Pengertian Tenun Menurut Sugiarto
Pengertian Tenun Menurut Sugiarto
azaz (prinsip) yang sederhana dari benang yang di gabung secara memanjang
dan melintang. Apa yang dahulu tampak sebagai kain adalah hasil tenunan, dan
asalnya dapat ditelusuri hingga 200 abad yang lalu. Pengertian lain dari tenun
adalah kegiatan menenun kain dari helaian benang pakan dan benang lungsing
yang sebelumnya diikat dan dicelupkan pada zat pewarna alami,
(scribd.com/doc/5113925/pengertian tenun, rabu 8 januari 2014). Berdasarkan
pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pengertian tenun adalah kegiatan
menenun kain dengan menggunakan persilangan benang lungsing dan benang
pakan, dan proses pewarnaan secara alam. Terdapat tiga tenunan dasar,
diantaranya tenunan sederhana/polos,tenunan kepar dan tenunan satin, ketiga
tenunan dasar dapat diuraikan sebagai berikut : 2.2.1 Tenunan sederhana (plain
waever) Tenunan sederhana adalah tenunan yang paling sederhana dari kain
tenun, masing-masing dengan sebuah benang lungsing dan benang pakan naik
turun bergantian sambil saling menyilang, kain tenunan ini memiliki kekuatan
dan banyak dipakai, (Sugiarto,Wartanabe 2003:115). Gb.1 Tenunan
sederhana/polos Sumber : Mary Back, 1980 : 39 Repro : Wilan Naini2.2.2 Tenunan
kepar (twill) Pada tenunan kepar benang pakan menyilang dibawah dua benag
lungsing, kemudian diatas sebuah benang lungsing, silih ganti. Memperlihatkan
tenunan kepar tiga kepar yang paling sederhana, dan sebuah tenunan lengkap
terdiri dari tiga benang pakan dan seutas benang lunsing. Terdapat juga tenunan
empat kepar, lima kepar dan dst. Pada tenunan kepar titik pertemuan antara
lungsing dan pakan (titik tenun) berjalan miring, yang membuat garis miring
pada kain tenunnya, (Sugiarto,Wartanabe 2003:115) Gb. 2 Tenunan kepar
Sumber: Anne Field, 1991 : 91 Repro : Wilan Naini 2.2.3 Tenunan saten Pada
tenunan saten, titik-titik tenun antara lungsing dan pakan dibuat sesedikit
mungkin, dan lagi pula titik-titik tenun harus dihamburkan dan bukannya terus
menerus, sehingga seolah-olah hanya benang lungsing saja yang mengapung di
atas permukaan kain. Tenunan dengan benang lungsing yang mengapung pada
permukaan dinamakan saten lungsing, dan dimana benang pakannya yang
mengapung pada permukaan dinamakan saten pakan, (Sugiarto,Wartanabe
2003:115). Gb.3 Tenunan Satin Sumber : Anne Field, 1991 : 101 Repro: Wilan
Naini Berdasarkan beberapa jenis teknik menenun tersebut di atas, pengrajin di
Desa Barakati menggunakan teknik tenun sederhana atau tenun polos. Adapun
klasifikasi teori teknik tenun sederhana dapat digambarka pada tabel di bawah
ini: Tabel 2.1 : Klasifikasi tenunan dasar No. Tenunan Jumlah Gun/Kamran Pedal 1.
Polos/Dasar Minimal 2 Gun Tarik/injak 1 (1) tinggal 1 (satu) 2. Kepar Minimal 3
Gun Trik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua) 3. Satin Minimal 5 Gun Tarik/injak 1 (satu)
tinggal 4 (empat) Sumber : http://ar-royyal-dwisaputra.blogspot.com/2012/10/tekstil-strukturtenun.htmlMenghani merupakan
suatu cara yang digunakan untuk persiapan pemasangan benang lungsing pada
mesin,adapun alat yang digunakan dalam pemasangan benang lungsing pada
mesin ataupun alat tenun ada bermacammacam namun cara pemasangannya
tetap sama. Caranya: benang diatur dan diulur pada alat penghani, panjangnya
sesuaikan dengan kebutuhan, pada salah satu sisi alat hani dibuat persilangan
benang untuk memudahkan memasukkan benang pada gun. Setiap 10 (sepuluh)
kali putaran diberi tanda tali untuk memudahkan penghitungan jumlah benang
lungsing yang dibutuhkan. Setelah jumlah benang yang dibutuhkan selesai
dihani, ikatlah persilangan tadi agar tidak mudah lepas dan menjadi patokan
untuk memudahkan pemasangan pada gun. Apabila benang lungsing sudah