DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. i
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.
Latar Belakang................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................ 2
C.
Tujuan............................................................................................ 2
BAB II..................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A.
B.
C.
D.
BAB III.................................................................................................. 47
PENUTUP.............................................................................................. 47
A.
Kesimpulan................................................................................... 47
B.
Saran........................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan
dan berpikir, mausia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain
dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu
memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri
sesuai dengan keunikan atau tiap tiap pontensi tanpa menimbulkan konflik
dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka
diperlukanlah
bimbingan
untuk
membantu
setiap
individu
mencapai
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Bimbingan Konseling
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai
pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masingmasing pelayanan itu
berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan
dampak positif sebesar besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan
kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu menjadi fokus pelayanan
yang dimaksud. Misalnya, pelayanan kesehatan (yang diberikan oleh
Puskesmas) berguna dan memberikan manfaat kepada kepentingan untuk
memperoleh informasi tentang kesehatan, pemeriksaan dan pengobatan agar
kesehatan yang bersangkutan terpelihara. Pelayanan hukum (yang diberikan
oleh LBH/Lembaga Bantuan Hukum) berguna dan memberikan manfaat agar
warga masyarakat yang berkepentingan menjadi lebih sadar hukum dan dapat
mempergunakan kaidah kaidah hukum untuk berbagai urusan yang
menyangkut diri mereka. Dengan pelayanan pelayanan itu warga masyarakat
yang berkepentingan memperoleh keuntungan tertentu. Kegunaaan, manfaat,
3
kegunaan
ataupun
tidak
memberikan
manfaat
atau
keuntungan tertentu.
Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat,
ataupun keuntungan keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan
tersebut. Fungsi fungsi itu banyak dan dapat dikelompokkan menjadi lima
fungsi pokok, yaitu : (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi
pengentasan, (d) fungsi pemeliharaan dan pengembangan, (e) fungsi advokasi.
1. Fungsi Pemahaman
Dalam fungsi pemahaman, kegunaan, manfaat, atau keuntungan
keuntungan apakah yang dapat diberikan oleh layanan bimbingan dan
konseling? Jasa yang diberikan oleh pelayanan ini adalah berkenaan
dengan pemahaman. Pemahaman tentang apa dan oleh siapa? Pertanyaan
yang terakhir itu perlu dijawab dengan mengaitkan fokus utama pelayanan
bimbingan dan konseling, yaitu klien dengan berbagai permasalahannya,
dan dengan tujuan tujuan konseling. Berkenaan dengan kedua hal
tersebut, pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan
bimbingan dan konseling adalah pemahaman tentang diri klien beserta
permasalahannya oleh klien sendiri oleh pihak pihak yang akan
membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan klien oleh klien.
a. Pemahaman tentang klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian
bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihak pihak lain
dapat memberikan layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu
terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu itu. Pemahaman
tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien, melainkan lebih jauh
lagi, yaitu pemahaman yang menyangkut latar belakang pribadi klien,
kekuatan dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi
Di samping itu pars siswa juga perlu diberi kesempatan untuk memahami
berbagai informasi yang berguna berkenaan dengan sangkut paut pendidikan
yang sedang dijalaninya sekarang dengan pendidikan kelanjutannya, dan dengan
kemungkinan pekerjaan yang dapat dikembangkannya kelak. Bahan bahan
tersebut sering disebut informasi pendidikan dan informasi jabatan/pekerjaan.
Dengan berbagai informasi itu para siswa dimungkinkan menjangkau dunia luar
sekolah, dan sudah mulai memerlukan pemahaman tentang lingkungan mereka
yang lebih luas. Para karyawan (dalam bimbingan dan konseling jabatan)
memerlukan pemahaman tentang pekerjaan yang mereka geluti, hubungan kerja
dengan pihak pihak tertent, sistem promosi, pendidikan untuk pengembangan
karier yang lanjut, dan lain lain. Para orang tua dan suami/istri (dalam
bimbingan dan konseling keluarga dan perkawinan) memerlukan pemahaman
tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupan keluarga dan perkawinan,
seperti pemeliharan anak, seks yang sehat, keluarga berencana dan lain lain.
Pemahaman seperti itu amat berguna bagi pelaksanaan tugas mereka sehari hari,
ataupun pemecahan masalah mereka dan pencapaian tujuan tujuan yang ingin
mereka capai. Pemahaman tentang hal hal seperti itu akan semakin terasa
manfaatnya apabila dikaitkan dengan permasalahan yang dialami oleh klien, baik
secara individu maupun kelompok. Namun demikian, pengembangan pemahaman
seperti itu sifatnya lebih luas, tidak semata mata terkait pada permasalahan klien
yang sedang ditangani oleh konselor, dan pengembangannya dapat dilakukan atas
permintaan klien ataupun tidak. Konselor perlu menyusun program yang lebih
luas untuk pemahaman yang dimaksudkan itu. Kerja sama antara konselor dan
pihak pihak lain, seperti guru dan wali kelas di sekolah, pejabat ketenagakerjaan
dan dari kalangan industri, dan lain lain, amat diperlukan.
