Menghitung Daya Motor
Menghitung Daya Motor
Daya motor merupakan salah satu parameter dalam menentukan performa motor. Pengertian
dari daya itu adalah besarnya kerja motor selama kurun waktu tertentu (Arends&Berenschot
1980: 20) Sebagai satuan daya dipilih watt.
Untuk menghitung besarnya daya motor 4 langkah digunakan rumus :
Nm/s Watt
Dimana :
P = Daya (Watt)
n = Putaran mesin (rpm)
T = Torsi mesin (Nm)
Dari rumus di atas daya motor dapat diketahui besarnya setelah diketahui berapa besar torsi
(T) dan putaran mesin (n) yang dihasilkan motor itu. Dalam penelitian ini untuk mengukur
daya motor digunakan alat Hydraulic Engine Test Bed. Prinsip kerja alat uji daya Hydraulic
Engine Test Bed adalah dengan memanfaatkan pompa hidrolik jenis roda gigi (Hydraulic
gear pump) yang dihubungkan satu poros dengan poros motor untuk menangkap daya poros
motor yang diuji .
Pompa hidrolik akan diputar oleh poros yang terhubung ke motor, kemudian aliran fluida
yang dipompa oleh pompa hidrolik direm dengan menutup kran pipa tempat fluida yang
keluar dari pompa hidrolik. Setelah itu dicatat tekanan masuk dan tekanan keluar fluida yang
melewati pompa hidrolik. Juga dicatat debit fluidanya. Hasil dari pengujian daya motor
menggunakan Hydraulic Engine Test Bedakan ditunjukan dengan perubahan kondisi yang
terjadi pada panel-panel Hydraulic Engine Test Bedyaitu :
a. Tekanan fluida masuk (Pa in) dalam kg/m2
b. Tekanan fluida keluar (Pa out) dalam kg/m2.
c. Debit fluida (Q) dalam m3/s.
Untuk menghitung besarnya daya yang dihasilkan motor dihitung dengan rumus :
P = Q . Pa (kgm/s)
Dimana:
P
Hasil pengambilan data dari alat uji Hydraulic Engine Test Bed tersebut setelah dihitung
maka akan diperoleh besarnya daya P sebesar kgm/s yang kemudian dirubah kedalam satuan
Nm/s (Watt) dengan mengalikanya dengan faktor konfersi..
Untuk menentukan daya motor yang dibutuhkan ialah dengan mempertimbangkan faktorfaktor hambatan yang dialami ooleh kendaraan yakni:
Tahanan gelinding ( Rolling Restance)
Tahanan angin (Air Restance)
Tahanan tanjakan ( Gradien Restance)
Tahanan gelinding
Akibat terjadinya Rolling Restance maka ban kendaraan mengalami hambatan-hambatan atau
tahanan-tahanan. Tahanan ini disebabkan saat ban mengalami fase maju atau mundur.
Besarnya tahanan yang dialami tergantung pada berat kendaraan antara gesekan ban dan
permukaan jalan. Setelah iti perhitungan jumlah kendaraan.
( GVW)= 2300 Kg
Besarnya gesekan perlawanan jalan (Rr)
Rr = f x W
W = berat total kendaraan ( GVW )= 2300 Kg
f = Koefisien tahanan gelinding ( o,0112 ) untuk aspal beton
maka Rr = 2300 Kg x 0.0112
= 25,8 Kg
Air Resistance
Tahanan angin terjadi saat kendaraan bergerak, ini bergantung dengan kecepatan angin,
kecepatan kendaraan, luas permukaan, dan koefisien dari bentuk kendaraan tersebut.
Besarnya tahanan angin (Ra):
Ra = /2 x Ca . A .Vr2 (Kg)
Dimana:
: Massa jenis
Ca = Kapasitas tekanan angin (0,6)
A
Nb = 30,55 x 138,8 : 75
= 56,54 HP
Daya yang hidup untuk mengatasi gesekan saat menghidupkan gaya dari mesin ke ban/roda.
Daya ini biasanya dinyatakan dengan efisiensi: kopling, gear box, diferensial gear.
