Anda di halaman 1dari 13

INTOKSIKASI

BAB I
PENDAHULUAN
Manusia hidup dalam lingkungan zat kimia. Perkiraan menunjukkan
bahwa terdapat lebih dari 60.000 zat kimia yang umum digunakan dan dikatakan
bahwa kira-kira 500 zat kimia baru setiap tahun masuk ke pasaran untuk
dikomersilkan. Polusi telah sejajar dengan kemajuan teknologi. Industrialisasi dan
kreasi pusat kota-kota besar telah menimbulkan kontaminasi dari udara, air dan
tanah. Penyebab utama polusi berhubungan dengan produksi dan penggunaan
energi, produksi dan penggunaan zat-zat kimia industri dan peningkatan aktivitas
pertanian.
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek-efek yang merusak dari
zat-zat kimia dan fisika pada semua sitem kehidupan. Walaupun demikian, dalam
bidang biomedis, ahli toksikologi terutama mempelajari efek-efek samping pada
manusia sebagai akibat dari pemaparan obat dan zat kimia lain maupun
memperlihatkan keamanan atau kerusakan yang berkaitan dengan penggunaan zat
tersebut.
Di masa kini sering terjadi masalah keracunan mulai dari kecelakaan
wisata, kecelakaan kerja atau kecelakaan rumah tangga sampai usaha bunuh diri,
pembunuhan perorangan bahkan pembunuhan massal. Penanggulangan masalah
ini cukup rumit karena beberapa faktor, yaitu kurangnya informasi tentang zat
penyebab keracunan karena korban tidak sadar atau enggan untuk berbicara dan
faktor ketersediaan antidotum racun yang belum semuanya tersedia, serta
terkadang antidotumnya sendiri merupakan bahan toksik, oleh karena itu
penatalaksanaan keracunan seringkali bersifat suportif dan simptomatis.
Kecepatan dan ketepatan penanganan intoksikasi (keracunan) sangatlah
penting agar penderita dapat segera dikelola dan diobati sesuai dengan besar
masalah sehingga penderita tersebut tidak mengalami komplikasi yang lebih berat
maupun kematian. Akan tetapi pada kenyataanya sering kita jumpai penanganan

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

kasus keracunan mendapat kesulitan karena penyebab yang sukar diketahui atau
banyak organ yang mengalami kerusakan akibat zat/bahan penyebab.
Setiap keadaan yang menunjukkan kelainan multisistem dengan penyebab
yang tidak jelas harus dicurigai kemungkinan keracunan, misalnya bila ditemukan
penurunan tingkat kesadaran mendadak, gangguan napas, pasien psikiatri dengan
manifestasi berat, anak remaja dengan sakit dada, aritmia yang mengancam nyawa
atau pekerja yang menunjukkan gejala klinis di lingkungan kerja yang
mengandung bahan kimia, asidosis metabolik yang sukar dicari penyebabnya,
tingkah laku aneh ataupun kelainan neurologis dengan kausa yang sukar
diketahui.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Intoksikasi

adalah

bahan

kimia

yang

menimbulkan

perangsangan,

kegembiraan, atau keadaan kelengar.


B. Diagnosis
Untuk membantu penegakkan diagnosis maka diperlukan autoanamnesis dan
aloanamnesis yang cukup cermat serta diperlukan bukti-bukti yang diperoleh di
tempat kejadian. Selanjutnya pada pemeriksaan fisik harus ditemukan dugaan
tempat masuknya racun yang dapat melalui berbagai cara yaitu inhalasi, per oral,
absorpsi kulit dan mukosa atau parenteral, hal ini penting diketahui karena
berpengaruh pada efek kecepatan dan lamanya (durasi) reaksi keracunan.
Beberapa ciri tertentu dapat pula membentu menegakkan diagnosa:
Karakteristik Bau Racun
Bau
Aseton
Almond
Bawang Putih
Telur Busuk

Penyebab
Isopropil alcohol, Aseton
Sianida
Arsenik, Selenium, Talium
Hidrogen Sulfida, Merkaptan

Karakteristik Warna Racun


Warna Urin
Hijau/Biru
Kuning-Merah
Coklat Tua
Butiran Keputihan
Coklat

Penyebab
Metilen Biru
Rifampisin, Besi (Fe)
Fenol, Kresol
Primidon
Mio/Haemoglobinuria

