Anda di halaman 1dari 19

1

IDENTIFIKASI IKAN BELANAK (Mugil cephalus)

LAPORAN PRAKTIKUM IKTIOLOGI

Perikanan C/ Akuakultur/ Kelompok 23


SRI FITRIYAH RAHMANINGRUM
NISHA NURFADILLA
MOHAMMAD SYARIFUDIN
NAINGGOLAN UNTUNG BENGET

NPM. 230110150218
NPM. 230110150220
NPM. 230110150229
NPM. 230110150233

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
DAFTAR ISI

BAB

Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................iii

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................2
1.3 Manfaat...........................................................................................2

II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi, Morfologi, dan Anatomi Ikan Belanak........................3
2.2 Ciri Morfometrik dan Meristik Ikan Belanak.................................5

III

METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu..........................................................................6
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................6

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Data Kelas.............................................................................8
4.2 Pembahasan Umum......................................................................10
4.2.1 Pembahasan Khusus.....................................................................11

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan...................................................................................12
5.2 Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................14
LAMPIRAN.........................................................................................15

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1. Total Hasil Pengukuran ikan Belanak...............................................................8


2. Interval, Jumlah Indivdu, dan N1+...................................................................9

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

1.

Ikan Belanak............................................................................................3

2.

Grafik Data Ikan Kerapu Kayu Kelas C................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan tentang ikan dimunculkan oleh rasa ingin tahu manusia
dan kebutuhan akan database ikan bagi kepentingan perdagangan, industri
maupun pariwisata. Ika n telah mampu bertahan hidup seiring dengan
perkembangan variasi dari tempat hidupnya. Ikan hidup di air tawar yang bersih
sampai pada air yang bersalinitas lebih tinggi pada air laut. Ikan ada dalam air
gunung yang mengalir deras, di dalam air yang sunyi dan gelap dan tidak terdapat
hewan vertebrata lainnya dan di lautan luas. Bagi ikan, air adalah media
komunikasi mereka, tempat beranak dan bertelur, tempat tidur, tempat bermain,
toilet, panggung kehidupan dan kuburan (Rajabnadia 2009).
Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan
perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi
pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme (Anonim1, 2010).
Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili

variasi bentuk dan ukuran ikan. (Turan, 1998). Dalam biologi perikanan
pengukuran morfologi (analisis morfometri) digunakan untuk mengukur ciri-ciri
khusus dan hubungan variasi dalam suatu taksonomi suatu stok populasi ikan
(Mirsa dan Easton, 1999). Variasi morfometri suatu populasi pada kondisi
geografi yang berbeda dapat disebabkan oleh perbedaan struktur genetik dan
kondisi lingkungan (Tzeng, et al., 2000). Oleh karena itu sebaran dan variasi
morfometri yang muncul merupakan respon terhadap lingkungan fisik tempat
hidup spesies tersebut.
Ikan belanak (Mugil cephalus) tersebar luas di seluruh dunia mulai dari
42o LS sampai 42o LU, yang meliputi daerah estuaria intertidal, perairan tawar,
maupun perairan pantai. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di perairan tropis
dan subtropis. Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara mengelompok 20-30
ekor yang berenang hilir mudik di permukaan estuaria (Wahyuni, 2002).
Estuaria adalah perairan muara semi tertutup yang merupakan tempat
pencampuran antara air sungai dan air laut (Kaiser, et al., 2005). Daerah muara
sungai yang merupakan daerah transisi antara lingkungan air tawar dan asin rentan
terhadap perubahan lingkungan (Setyono, 2008).
Untuk mengetahui potensi perikanan, khususnya, identifikasi pada ikan
pun dilakukan guna mengetahui ciri morfometrik dan ciri meristik ikan,
digunakan untuk penelitian lanjutan di bidang perikanan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum identifikasi Ikan Belanak ini adalah :
Untuk mengetahui klasifikasi dari Ikan Belanak
Untuk mengetahui ciri Ikan Belanak secara morfometrik dan meristik
Untuk mengetahui morfologi dan anatomi Ikan Belanak
Untuk mengetahui cara membedah Ikan Belanak
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum identifikasi Ikan Belanak adalah :
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai klasifikasi Ikan

