07 - 200hubungan Keracunan Timbal Dengan Anemia Defisiensi Besi Anak PDF
07 - 200hubungan Keracunan Timbal Dengan Anemia Defisiensi Besi Anak PDF
ABSTRAK
Kondisi defisiensi besi dan keracunan timbal sering berhubungan dan terjadi bersamaan menyebabkan anemia pada anak. Kondisi anemia
defisiensi besi meningkatkan kejadian keracunan timbal karena timbal dan besi mempunyai reseptor yang sama yaitu divalent metal transporter
1 (DMT 1). Pencegahan defisiensi besi pada anak merupakan salah satu upaya mencegah keracunan timbal. Pada anak dengan BLL di atas 45
g/dL penatalaksanaan utama mengatasi keracunan timbal dengan agen kelasi kemudian mengatasi anemia defisiensi besi.
Kata kunci: anemia, defisiensi besi, keracunan timbal, anak
ABSTRACT
Iron deficiency and lead intoxication often occur simultaneously to cause anemia in childhood. Iron deficiency increase the incidence of lead
intoxication because they have same receptor - divalent metal transporter 1 (DMT 1). Prevention of iron deficiency in children can protect against
lead intoxication. In children with BLL > 45 g/dL, lead intoxication is primarily managed with chelating agent followed by iron deficiency
treatment. Bidasari Lubis, Nelly Rosdiana, Selvi Nafianti, Olga Rasyianti, Flora Mindo Panjaitan. Correlation between Lead Intoxication
and Iron Deficiency in Children.
Key words: anemia, iron deficiency, lead intoxication, children
PENDAHULUAN
Timbal merupakan salah satu jenis logam
berat alamiah yang tersedia dalam bentuk
bijih logam, percikan gunung berapi, dan
bisa diperoleh di alam. Peningkatan aktivitas
manusia, seperti pertambangan, peleburan,
penggunaan dalam bahan bakar minyak dan
pemakaian timbal untuk kebutuhan komersial
yang meluas telah menyebabkan timbal
menyebar di lingkungan.1
Antara tahun 1976 dan 1980, lebih dari 85%
anak usia prasekolah di Amerika Serikat
mempunyai kadar timbal darah 10 g/dL,
hampir 98% di antaranya keturunan AfroAmerika. Kemudian pemerintah Amerika
Serikat memberlakukan peraturan untuk
mengurangi pemakaian timbal pada tiga
sumber utama timbal, yaitu menghentikan
produksi bensin bertimbal, melarang
penggunaan kaleng bertimbal untuk makanan
dan menetapkan kadar timbal maksimal untuk
Alamat korespondensi
email: nelly.bachtiar@yahoo.com
17
TINJAUAN PUSTAKA
pada timbal.1,4
Kontaminasi timbal pada anak sebagian besar
melalui tertelannya bahan mengandung
timbal seperti mainan dan debu, hal ini
juga dimungkinkan karena kebiasaan anak
memasukkan tangan ke mulut. Tubuh anak
mengarbsorsi timbal lebih banyak dibanding
orang dewasa, sehingga paparan timbal yang
lebih rendah dapat menimbulkan keracunan
pada anak. Anak dapat mengabsorpsi lebih
dari 50% timbal yang tertelan, sedang orang
dewasa hanya 35 sampai 50% saja. Jumlah
timbal yang diserap pada saluran cerna
tergantung beberapa faktor, seperti ukuran
partikel, pH, zat lain di saluran cerna, dan status
nutrisi esensial. Absorpsi timbal yang tertelan
pada kondisi lambung kosong lebih tinggi
dibanding jika tertelan bersama makanan.
Keberadaan besi dapat mengurangi absorpsi
timbal dengan cara kompetisi langsung
pada tempat ikatan, kondisi kekurangan besi
menyebabkan peningkatan absorpsi, retensi,
dan keracunan timbal.1,4,11
Setelah diserap, 99% timbal terikat pada
eritrosit, dan 1% menyebar bebas ke dalam
jaringan lunak dan tulang, sehingga kadar
timbal dalam darah menggambarkan kadar
timbal dalam tubuh. Total beban timbal darah
tersimpan dalam empat kompartemen, yaitu
darah (waktu paruh 35 hari), jaringan lunak
(waktu paruh 40 hari), tulang trabekular
(waktu paruh 3 sampai 4 tahun), dan
komponen kortikal tulang (waktu paruh
18
TINJAUAN PUSTAKA
keracunan timbal pada sistem gastrointestinal
antara lain anoreksia, nyeri perut, muntah,
dan konstipasi yang timbul dan berulang
beberapa minggu. Anak dengan Blood Lead
Level (BLL) >20 g/dL dua kali lebih sering
mengalami keluhan sistem gastrointestinal.1,4
BLL >100 g/dL menyebabkan disfungsi
tubular ginjal. Timbal juga dapat menginduksi
terjadinya sindrom Fanconi.
Gejala susunan saraf pusat antara lain akibat
edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial. Nyeri kepala, perubahan perilaku,
letargi, edema papil, kejang, dan koma yang
dapat mengakibatkan kematian jarang
ditemukan pada anak dengan kadar timbal
>100 g/dL, tetapi pernah dilaporkan anak
dengan BLL <70 g/dL. Ensefalopati dapat
terjadi pada anak dengan BLL >100 g/dL.
Pernah dilaporkan di Amerika Serikat (2006)
anak meninggal dengan BLL 180 g/dL.