2. Fungsi Pencegahan
Ada suatu slogan yang berkembang dalam bidang kesehatan, yaitu
mencegah lebih baik daripada mengobati. Slogan ini relevan dengan bidang
bimbingan dan konseling yang sangat mendambakan sebaiknya individu tidak
mengalami sesuatu masalah. Apabila individu tidak mengalami sesuatu masalah,
maka
besarlah
kemungkinan
ia
akan
dapat
melaksanakan
proses
kesulitan dan kerugian bagi para siswa dalam memperkembangkan dirinya secara
optimal di sekolah. Kegiatan belajar mereka akan mengalami banyak gangguan,
sikap positif dan penghargaan terhadap kebersihan dan lingkungan akan
terhambat; kematangan sosial emosisonal akan tersendat, dan sebagainya. Dari
sudut pencegahan, lingkungan sekolah seperti itu perlu diperbaiki.
Berkenaan dengan upaya pencegahan, George Albee (dalam Horner &
McElhaney, 1993) mengemukakan rumus sebagai berikut :
KM
OS
1 2 3
10
Keterangan :
KM
= Kondisi bermasalah
= Faktor organik
= Stres
= Dukungan kelompok
Secara verbal rumusan tersebut mengungkapkan bahwa makin kuat
gabungan kondisi faktor organik dan stres akan meningkatkan kondisi bermasalah
pada diri individu, apabila faktor kemampuan memecahkan masalah, dan
dukungan kelompok konstan. Sebaliknya, kondisi bermasalah pada diri klien akan
berkurang apabila gabungan kondisi faktor organik dan stres tetap, sedangkan
kemampuan memecahkan masalah, dan dukungan kelompok bertambah. Apabila
rumus tersebut terhadap upaya pencegahan adalah bahwa :
1
serta;
mencegah adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
penilaian positif terhadap diri sendiri, dan dukungan kelompok.
b. Upaya pencegahan
Sejak lama telah timbul dua sikap yang berbeda terhadap upaya
pencegahan, khsusnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap skeptik dan
optimistik (Hornet & McElhaney, 1973). Sikap skeptik, meskipun menerima
konsep pencegahan sebagai sesuatu yang bagus, namun meragukan apakah upaya
pencegahan memang dapat dilakukan. Mereka yang bersikap skeptik itu
menganggap bahwa gangguan mental emosional itu tidak dapat dicegah. Lebih
lebih gangguan mental emosional yang terkait dengan kondisi biologis individu.
Lebih jauh, mereka juga menganggap bahwa upaya pencegahan itu tidak praktis.
Sebaliknya, golongan yang bersika optimistik menganggap bahwa upaya
pencegahan itu sangat penting dan pelaksanaannya mesti diusahakan. Mereka
11
2
3
memberikan manfaat.
menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.
Upaya mendorong penigkatan kondisi pribadi klien dapat diselenggarakan
masalah masalah
Dalam hal ini kajian teoritik dan studi lapangan perlu dipadukan.
Mengidentifikasi pihak pihak yang dapay membantu pencegahan
masalah tersebut
Misalnya untuk permasalah murid di sekolah pihak pihak yang terkait
adalah kepala sekolah, guru, wali kelas, orang tua, badan atau lembaga
tertentu. Sangkut paut pihak pihak tersebut dengan permasalahannya
3. Fungsi Pengentasan
Dalam kehidupan sehari hari, bila seseorang menderita demam dan
demamnya ia tidak dapat tersembuhkan dengan dikerok atau dengan meminum
obat yang dibeli di warung atau rumah obat, maka ia pergi ke dokter. Spa yang
diharapkan orang tersebut dari pelayanan dokter? Tentulah kesembuhan dirinya
dari demam yang dideritanya itu. Demikian pula analoginya bila seseorang
13
mengalami masalah yang tidak mampu diatasinya sendiri, ia pergi ke konselor dan
yang diharapkan oleh orang itu adalah tidak lain teratasinya masalahnya itu.
Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan
yang tidak mengenakan. Ia perlu dientas dari keadaan yang tidak disukainya itu.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu adalah upaya
pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal itu,
pelayanan bimbingan dan konseling menyelenggarakan fungsi pengentasan.
Secara sederhana kesejajaran antara fungsi penyembuhan pelayanan dokter
dan fungsi pengentasan pelayanan konselor adalah sebagaimana terlibat pada
bagan berikut (Gambar 8 di halaman 210).