Belanak
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai morfologi Ikan

Belanak
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai anatomi Ikan Belanak
2

Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai cara membedah Ikan


Belanak dengan baik dan benar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Klasifikasi , Morfologi , dan Anatomi Ikan Belanak

2.1.1

Klasifikasi Ikan
Ikan Belanak (Mugil dussumieri) berdasarkan sistematikanya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin, 1994) :

Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Pisces

Subkelas

: Teleostei

Ordo

: Parcesoces

Famili

: Mugilidae

Genus

: Mugil

Spesies

: Mugil cephalus

Gambar.1 Ikan Belanak


Sumber : Foto praktikum ikan belanak

Nama umum (Inggris) : Mullets


Nama lokal
2.1.2

: Belanak, Gereh, Gerpuh, Gerita, Jumpul, Kedera dan


Rapang

Morfologi Ikan Belanak


Berdasarkan hasil pengamatan bentuk tubuh dari Mugil cephalus yaitu

simetris bilateral, fusiform, bentuk mulut dapat disembulkan, posisi mulut


inferior, tidak memiliki sungut, posisi sirip ventral terhadap sirip pectoral torasik,
gurat sisi lebih dari satu , bentuk sirip ekor bercagak, tipe sirip dorsal ganda dan
bentuk sisik ctenoid serta tidak mempunyai ciri khusus pada tubuhnya.
Pola warna Mugil cephalus pada dua muara sungai relatif sama
yaitu bagian tubuh Mugil cephalus di dominasi warna keperakan
sedangkan pada ekor warna coklat kehitaman. Sirip perut berwarna
keperakan dan kuning-kuning sedangkan pada sirip dada bewarna putih
kehitaman. Pola pigmentasi longitudinal dan bewarna kehitam-hitaman.
(Deidy Y. Katili 2011)

a.
b.
c.
d.
e.

Pada sumber lain, (Haryono, 2001) :


Sisik garis rusuk 28-31;
Tulang rahang atas kelihatan;
Hidung sama atau lebih pendek dari lebar mata;
Celah insang lebar;
Sirip punggung terdiri dari satu jari-jari keras dan delapan jari-jari

lemah,
f. Sirip dubur berwarna putih kotor terdiri dari satu jari-jari keras dan
sembilan jari-jari lemah;
g. Bibir bagian atas lebih tebal daripada bagian bawahnya ini berguna
untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam
lumpur dan mempunyai gigi yang amat kecil (viliform).
2.1.3

Anatomi Ikan Belanak


Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari

mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus.
a. Mulut
Pada ikan belanak atau tambakan, bibir berkembang dengan baik dan
menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan. Keberadaan bibir berkaitan erat
dengan cara mendapatkan makanan.
b. Rongga mulut
Di bagian belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut.
Rongga mulut ini berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis
organ yang terdapata pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin.
c. Farings
Lapisan permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih
ditemukan organ pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
d. Esofagus
Permulaan dari saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa,
mengandung lendir untuk membantu penelanan makanan.
e. Lambung
Lambung merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih
besar bila dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran
lambung berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan.
f. Pilorus
Pilorus merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan.
Segmen ini sangat mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.

g. Usus ( intestinum)
Merupakan segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum
berakhir dan bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses
penyerapan zat makanan
h. Rektum
Rektum merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung
i. Kloaka
Kloaka adalah ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran
urogenital. Ikan bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang
rawan memiliki organ tersebut.
j. Anus
Anus merupakan ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati
anus terletak di sebelah depan saluran genital
(Haryono, 2001)

2.2 Morfometerik dan mertistik Ikan Belanak

BAB III
METODOLOGI

Gambar.2 Skema Pengukuran Morfometri Ikan Belanak


Pengamatan morfometri diikuti dengan pengamatan pada meristik
dan pola warna, untuk data meristik yang dihitung antara lain jumlah sisik
sepanjang gurat sisi/ linea lateralis (LL), jumlah jari-jari bercabang pada
sirip punggung (dorsal), sirip perut (ventral), sirip dada (pectoral), dan sirp
dubur (anal). Pola warna dicatat mengenai penampakan warna sisik pada
bagian punggung (dorsal) dari tubuh ikan. (Wiwi, 2006)
Tubuh torpedo (fusiform),dimana bagian anterior agak besar
kemudian makin ke posterior makin kecil, bentuk mulut sub terminal,
maxillanya berada sedikit dibawah mandibula, memilki bentuk sisik

