NPM. 230110150218
NPM. 230110150220
NPM. 230110150229
NPM. 230110150233
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
DAFTAR ISI
BAB
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................2
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi, Morfologi, dan Anatomi Ikan Belanak........................3
2.2 Ciri Morfometrik dan Meristik Ikan Belanak.................................5
III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu..........................................................................6
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................6
IV
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
1.
Ikan Belanak............................................................................................3
2.
variasi bentuk dan ukuran ikan. (Turan, 1998). Dalam biologi perikanan
pengukuran morfologi (analisis morfometri) digunakan untuk mengukur ciri-ciri
khusus dan hubungan variasi dalam suatu taksonomi suatu stok populasi ikan
(Mirsa dan Easton, 1999). Variasi morfometri suatu populasi pada kondisi
geografi yang berbeda dapat disebabkan oleh perbedaan struktur genetik dan
kondisi lingkungan (Tzeng, et al., 2000). Oleh karena itu sebaran dan variasi
morfometri yang muncul merupakan respon terhadap lingkungan fisik tempat
hidup spesies tersebut.
Ikan belanak (Mugil cephalus) tersebar luas di seluruh dunia mulai dari
42o LS sampai 42o LU, yang meliputi daerah estuaria intertidal, perairan tawar,
maupun perairan pantai. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di perairan tropis
dan subtropis. Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara mengelompok 20-30
ekor yang berenang hilir mudik di permukaan estuaria (Wahyuni, 2002).
Estuaria adalah perairan muara semi tertutup yang merupakan tempat
pencampuran antara air sungai dan air laut (Kaiser, et al., 2005). Daerah muara
sungai yang merupakan daerah transisi antara lingkungan air tawar dan asin rentan
terhadap perubahan lingkungan (Setyono, 2008).
Untuk mengetahui potensi perikanan, khususnya, identifikasi pada ikan
pun dilakukan guna mengetahui ciri morfometrik dan ciri meristik ikan,
digunakan untuk penelitian lanjutan di bidang perikanan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum identifikasi Ikan Belanak ini adalah :
Untuk mengetahui klasifikasi dari Ikan Belanak
Untuk mengetahui ciri Ikan Belanak secara morfometrik dan meristik
Untuk mengetahui morfologi dan anatomi Ikan Belanak
Untuk mengetahui cara membedah Ikan Belanak
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum identifikasi Ikan Belanak adalah :
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai klasifikasi Ikan
Belanak
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai morfologi Ikan
Belanak
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai anatomi Ikan Belanak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Klasifikasi Ikan
Ikan Belanak (Mugil dussumieri) berdasarkan sistematikanya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin, 1994) :
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Teleostei
Ordo
: Parcesoces
Famili
: Mugilidae
Genus
: Mugil
Spesies
: Mugil cephalus
a.
b.
c.
d.
e.
lemah,
f. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan
sembilan jari-jari lemah;
g. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna
untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam
lumpur dan mempunyai gigi yang amat kecil (viliform).
2.1.3
mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.
a. Mulut
Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan
menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat
dengan cara mendapatkan makanan.
b. Rongga mulut
Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis
organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin.
c. Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih
ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
d. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan.
e. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran
lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan.
f. Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan.
Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
g. Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum
berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses
penyerapan zat makanan
h. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung
i. Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang
rawan memiliki organ tersebut.
j. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati
anus terletak di sebelah depan saluran genital
(Haryono, 2001)
BAB III
METODOLOGI
ctenoid dan warna didominasi putih perak dan pada bagian ventral
berwarna perak agak ke merah muda. bentuk sirip caudalnya berbentuk
Cagak, dan memiliki rumus sirip = D.XVI.11, D.VI, C.XVI, A.I. 9 , V.I.5,
P.I.12 . Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera
peraba. Berdasarkan hasil pengukuran Panjang baku,
Panjang total,
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum identifikasi Ikan Belanak (morfometrik, meristik, morfologi dan
anatomi) di laksanakan pada Hari Senin Tanggal 3 Mei 2016 Pukul 08.00 Pukul
09.40 WIB. bertempat di Laboratorium Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan
Berikut akan dipaparkan beberapa alat dan bahan yang kami gunakan
saat praktikum:
3.2.1 Alat
1. Milimeter Block yang sudah dilaminating, digunakan sebagai base
meter, artinya digunakan seagai alat ukur yang disimpan di dasar
preparat.