Pelayanan Dokter
Pasien
pemeriksaan
pelayanan konselor
Klien
Proses
konseling
Resep
Aplikasi
obat
Aplikasi hasil
konseling
Diagram 1
Kesejajaran pelayanon dokter dan pelayanan konselor
Masalah
Proses
penyembuhan penyakit melalui pelayanan terentaskan
dokter menekankan pada
Penyakit
kegunaan
obat-obat
yang
menurut
keyakinan
dokter
cukup
manjur. Obat-obat ini
sembuh
merupakan unsur fisik yang berada di luar diri pasien. Berbeda dari itu, proses
Pengentasan masalah pelayanan konseior tidak menggunakan unsur-unsur fisik
yang di luar diri klien, tetapi rnenggunakan kekuatan-kekuatan yang berada dalam
diri klien sendiri. Kekuatan-kekuatan (yang pada dasarnya ada) itu dibangkitkan,
dikembangkan, dan digabungkan untuk sebesar-besarnya dipakai menanggulangi
masalah yang ada. Di samping itu, tahap "aplikasi hasil konseling" dan "masalah
terentaskan" yang pada gambar di atas terpisah dari tahap "proses konseling",
14
sering kali terjadi justru dalam proses konseling itu sendiri sehingga dengan
demikian, proses konseling merupakan proses terpadu sebagai wadah pengentasan
masalah.
a Langkah-Langkah Pengentasan Masalah
Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan,
sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh yang
berbeda ficlak boleh disamaratakan. Dengan dernikian penanga.nannya pun harus
secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masaiali itu*). Untuk itu
konselor perlu memiliki ketersediaan berbagai bahan dan keterampilan untu k
menangani berbagai masalah yang beraneka ragarn itu.
b
tertentu
(dalam
Hansen,
dkk.,
1977).
Di
samping
itu,
Klasifikasi Masalah
Sebab
Cara Pengentasan
15
Sikap tergantung
untuk bertanggung
jawab dalam
masalah
pemecahan masalah
sendiri
dalam
hidupnya
Kosnelor
memberikan
permasalahan yang
dimaksud.
dihadapinya.
diri sendiri
dua atau lebih
Konselor
perasaan dan
keinginan yang
perasaan-perasaan
kecemasan dalam
berlainan arah
keinginan-keinginannya
memilih
mendorong konflik
Konselor
menghadap dan
menyadari
menerima suasana
keputusan.
Klien membutuhkan
Konselor
dukungan terhadap
dorongan
kepada klien.
membantu
dan
membantu
dan
klien
yang
klien
menerima
memberikan
dan
dukungan
16
mengecek apakah ia
bertindak dijalur yang
benar.
Diagnosis mental/psikologis
Diagnosis sosio-emosional
Diagnosis instrumental
Diagnosis mental/psikologis mengarah kepada pemhaman tentang kondisi
17
harus memaharni terlebih dahulu peraturan yang berlaku: untuk dapat memilih
dengan tepati seseorang perlu memahami kondisi dari setiap pilihan yang ada).
Penjelajahan aspek-aspek tersebut, khususnya yang relevan dengan permasalahan
klien. dalam dialog teraputik sebagaimana diutarakan di atas, pemaharnan yang
luas dan mendaIam tentang seluk-beiuk maslah klien yang mengarah pada
identifikasi sebab-sebab timbulnya masalah dan upaya pengentasannya.
c
18
disusun secara khusus bagi klien. Untuk semuanya itu konselor dituntut
menguasai dengan sebaik-baiknya teori dan praktek bimbingan dan konseling.
4.
ada pada diri individu, baik hai itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil
perkembangan yang telah dicapai selama ini. Inteligensi yang tinggi, bakat yang
istirnewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap
dan kebiasaan yang teiah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku sehari-hari
cita-cita yang tinggi dan cukup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani,
hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek positif lainnya
dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Bukan itu saja. Lingkungan yang
baik pun (lingkungan fisik, sosial dan budaya) harus dipelihara dan sebesarbesamya dimanfaatkan untuk kepentingan individu dan orang-orang lain. Jangan
sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.
Apabila berbicara tentang "pemehharaan", maka pemeliharaan yang baik
bukanlah sekadar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh,
tidak rusak dan tetap dalam keadaannya semula, melainkan juga rnengusahakan
agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih
menyenangkan, memiliki nilai tambah daripada waktu-waktu sebelumnya.
Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun,
pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan
fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan. Bahkan keduanya ibarat dua sisi
dari satu mata uang. Jika sisi yang satu tidak ada atau cacat, maka mata uang itu
secara keseluruhan tidak mempunyai nilai lagi. Kedua sisi berfungsi seiring dan
saling menunjang.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan
pengernbangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program.
Misalnya di sekolah, bentuk dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan
ukuran tubuh (dan besarnya) serta sikap tubuh yang diharapkan (tegap dan gagah).