ctenoid dan warna didominasi putih perak dan pada bagian ventral
berwarna perak agak ke merah muda. bentuk sirip caudalnya berbentuk
Cagak, dan memiliki rumus sirip = D.XVI.11, D.VI, C.XVI, A.I. 9 , V.I.5,
P.I.12 . Linea lateralis terlihat sangat jelas dan berfungsi sebagai indera
peraba. Berdasarkan hasil pengukuran Panjang baku,

Panjang total,

Panjang mocong, Tinggi tubuh, Panjang sebelum sirip dorsal, Panjang


sebelum sirip ventral, Tinggi ekor ,Fork length

dapat dilihat pada

rinciannya pada table perlakuan pengamatan di dapat bahwa Ikan ini


adalah Ikan Belanak (Mugil sp.) (Wiwi, 2006)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum identifikasi Ikan Belanak (morfometrik, meristik, morfologi dan
anatomi) di laksanakan pada Hari Senin Tanggal 3 Mei 2016 Pukul 08.00 Pukul
09.40 WIB. bertempat di Laboratorium Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan

Berikut akan dipaparkan beberapa alat dan bahan yang kami gunakan
saat praktikum:
3.2.1 Alat
1. Milimeter Block yang sudah dilaminating, digunakan sebagai base
meter, artinya digunakan seagai alat ukur yang disimpan di dasar
preparat.
2. Penggaris, digunakan untuk mengukur panjang bagian-bagian tubuh
ikan/
3. Buku Modul Praktikum Ikhtiologi, digunakan sebagai pedoman saat
melakukan praktikum
4. Pisau, digunakan untuk memotong bagian tuuh ikan mas, dan
memisahkan agiann otot dengan kulitnya.
5. Gunting bedah, digunakan untuk melakukan pembedahan ikan
6. Jarum sonde, digunakan sebagai bius ikan, dengan cara
menusukkannya ke kepala ikan mas.
7. Baki, digunakan untuk menyimpan peralatan praktikum
8. Cawan petri, untuk menaruh organ organ ikan mas
9. Mikroskop, digunakan untuk mengamati sisik ikan mas
10. Pensil, digunakan untuk menggambar dan menulis data sementara ikan
mas.
11. Penghapus, untuk menghapus kesalahan penulisan atau gambar.
12. Pinset, digunakan untuk mengambil dan memisahkan bagian-bagian
tuuh ikan
13. Logbok, digunakan sebagai media untuk menuliskan data, dan
menggambarkan ikan.
14. Kamera, untuk mendokumentasikan kegiatan.
15. Kain lap, digunakan untuk membersihkan meja praktikum
3.2.2 Bahan:
1. Ikan Belanak, sebagai preparat pada praktikum ini
2. Air keran, digunakan untuk mencuci alat alat yang digunakan
3.3 Prosedur
Sebelum memulai praktikum, diperhatikan terlebih dahulu prosedurprosedur apa saja yang akan dilakukan agar nantinya praktikum berjalan
dengan lancar dan tepat waktu.

1. Praktikan masuk lab yang sudah disediakan, dikenakan pakaian lab


2.
3.
4.
5.

dan sendal
Peralatan praktikum diambil dari meja Asisten Lab
Preparat diambil dari meja Asisten Lab
Preparat diletakkan diatas milimeter block
Preparat diukur berdasarkan ciri morfometrik, dapat dilakukan hanya
dengan bantuan milimeter block, atau dengan tambahan antuan

pengggaris
6. Preparat dihitung berdasarkan ciri ciri meristiknya, yaitu jumlah
jumlah bagian tubuh ikan, berupa jumlah sisik, sirip, dll.
7. Preparat dibedah, dipisahkan kulit dengan ototnya, untuk dilihat
struktur ototnya
8. Preparat dibedah pada bagian perut, guna untuk melihat anatomi ikan
9. Setelah selesai diamati, preparat dikembalikan ke meja Asisten Lab
10. Praktikan mencuci alat, dan tangan, alat dikembalikan ke meja Asisten
Lab
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Data Kelas