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Penilaian keadaan klinis yang paling awal adalah status kesadaran. Alat ukur
kesadaran yang paling sering digunakan adalah GCS (Glasgow Coma Scale).
Apabila pasien tidak sadar dan tidak ada keterangan apapun (alloanamnesis) maka
diagnosis keracunan dapat dilakukan pereksklusionam dan semua penyebab
penurunan kesadaran, seperti pada keadaan

meningoensefalitis, trauma,

perdarahan subarakhnoid atau intrakranial, subdural/ekstradural hematom,


hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, uremia dan ensefalopati.
C. Gambaran Klinis
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas dan denyut
jantung mungkin dapat membantu penegakkan diagnosis pada pasien dengan
penurunan kesadaran. Beberapa gambaran klinis yang dapat menunjukkan bahan
penyebab keracunan:
Gambaran Klinis
Pupil pin point
Frekuensi nafas turun

Kemungkinan Penyebab
Opiod
Organofosfat, karbamat insektisida,

Sianosis
Hipersalivasi
Gejala ekstrapiramidal
Nistagmus, ataksia, tanda serebelar
Bradikardia

klonidin, fenotiazin
Obat depresan SSP
Organofosfat, karbamat insektisida
Fenotiazin, haloperidol
Antikonvulsan (fenitoin)
Penghambat beta, digoksin, opioid,

Hipertermi & takikardi, asidosis

klonidin
Salisilat

metabolic
Seizures
Abdominal cramp, diare, takikardi,

Antidepresan trisiklik, antikonvulsan


Organofosfat insektisida, alcohol,

halusinasi

opiate, benzodiazepin

D. Pemeriksaan Penunjang
Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan
muntahan dan feses.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Pemeriksaan Radiologi
Bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau dugaan
adanya perforasi lambung
Laboratorium Klinik
Analisis Gas Darah
Asidosis Respiratorik

Interpretasi
Hipoventilasi, retensi

CO2

mungkin akibat antidepresan


Alkalosis Respiratorik

SSP
Hiperventilasi mungkin sebagai
respon hipoksia, injuri obat

Alkalosis Metabolik

atau injuri SSP


Jarang terjadi akibat keracunan,
sebagai akibat hilangnya asam

Asidosis Metabolik

atau kelebihan alkali


Sering terjadi keracunan bila
berat

Anion Gap Tinggi

waspada

keracunan

etanol, methanol/etilen glikol


Metformin, isoniazid, salisilat,
sianida

Pemeriksaan fungsi hati, ginjal dan sedimen urin harus pula


dilakukan karena selain berguna untuk mengetahui dampak
keracunan juga dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis penyebab
keracunan seperti keracunan parasetamol atau makanan yang
mengandung asam jengkol. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu

dan darah perifer lengkap juga harus dilakukan.


Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada kasus keracunan karena
sering diikuti terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus
bradikardi, sinus takikardi, takikardi supraventikular dan takikardia

ventrikular.
E. Penatalaksanaan

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Mengingat kecepatan diagnosis sangat bervariasi dan disisi lain bahaya


keracunan dapat mengancam nyawa maka upaya penatalaksanaan kasus
keracunan ditujukan kepada hal sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Penatalaksanan Kegawatan
Penilaian Klinis
Dekontaminasi Keracunan
Pemberian Antidotum
Terapi Suportif
Observasi dan Konsultasi
Rehabilitasi

Stabilisasi
Penatalaksanaan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmoner yang dilakukan dengan cepat dan tepat berupa:

Pembebasan jalan napas


Bebaskan jalan napas dari sumbatan bahan muntahan, lender, gigi palsu,.
Bila perlu dengan perubahan posisi dan oropharyngeal airway dan alat

penghisap.
Perbaikan fungsi pernapasan (ventilasi dan oksigenasi)
Jaga agar pernapasan sebaik mungkin dan bila memang diperlukan dapat

dengan alat respirator.


Perbaikan sistem sirkulasi darah
Tekanan darah dan volume cairan harus dipertahankan secukupnya dengan
pemberian cairan dalam keadaan tertentu dapat diberikan cairan
koloid.Bila terjadi henti jantung lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru).

Dekontaminasi
Terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap
racun, mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan pada organ. Tindakan
dekontaminasi tergantung lokasi tubuh yang terkena racun, yaitu:

Dekontaminasi Pulmonal

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi zat


racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen 100%

dan jika perlu beri ventilator.


Dekontaminasi Mata
Berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu posisi
kepala pasien ditengadahkan dan miring ke sisi mata yang terkena atau
terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi
larutan aquades atau NaCl 0,9% perlahan sampai zat racunnya
diperkirakan sudah hilang (hindari bekas larutan pencucian mengenai
wajah atau mata lainnya) selanjutnya tutup mata dengan kasa steril

segera konsul dokter mata.


Dekontaminasi Kulit ( rambut dan kuku)
Tindakan paling awal adalah melepaskan pakaian , arloji, sepatu dan
aksesori lainnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air
dan tutup rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan
disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan handuk
kering dan lembut.