Ventilasi, suhu, bentuk, dan susunan ruang kelas diusahakan agar mereka yang
berada di ruangan itu merasa nyaman, betah dapat melakukan kegiatan dengan
19
tenang dan sepenuh kemampuan. Letak duduk anak-anak dalam kelas setiap kali
diubah (misalnya setiap caturwulan atau semester) agar unsur-unsur organisme
anak-anak itu (misalnya arah dan jarak pandangan, kemampuan mendengar, sikap
dan arah menghadapkan xubuh) tidak berkembang ke arah yang menyimpang.
Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa sehingga di satu sisi tidak kaku
atau membosankan dan di sisi lain tidak menciptakan suasana keributan dan
kesimpangsiuran. Tempat buang air dan membersihkan diri tersedia secukupnya
agar kesehatan cian kebersihan terjaga. Kegiatan kelompok belajar dijaga
kelangsungnya dan dikembanQkan sebagai salah satu arah kegiatan belajar para
siswa di luar kelas, Penjurusan dan penempatan siswa pada program-program
akademik dan kokurikuier/ekstrakurikuler disesuai-kan dengan kemampuan, bakat
dan rninat siswa. Program penilaian dan apresiasi kemampuan dan prestasi siswa.
diorientasikan pada prinsip "maju berkelanjutan". Contoh-contoh di atas baru
menyebut beberapa dan secara garis besar berkenaan dengan kehidupan siswa di
sekolah.
Pengaturan, kegiatan dan program-program lain yang mengacu kepada
fungsi bimbingan dan konseling tersebut dapat disusun dan kembangkan dalam
jenis dan jumlah yarig bervariasi dengan kemungkinan yang tidak terbatas.
Demikian pula dengan berbagai jenis pengaturan, kegiatan dan program untuk
siswa berkenaan dengan keluarganya dan lingkungannya yang lebih luas. Sejalan
dengan apa yang dapat dilakukan dalam pelayanan terhadap siswa itu,
penyelenggaraan fungsi pemeliharaan dan pengembangan terhadap klien-klien
dan lingkungan luar sekolah dapat melalui pengaturan, kegiatan dan program
berkenaan dengan disiplin, kesehatan, sarana ruangan dan kelengkapan kerja,
keadaan rumah tangga dan keluarga, kegiatan waktu senggang, dan la.in
sebagainya sesuai dengan permasalahan klien yang bersangkutan.
Tugas-tugas dan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan, apalagi
pemeliharaan dan pengembangan individu manusia yang segenap aspek dan
sangkut-pautnya
sangat
b.ervariasi
dan
kompleks,
tidak
dapat
herdiri
20
(a) fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam suatu kegiatan atau program
bimbingan dan konseling sebenarnya terkait langsung pada ketiga fungsi yang lain
(pemahaman, pencegahan, dan pengentasan); bahkan seringkali untuk dapat
terpelihara dan terkembangnya aspek-aspek tertentu pada diri klien perlu
dipersyarati dengan keberhasilan fungsi-fungsi pemahaman, pencegahan, dan
pengentasan itu.
(b) dalam menjalankan fungsi pemeliharaan dan pengernbangan itu konselor
sering kali tidak dapat berjalan sendiri, melain-kan perlu bekerja sarna dengan
pihak-pihak lain. Misalnya, penyediaan meja/kursi dan ruangan kelas yang
memenuhi standar kesehatan dan perkembangan anak-anak di sekolah, sekaligus
menjadi wahana pelaksanaan fungsi-fungsi pemahaman (pemahaman pihak-pihak
tertentu tentang pentingnya meja/kursi dan ruangan kelas standar pemahaman
seperti itu perlu dibangkitkan oleh konselor), fungsi pencegahan (tercegahnya
anak-anak dari perturnbuhan/perkembangan yang tidak diinginkan), fungsi
pengentasan (terentaskannya berbagai masalah yang timbul sebagai akibat sarana
pendidikan yang tidak standar itu yang ada sebelumnya), serta fungsi
pemeliharaan dan pengembangan. Lebih jauh, untuk tersedianya meja/kursi dan
ruangan kelas yang memenuhi standar kesehatan dan perkembangan itu, konselor
harus bekerja sama dengan guru, kepala sekolah, orang tua (dan organisasi orang
tua murid), dan bahkan mungkin perlu dengan para pejabat di luar sekolah yang
berkepentingan dan menjadi sumber bagi pengadaan sarana sekolah. Untuk
keperluan itu konselor sering kali harus rnelakukan "strategi politik" demi
kepentingan murid-murid yang menjadi tanggung jawabnya itu. Demikian juga
dengan kegiatan dan program-prog-ram lainnya, baik untuk siswa-siswa atau
klien-klien di sekolah maupun di luar sekolah.