Tabel dibawah menunjukkan hasil perhitungan data kelas perikanan
C.
Tabel 1. Data Berat dan Jumlah Linea Lateralis tengah Ikan Belanak

Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Spesies Ikan
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus

TL (cm)
23,2
22,1
18,4
23
21
23
22
22,6
23
22,4
22,1
19,7
24,5

W (g)
138,06
118,3
65,45
117,3
83,88
140,1
104,6
108,7
121
108
94
75
122

Linea Lateralis
28
33
24
33
45
35
33
32
36
31
26
27
31

10

INTERVAL
18.35 - 19.44
19.49 - 14
20.59
20.64 - 15
21.74
21.79 - 16
22.89
22.94 - 17
24.04
24.09 - 18
25.18
TOTAL19
20
21
22
23
24

JML INDIVIDU
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus

1
2
2
9
9
1
24

Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus
Mugil cephalus

N1+FREKUENSI RELATIF
4,166666667
8,333333333
23,2
108
8,333333333
23,2
121
37,5
22,3
104
37,5
21,8
89
4,166666667
20,5
83
100
22
98

33
38
30
37
25
29

21
22,4
23
22,9
23,3

37
40
37
36
36

117
120
154
114
122

Tabel 2. Interval, Jumlah Indivdu, dan N1+

Dibawah adalah grafik hasil olah data kedua tabel diatas.

Gambar 2. Grafik Data Ikan Belanak Kelas C


4.2 Pembahasan Umum
10

11

Berdasarkan hasil praktikum kelas c dapat diketahui bahwa ikan Belanak


yang kami identifikasi didapat dari 24 kelompok pada kelas C, diketahui bahwa
ikan belanak dengan interval terbanyak berada pada rentang 21,79-22,89 dan
22,94- 24,04 yaitu masing-masing berjumlah sama yakni sebanyak 9 kelompok,
sedangkan interval terendah berada pada rentang 18,35-19,44 dan 24,09-25,18
dengan jumlah masing-masing sebanyak 1 kelompok.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa ikan belanak yang
digunakan praktikum sudah merupakan ikan belanak dewasa, dimana panjang
belanak dewasa yang terdapat di hampir seluruh perairan Indonesia rata-rata
berkisar antara 10 cm dan berat sekitar 100 g, ikan-ikan ini juga sudah bisa
dipasarkan dan dikonsumsi.Perbedaan panjang, berat dan jumlah linea lateralis
disebabkan oleh banyak faktor seperti, faktor genetika, perbedaan umur,
banyaknya makanan yang dimakan. (Wahyuni, 2002).
Ikan yang dipilih untuk studi morfometri adalah ikan yang telah memiliki
karakter yang sudah mapan. Menurut Collins (1985) ikan belanak memiliki
karakter yang sudah mapan pada ukuran kurang lebih 10 cm SL dan memiliki
memiliki sisik stenoid lemah. Disebut mapan apabila karakter yang dimiliki telah
lengkap dan tidak berubah lagi (Wahyuni, 2002).
Ikan belanak jantan dan betina mengalami matang gonad pertama pada
ukuran 120 mm dan 140 mm. Ini menunjukkan ikan yg diamati semua sudah
matang gonadnya. Histology gonad jantan, pada TKG I ditunjukan dengan adanya
spermatogonium, TKG II ditunjukan dengan spermatosit primer yang kemudian
berkembang menjadi spermatosit sekunder pada TKG III, pada TKG IV
ditunjukan dengan spermatid dan spermatozoa, dan pada TKG V yang merupakan
TKG terakhir dalam perkembangan gonad jantan didominasi oleh spermatosit
tetapi sudah muncul spermatogonium. Perkembangan gonad ikan betina, pada
TKG I gonad didominasi oleh oogonium kemudian diiringi dengan perkembangan
oosit pada TKG II. Pada ukuran sel telur terus berkembang membentuk ootid,
kemudian ootid berkembang membentuk ovum (TKG IV), pada TKG V gonad
didominasi oleh oosit dan ootid. (Djuhanda, T. 1981)