2. Penggaris, digunakan untuk mengukur panjang bagian-bagian tubuh
ikan/
3. Buku Modul Praktikum Ikhtiologi, digunakan sebagai pedoman saat
melakukan praktikum
4. Pisau, digunakan untuk memotong bagian tuuh ikan mas, dan
memisahkan agiann otot dengan kulitnya.
5. Gunting bedah, digunakan untuk melakukan pembedahan ikan
6. Jarum sonde, digunakan sebagai bius ikan, dengan cara
menusukkannya ke kepala ikan mas.
7. Baki, digunakan untuk menyimpan peralatan praktikum
8. Cawan petri, untuk menaruh organ organ ikan mas
9. Mikroskop, digunakan untuk mengamati sisik ikan mas
10. Pensil, digunakan untuk menggambar dan menulis data sementara ikan
mas.
11. Penghapus, untuk menghapus kesalahan penulisan atau gambar.
12. Pinset, digunakan untuk mengambil dan memisahkan bagian-bagian
tuuh ikan
13. Logbok, digunakan sebagai media untuk menuliskan data, dan
menggambarkan ikan.
14. Kamera, untuk mendokumentasikan kegiatan.
15. Kain lap, digunakan untuk membersihkan meja praktikum
3.2.2 Bahan:
1. Ikan Belanak, sebagai preparat pada praktikum ini
2. Air keran, digunakan untuk mencuci alat alat yang digunakan
3.3 Prosedur
Sebelum memulai praktikum, diperhatikan terlebih dahulu prosedurprosedur apa saja yang akan dilakukan agar nantinya praktikum berjalan
dengan lancar dan tepat waktu.
dan sendal
Peralatan praktikum diambil dari meja Asisten Lab
Preparat diambil dari meja Asisten Lab
Preparat diletakkan diatas milimeter block
Preparat diukur berdasarkan ciri morfometrik, dapat dilakukan hanya
dengan bantuan milimeter block, atau dengan tambahan antuan
pengggaris
6. Preparat dihitung berdasarkan ciri ciri meristiknya, yaitu jumlah
jumlah bagian tubuh ikan, berupa jumlah sisik, sirip, dll.
7. Preparat dibedah, dipisahkan kulit dengan ototnya, untuk dilihat
struktur ototnya
8. Preparat dibedah pada bagian perut, guna untuk melihat anatomi ikan
9. Setelah selesai diamati, preparat dikembalikan ke meja Asisten Lab
10. Praktikan mencuci alat, dan tangan, alat dikembalikan ke meja Asisten
Lab
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Spesies Ikan
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
TL (cm)
23,2
22,1
18,4
23
21
23
22
22,6
23
22,4
22,1
19,7
24,5
W (g)
138,06
118,3
65,45
117,3
83,88
140,1
104,6
108,7
121
108
94
75
122
Linea Lateralis
28
33
24
33
45
35
33
32
36
31
26
27
31
10
INTERVAL
18.35 - 19.44
19.49 - 14
20.59
20.64 - 15
21.74
21.79 - 16
22.89
22.94 - 17
24.04
24.09 - 18
25.18
TOTAL19
20
21
22
23
24
JML INDIVIDU
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
1
2
2
9
9
1
24
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
N1+FREKUENSI RELATIF
4,166666667
8,333333333
23,2
108
8,333333333
23,2
121
37,5
22,3
104
37,5
21,8
89
4,166666667
20,5
83
100
22
98
33
38
30
37
25
29
21
22,4
23
22,9
23,3
37
40
37
36
36
117
120
154
114
122
11
11
12
Ikan belanak yang telah matang gonad memiliki nilai presentase IKG jantan
(1,31% dan 1,17%) maupun betina (12,79% dan 9,69%). Fekunditas ikan belanak
dari TKG II dan IV berkisar 27.117 323.200 butir. Ikan belanak memiliki
panjang rata 190 230 mm dengan berat kurang dari 0,2 kg (200 g), ukuran
tersebut dapat dicapai dengan waktu 3 bulan. Menurut Silva dan de Silva (1981)
faktor kondisi ikan belanak di Perairan Negombo, Srilangka mencapai nilai
maksimum 1,2 pada jantan dan 1,14 untuk betina. (Djuhanda, T. 1981)
12
13
(Collins,
Sisik
ikan
mengandung
pigmen
yang
dapat
13
14
and Cech, 2000) seperti warna abu-abu keperakan pada ikan belanak.
