Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Pofil Umum CV Agung Teknik Abadi


CV agung Teknik Abadi merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang

manufacturing. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1999 yang berlokasi di Jln. Prancis, Perum.
dadap indah blok C3 No.11, Dadap Tangerang. Pemilik perusahaan ini adalah bapak H. Tokhidi
Aliman.
2.2

Misi Perusahaan
Misi perusahaan ini adalah meningkatkan quality pekerjaan yang bermutu baik secara

global maupun personal dan mampu bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan customernya.
2.3

Kegiatan Usaha
Dalam kegiatan usahanya perusahaan ini melayani beberapa pengerjaan seperti : machining

specialist part, machinery general fabrication, specialist moulding, blow, rubber mould, dan dies
casting part.
Berikut ini adalah beberapa contoh hasil produk CV Agung Abadi Teknik :

Gambar 2.1 Contoh Produk 1 (1)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

Gambar 2.2 Contoh Produk 2 (1)

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

Gambar 2.3 Contoh produk 3 (1)

2.4

Mesin-mesin Produksi Yang Digunakan

Untuk menunjang pekerjaan yang ada, di perusahaan ini terdapat beberapa mesin-mesin
produksi antara lain :
Mesin Bubut Konvensional

Gambar 2.4 Mesin Bubut Konvensional (1)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


Mesin Milling

Gambar 2.5 Mesin Milling

(1)

Mesin CNC

Gambar 2.6 Mesin CNC (1)

Mesin EDM (Electrik Discharge Mechine)

Gambar 2.7 Mesin EDM (1)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.5

LANDASAN TEORI
2.5.1

Pengertian Proses Produksi


Proses produksi (2) terdiri dari dua kata, yaitu proses dan produksi yang memiliki

makna yang berbeda. Proses adalah cara, metode , dan teknik bagaimana sumber-sumber
(mesin, manusia, material dan uang) yang akan dirubah untuk memperoleh suatu hasil.
Sedangkan produksi berarti suatu kegiatan menciptakan atau menambah kegunaan
barang atau jasa. Jadi pengertian dari proses produksi adalah suatu cara, metode dan
teknik untuk menciptakan atau menambahkan kegunaan suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin dan uang) yang ada.
2.5.2

Macam-macam Proses Produksi


Secara umum proses produksi dibedakan menjadi dua jenis

(2)

yaitu proses

produksi secara terus-menerus (continous processes) dan proses produksi yang terputusputus (intermittent processes). Perbedaan pokok dari kedua proses produksi tersebut
adalah berdasarkan pada panjang tidaknya waktu persiapan untuk mengatur (set up)
peralatan produksi yang digunakan untuk memproduksi suatu produk atau beberapa
produk tanpa mengalami perubahan.
Pada proses produksi yang terus-menerus, perusahaan atau pabrik menggunakan
mesin-mesin yang dipersiapkan (set up) dalam jangka waktu yang lama dan tanpa
mengalami perubahan. Sedangkan untuk proses produksi yang terputus-putus
menggunakan mesin-mesin yang dipersiapkan dalam jangka waktu yang pendek, dan
kemudian akan dirubah atau dipersiapkan kembali untuk memproduksi produk lain.
2.5.2.1

Sifat-sifat atau Ciri-ciri Proses Produksi Terus-Menerus


Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri dari proses produksi yang terus-menerus

yaitu :
1. Poduk yang dihasilkan pada umumnya dalam jumlah besar dengan variasi
yang sangat kecil dan sudah distandarisasi.

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2. Sistem atau cara penyusunan peralatannya berdasarkan urutan pengerjaan
dari

produk

yang

dihasilkan,

biasanya

disebut

product

layout/departementation by product.
3. Mesin-mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk bersifat khusus
(Special Purpose Mechines).
4. Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan sangatlah kecil karena
biasanya mesin bekerja secara otomatis, sehingga seorang operator tidak
perlu memiliki keahlian tinggi untuk melakukan pengerjaan prooduk
tersebut.
5. Apabila salah satu mesin/peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses
akan terhenti.
2.5.2.2

Sifat-sifat atau Ciri-ciri Proses Produksi Terputus-putus


Adapun sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang terputus-putus

yaitu :
1. Produk yang dihasilkan biasanya daam jumlah kecil dengan variasi yang
sangat besar dan berdasarkan pada pesanan.
2. Sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan fungsi dalam proses
produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama .
3. Mesin-mesin yang digunakan bersifat umum dan dapat digunakan untuk
menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama
(General Purpose Machine). .
4. Pengaruh operator dengan produk yang dihasilkan cukup besar, sehingga
operator memerlukan keahlian yang tinggi dalam pengerjaan produk serta
terhadap pekerjaan yang bermacam-macam yang menimbulkan pengawasan
yang lebih sulit.
5. Proses produksi tidak akan terhenti walaupun terjadi kerusakan atau
terhentinya salah satu mesin.

