibitor. Pemberian
mulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama beberapa i-ninggu
dengan kontrol ketat sindrom gagal jantung. Biasanya diberikan
bila keadaan sudah stabil. Pada gagal jantung klas fungsional
II dan Ill. Beta bloker yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau
metoprolol. Biasa digunakan bersaina-sama dengan ACE
inhibitor dan diuretik.
d. Angiotensin II antagonis reseptor, dapat digunakan bila ada
kontraindikasi penggunaan ACE inhibitor.
e. Kombinasi hidralazin dengan isosorbide diffitrat memberi hasil
yang baik pada pasien yang intoleran dengan ACE inhibitor
dapat dipertimbangkan
f. Digoksin, diberikan untuk pasten simptomatik dengan gagal
jantung disfungsi sistolik ventrikel kiri dan terutama yang dengan
fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama diuretik, ACE inhibitor,
beta bloker.
g. Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan untuk
pencegahan emboli serebral pada penderita dengan fibrilasi
atrial dengan fungsi ventrikel yang buruk. ntikoagulan perlu
diberikan pada fibrilasi atrial kronis maupun dengan riwayat
emboli, trombosis dan Transient Ischemic Attacks, trombus
intrakardiak dan aneurisma ventrikel.
h. Antiaritmia tidak direkomendasikan untuk pasien yang
asimptomatik atau aritmin ventrikel yang tidak nienetap.
Antiaritmia klas 1 harus dihindari kecuali pada aritmia yang
mengancam nyawa. Antiaritmia keles III terutama amiodaron
dapat digunakan untuk terapi aritmia atrial dan tidak digunakan
untuk mencegah kematian mendadak.
i. Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakar, kaisium
antagonis untuk mengobati angina atau hipertensi pada gagai
antung.
Syok kardiogenik, infeksi paru, gangguan keseimbangan elektrolit
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
ICCU
Referensi :
8. Panggabean M1Vi, Suryadipraja RM. Gagal Jantung Mut dan Gagal Jantung Kronik.
Dalam : Simadibrata M, Setiati S, Alwi 1, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, eds.
Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang lImu Penyakit Dalam. Jakarta; Pusat
informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKU 1 1999: p 140-54.
9. ACC/AHA. ACCIAHA Guidelines for the Evaluation and Management of Chronic Heart Failure
in Adult: Execullive Summary. A Report of The American College of Cardiology/ Arnerican
Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee to Revise the 1 995 uidelines
for the Evaluation and Management of Heart Failure). Circulation 2001; 104:2996-3007.
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
EKG 12 sandapan
Rekaman EKG 24 jam
Pemeriksaan Efektrofisiologi
Ekokardiografi
Angiograft koroner
TEE (Transesofageal Echocardiografi)
Terapi
Kompilasi
Prognosisi
Wewenang
Unit terkait
Referensi
1O. Karo KS. Disritmia. Dalam Rilantono LI, Baraas F, Karo KS, Roebiono PS, eds.Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta, Balai Penerbit 17KU1 1999: p. 275-88.
11. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan lrarna Jantung Yang Spesifik. Dalam bellah N, Waspadji S;
Rechman M, Lesmana LA, Vvidodo D, Daiam : Sjaif, Isbagio H, et al, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I, edisi ketiga. Jakarta; Balai Penerbit FKUI1996: p. 1005-1014.
12. Makrnun LH. Gangguan Irama Jantung. Dalam: Simadibrata M, Setiati S, Alwi Maryantoro,
Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta; Pusat informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKU1 1999: p 155-60.
PERIKARDITIS
No. dokumen
Pengertian
No. Revisi
Hal.
Diagnosis
C. Perikarditis Konstriktiva
Kelelahan, denyut jantung cepat, dan bengkak. Pemeriksaan
fisik menunjukkan tanda gaga] jantung seperti peningkatan
tekanan vena jugularis dengan cekungan X elan Y yang
rominen, hapatomegali, asite,3 dan edema Puisus paradcksus
(pacia ben'tuk subakut) End dia-sto!tc sound (kncck) (lebih
sering pada krorvK) Kusn, aull sign (peninggian tek-anan vena
jugularis Pada inspirasil tewtama pada yang kronik. Foto
toraks : kaisifikasi perikard, jintung bisamernbesar tapi bisa
normal.
CT Scan dan MR1 bisa mengkonfirmasi foto toraks, Bila CTOcan/MR1 normal maka diagnosis perikarditis konstriktiva
hampir pasti sudah bisa disingkirkan Kateterisasi menunjukkan
perbedaan tekanan atrium kanan, diastolic ventrikel kanan,
ventrikel kiri, dan rata-rata PCW < 5 mmHg. Gamba, an di dan
plateu pada tekanan ventrikel.
