Makalah Tekling Pengolahan Limbah Secara Biologi Anaerobik
Makalah Tekling Pengolahan Limbah Secara Biologi Anaerobik
Teknologi
Lingkungan I
Pengolahan Biologis
Anaerobik
DISUSUN OLEH :
RIANITA SALI
(1513052)
KA02
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengolahan limbah cair secara anaerobic berbeda dengan pengolahan lumpur (sludge)
secara anaerobic. Alasannya adalah bahwa bagian terbesar bahan organic dalam limbah cair
dilarutkan dalam pengolahan limbah cair anaerobic. Ketika kandungan organic terlarut dalam
limbah cair dihilangkan, berarti proses pengolahan haruslah merupakan sebuah proses yang
sangat baik dan memiliki kontak yang cukup lama antara substansi terlarut dalam limbah dengan
mikroorganisme yang beperan dalam proses tersebut. Hal ini berarti bahwa untuk pengolahan
limbah cair anaerobic terdapat perbedaan antara waktu tinggal hidraulik (HRT) dengan umur
lumpur (sludge age) yang biasanya sama pada pengolahan lumpur secara anaerobic.
Pengolahan limbah cair anaerobic pertama untuk limbah cair industry dibangun pada
tahun 1929 untuk mengolah limbah produksi ragi di Slagelse, Denmark. Meskipun plant ini telah
berusia 30 tahun, perkembangannya cukup lambat. Pengembangan proses ini kemudian muncul
ketika diperkenalkannya pengolahan anaerobic dengan menggunakan UASB (Up flow anaerobic
sludge blanket) pada tahun 1980.
Pengolahan anaerobic pada umumnya memiliki biaya operasi yang relative rendah dan
perolehan gas yang cukup banyak. Prosesnya sangat baik diterapkan pada limbah cair
terkonsentrasi di mana pengolahan aerobic untuk oksidasi senyawa organic akan menghabiskan
banyak biaya terutama untuk listrik.
Proses ini akan lebih baik lagi jika kondisi pengolahan bertemperatur cukup hangat
karena akan mereduksi volum reactor. Metode yang lainnya yang digunakan untuk mengurangi
volum reactor adalah dengan mempertahankan tingginya konsentrasi lumpur di dalam reactor.
Perkembangan proses anaerobic yang semakin pesat menyebabkan munculnya berbagai
modifikasi proses seperti adanya uasb dan filter terfluidisasi yang kini telah menjadi cabang
bioteknologi dan teknologi kimia.
Pengolahan anaerobic memeiliki keuntungan lain yaitu mampu menurunkan kandungan
organic dengan jumlah yang sangat banyak dan hamper tanpa ada nutrisi yang ditambahkan.
Metode ini cocok dijadikan sebagai proses pendahuluan atau pretreatment yang diikuti
dengan metode lain untuk menghasilkan unjuk kerja yang optimal. Namun perlu dicatat bahwa
dalam proses pengolahan anaerobic, produksi metana adalah satu-satunya proses yang
berkontribusi pada pengurangan COD dalam limbah. Pengurangan padatan tersuspensi misalnya
dengan pengendapan, hanya sejumlah kecil dari COD yang bisa dihilangkan setelah proses
anaerobic.
1.2
1.3
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengolahan biologis anaerobik?
2. Apa saja klasifikasi dari karbohidrat?
3. Bagaimana struktur dari karbohidrat?
4. Apa sifat-sifat dari karbohidrat?
5. Apa saja fungsi dan aplikasi karbohidrat dalam kehidupan sehari-hari dan di industri?
Tujuan Masalah
1. Memahami definisi dari karbohidrat
2. Mengetahui klasifikasi penggolongan karbohidrat
3. Memahami dan mengetahui struktur dari karbohidrat
4. Mengetahui sifat-sifat dari karbohidrat
5. Mengetahui aplikasi karbohidrat dalam kehidupan sehari-hari dan di industri
BAB II
ISI
2.1
industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini
merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air limbah dengan
mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan. Pengolahan air limbah
secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan organic dalam air limbah menjadi
bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara
biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan
untuk air limbah organic dengan beban bahan organic (COD) yang tinggi.
Anaerobic Baffled Reactor (ABR) merupakan sistem pengolahan tersuspensi anaerob,
dalam
biorektor
berpenyekat.