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.5.3

Mesin-mesin Produksi
Berdasarkan sifatnya ada dua buah jenis mesin, yang pertama adalah mesin-

mesin yang bersifat khusus (special purpose mechines), dan mesin-mesin yang bersifat
umum (general purpose mechines).
a. Special Purpose Mechine
Adalah mesin-mesin yang direncanakan dan dibuat untuk mengerjakan satu atau
beberapa jenis pekerjaan yang sama. Sebagai contohnya adalah mesin pembuat gula
pasir, mesin untuk semen, mesin untuk membuat ban, dll.
Mesin-mesin ini merupakan mesin yang bertujuan khusus untuk melakukan satu
macam pekerjaan atau membuat satu macam produk.
b. General Purpose Mechine
Adalah suatu mesin yang dibuat untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu
untuk berbagai jenis produk atau bagian dari produk (part). Sebagai contohnya
adalah mesin bubtu konvensional, mesin freis, mesin bor, CNC, dll.
Mesin-mesin ini biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang
memproduksi barang/produk yang jumlahnya kecil, dan bengkel-bengkel untuk
mereparasi dan pemeliharaan (maintenance).

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.6

Pengertian Mesin Bubut Konvensional


Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk

memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja
yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat
yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakkan putar
dari benda kerja disebut gerak potong relatif, dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak
umpan.

Mesin
Bubut Konvensional
2.6.1 Prinsip KerjaGambar
Mesin2.8
Bubut
Konvensional

(1)

Mesin bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk
membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih
dahulu dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian
spindel dan benda kerja diputar oleh roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi
penghubung, putaran akan diteruskan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir putaran
poros ulir tersebut akan diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa
pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

10

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.7

Komponen Mesin Bubut Komvensional


2.7.1
Sumbu Utama (Main Spindle)
Sumbu utama atau dikenal dengan main spindle (Gambar 2.9 a dan 2.9 b)
merupakan suatu sumbu utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck
(cekam), plat pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain. Terlihat pada (Gambar 2.9 a) adalah
sebuah sumbu utama mesin bubut yang terpasang sebuah chuck atau cekam diamana
didalamnya terdapat susunan roda gigi yang dapat digesergeser melalui handel/tuas untuk
mengatur putaran mesin sesuai kebutuhan pembubutan.

Gambar
Sumbu Utama
(Mainsumbu
Spindle)
Terlihat pada (Gambar
3.2 2.9
b) adalah
jenis lain
utama mesin bubut yang
(3)

ujungnya sedang terpasang sebuah senter tetap (G), yang berfungsi sebagai tempat dudukan
benda kerja pada saat pembubutan dintara dua senter. Di dalam kepala tetap ini terdapat
serangkaian susunan roda gigi dan roda pulley bertingkat ataupun roda tunggal dihubungkan
dengan sabuk V atau sabuk rata. Dengan demikian kita dapat memperoleh putaran yang
berbeda-beda apabila hubungan diantara roda tersebut diubah-ubah menggunakan
handel/tuas pengatur kecepatan (A), (C) dan (F). Roda (Pully V) bertingkat ini biasanya
terdiri dari 3 atau 4 buah keping dengan sumbu yang berbeda dan diputar oleh sebuah motor
listrik. Putaran yang dihasilkan ada dua macam yaitu putaran cepat dan putaran lambat.
Putaran cepat biasanya dilakukan pada kerja tunggal untuk membubut benda dengan sayatan
tipis sedangkan putaran lambat untuk kerja ganda yaitu untuk membubut dengan tenaga
besar dan pemakananya tebal (pengasaran). Arah putaran mesin dapat dibalik menggunakan
tuas pembalik putaran (C), hal ini diperlukan dengan maksud misalnya untuk membubut ulir
atau untuk membubut dengan arah berlawanan sesuai dengan sudut mata potong pahat.
Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

11

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.7.2

Meja Mesin (Bed)


Meja mesin bubut ( Gambar 2.10) berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas,

eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan gaya pemakanan waktu
pembubutan. Bentuk alas ini bermacam-macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau
kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu. Permukaannya halus dan rata sehingga
gerakan kepala lepas dan lain-lain di atasnya lancar. Bila alas ini kotor atau rusak akan
mengakibatkan jalannya eretan tidak lancar sehingga akan diperoleh hasil pembubutan yang
tidak baik atau kurang presisi.