11

12

Ikan belanak yang telah matang gonad memiliki nilai presentase IKG jantan
(1,31% dan 1,17%) maupun betina (12,79% dan 9,69%). Fekunditas ikan belanak
dari TKG II dan IV berkisar 27.117 323.200 butir. Ikan belanak memiliki
panjang rata 190 230 mm dengan berat kurang dari 0,2 kg (200 g), ukuran
tersebut dapat dicapai dengan waktu 3 bulan. Menurut Silva dan de Silva (1981)
faktor kondisi ikan belanak di Perairan Negombo, Srilangka mencapai nilai
maksimum 1,2 pada jantan dan 1,14 untuk betina. (Djuhanda, T. 1981)

4.3 Pembahasan Khusus


Setelah kami melakukan praktikum, kami menganalisa beberapa data yang
kami peroleh.
1. Data morfometrik ikan
Ikan yang kami amati, yaitu ikan Belanak kami beratnya adalah
114 gram dan memiliki panjang 22,9 cm. Ikan yang kami amati sudah
dapat dibedakan mana gonadnya, dan sudah siap memijah, dilihat dari
ukuran gonad yang sudah cukup besar. Mengacu ke pembahasan umum,
menurut Wahyuni (2002) bahwa belanak siap memijah saat panjangnya 10
cm. Juga sebagian besar jurnal mengatakan Ikan Belanak saya ini sudah
siap untuk dikonsumsi, karena rata-rata keinginan pasar dalam ukuran
yang cukup besar.
Ciri khas lain dari ikan belanak yaitu warnanya yang mengkilat.
Bibir bagian atas ikan belanak lebih tebal daripada bagian bawahnya ini
berguna untuk mencari makan di dasar/organisme yang terbenam dalam
lumpur (Kriswantoro dan Sunyoto 1986). Ikan belanak kelompok kami
memiliki diameter mata (Orbital Diameter) yang cukup besar yaitu
sebesar 0,8cm, hal ini karena ikan belanak bersifat demersal, sehingga
dibutuhkan penglihatan yang tajam untuk mencari makanannya
Brown dan Gibson (1983) dalam Haryono (2001) menyatakan
bahwa setiap spesies mempunyai sebaran geografi tertentu yang dikontrol
oleh kondisi fisik lingkungannya. Oleh karena itu sebaran dan variasi
morfometri yang muncul merupakan respon terhadap lingkungan fisik

12

13

tempat hidup spesies tersebut. Variasi karakter morfometri dapat


disebabkan oleh perbedaan faktor genetik dan lingkungan. Sehingga
pengujian perbedaan genetik antar populasi dapat menggambarkan
perbedaan genetik antar populasi ikan dan perbedaan lingkungan geografi
di masing-masing lokasi. Oleh karena itu, perbedaan populasi ikan
berdasarkan variasi morfometri perlu diuji dengan bukti genetik untuk
mengkonfirmasikan bahwa variasi tersebut juga menggambarkan isolasi
reproduksi dan bukan hanya karena perbedaan lingkungan (Tzeng, 2000).
2. Data meristik
Dari tubuhnya, dapat dilihat jumlah linea lateralis yang terdapat
pada tubuhnya berjumlah 5-7 buah, jika dibandingkan dengan praktikumpraktikum sebelumnya, ini satu-satunya ikan yang memiliki linea lateralis
lebih dari satu, setelah di amati, inilah yang membedakan ikan eurihalin
dengan ikan ikan lain, karena ia akan selalu melakukan penyesuaian, maka
dibutuhkan indera yang super sensitif untuk mengenali keadaan
lingkungan sekitarnya. (Wikipedia, 2008)
Jumlah sirip dorsal, ada 2. Ini berguna untuk berenang di perairan
yang kondisinya tidak stabil. Jumlah jari-jari kerasnya pun menunjukkan
ikan ini merupakan perenang cepat, dan pelaku perjalanan jauh.
(Kriswantoro dan Sunyoto 1986)
Jumlah sisik sepanjang linea lateralis ikan belanak berjumlah 38-42
sisik (Collins, 1985).
3. Data Morfologi
Pola warna ikan belanak (M. cephalus) pada bagian punggung
(dorsal) berwarna abu-abu keperakan dan putih perak pada bagian bawah
(ventral)