Pertumbuhan
tersuspensi
(suspended
growth)
lebih
pertumbuhan
populasi
mikroorganisme
berbeda
pada
masing-masing
kompartemen (Foxon et.al.) tergantung pada kondisi lingkungan spesifik yang dihasilkan oleh
senyawa hasil penguraian (Nachaiyasit and Stucky, 1997 dalam Bell, 2002). Bakteri dalam
bioreaktor mengapung dan mengendap sesuai karakteristik aliran dan gas yang dihasilkan, tetapi
bergerak secara horisontal ke ujung reaktor secara perlahan sehingga meningkatkan cell
retentation time. Limbah cair berkontak dengan biomassa aktif selama mengalir dalam reaktor,
sehingga efluen terbebas dari padatan biologis (biological solids). Konfigurasi tersebut mampu
menunjukkan tingkat penyisihan COD yang tinggi (Grobicki and Stucky, 1991 dalam Wang,
2004).
2.3
Lingkungan besar pengaruhnya pada laju pertumbuhan mikroorganisme baik pada proses
aerobik maupun anaerobik yaitu :
a. Temperatur
Pada proses anaerob, diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mencapai laju reaksi
yang diperlukan. Pada proses anaerob, penambahan temperatur dapat dilakukan dengan
memanfaatkan panas dari gas methane yang merupakan by-product proses anaerob itu sendiri.
Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4 - 60C dan suhu dijaga konstan. Bakteri akan
menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum. Semakin tinggi temperatur
reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin berkurang. Beberapa jenis bakteri
dapat bertahan pada rentang temperatur tertentu dapat dillihat pada tabel berikut: Pengaruh
temperatur terhadap daya tahan hidup bakteri
Jenis Bakteri
Rentang Temperatur 0C
a.
Cryophilic
2 30
Temperatur
Optimum 0C
12 18
b.
c.
Mesophilic
Thermophilic
20 45
45 75
25 40
55 65
Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40C, tapi dapat juga
terjadi pada temperatur rendah, 4C. Laju produksi gas akan naik 100-400% untuk setiap
kenaikan temperatur 12C pada rentang temperatur 4-65C. Mikroorganisme yang berjenis
thermophilic lebih sensitif terhadap perubahan temparatur daripada jenis mesophilic. Pada
temperatur 38C, jenis mesophilic dapat bertahan pada perubahan temperatur 2,8C.
Untuk jenis thermophilic pada suhu 49C, perubahan suhu yang dizinkan 0,8C dan pada
temperatur 52C perubahan temperatur yang dizinkan O,3C.
b. pH (Keasaman) dan Alkalinitas
Proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada pH dan
bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus dijaga pada nilai 6,2
dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH sebaiknya berada pada pH 7 8 untuk
menghindari keracunan H2S. Alkalinitas bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga
5000 mg/L untuk mengatasi peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH
sekecil mungkin. Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk
mengontrol pH dan alkalinitas.
c. Konsentrasi Substrat
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air limbah dengan
mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan. Pengolahan air limbah
secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan organic dalam air limbah menjadi
bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara
biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan
untuk air limbah organic dengan beban bahan organic (COD) yang tinggi
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat (4) tahapan proses yang
terlibat diantaranya :
a. Proses hydrolysis : suatu proses yang memecah molekul organic komplek menjadi
molekul organic yang sederhana
b. Proses Acidogenisis : suatu proses yang merubah molekul organic sederhana menjadi
asam lemak
c. Proses Acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam asetat dan
terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, NH4 dan S
d. Proses Methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-gas yang
dihasilkan pada proses acetogenisis menjadi gas methane CH4 dan CO2
Keempat proses tersebut terjadi secara berurutan, ke empat proses tersebut dapat
digambarkan seperti berikut
Tangki Digester
Model
mikroorganisme dalam digester. Pada bagian atas tangki terdapat lubang (man hole) agar
manusia bisa masuk kedalam tangki digester untuk maintenance (pemeliharaan) dan juga lubang
kecil untuk pengukuran tekanan didalam tangki digester. Operasional pengolahan air limbah
secara biologi anaerob seperti terlihat dalam gambar berikut
Operasional instalasi pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan model pertumbuhan
mikroorganisme tersuspensi seperti berikut
a. Pembiakan mikroorganisme dalam tangki digester, dan lakukan pengadukan agar
mikroorganisme tersuspensi
b. Alirkan air limbah kedalam tangki digester, besarnya aliran air limbah diatur sesuai
dengan waktu tiinggal dalam tangki digester
c. Pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti CH4,
CO2 dan NH3, gas-gas ini akan memberikan tekanan pada tangki yang dapat
mengakibatkan pecahnya tangki digester akibat tekanan gas. Dalam rangka mengatasi
tekanan gas-gas tersebut, maka dibutuhkan pengeluaran gas-gas tersebut secara kontinyu.
