Striktur Uretra
Striktur Uretra
Oleh
Taufik Abidin
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
PENDAHULUAN
Uretra merupakan saluran yang urin dari vesika urinaria ke meatus uretra,
untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai saluran urin & saluran untuk semen dari organ reproduksi. Panjang uretra
pria kira-kira 23 cm & melengkung dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati
prostate dan penis. Sedangkan uretra pada wanita lurus & pendek, berjalan secara
langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh.
Uretra pria dibagi atas dua bagian, yaitu uretra anterior & uretra posterior.
Uretra anterior dibagi menjadi uretra bulbaris, penil, & glandular. Fosa navikularis
ialah dilatasi distal kecil dalam uretra glandular. Uretra anterior dikelilingi oleh
badan erektil, korpus spongiosum. Glandula bulbourethralis (glandula Cowper)
terletak pada diafragma urogenitalis & bermuara ke dalam uretra bulbaris. Uretra
penil dilapisi oleh banyak kelenjar kecil, glandula Littre.
Uretra posterior terdiri dari uretra pars membranasea & prostatika. Uretra
pars prostatika terbentang dari vesika urinaria ke uretra pars membranasea, serta
mengandung verumontanum (daerah meninggi pada bagian distal basis uretra pars
prostatika yang dibentuk oleh masuknya duktus ejakulatorius dan utrikulus, yang
merupakan sisa duktus Muller).1
Uretra juga dapat dibagi atas tiga bagian, antara lain uretra prostatika,
uretra membranasea, dan uretra spongiosa. Uretra prostatika dimulai dari leher
vesika urinaria dan termasuk juga bagian yang melewati kelenjar prostat. Uretra
prostatika merupakan bagian yang paling lebar diantara bagian uretra lainnya.
Uretra membranasea adalah uretra yang terpendek dan paling sempit dengan
panjang sekitar 12-19 mm. Pada uretra membranasea terdapat spingter uretra
eksterna, yang berfungsi dalam pengaturan keluar urin yang dikendalikan secara
voluntar. Uretra spongiosa adalah uretra yang terpanjang, kira-kira 150 mm, yang
Penyebab
Trauma panggul, kateterisasi salah Jalan.
Pars bulbosa
Meatus
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis striktur uretra dapat dilakukan pemeriksaan
urin. Adanya hematuri, infeksi, atau abnormalitas dari berkemih. Pada striktur
uretra biasanya terjadi penurunan aliran urin, penurunan jumlah urin, dan adanya
keluhan sulit berkemih serta frekuensi berkemih yang tidak biasa.
Diagnosis pasti terhadap striktur uretra, dapat dilakukan pemeriksaan
radiologi dengan kontras. Pemeriksaan ini dapat diketahui letak dan derajat
strikturnya. Pemeriksaan radiology dengan kontras yang biasa dilakukan ialah
Retrograde Urethrogram (RUG) with Voiding Cystourethrogram (VCUG).
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiston, David C. 1994. Uretra. Dalam: Sistem Urogenital, Buku Ajar
Bedah Bagian 2, hal.463. EGC. Jakarta.
2. Anonym. 2007. Urinary Bladder And Urethra Male. http://www.ivyrose.co.uk/Topics/Urinary_Bladder_Urethra_Male.htm.
3. Sabiston, David C. 1994. Penyakit Striktur Uretra. Dalam: Sistem
Urogenital, Buku Ajar Bedah Bagian 2, hal.488. EGC. Jakarta.
4. Anonim.
2005.
Urinary
System.
Accessed:
http://faculty.southwest.tn.edu/rburkett/urinar28.jpg.
5. Jong, Wim De, R. Sjamsuhidayat. 2004. Striktur Uretra. Dalam: Saluran
Kemih Dan Alat Kelamin Lelaki, Buku Ajar Ilmu Bedah hal.752. EGC.
Jakarta.
6. Anonim.
2005.
Urethral
Stricture.
Accessed:
http://www.patient.co.uk/showdoc/urethral-stricture.htm.
7. Wessells,
Hunter.
2005.
Urethral
Stricture
Disease.
Accessed:
http://depts.washington.edu/uroweb/images/stricture_slide1.jpg.
8. Anonim. 1992. Striktura Uretra. Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Ilmu Bedah RSUP Denpasar, hal.99. LAB/ UPF ILMU BEDAH FK
UNUD. Bali.
9. Anonim.
2007.
Urethral
Stricture.
Accessed:
http://www.med.umich.edu/1libr/urology/umurethral_stricture.htm.