2.7.3

Eretan (Carriage)
Gambar 2.10 Meja Mesin (Bed) (3)
Eretan (Gambar 2.11) terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang

bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross carriage) yang bergerak melintang
alas mesin dan eretan atas (top carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan d
atas eretan melintang. Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang
besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian
tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua eretan dapat
dijalankan secara otomatis ataupun manual.

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

12

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

Handle Eretan
Gambar 2.11 Eretan (Carriage) (3)

2.7.4

Kepala Lepas (Tail Stock)


Kepala lepas sebagaimana (Gambar 2.12) digunakan untuk dudukan senter putar

sebagai pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus dan cekam
bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas mesin, porosnya
berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk dijepit. Tinggi kepala lepas sama
dengan tinggi senter tetap. Kepala lepas ini terdiri dari terdapat dua bagian yaitu alas dan
badan, yang diikat dengan 2 baut pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas kepala
lepas sekaligus berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan
agar dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin, atau tidak sepusat
yaitu pada waktu membubut tirus diantara dua senter. Selain roda pemutar (B), kepala lepas
juga terdapat dua lagi lengan pengikat yang satu (C) dihubungkan dengan alas yang
dipasang mur, dimana fungsinya untuk mengikat kepala lepas terhadap alas mesin agar tidak
terjadi pergerakan kepala lepas dari kedudukannya. Sedangkan yang satunya (D) dipasang
pada sisi tabung luncur/rumah senter putar, bila dikencangkan berfungsi agar tidak terjadi
pergerakan longitudinal sewaktu membubut.

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

13

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

Gambar 2.12 Kepala Lepas (Tail Stock) (3)

2.7.5

Tuas Pengatur Kecepatan Transporter dan Sumbu Pembawa


Tuas pengatur kecepatan (A) pada gambar 2.13, digunakan untuk mengatur

kecepatan poros transporter dan sumbu pembawa. Ada dua pilihan kecepatan yaitu
kecepatan tinggi dan kecepatan rendah. Kecepatan tinggi digunakan untuk pengerjaan
benda-benda berdiameter kecil dan pengerjaan penyelesaian sedangkan kecepatan rendah
digunakan untuk pengerjaan pengasaran, ulir, alur, mengkartel dan pemotongan (cut off).

Pengatur sumbu
Gambar 2.13 Tuas Pengatur Kecepatan (3)

Besarnya kecepatan setiap mesin berbeda-beda dan dapat dilihat pada plat tabel yang
tertera pada mesin tersebut.
2.7.6

Pelat Tabel
Pelat tabel adalah tabel besarnya kecepatan yang ditempel pada mesin bubut yang

menyatakan besaran perubahan antara hubungan roda-roda gigi di dalam kotak roda gigi.
Pengatur sumbu Pengatur sumbu ransporter ataupun terhadap roda pulley di dalam kepala
tetap (head stock). Tabel ini sangat berguna untuk pedoman dalam pengerjaan sehingga
Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

14

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


dapat dipilih kecepatan yang sesuai dengan besar kecilnya diameter benda kerja atau
menurut jenis pahat dan bahan yang dikerjakan
2.7.7

Tuas Pembalik Putaran Transporter dan Sumbu Pembawa


Tuas pembalik putaran (C) pada gambar 2.14, digunakan untuk membalikkan arah

putaran sumbu utama, hal ini diperlukan bilamana hendak melakukan pengerjaan
penguliran, pengkartelan, ataupun membubut permukaan

Gambar 2.14 Tuas Pembalik Putaran (3)

2.7.8

Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama


Plat tabel kecepatan sumbu utama pada Gambar 2.15, menunjukkan angka-angka

besaran kecepatan sumbu utama yang dapat dipilih sesuai dengan pekerjaan pembubutan.

Gambar 2.15 Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama (3)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

15

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.7.9

Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama


Tuas pengatur kecepatan sumbu utama (Gambar 2.16) berfungsi untuk mengatur

kecepatan putaran mesin sesuai hasil dari perhitungan atau pembacaan dari tabel putaran.