Memperhatikan kaitan antara keempat fungsi bimbingan dan konseling,
fungsi pemeliharaan dan pengembangan tampaknya bersifat lebih umum dan
dapat terkait pada ketiga fungsi lainya. Jika dikaji lebih jauh, dapatlah dimengerti
bahwa "pemeliharaan" dalam artinya yang luas dan "perkembangan" pada
dasarnya merupakan tujuan umum dari seluruh upaya pelayanan pemuliaan
manusia, khususnya bimbingan dan konseling, bagaimana dikatakan oleh Ivey:
"...pelayanan kita adalah untuk memberikan kemudahan-kemudahan terhadap
21
perkembangan
manusia"
(dalam
Mayers,
1992);
dan
Mayers
sendiri
demikian,
sewaktu
pencegahan/pengentasan,
ia
konselor
perlu
menjalankan
me-nyadari
fungsi
bahwa
pemahaman,
pelayanan
yang
22
sasaran
pelayanan
pada
umumnya
adalah
perkembangan
dan
perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan
tingkah lakunya. Sebagaimana telah disinggung terdahulu, sikap dan tingkah laku
individu amat dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi diri sendiri,
23
kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap
individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.
Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seorang individu mengandung
24
"insidental", maupun terprogram. Pelayanan "insidental" diberikan kepada klienklien yang secara langsung (tidak terprogram atau terjadwal) kepada konselor
untuk meminta bantuan. Konselor memberikan pelayanan kepada mereka secara
langsung pula sesuai dengan permasalahan klien pada waktu mereka itu datang.
Konselor mernang tidak menyediakan prog-ram khusus untuk mereka.
Klien-klien "insidental" seperti itu biasanya datang dari luar lembaga tempat
konselor bertugas. Pelayanan "insidental" itu merupak-an pelayanan konselor
yang sedang menjalankan "praktek pribadi". Untuk warga lembaga tempat
konselor bertugas, yaitu warga yang pernberian pelayanan bimbingan dan
konselingnya menjadi tanggung jawab Konselor sepenuhnya, konselor dituntut
untuk menyusun program pelayanan. ogi arn ini berorientasi kepada seluruh
warga lembaga itu (misalnya atau kantor) dengan memperhatikan variasi masalah
yang mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat diselengarakan, rentangan dan
unit-unit waktu yang tersedia (misalnya caturwulan, atau semester, atau bulan),
ketersediaan
staf,
kernungkinan
hubungan
antarpersonal
dan
lembaga,
25
dan
dipadukan
sejalan
dengan
program
pendidikan
dan
penilaian yang teratur untuk mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang
diperoleh, serta mengetahui kesesuaian antara program yang direncanakan
dan pelaksanaannya.
4
26
Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh
klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan karena kemauan atau
lingkungan individu/siswa.
Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik dan
sejauh mungkin memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan
penilaian terhadap individu hendaknya dilakukan, dan himpunan data yang
memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembnagkan dan dimanfaatkan
dengan baik. Dengan mengadministrasian instrumen yang benar-benar
dipilih dengan baik, data khusus tentang kemampuan mental, hasil belajar,
bakat dan minat, dan berbagai ciri kepribadian hendaknya dikumpulkan,
27
yang melayani maupun yang dilayani), dan perubahan tingkah laku mereka
yang pernah dilayani.
5
lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan
dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik
mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur; sekolah
memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar
yang tinggi.
Para siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang meranjak
memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap
fungsinya. Para guru terlihat langsung dalam pengajaran yang apabila pengajaran
itu dikehendaki mencapai taraf keberhasilan yang tinggi, memerlukan upaya
penunjang untuk bagi optimalisasi belajar siswa. Dalam kaitan ini tepatlah apa
yang dikatakan oleh Bernard & Fullmer (1969) bahwa guru amat memperhatikan
bagaimana murid belajar seiring dengan itu, Crow & Crow (1960)
mengemukakan perubahan materi kurikulum dan prosedur pengajaran hendaklah
memuat kaidah-kaidah bimbingan. Apabila kedua hal itu memang terjadi, materi
dan prosedur pengajaran berkaidah bimbingan, dibarengi oleh kerjasama yang erat
antara guru dan konselor, dapat diyakini bahwa proses belajar-mengajar yang
dilakukan oleh guru untuk murid itu akan sukses.
Namun harapan akan tumbuh-kembangnya pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah sesubur-suburnya itu sering kali masih tetap berupa harapan
saja. Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di sekolah,
tetapi keberadaannya belum seperti dikehendakinya. Dalam kaitan ini Belkin
(1975) menegaskan lima prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program
kerfja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program
tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah
dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu.
28
dan
siswa.