Dekontaminasi Gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering sehingga
tindakan pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi
dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan toksik.
Tatacara Dekontaminasi Gastrointestinal
Jenis Tindakan
Induksi Muntah
Pengenceran
Aspirasi dan kumbah lambung

Stimulasi

Tata Cara
mekanis

pada

orofaring
Air dingin atau susu 250 ml
Posisi Tradelenberg left lateral
dekubitus, pasang NGT, aspirasi,
bilas 200-300 ml sampai bersih

Arang Aktif

tambah karbon aktif 50 gram


Dosis tunggal 30-50 g + 240 ml

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

air
Polietilen glikol 60 gr + NaCl

Irigasi Usus

1,46 g + KCL 0,75 g + Na bic


1,68 g + Na sulfat 5,68 g + air
sampai 1 liter
Bila menelan zat sangat korosif

Bedah

(asam kuat), asing

Eliminasi
Tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang beredar dalam
darah atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam. Apabila
masih dalam saluran cerna dapat digunakan pemberian arang aktif yang
diberikan berulang dengan dosis 30-50 gram (0,5-1 gram/kgBB) setiap 4 jam
per oral/enteral. Tindakan ini bermanfaat pada keracunan obat seperti
karbamazepin, quinine, dapson, digoksin, fenobarbital, fenitoin, salisilat dan
teofilin.
Anti Dotum
Bahan Racun
Kimia
Organofosfat
Fe (besi)
Sianida
Obat
Amfetamine
Parasetamol
Isoniazide
Opioid
Propanolol

Anti Dotum

Metode

Sulfas Atropine,

1-2 mg i.v ulang 10-15

pralidoksim
Desferrioxamine
Nitrit

menit, max 50 mg/hari


15 mg/kg BB/jam
Amyl nitrite inhalasi

Lorazepam
N-asetilsistein, metionin

2 mg i.v
Metionin efektif, paparan

Piridoksin

<8 jam
1 gram i.v /tiap gram

Nalokson

INH, Maks 5 g
0,01
mg/kgBB

Adrenalin, Glukagon,
Isoproterenol

i.v

diulang tiap 2 menit


Bolus 10 mg glukagon +
5 mg /jam drip i.v

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Makanan
Jengkol

Na bikarbonat

4 x 2 gram/hari

Terapi Gejala Penyerta atau Penyulit

Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa


Kebutuhan dasar cairan harian 30-35 ml/kgBB/hari, natrium 1-1,5
mmol/kgBB/hari,

Kalium 1

mmol/kgBB/hari. Apabila

ada

gangguan elektrolit dan asam basa harus dikoreksi langsung sesuai


derajat berat ringannya.

Gangguan irama jantung


Sinus bradikardi yang disertai hipotensi dapat diberikan atropin 0,6
mg intravena sedangkan pada sinus takikardi tidak diberikan terapi
spesifik dan penghambat beta jangan diberikan karena dapat

menyebabkan dekompensasi.
Hiperemesis
Bila muntah gagal dikendalikan

maka

dapat

diberikan

metokloperamid 10 mg i.v atau proklorperazin 10 mg oral atau


ondansetron 8 mg intravena secara pelan.
F. Insektisida

Baygon mengandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin.


Propoxur adalah senyawa karbamat (pernah menewaskan ribuan orang dan

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

menyebabkan kerusakan syaraf ratusan ribu orang lainnya dalam kasus Bhopal di
India) yang telah dilarang penggunaannya di luar negeri karena diduga kuat
sebagai zat karsinogenik sedangkan transfluthrin relatif aman hingga saat ini.
Insektisida Karbamat
Senyawa ini menghambat enzim asetil-kolinesterase dengan karbamoilasi
tempat esteratik. Umumnya dikatakan bahwa efek-efek klinik ini akibat karbamat
berlangsung lebih singkat daripada yang terlihat pada organofosfat. Kisaran dosis
antara yang menyebabkan intoksikasi minor dan dosis yang menyebabkan
kematian lebih besar pada karbamat lebih besar dari pada yang terlihat dengan zat
organofosfat. Insektisida karbamat dianggap termasuk pestisida yang tidak
menetap dalam lingkungan dan zat-zat ini diperkirakan memberikan dampak
yang kecil terhadap lingkungan.Beberapa contoh senyawa karbamat:
Senyawa
Aldikarb
Aminokarb
Karbaril
Karbofuran
Dimetan
Dimetilan
Isolan
Metomil
Propoksur
Piramat
Pirolan
Zektran