Gambar 2.16 Tuas Pengatur Sumbu Utama (3)

2.7.10

Penjepit Pahat (Tools Post)


Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat, yang bentuknya ada

beberapa macam diantaranya seperti ditunjukkan pada gambar 2.17. Jenis ini sangat praktis
dan dapat menjepit pahat 4 (empat) buah sekaligus sehingga dalam suatu pengerjaan bila
memerlukan 4 (empat) macam pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus.

Gambar 2.17 Penjepit Pahat (Tools Post) (3)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

16

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.7.11

Eretan Atas
Eretan atas sebagaimana gambar 2.18, berfungsi sebagai dudukan penjepit pahat

yang sekaligus berfungsi untuk mengatur besaran majunya pahat pada proses pembubutan
ulir, alur, tirus, champer (pinggul) dan lain-lain yang ketelitiannya bisa mencapai 0,01 mm.

Gambar 2.18 Eretan Atas (3)

Eretan ini tidak dapat dijalankan secara otomatis, melainkan hanya dengan cara
manual. Kedudukannya dapat diatur dengan memutarnya sampai posisi 360, biasanya
digunakan untuk membubut tirus dan pembubutan ulir dengan pemakanan menggunakan
eretan atas.
2.7.12

Keran Pendingin
Keran pendingin digunakan untuk menyalurkan pendingin (collant) kepada benda

kerja yang sedang dibubut dengan tujuan untuk mendinginkan pahatpada waktu penyayatan
sehingga dapat menjaga pahat tetap tajam dan panjang umurnya. Hasil bubutannyapun
halus.

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

17

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

Gambar 2.19 Keran Pendingin (3)

2.7.13

Roda Pemutar
Roda pemutar yang terdapat pada kepala lepas digunakan untuk menggerakkan

poros kepala lepas maju ataupun mundur. Berapa panjang yang ditempuh ketika maju atau
mundur dapat diukur dengan membaca cincin berskala (dial) yang ada pada roda pemutar
tersebut. Pergerakkan ini diperlukan ketika hendak melakukan pengeboran untuk
mengetahui atau mengukur seberapa dalam mata bor harus dimasukkan.
2.7.14

Transporter dan Sumbu pembawa


Transporter atau poros transporter adalah poros berulir segi empat atau trapesium

yang biasanya memiliki kisar 6 mm, digunakan untuk membawa eretan pada waktu kerja
otomatis, misalnya waktu membubut ulir, alur dan atau pekerjaan pembubutan lainnya.
Sedangkan sumbu pembawa atau poros pembawa adalah poros yang selalu berputar
untuk membawa atau mendukung jalannya eretan.

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

18

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

Gambar 2.20 Poros Transporter dan Sumbu Pembawa (3)

2.8

SOP (Standart Operasional Procedure) Pengoperasian Mesin Bubut Konvensional


Untuk Membubut Permukaan (Muka)
Terdapat

beberapa hal yang harus diketahui oleh operator mesin bubut konvensional

sebelum melakukan proses pengerjaan pada mesin bubut konvensional antara lain :
2.8.1

Kecepatan Potong (Cutting Speed)


Yang dimaksud dengan kecepatan potong (CS) adalah kemampuan alat potong

menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang /waktu (m/menit
atau feet/menit). Pada gerak putar seperti mesin bubut, kecepatan potong (CS) adalah
keliling kali putaran atau . d. n; di mana d adalah diameter pisau/benda kerja dalam satuan
milimeter dan n adalah kecepatan putaran pisau/benda kerja dalam satuan putaran/menit
(rpm).

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

19

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


Tabel 1. Kecepatan Potong untuk Berbagai Jenis Bahan (3)

Karena nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku
(Tabel 2), maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran
mesin/benda kerja. Dengan demikian rumus untuk menghitung putaran menjadi:
N=

Cs
. d .rpm

Karena satuan Cs dalam meter/menit sedangkan satuan diameter pisau/benda kerja


dalam millimeter, maka rumus menjadi :
N=

1000 Cs
.d

rpm

Contoh: Benda yang akan dibubut berdiameter 30 mm dengankecepatan potong (Cs) 25


m/menit, maka besarnya putaran mesin (n) diperoleh :
n=

1000 x 25
3,14 x 30

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

= 265,392 rpm

20

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


Dalam menentukan besarnya kecepatan potong dan putaran mesin, selain dapat
dihitung dengan rumus diatas juga dapat dicari pada tabel kecepatan potong pembubutan
(Tabel 2 dan 3) yang hasil pembacaannya mendekati dengan angka hasil perhitungan.
Tabel 2. Kecepatan Potong Pahat HSS (Hight Speed Steel) (3)