Dalam
hal
ini,
konselor
harus
menonjolkan
29
Orientasi Perorangan
Misalnya seorang konselor memasuki sebuah kelasx; di dalam kelas itu ada
sejumlah orang siswa. Apakah yang menjadi titik berat pandangan konselor
berkenaan dengan sasaran layanan, yaitu siswa-siswa yang hendaknya
memperoleh layanan bimbingan dan konseling. Semua siswa itu secara
keseluruhan ataukah masing-masing siswa seirang demi seorang? Orientasi
perseorangan
bimbingan
dan
konseling
menghendaki
agar
konselor
menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa
perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan
siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan
kegiatan bimbingan ditujukan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan
(kelompok) siswa itu merupakan konfigurasi (bentuk keseluruhan) yang dampak
positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan.
Berkenaan dengan isu kelompok atau individu, konselor memilih
individu sebagai titik berat pandangannya. Dalam hal ini individu diutamakan dan
kelompok dianggap sebagai lapangan yang dapat memberikan pengaruh tertentu
terhadap individu. Dengan kata lain, kelompok dimanfaatkan sedbesar-besarnya
untuk kepentingan dan kebahagiaan individu, dan bukan sebaiknya. Pemusatan
30
perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan
kelompok, dalam hal ini kepentingan kelompok diletakkan dalam kaitannya
dengan hubungan timbal balik yang wajar antarindividu dan kelompoknya.
Kepentingan kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan citra kelompok,
kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan sebagainya, tidak akan
terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan tercapainya kebahagiaan
individu. Apabila secara individual para anggota kelompok itu dapat terpenuhi
kepentingannya dan merasabahagia dapat diharapkan kepentingan kelompok pun
akan terpenuhi pula. Lebih-lebih lagi, pelayanan bimbingan dan konseling yang
berorientasikan individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang ataupun
bertentangan dengan nilai-nilai itu sesuai dengan norma-norma umum yang
berlaku.
Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam
bimbingan dan konseling dapat dicatat sebagai berikut.
a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan
dan konselng diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap
individu yang menjadi sasaran layanan.
b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berkenaan dengan
individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya,
dan kemampuan-kemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk
membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, dan
potensinya itu ke arah pengembangannya yang optimal, dan pemanfaatan
yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya.
c. Setiap klien harus diterima seabagi individu dan harus ditangani secara
individual (Rogers, dalam McDaniel, 1956).
d. Adalah menjadi tanggung jawab konselor untuk memahami minat,
kemampuan, dan perasaan klien serta untuk menyesuaikan program-program
pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin. Dalam hal itu,
penyelenggaraan program yang sistematis untuk mempelajari individu
merupakan dasar yang tak terelakkan bagi berfungsinya program bimbingan
(McDaniel, 1956)).
Kaidah-kaidah tersebut akan diturunkan samapi dengan penerapannya dalam
berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling.
31
Orientasi Perkembangan
Ketika membahas fungsi-fungsi
bimbingan
dan
konseling
telah
alur
perkembangannya.
Pelayanan
bimbingan
dan
konseling
32
Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung
risiko. Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak
mulus, banyak mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum
bimbingan dan konseling, sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu
sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan
perkembangan pastilah akan menganggu tercapainya kebahagiaan itu. Agar tujuan
hidup dan perkembangan, yang sebagainya adalah tujuan bimbingan dan
konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang mungkin
menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan
terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep
orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah
dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi
pencegahan dan fungsi pengetesan. Fungsi pencegahan menghendaki agar
individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya,
sedangkan fungsi pengetesan menginginkan agar individu yang sudah terlanjur
mengalami masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi-fungsi lain, yaitu
fungsi pemahaman, dan fungsi pemeliharaan/pengembangan pada dasarnya juga
bersangkut-paut dengan permasalahan pada diri klien. Fungsi pemahaman
memungkinkan individu memahami berbagai informasi dan aspek lingkungan
yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah pada diri klien, dan dapat
pula bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi.
Demikian pula fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada tercegahkan ataupun
terentaskannya masalah-masalah tertentu. Dengandemikian konsep orientasi
masalah terentang seluas daerah beroperasinya fungsi-fungsi bimbingan, dan
33
dengan demikian pula menyusupi segenap jenis layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling.