Diagnosis Banding
Perikard-itis akut:
Infark jantung akut, emboli paru, pleuropneumonia, diseksi
aorta, akut abdomen
Efusi Pleuraltamponade:
Kardiorniopati dilatasi atau gagal jantung, emboli Paru
Perikarditis konstriktiva
Kardiomiopati restriktif
Perneriksaan
Penunjang
Terapi
Perikarditic akut:
- Pasien harus dirawat inap dc-in istirahat baring untuk niemastikan
-
EFUSI PERIKARD
-
Perikariosentesis perkutan
Bila belum bisa dilakukan perikardiosentesis
TAMPONADE JANTUNG
Prognosis
Perikarditis akut:
Chronic relapsing perikarditis, efusi perikard, tamponade,
perikarditis konstriktiva
Efusi perikard/ tamponade
Henti jantung, aritmia : fibrilasi atrial atau flutter, perikarditis
konstriktiva.
Tergantung beratnya gejala dan komplikasi yang tedadi
Wewenang
Unit terkait
Bedah toraks
Pengertian
No. Revisi
Hal.
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Elektrokardiogram :
Angina pektorib tidak stabil : depresi segmen ST dengan, atau tanpa
inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu ada
nyeri, tidak dijumpai gelombang Q Infark miokard ST elevasi : hiperakut
T, elevasi : depresi sagmen ST, gelombang Q inversi gelombang T.
Infark. miokard non ST Cievasi : depresi sagmen ST, inversi. gelombang
T dalam.
Petanda BiokimiaCK, CKMB, Troponin-T, D11Enzim meningkat winimal
2X nilai batas atas normal
Angina pektors tak stabi! : infark miokard akut,
Infark miokard akut : diseksi sorta, perikarditis altu, emboli paru akut,
penyakit dini iding dada, Sindrom Tietze, gangguan gastrointestinal
seperti : hiatus hernia dan refluks esofagitis, spasme atau ruptur
sofagus, kofesistitis akut, tukak lambung, dan panki-eatitis akut.
EKG
Pcnieriksaan Foto rontgen dada
Petanda biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin T, dll,
profil lipid, qula darah, ureurn kreatinin
Echocardiografi
Treadmill tes (untuk stratifikasi setelat, infark miokard)
Angiografi koroner
Terapi
ICCU
Referensi :
1.
Harun S, Mansjoer H. Diagnosis dan Penatalaksanaan. Sindrom Koroner Akut Akut. Dalam :
Bawazier LA. Alwi 1, Syam AF, Gustavian R, Marisjoer P, eds. Prosiding Simposium
Pendektan Holistik Penyakit Kardiovaskuler, Jakarta; Pusat Iformasi dan Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2001 : p.32-42.
2.
Harun S, Alwi 1, Rasyidi K. Infark Miokard Akut. Dalam . Dalam : Simadibrata M. Setiati S,
Alwi 1, Maryanioro , Gani RA, Mansjner A, eds. Pedoman Diagnos dan Terapi di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam. Jakaria; Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian llmu Penyakit Dalam FKUI
1999: p 165-72
3.
Santoso. Tatalaksana Infark Miokard Akut. Dal.am: Subekti 1. Lydia Rumende CM, Syan AF,
Mansjoer A, Suproh.,~ita, eds. Prosiding Simpsosiu Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang
Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan llmu Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI 2000: p. 1-10.
REWATAN KARDIOGENIK
No. Dokumen
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
No. Revisi
Hal.
Gagal napas
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
Referensi :
1. Panggabean MM, Suryadipraja RM. Gagal Jantung Akut dan Gagal Jantung Kronk Dalam :
Simadibrata M, Setiadi S, Alwi I, Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A. eds. Pedoman Diagnosis
dan Terapi di Bidang lImu Penyakit Dalam. Jakarta; Pusat Informasi dan Penerbitan Pagian
Ilmu Penyakit Dalam FKU: 1999: p 140-54.
2. Trisnohadi HB. Syok kardiogenik. Dalam: Prosiding Simpsosium Penatalaksanaan Kedaruratan
di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Ilmu Bagian llmu Penyakit
Dalam FKUI : 2000: p. 11-16.
3. Harun S, Mansjoer H. Diagnosis dan Penatalaksanaan, Sindrom Koroner Akut. Dalam :
Bawazier LA, Alwi 1, Syam AF, Gustaviani R, Mansjoer A, eds. Prosiding Simiposiurr.
Pendekattan Holistik Penyakit Kardiovaskular. Jakarta; Pusat Informasi dan Perierbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam, FKUI : 2001: p. 32-42.
FIBRILASI VENTRIKULAR
No. dokumen
No. revisi
Hal.
Pengertian
Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
EKG 12 sandapan
Rekaman EKG 24 jam
Ekokardiografi
Angiografi koroner
1.
Terapi
2.
3.
DC Shock dengan evaluasi dan Shock sampal 3 kali jika perlu 200
Joule, kemudian 200-300 Joule dan 360 Joule.
Resusitasi jantung paru selam3 tidak ada irama jantung yang afektif
(pulsasi di pembuluh nadi besar- tidak teraba).
Bila teratasi penatalaksanaan seperti takikardia ventrikular.
Kornplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit terka;t
Anestesi, ICCU/ICU
Referensi
13. Karo KS. Disritm, ia. Dalam- : Rilantono LI, Baraas F. Karo KS, Roebiono, eds.Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta, Balai Penerbit F1KU1 1990 p. 275-88.