Total = kopling . gear box . diferensial gear.
Dimana:
Kopling = 0,96
Tahanan Tanjakan
Faktor yang mempengaruhi tanjakan yaiitu:
Besarnya sudut tanjakan
Rolling resistance saat tanjakan
Pada arah tanjakan berlawanan tahanan angin dapat diabaikan karena kecepatan kendaraan
relatif kecil.
Tahanan tanjakan = R total = Rg + Rr
Dimana:
Rr = rolling resistan (25,8 kg)
Rg = tahanan akibat gaya kendaraan W x sin
= 30o
W = 2300 Kg
Jadi Rg = 2300kg x sin 30
=1150kg
R total = 25,8 x 1150kg
=1175,8kg
Jadi tahanan tanjakan 1175,8kg
Kecepatan kendaraan saat tanjakan ( V1):
V1 = Nm . total . 270 : R total
= 68,33Hp . 270 . 0,8775 : 1175,8
= 13,76km/jm
Jadi dengan daya motor 68,33Hp, kendaraan mampu menanjak dengan sudut 30o dengan
kecepatan 13,76km/jm.
Jadi kecepatan kendaraan menanjak dengan beban maksimum dan tahanan total kendaraan
saat menanjak pada sudut 30o:
bahan
bakar
spesifik, sering
disingkat
sebuah rekayasa istilah yang digunakan untuk menggambarkan efisiensi bahan bakar dari
sebuah mesin desain. It measures the amount of fuel needed to provide a given power for a
given period. Ini mengukur jumlah bahan bakar yang diperlukan untuk memberikan daya
yang diberikan untuk suatu periode tertentu.
SFC is dependent on the engine design, with differences in the SFC between different engines
tending to be quite small. SFC tergantung pada desain mesin, dengan perbedaan di SFC
antara mesin yang berbeda cenderung cukup kecil. For instance, typical gasoline engines will
have a SFC of about 0.5 lb/hp.h (0.3 kg/kWh), regardless of the design of a particular engine.
Sebagai contoh, khas bensinmesin akan memiliki SFC dari sekitar 0,5 lb / hp.h (0,3 kg /
kWh), terlepas dari desain mesin tertentu. One exception to the rule is that the SFC within a
particular class of engine will vary based on thecompression ratio , an engine with a higher
compression ratio will deliver a better SFC because it extracts more power from the fuel. Satu
perkecualian adalah bahwa SFC dalam kelas tertentu mesin akan bervariasi berdasarkan rasio
kompresi , mesin dengan rasio kompresi yang lebih tinggi akan memberikan SFC lebih baik
karena itu ekstrak kekuatan lebih dari bahan bakar. Diesel engines have better SFCs than
gasoline largely because they have much higher compression ratios, the way they burn their
fuel is actually less efficient. Mesin diesel memiliki SFCs lebih baik dari bensin terutama
karena mereka memiliki rasio kompresi lebih tinggi, cara mereka membakar bahan bakar
mereka sebenarnya kurang efisien.
Modern jet engine s actually have much higher compression ratios than piston engine s,
which was not always the case. Modern mesin jet s benar-benar memiliki rasio kompresi
lebih tinggi jauh daripiston mesin s, yang tidak selalu terjadi. Whereas a good Diesel might
have a compression ratio of 22:1, Rolls-Royce RB-211 developed for the L-1011 in the 1960s
runs at 29:1, and the latest RR Trent runs at 41:1. Sedangkan Diesel yang baik mungkin
memiliki rasio kompresi 22:1, Rolls-Royce RB-211 dikembangkan untuk L-1011 di tahun
1960-an berjalan di 29:1, dan RR terbaru Trent berjalan pada 41:1. Nevertheless jets deliver
considerably worse SFC, which is due to their compressors being much less efficient than a
piston for most pressure ranges. Namun jet memberikan jauh lebih buruk SFC, yang karena
kompresor mereka yang jauh kurang efisien daripada piston untuk rentang tekanan yang
paling.
Engine type Tipe Mesin
SFC SFC
Ramjet Ramjet