Jenis masalah yang (mungkin) diderita oleh individu amat bervariasi. Roos
L. Mooney (dalam Prayitno, 1987) mengidentifikasi 330 masalah yang
digolongkan ke dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang
berkenaan dengan:
a. Perkembangan jasmani dan kesehatan (PJK)
b. Keuangan, keadilan lingkungan, dan pekerjaan (KLP)
c. Kegiatan sosial dan reaksi (KSR)
d. Hubungan muda-mudi, pacaran dan perkawinan (HPP)
e. Hubungan sosial kejiwaan (HSK)
f. Keadaan pribadi kejiwaan (KPK)
g. Moral dan agama (MDA)
h. Keadaan rumah dan keluarga (KRK)
i. Masa depan pendidikan dan pekerjaan (MPP)
j. Penyesuaian terhadap tugas-tugas sekolah (PTS)Kurikulum sekolah dan
prosedur pengajaran (KPP)
Frekuensi dialaminya masalah-masalah tersebut juga bervariasi. Satu jenis
masalah barangkali lebih banyak dialami, sedangkan jenis masalah lain lebih
jarang muncul. Frekuensi munculnya masalah-masalah itu diwarnai oleh berbagai
kondisi lingkungan. Di sekolah misalnya, frekuensi dialaminya masalah-masalah
tersebut terlihat pada tabel berikut ini (Prayitno, 1980):
Tabel 2
Frekuensi Dialaminya Masalah-Masalah oleh Siswa
SMA Negeri Sumatera Barat (N=405)
No. Kelompok Masalah
Frekuensi
Peringkat (dalam %)
1.
PJK
91,4
8
2.
KLP
97,5
3.
KSR
95,6
3,5
4.
HPP
88,6
5.
HSK
94,3
6.
KPK
95,6
3,5
7.
MDA
94,1
8.
KRK
97,9
10
9.
MPP
98,0
10.
PTS
94,1
11.
KPP
86,7
11
34
Administa
si &
Pengajaran
Bimbinga
n&
Konseling
35
Gambar 8
Bidang-bidang Pelayanan Sekolah
bidang
kurikulum
dan
pengajaran,
bidang
administrasi
dan
dan
pelaksanaan
pengajaran
yaitu
penyampaian
dan
melalui
pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan
konseling dapat dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dan
indiviualitas siswa. Demikin juga terhadap administrasi dan supervisi, bimbingan
dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti; misalnya dalam
kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengmbangan program-program
36
belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah
yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan
siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberikan
sumbangan besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang
kurikulum dan pengajaran merupakan lahanyang sangat efektif bagi terlaksananya
di dalam praktek mater-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanaan
pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalalmisi maupun suasanya, akan
memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan
juga merupakan wahan bagi pengtahuan masalah-masalah siswa.
Pengajaran
layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersamasama menunjang pencapaian tujuan itu, yaitu sejawat (Sesama konselor, guru,
dan personal sekolah lainnya), orangtua, dan masyarakat pada umumnya.
Kepada mereka itulah konselor menjadi pelayan dan tanggung jawab dalam
arti yang penuh dengan kehormatan, dedikasi, dan keprofesionalan.
(1) Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor :
(a) Memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa
yang harus diperlakukan sebagai individu yang unik;
(b) Memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa (kebutuhan
yang menyangkut pendidikan, jabatan/pekerjaan, pribadi, dan sosial)
dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi
setiap siswa;
(c) Memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan
konseling, serta aturan prosedur yang harus dilalui apabila ia
menghendaki bentuan bimbingan dan konseling;
(d) Tidak mendesakkan kepada siswa (klien) nilai-nilai tertentu yang
sebenarnya hanya sekadar apa yang dianggap baik oleh konselor saja;
(e) Menjaga kerahasian data tentang siswa;
(f) Memberi tahu pihak yang berwenang apabila ada petunjuk kuat
sesuatu yang berbahaya akan terjadi;
(g) Menyelenggarakan pengungkapan data secara tepat dan memberi tahu
siswa tentang hasil kegiatan itu dengan cara sederhana dan mudah
dimengerti;
(h) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
profesional;
(i) Melakukan referal kasus secara tepat
(2) Tanggung jawab kepada orang tua, yaitu bahwa konselor :
(a) Menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan
berusaha sekuat tenaga membangun hubungan yang erat dengan orang
tua demi perkembangan siswa;
(b) Memberi tahu orang tua tentang peranan konselor dengan asas
kerahasiaan yang dijaga secara teguh;
(c) Menyediakan untuk orang tua berbagai informasi yang berguna dan
meyampaikan dengan cara yang sebaik-baiknya untuk kepentingan
perkembangan siswa;
(d) Memperlakukan informasi yang diterima dari orangtua dengan
menerapkan asas kerahasiaan dan dengan cara yang sebaik-baiknya;
38
keadilan,
dan masyarakat;
Proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada
umumnya (fungsi bimbingsn dan konseling, kurikulum dan pengajaran
dan pengelolaan/administrasi).
(e) Bekerjasama dengan lembaga, organisasi dan perorangan baik di
sekolah maupun dimasyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa,
siswa dan masyarakat tanpa pamrih.