14. Trisnohadi HB. KelaInar. Gancigilan lrama jantung Yang Spesifik. Dalam Dalam : Sjaifoellah
N, Waspiji S, Rachman M, Lesman LA, Widodo Disbagio H, et al, eds. Buku Ajar limu
Penyakit Dalam Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta; Balai Penerbit F1KU1 1996 p. 1005-10114.
15. Makmun LH. Gangguan I.rama Jantung . Dalam : Simadibrata M, Setiati S, Alwi 1,
Maryantoro, Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang limu
Penyakit Dalam. Jakarta. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian limu Penyakit Dalarn FKUI
1999-p 155-60.
AKIKARDIA VENTRIKULAR
No. dokumen
Pengertian
Diagnoses
No. revisi
Hal.
Terapi
EKG 12 sandapan
Rekaman EKG 24 jam
Ekokardiografi
Angiografi koroner
Pemeriksaan elektrofisiologi
1. Atasi penyakit dasar: bila iskemia maka dilakukan revaskularisasi
koroner, bila payah jantung maka diatasi payah jantungnya
2. Pada k.eadaan akut:
Komplikasi
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
Anestesi, ICCU/ICU
16. Karc KS. Disritmia. Dalm, Rilantono LI, Baraas F, Karo KS, Roebiono, PS eds. Buku Ajar
Kardiologi Jakarta Balai Peberbit FKUI 1999 : p.27588
17. Trisnohadi HB, Kelainan Gangguan Irama Jantung Yang Spesifik. Dalam : Dalam : sjaifullah
Dalam - Sjaifoebh N, Waspadil S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo Disbagio H, et al, eds.
Buku Ajar Ili-nu PenyakIt Dalam jilid 1, edisi ketiga. Jakarta; Balai Penerbit FKU1 1996.
p. 1005-1014.
18. Makmun LH. Ganaguan lrama Jantung . Dalam Simadibrata M, Setiati S, Alwi 1, Maryantore,
Gani RA, Mansjoer A, eds. Pedoman Diagnosis dan Terapi di Bidang limu Penyakit Dalam.
Jakarta; Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit FKUI 1990. p.155-60.
EKSTRASISTOL VENTRIKULAR
No. dokumen
Pengertian
Diagnoses
No. revisi
Hal.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan
Penunjang
EKG 12 sandapan
Rekaman EKG 24 jam
Ekokardiografi
Angiografi koroner
1.
Terapi
Komplikasi
tidak perlu diobati jika jarang, timbul pada pasien tanpa atau tidak
dicurigai kelainan jantung organik
2.
P pengobatan bila terdapat pada keadaan iskemia miokard akut
bigemini trigemini atau multifokal, alvo ventrikel.
3.
obat yang sering digunakan xllokain yang diberikan secara
intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB dilanjutkan dengan infus 2-4
mg/menit, obat alternatif.
Prokalnamid disuporamida, amidaron, meksiletin. Bila pengobatan
tidak perlu segera obat-obatan tersebut dapat diberikan secara oral.
VT/VK kematian mendadak
Prognosis
Wewenang
Unit terkait
Referensi :
19. Karo KS. Disriti-nia. Dalam : Rilantono LI, Baraas F, Karo KS, Roebiono PS, eds.Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta, Balai Penerbit FKUI 1999: p. 275-88.
20. Trisnohadi HB. Kelainan Gangguan lrama Jantung Yang Spesifik. Dalam : Dalam : Sjaifoellah
N, Waspadji S, Rachman M, Lesmana LA, Widodo D, Isbagio H, et al, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta; Balai Denerbit F1KU1 1996: p. 1005-1014.
RENJATAN ANAFILAKSIS
EKSTRASISTOL VENTRIKULAR
No. dokumen
Pengertian
No. revisi
Hal.
Diagnoses
Pemeriksaan
Penunjang
Terapi
Untuk renjatan
1. Adrenalin larutan 1: 1000, 0,3-0,5 ml
Stromukan/stromukular pada tangan atas atau paha. Bila renjatan
anafilaksis disebabkan serangan serangga berikan suntikan
adrenalin kedua 0,1,0,3 ml pada tempat sengatan kecoak bila
sengatan leher, tangan dan kaki. Dapat dilanjutkan dengan infus
adrenalin
1
ml
(1 mg) dalam dekstrose 5 % 250 cc dimulai dengan kecepatan I
ug/menit dapat ditingkatkan sampai 4 ug/menit sesuai deadaan
tekanan darah. Hati-hati pada orang tua dengan kelainan jantung
atau gangguan kardiovaskular lainnya.
2. Pasang tsurmiget proksimal dan suntikan atau sengatan
serangga, dilonggarkan 1-2 menit setiap 10 menit
3. O2 bila sesak mengi, sianosis 3-5 I/menit dengan sungkup atau
kanal nasal
4. Antihistamin intervena, intramuckular atau- oral rawat ICU bila
dengan tindakan diatas tidak membaik dilanjutkan dengan terapi.