Hiperaktif diamati pada anak-anak dengan BLL
>20 g/dL. Pada pasien yang lebih tua, timbal
dapat menyebabkan neuropati perifer.1,11
19
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1 Pemantauan Blood Lead Level (BLL) setelah uji tapis1
Kadar timbal darah (g/dL)
10-19
3 bulan
1 bulan
20-44
1 minggu-1 bulan
1 minggu
45-59
48 hari
48 minggu
60-69
24 hari
48 hari
70
segera
segera
Rekomendasi
10-14 g/dL
Edukasi
Diet
Lingkungan
Pemantauan BLL dalam 1-3 bulan
15-19 g/dL
Edukasi
Diet
Lingkungan
Pemantauan BLL dalam 1-2 bulan
Intervensi jika BLL 20-24 g/dL selama minimal 3 bulan setelah tes pertama atau BLL meningkat
20-44 g/dL
Edukasi
Diet
Lingkungan
Pemantauan BLL dalam 1 minggu-1 bulan
Anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, profil besi)
Investigasi lingkungan
Mengurangi bahan mengandung timbal
Monitoring neurodevelopmental
Radiografi abdominal dan dekontaminasi timbal jika indikasi
45-69 g/dL
Edukasi
Diet
Lingkungan
Pemantauan BLL dalam 1 minggu-1 bulan
Anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, profil besi, EP, ZPP)
Investigasi lingkungan
Mengurangi bahan mengandung timbal
Monitoring neurodevelopmental
Radiografi abdominal dan dekontaminasi timbal jika indikasi
Terapi kelasi
70 g/dL
Suksimer
20
Sinonim
Chemet, DMSA
Dosis
Toksisitas
2
Edetat
CaNa2EDTA, versenat
BAL
Dimerkaprol, British
antilewisite
D-Pen
Penisilamin
TINJAUAN PUSTAKA
diberikan sesudah terapi kelasi.1,4,15
Di Amerika Serikat, terapi kelasi suksimer
pada anak keracunan timbal menurunkan
BLL, tetapi tidak bermanfaat pada fungsi
kognitif, perilaku dan neuromotorik.16 Studi
di Bangalore India menghasilkan penurunan
kadar timbal anak dengan BLL 10 g/dL
setelah fortifikasi besi selama enam hari per
minggu dalam enam bulan.17
Anak dengan BLL lebih dari 20 mcg/dL harus
dievaluasi neurologis untuk mengidentifikasi
kemungkinan keterlambatan pertumbuhan.
Anak dengan abnormalitas neurologi harus
menjalani tes neuropsikologi formal. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Markowitz M. Lead Poisoning. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editors. Nelson textbook of Pediatrics. 18th edition. Philadelphia: Saunders; 2010.p.2913-7.
2.
Lead poisoning in Indonesia (Internet). (cited 2011 Feb 10). Available from: www.lead.org.au.
3.
Albalak R, Noonan G, Buchanan S, Flanders WD, Crawford CG. Blood lead and risk factor for lead poisoning among children in Jakarta, Indonesia. The Science of the Total Environment.
4.
Shannon MW, Harper AA. Lead, other Metals, and Chelation Therapy. Dalam: Zaoutis LB, Chiang VW, penyunting. Comprehensive Pediatric Hospital. Philadelpia: Mosby, 2007. h.1127-32.
2003;75-85.
5.
Cheng TL, Pappas DE. Iron Deficiency Anemia. Pediatric in Riview. 1998;19:321-2.
6.
Glader B. Iron-Deficiency Anemia. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders; 2010. h. 2014-17.
7.
Ahamed M, Singh S, Behari JR, Kumar A, Siddiqui. Interaction of lead with some essential trace metals in the blood of anemic children from Lucknow, India. The Science of the Total
Environment. 2006;92-7.
8.
Shah F, Kazi TG, Afridi HI, Baig JA, Khan S. Environmental exposure of lead and iron deficit anemia in children age range 1-5 years: A cross sectional study. Science of the Total Environmen-
9.
Willow ND, Gray-Donald K. Blood lead concentration and iron deficiency in Canadian aboriginal infant. The Science of the Total Environment. 2002;255-60.
tal. 2010;5325-30.
10. Tripathi RM, Raghunath R, Mahapatra S, Sadasivan S. Blood lead and its effect on Cd, Cu, Zn, Fe and hemoglobin levels of children. Science of the Total Environmental. 2001;161-8.
11. Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. Edisi ke-16. New York: McGraw-Hill; 2003; 352-3.
12. Williams PL, Sergeyev O, Lee MM, Korrick SA, Burns JS. Blood Lead Levels and Delayed Onset of Puberty in a Longitudinal Study of Russian Boys. Pediatrics. 2010;1089-95.
13. Wright RO, Tsaih SW, Scwartz J, Wright RJ, Hu H. Association between Iron Deficiency and Blood Lead Level in a Longitudinal Analysis of Children followed in an Urban Primary Care Clinic.
Science of the Total Environmental. 2003;9-14.
14. Gao W, Li Z, Kaufmann RB, Jones RL, Wang Z. Blood Lead Level among Children Aged 1 to 5 Years in Wuxi City, China. Doi:10.1006/enrs.2001.4281.
15. Wolf A, Jimenez E, Lozoff B. Effect of Iron Therapy on Infant Blood Lead Level. J Pediatr. 2003;143:789-95.
16. Dietrich KN, Ware JH, Salganik M, Radcliffe J, Rogan WJ. Effect of Chelation Therapy on the Neuropsycholoogycal and Behavioral Development of Lead-Exposed Children After School
Entry. Pediatrics. 2004;114;19-26.
17. Iron Fortification Reduces Blood Lead Levels in Children in Bangalore, India. Pediatrics. 2006;117;2014-21.
21