(5) Tanggung jawab kepada diri sendiri, bahwa konselor:
39
(a) berfungsi
(dalam
layanan
bimbingan
dan
konseling)
secara
professional
melalui
dipertahankannya
kemampuan
40
masyarakat memulai kehidupanya, dan dari dalam dan dari keluarga setiap
indovidu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Lebih jauh, mutu
kehidupan didalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri sebagian tersebar
ditentukan
oleh
mutu
keluarga-keluarga
yang
mendukulng
kehidupan
bermasyarakat itu. Dalam kaitan itu, kebutuhan dan kebahagiaan keluarga mutlak
memerlukan perhatian bagi segenap pihak yang berkepentingan dalam
pengembangan kesejahteraan masyarakat.
Apabila
diatas
disebutkan
bahwa
kehidupan
dan
perkembangan
ditujukan
kepada
seluruh
anggota
keluaarga
yang
41
pendidikan formal, peranan konselor sekolah amat besar. Konselor sekolah justru
diharapkan agar menjembatani program bimbingan dan konseling di sekolah
dengan kebutuhan keluarga dalam pelayanan bimbingan dan konsling. Kenselor
sekolah hendaknya mampu mensinkronisasikan secara harmonis pemenuhan
kebutuhan anak di sekolah dan di rumah pada satu segi; serta fungsi sekolah dan
fungsi keluarga tergadap anak pada segi yang lain.
b
di
lingkungan
perusahaan,
industry,
kantor-kantor
(baik
dan
organisasi
kemasyarakatan
lainnya,
bahkan
di
lembaga
pemasyarakatan, rumah jompo, rumah yatim piatu atau panti asuhan, rumah
sakit dan lain sebagainya, seluruhnya tidak terhindar dari kemungklinan
menghadapi masalah. Oleh karena itu, disana diperlukan jasa imbingan dan
konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah kerja yang
luas itu harus diselenggarakan oleh konselor yang bersifat multidimensional
(Chiles & Eiken, 1983), yaitu yang mampu bekerja sama selain dengan guru,
administrator dan orang tua, juga dengan berbagai komponen dan lembaga di
masyarakat secara lebih luas. Konselor seperti itu bekerja dengan masalah
masalah pesoalan, emosional, social, pendidikan dan pekerjaan yang
kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah dan
menunjang perkembangan individu anggota masyarakat. Konsep professional
yang multidimensional itu akan lebih banyak berperan sebagai pelatih dan
supervisor, disamping penyelenggaraan layanan dan kegiatan tradisional
bimbingan dan konseling, bagi kaum muda dan anggota masyarakat lainnya
(Goldman, 1976).
Dalam lingkungan yang lebih luas itu, konselor akan berada di berbagai
lingkungan, selain di sekolah dan di keluarga, juga di tempat-tempat yang
sekarang agaknya belum terjangkau oleh pekerjaan professional bimbingan dan
42
latar belakang pribadi klien, kekuatan dan kelemahannya, serta lingkungan klien.
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas. Lingkungan klien ada dua, ada
sempit dan luas. Lingkungan sempit, yaitu kondisi sekitar individu yang secara
langsung mempengaruhi individu, contohnya rumah tempat tinggal, kondisi sosioemosional, sosio-ekonomi, keluarga dan lain-lain. Sedangkan lingkungan yang
lebih luas adalah lingkunga yang memberikan informasi kepada individu, seperti
informasi pendidikan dan jabatan bagi sisawa, informasi promosi dan pendidikan
tpat lanjut bagi parar kariawan dan lain-lain.
b. Fungsi pencegahan.
Fungsi pencegahan ini berfungsi agar klien tidak memasuki ketegangan
atupn gangguan tungkat lanjut dari hidupnya agar tidak memasuki hal-hal yang
berbahaya tingkat lanjut, yang mana perlu pengobatan yang rumit pula.
c. Fungsi pengentasan.
Dalam bimbingan dan konseling, konselor bukan ditugaskan untuk
mengenal penggunaan unsur-unsur fisik yang berada di luar diri klien, tapi
konselor mengentas penggunaan kekuatan yang berada dalam diri klien sendiri.
d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala yang baik yang ada pada diri
individu, baik hal yang merupakan pembawaan, maupun hasi dari pengembangan
yang telah dicapai selama ini. Dalam bimbingan dan konseling, fungsi
pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai peraturan,
kegiatan dan program.
iii.
Ruang lingkup dari segi sasaran.
a. Perorangan/individual.
Pengembangan kehidupan priadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian
dan kebutuhan dirinya secara realistic.
b. Kelompok.
Bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada
sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu
memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.
44
iv.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
H. Prayitno, Prof. Dr., dan Amti, Erman, Drs. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. Jakarta : Pusat Perbukuan DEPDIKNAS.
Sulistyarini, M.Si dan Jauhar,M, S.Pd. 2014. Dasar-Dasar Konseling : Panduan
Lengkap Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Konseling. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
47