Tabel 3. Daftar Kecepatan Potong Pembubutan (3)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

21

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


2.8.2

Waktu Pengerjaan
Yang dimaksud dengan waktu pengerjaan disini adalah durasi waktu (lamanya

waktu) yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan. Durasi ini sangat penting
diperhatikan sehubungan dengan efisiensi pengerjaan. Apalagi dikaitkan dengan sistem
bisnis komersial atau kegiatan unit produksi di sekolah, waktu pengerjaan sangat penting
untuk diperhitungkan (3). Hal-hal yang berkaitan dengan waktu pengerjaan adalah :
a. Kecepatan pemakanan (f)
Yang dimaksud dengan kecepatan pemakanan adalah jarak tempuh gerak maju
pisau/benda kerja dalam satuan millimeter permenit atau feet permenit. Pada gerak
putar, kecepatan pemakanan, f adalah gerak maju alat potong/benda kerja dalam n
putaran benda kerja/pisau per menit. Pada mesin bubut (3), tabel kecepatan pemakanan f
dinyatakan dalam satuan millimeter perputaran sehingga f = f . n. Besarnya kecepatan
pemakanan dipengaruhi oleh:
1) Jenis bahan pahat yang digunakan
2) Jenis pekerjaan yang dilakukan, misalnya membubut rata, mengulir,
memotong atau mengkartel dan lain-lain
3) Menggunakan pendinginan atau tidak
4) Jenis bahan yang akan dibubut, misalnya besi, baja, baja tahan karat
(stainless steel), atau bahan-bahan non fero lainnya
5) Kedalaman pemakanan
Sebagai pedoman umum untuk mengetahui besarnya kecepatan pemakanan dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Kecepatan Pemakanan Untuk Pahat HSS (3)

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

22

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.


Pekerjaan kasar yang dimaksud adalah pekerjaan pendahuluan dimana pemotongan
atau penyayatan benda kerja tidak diperlukan hasil yang halus dan presisi, sehingga
kecepatan pemakanannya dapat dipilih angka yang besar dan selanjutnya masih dilakukan
pekerjaan penyelesaian (finising). Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan gerakan otomatis
ataupun gerakan manual, namun demikian tidak boleh mengabaikan kemampuan pahat dan
kondisi benda kerja. Semakin tebal penyayatan hendaknya semakin rendah putarannya
untuk menjaga umur pahat dan tidak terjadi beban lebih terhadap motor penggeraknya.
Sedangkan pekerjaan penyelesaian yang dimaksud adalah pekerjaan penyelesaian
(finishing) akhir yang memerlukan kehalusan dan kepresisian ukuran tertentu, sehingga
kecepatan pemakanannya harus menggunakan angka yang kecil dan tentunya harus
menggunakan putaran mesin sesuai perhitungan atau data dari table kecepatan potong.
b. Frekuensi Pemakanan (i)
Yang dimaksud dengan frekwensi pemakanan adalah jumlah pengulangan penyayatan
mulai dari penyayatan pertama hingga selesai. Frekwensi pemakanan tergantung pada
kemampuan mesin, jumlah bahan yang harus dibuang, sistem penjepitan benda kerja dan
tingkat finishing yang diminta.
c. Panjang benda kerja / jarak tempuh alat potong (L).
Pada proses pembubutan, jarak tempuh pahat sama dengan panjang benda kerja yang
harus dibubut ditambah kebebasan awal (Gambar 2.21)

d. Perhitungan waktu pengerjaan


mesin
(T)
Gambar
2.21 bubut
Jarak Tempuh
Pahat Bubut (3)
Pada proses pembubutan perhitungan waktu pengerjaan = (Jarak tempuh pahat x
frekwensi pemakanan ) dibagi (Kecepatan pemakanan kali kecepatan putaran mesin) (3) .
Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

23

Laporan Kerja praktek Achmad Zulfikar A.

T=

L.i
F

Menit

Dimana F = f. n
f = kecepatan pemakanan
n = putaran mesin
L = l + la

Teknik Mesin
Universitas Mercu Buana

24

Anda mungkin juga menyukai