(Collins,

Sisik

ikan

mengandung

pigmen

yang

dapat

memendarkan warna pada ikan. Pemudaran warna tubuh dapat disebabkan


karena pigmen yang terdapat pada sisik ikan tidak dapat tersebar merata
(Moyle and Cech (2000); Budiharjo (2001) dan Said (2005)). Pigmen yang
terdapat pada sisik ikan belanak adalah pigmen melanofor. Pigmen
melonofor merupakan pigmen yang memendarkan warna gelap (Moyle

13

14

and Cech, 2000) seperti warna abu-abu keperakan pada ikan belanak.
1985; Wahyuni, 2002; McDonough, 2003).
Bentuk Ikan belanak yang kami teliti berbentuk menyerupai
torpedo. Ikan belanak memiliki sirip caudal homocercal dengan ujung
bercangak, runcing, dan terbagi menjadi dua dengan sudut sangat sempit
antar keduanya. Hal tersebut mencirikan bahwa ikan belanak merupakan
jenis ikan yang berenang dengan cepat dan berhabitat di perairan laut yang
memiliki aliran air relatif deras Bentuk tubuh ikan pada umumnya
merupakan penyesuaian dari habitat hidupnya. Ikan belanak adalah ikan
heteroseksual yang mana dalam satu spesies kelamin betina dan jantannya
terpisah. Berdasarkan organ tempat embrio berkembang, ikan belanak
tergolong dalam ikan ovipar (berteur). Ovarium ikan belanak termasuk ke
dalam tipe kriptovarian yang berarti ovariumnya bersatu dengan saluran
telur. Jadi telur yang di ovulasikan tidak akan melalu rongga tubuh
melainkan langsung ke saluran telur. (Anonim)

BAB V
14

15

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang kami peroleh dari praktikum yang telah kami
lakukan mengenai ikan belanak adalah:
1. Ikan Belanak diklasifikasikan sebagai anggota dari Filum Pisces, dan
merupakan ikan bertulang sejati dengan nama spesies, Mugil cephalus
2. Ikan Belanak dapat dihitung baik secara morfometrik dan meristik
3. Secara morfologi ikan Belanak, memiliki bentuk tubuh fusiform,
dengan bentuk mulut biasa dengan posisi sub terminal, dan bentuk
sirip kaudal yang homocercal
4. Morfologi unik dari ikan ini adalah kehadiran linea lateralis yang
banyak,

ini

berguna

dalam

penyesuaian

dengan

kondisi

lingkungannya.
5. Kami mengetahui cara membedah ikan yang baik dan benar, serta
bagian-bagian terpenting ikan dalam hal siap konsumsi, pijah, dan
tangkap.
5.2 Saran
Ikan yang digunakan saat praktikum dirasa terlalu kecil sehingga
cukup sulit untuk dicari bagian bagiannya, dikarenakan peralatan bedah
yang sedikit dan beberapa memang sudah sangat tumpul sehingga sulit
untuk dilakukan pembedahan yang sempurna.

15

16

DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.
Saanin, H. 1994. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Jakarta
Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armoco, Bandung
Kriswantoro, M. dan Y.A. Sunyoto, 1986. Mengenal Ikan Laut. Karya Bani,
Jakarta.
Firhansyah. 2005. Pola Kebiasaan Makanan (Food Habits) Famili Mugilidae Yang
Tertangkap Dengan Pukat Pantai (Beach Seine) di Muara Sungai Hanyar Desa
Takisung Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan
Selatan.
Jannah dan Mia Rahmatul. 2001. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Ikan
Belanak Mugil dussumieri di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa
Timur.http://iirc.ipb.ac.id.
Silva and de Silva, 1981. Aspect of biology of Grey Mullet, Mugil dussumieri L.,
adult population of a Coastal Lagoon Sri Langka. Department of Zoologi. Ruhuna
University College. Matara. Sri Langka.
Wahyuni, P.D. 2002. Analisis Isi Lambung Belanak (Mugil cephalus) di
Kecamatan Kanjeran Pantai Timur Surabaya, Laporn Tugas Akhir Biologi, Institut
Sepuluh Nopember, Surabaya.

LAMPIRAN
16

17

17

Anda mungkin juga menyukai