Angka Toksisitas
6
5
4
5
4
4
5
5
4
4
5
5

Penghambat kolinesterase yang banyak digunakan dibedakan atas 3


kelompok kimia:

Alkohol sederhana yang memiliki gugus ammonium kuartener, contohnya

edrofonium
Ester asam karbamat dari alkohol sederhana yang memiliki gugus

ammonium kuartener atau tersier (karbamat, contohnya neostigmin)


Derivat organik asam fosfat (organofosfat, contohnya isofluforat)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Efek keracunan akut penghambat kolinesterase sama seperti obat pemacu


langsung, yaitu langsung meluas efek farmakologisnya. Penyebab keracunan
golongan ini adalah pestisida yang dipakai dalam bidang pertanian dan rumah
tangga. Keracunan akut harus diketahui dan cepat diobati pada pasien yang
terpapar berat. Tanda awal yang menonjol sesuai dengan efek muskarinik yang
berlebihan, yaitu miosis, salivasi, berkeringat, bronkokonstriksi, muntah dan
diare.
Neostigmin
Suatu senyawa yang dapat yang dapat menghambat asetilkolinesterase
secara reversibel. Masa kerja obat ini sedang saja, biasanya sekitar 2-4 jam. Obat
ini digunakan untuk memacu kandung kemih dan saluran cerna dan bermanfaat
sebagai terapi simptomatik pada miastenia gravis, suatu penyakit autoimun yang
disebabkan oleh antibodi terhadap reseptor nikotinik yang terikat pada reseptor
asetilkolin yang tersambung pada neuromuskular serta sebagai antidotum
keracunan tobukurarin dan obat penyekat neuromuskular kompetitif lainnya.
Dosis

neostigmin

0,04-0,08

mg/kg.

Dapat

menyebabkan

hipersalivasi,

berkeringat, bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus dan pandangan kabur.


Sulfas Atropin
Memiliki afinitas kuat terhadap reseptor nikotinik dimana obat ini terikat
secara kompetitif sehingga mencegah asetilkolin terikat pada tempatnya di
reseptor muskarinik. Atropin menyekat reseptor muskarinik baik di sentral
maupun saraf tepi. Kerja obat ini secara umum berlangsung sekitar 4 jam kecuali
bila diteteskan ke dalam mata, maka masa kerjanya bahkan sampai berhari-hari.
Atropin digunakan untuk mengobati kelebihan dosis organofosfat (yang
mengandung insektisida tertentu) dan beberapa jenis keracunan jamur ( jamur
tertentu yang mengandung substanssi kolinergik). Dosis 0,01-0,02 mg/kg.
Tergantung sekali pada dosis, atropin dapat menyebabkan mulut kering,
penglihatan mengabur, mata rasa berpasir (sandy eyes), takikardi dan konstipasi.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

BAB III
PENUTUP
Intoksikasi adalah bahan kimia yang menimbulkan perangsangan,
kegembiraan, atau keadaan kelengar.
Penemuan klinis seperti ukuran pupil mata, frekuensi nafas dan
denyut jantung mungkin dapat membantu penegakkan diagnosis pada
pasien dengan penurunan kesadaran.
Gambaran Klinis
Pupil pin point
Frekuensi nafas turun

Kemungkinan Penyebab
Opiod
Organofosfat, karbamat insektisida,

Sianosis
Hipersalivasi
Gejala ekstrapiramidal
Nistagmus, ataksia, tanda serebelar
Bradikardia

klonidin, fenotiazin
Obat depresan SSP
Organofosfat, karbamat insektisida
Fenotiazin, haloperidol
Antikonvulsan (fenitoin)
Penghambat beta, digoksin, opioid,

Hipertermi & takikardi, asidosis

klonidin
Salisilat

metabolic
Seizures
Abdominal cramp, diare, takikardi,

Antidepresan trisiklik, antikonvulsan


Organofosfat insektisida, alcohol,

halusinasi
opiate, benzodiazepine
Sampel yang dikirim ke laboratorium adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan
muntahan dan feses.
o Pemeriksaan Radiologi
Bila curiga adanya aspirasi zat racun melalui inhalasi atau dugaan
adanya perforasi lambung
o Laboratorium Klinik
o Pemeriksaan EKG
Penatalaksanaan

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

INTOKSIKASI

Penatalaksanan Kegawatan
Penilaian Klinis
Dekontaminasi Keracunan
Pemberian Antidotum
Terapi Suportif
Observasi dan Konsultasi
Rehabilitasi
Saran jika ada keluarga atau tetangga yang keracunan apapun segera
bawa ke rumah sakit terdekat agar mendapatkan pertolongan pertama
supaya prognosisnya baik.

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT DALAM

Anda mungkin juga menyukai