d. Air limbah yang telah diolah, dialirkan kedalam tangki clarifier yang bertujuan untuk
memisahkan antara air limbah hasil pengolahan dengan mikroorganismenya, air limbah
hasil pengolahan mengalir secara over flow dari bagian atas tangki clarifier sedangkan
mikroorganisme yang mengendap pada tangki clarifier dipompa dan dialirkan kembali
kedalam tangki digester.
Proses pengolahan dengan metode Anaerobic digestion dapat dioperasikan dengan multistage process yaitu dua (2) atau empat (4) tahapan tergantung pada hasil pengolahan yang akan
dicapai dan besarnya bahan organic dalam air limbah.
Operasional instalasi pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan model
pertumbuhan mikroorganisme melekat seperti berikut :
1. Pembiakan mikroorganisme dalam media trickling fliter, pembiakan mikroorganisme
dilakukan dengan mengalirkan mikroorganisme kedalam trickiling filter melalui
distributor, mikroorganisme akan mengalir dari bagian atas kebawah dan menempel pada
media porous, setelah mencapai ketebalan tertentu dan merata pada media porous aliran
mikroorganisme dihentikan.
2. Alirkan air limbah kedalam trickling filter melalui distributor, pastikan aliran air limbah
mengenai media porous secara merata agar terjadi kontak antara air limbah dengan
mikroorganismenya.
3. Air limbah yang telah berkontak dengan mikroorganisme akan keluar melalui bagian
bawah trickling filter, aliran air akan mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang
kecil, mikroorganisme ini dipisahkan dalam tangki clarifier dan dialirkan kembali ke
dalam trickling filter, sedangkan air limbah hasil pengolahan akan mengalir secara over
flow dari bagian atas tangki clarifier.
4. Pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti CH 4, CO2,
NH3, gas-gas ini dikeluarkan dari bagian atas tangki trickling filter.
5. Gas-gas yang dihasilkan pada pengolahan air limbah secara biologi anaerob seperti CH 4
dan CO2 dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam operasional pengolahan air limbah secara biologi
anaerob ini adalah :
1. Laju alir air limbah masuk, laju alir air limbah yang masuk perlu dilakukan pengendalian
agar waktu kontak antara air limbah dan mikroorganisme terpenuhi, laju alir air limbah
yang terlalu besar dapat mengakibatkan lepasnya mikroorganisme yang telah melekat
pada media porous
2. Bahan media porous, bahan media yang dipergunakan harus porous agar mikroorganisme
dapat melekat dengan kuat dan tidak mudah lepas akibat aliran air limbah
3. Penyusunan media porous, penyusunan media porous akan mempengaruhi waktu kontak
antara air limbah dan mikroorganisme. Media porous disusun sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan waktu kontak yang agak lama.
Berbagai media porous yang telah dibuat untuk trickling filter seperti berikut :
Media porous yang dibuat sangat diharapkan dapat memberikan waktu tinggal (waktu
kontak) yang cukup lama, seperti gambar diatas dibuat bentuk yang berbelok-belok sehingga
waktu kontaknya menjadi lebih lama.
2.5
Perbedaan mendasar pengolahan air limbah secara biologi anaerob dengan aerob adalah :
Pada pengolahan air limbah secara biologi anaerob, bahan organic (COD) dikonversi
menghasil 90% menjadi gas CH4, dan CO2 dan 10% nya lumpur. Gas-gas yang dihasilkan dapat
dimurnikan dengan proses absorbsi gas CO2, sehingga dihasilkan gas CH4 murni yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Pada pengolahan air limbah secara biologi aerob, bahan organic (COD) dikonversi
menghasil 50% panas (gas CO2) dan 50% nya lumpur. Ini menunjukan pada pengolahan air
limbah secara biologi anaerob akan menghasilkan lumpur jauh lebih kecil dibanding pengolahan
secara biologi aerob.