1985; Wahyuni, 2002; McDonough, 2003).
Bentuk Ikan belanak yang kami teliti berbentuk menyerupai
torpedo. Ikan belanak memiliki sirip caudal homocercal dengan ujung
bercangak, runcing, dan terbagi menjadi dua dengan sudut sangat sempit
antar keduanya. Hal tersebut mencirikan bahwa ikan belanak merupakan
jenis ikan yang berenang dengan cepat dan berhabitat di perairan laut yang
memiliki aliran air relatif deras Bentuk tubuh ikan pada umumnya
merupakan penyesuaian dari habitat hidupnya. Ikan belanak adalah ikan
heteroseksual yang mana dalam satu spesies kelamin betina dan jantannya
terpisah. Berdasarkan organ tempat embrio berkembang, ikan belanak
tergolong dalam ikan ovipar (berteur). Ovarium ikan belanak termasuk ke
dalam tipe kriptovarian yang berarti ovariumnya bersatu dengan saluran
telur. Jadi telur yang di ovulasikan tidak akan melalu rongga tubuh
melainkan langsung ke saluran telur. (Anonim)
BAB V
14
15
ini
berguna
dalam
penyesuaian
dengan
kondisi
lingkungannya.
5. Kami mengetahui cara membedah ikan yang baik dan benar, serta
bagian-bagian terpenting ikan dalam hal siap konsumsi, pijah, dan
tangkap.
5.2 Saran
Ikan yang digunakan saat praktikum dirasa terlalu kecil sehingga
cukup sulit untuk dicari bagian bagiannya, dikarenakan peralatan bedah
yang sedikit dan beberapa memang sudah sangat tumpul sehingga sulit
untuk dilakukan pembedahan yang sempurna.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.
Saanin, H. 1994. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Jakarta
Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armoco, Bandung
Kriswantoro, M. dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Karya Bani,
Jakarta.
Firhansyah. 2005. Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits) Famili Mugilidae Yang
Tertangkap Dengan Pukat Pantai (Beach Seine) di Muara Sungai Hanyar Desa
Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan
Selatan.
Jannah dan Mia Rahmatul. 2001. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan
Belanak Mugil dussumieri di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa
Timur.http://iirc.ipb.ac.id.
Silva and de Silva, 1981. Aspect of biology of Grey Mullet, Mugil dussumieri L.,
adult population of a Coastal Lagoon Sri Langka. Department of Zoologi. Ruhuna
University College. Matara. Sri Langka.
Wahyuni, P.D. 2002. Analisis Isi Lambung Belanak (Mugil cephalus) di
Kecamatan Kanjeran Pantai Timur Surabaya, Laporn Tugas Akhir Biologi, Institut
Sepuluh Nopember, Surabaya.
LAMPIRAN
16
17
17