Waktu pengolahan air limbah secara biologi anaerob lebih lama dibandingkan dengan
pengolahan air limbah secara biologi aerob.
Berdasarkan analisis proses pengolahan air limbah secara biologi, dapat diketahui bahwa
pengolahan air limbah secara biologi ini memberikan dampak negatif terhadap kualitas udara,
karena banyaknya gas-gas seperti CO2 dan CH4 yang dihasilkan terbuang keudara.
Beberapa limbah padat organik yang tidak dilakukan pengolahan akan mengalami proses
anaerob secara alami sehingga dihasilkan gas-gas seperti CH 4 dan CO2 yang dapat mencemari
udara dan ikut berperan serta dalam peningkatakan pemanasan global.
2.6
Aplikasi Pengolahan Limbah Biologis Anaerob
Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Anaerob
Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu dikumpulkan melalui saluran air
limbah, kemudian dialirkan ke bak kontrol untuk memisahkan kotoran padat. Selanjutnya, sambil
di bubuhi dengan larutan kapur atau larutan NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob.
Di dalam bak pengurai anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air limbah akan
diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas methan yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar. Dengan proses tahap pertama konsentrasi COD dalam air limbah dapat
diturukkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi pengolahan 90 %). Air olahan tahap awal ini
selanjutnya diolah dengan proses pengolahan selanjutnya.
Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan sistem biofilter anaerob. Pengolahan air
limbah dengan proses biofilter anaerob terdiri dari beberapa bagian yakni bak pengendap awal,
biofilter anaerob (anoxic), biofilter aerob, bak pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan
bak kontaktor khlor. Air limbah yang berasal dari proses penguraian anaerob (pengolahan tahap
perama) dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan
kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran,
serta bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur)
dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke dan bawah ke atas. Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi
dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa
dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Penguraian
zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif
aerobik Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film
mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat
terurai pada bak pengendap.
Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di dalam bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari bahan kerikil, plastik (polyethylene), batu apung atau
bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada
permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang
tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut
dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik, deterjen serta mempercepat proses
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di
akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan
dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air
limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah
dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme patogen. Dengan
kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD),
ammonia, deterjen, padatan tersuspensi (SS), phospat dan lainnya. Dengan adanya proses
pengolahan lanjut tersebut konsentrasi COD dalam air olahan yang dihasilkan relatif rendah
yakni sekitar 60 ppm. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung
dibuang ke sungai atau saluran umum.
Pengolahan limbah cair tahu dengan menggunakan proses biofilter anaerob memiliki
beberapa keunggulan dari proses pengolahan lain nya yaitu pengelolaannya sangat mudah, biaya
operasinya rendah dibandingkan dengan proses lain, lumpur yang dihasilkan relatif sedikit,
suplai udara untuk aerasi relatif kecil, dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD
yang cukup besar, dan dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Limbah cair adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari
industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air buangan ini
merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air limbah dengan
mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan. Pengolahan air limbah
secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan organic dalam air limbah menjadi
bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses pengolahan secara
biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan
untuk air limbah organic dengan beban bahan organic (COD) yang tinggi.
Ph
Temperatur
Konsentrasi Substrat
Produksi Lumpur dan Kebutuhan Nutrien
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat (4) tahapan proses yang
terlibat diantaranya :
o Proses hydrolysis : suatu proses yang memecah molekul organic komplek
menjadi molekul organic yang sederhana
o Proses Acidogenisis : suatu proses yang merubah molekul organic sederhana
menjadi asam lemak
o Proses Acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam
asetat dan terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, NH4 dan S.
o Proses Methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-gas
yang dihasilkan pada proses acetogenisis menjadi gas methane CH4 dan CO2.
3.2
Daftar Pustaka
o https://iinparlina.wordpress.com/ragam-teknologi/pusat-teknologi-lingkunganbppt/pengolahan-limbah-cair-dengan-metode-anaerob/
o http://ketutsumada.blogspot.com/2012/04/pengolahan-air-limbah-secarabiologi_10.html
o http://nadyacintabiru.blogspot.com/2012/10/pengelolaan-anaerob-pada-airlimbah.html
o http://dafi017.blogspot.com/2011/04/pengolahan-limbah-cair-industri-tahu.html
o https://id.scribd.com/doc/106094867/PENGOLAHAN-LIMBAH-ANAEROB