Anda di halaman 1dari 74

Laju Reaksi dan

Larutan Elektrolit
Mita Nurhayati
1203103

Laju Reaksi

Definisi
Laju reaksi adalah perubahan jumlah
produk ataupun pereaksi per satuan
waktu

Deskripsi
Suatu reaksi kimia terjadi pada kecepatan yang
berbeda-beda.
Misalnya,
proses
perkaratan
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada
reaksi asam basa. Untuk menunjukkan perubahan
jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi (baik
produk maupun reaktan) tiap satuan waktu maka
digunakan suatu istilah yang disebut sebagai laju
reaksi. Jumlah produk akan terus bertambah seiring
dengan berjalannya reaksi namun jumlah pereaksi
akan semakin berkurang seiring dengan berjalannya
reaksi.
4

Untuk reaksi H2(g) + 2ICl(g) I2(g) 2HCl(g)

Konsentrasi
produk/reaktan

Hubungan antara pertambahan produk dan


pengurangan produknya adalah sebagai
berikut.

Waktu (s)

Reaksi
gas hidrogen dengan iodium klorida
O
terjadi dengan persamaan reaksi sebagai berikut
:
H2(g) + 2ICl(g) I2(g) 2HCl(g)
Jumlah setiap zat yang terlibat dinyatakan
dengan satuan mol/L yang ditandai dengan
kurung siku. Untuk zat dalam fasa gas, jumlah
setiap zat yang terlibat juga dapat dinyatakan
dengan tekanan parsial gas tersebut yang
berbanding lurus dengan molaritasnya. Laju
reaksinya dapat dideskripsikan dengan laju
berkurangnya konsentrasi H2 dan ICl atau laju
bertambahnya
konsentrasi
I2
dan
HCl.
Pernyataan tersebut menggambarkan laju ratarata pada periode waktu .

Laju reaksi dapat diketahui dengan cara


mengamati perubahan konsentrasi salah
satu zat saja. Pada reaksi H2 dan ICl (gas
tidak berwarna), dihasilkan gas I2 (gas
berwarna ungu) dengan gas HCl (gas tidak
berwarna).
Sehingga, laju reaksi dapat
diketahui
dengan
cara
mengukur
perubahan konsentrasi I2 tiap satuan waktu
karena
zat
yang
mudah
diamati
keberadaannya adalah gas I2. Konsentrasi
gas I2 dapat diketahui dengan cara
mengukur intensitas warna ungu yang
terbentuk selama reaksi pada tiap satuan
waktu. Semakin banyak molekul I2 yang 7
dihasilkan, maka intensitas warna ungu

Alat yang digunakan untuk mengukur


intensitas warna salah satunya adalah
spektrofotometer dengan skema alat
sebagai berikut :

Proses reaksi dilakukan pada sebuah


wadah yang disinari oleh cahaya pada
panjang gelombang tertentu yang dapat
diserap oleh I2. Banyaknya cahaya yang
diserap
berbanding
lurus
dengan 8
konsentrasi
I2 dalam wadah reaksi

O Ketika

menyatakan laju reaksi sebagai


perubahan konsentrasi I2, laju berkurangnya H2
dan ICl ataupun pembentukan HCl dapat
diketahui dari stoikiometri reaksinya.
H2(g) + 2ICl(g) I2(g) + 2HCl(g)
Pada reaksi antara 1 mol H2 dan 2 mol Icl
dihasilkan 1 mol I2 dan 2 mol HCl. Sehingga,
laju pembentukan I2 sama dengan setengah
laju pembentukan HCl dan laju pengurangan ICl
serta sama dengan laju pengurangan H2.
Untuk mencegah keambiguan, digunakan laju
reaksi umum. Dengan kata lain,
9

Misalnya, diketahui data konsentrasi I2 pada


waktu tertentu hasil reaksi antara 1 M H2
dan 2 M ICl pada suhu 230oC adalah sebagai
berikut.
Konsentrasi
H2(g) +
2ICl(g) II22(g) Waktu
+ 2HCl(g)
(mol/L)

0,000

0,326

0,474

0,564

0,626

0,672

0,707

0,735

0,758

10

11

Tumbukan Efektif

12

Definisi
Tumbukan efektif adalah tumbukan
antarmolekul yang menghasilkan
reaksi, yaitu tumbukan yang
orientasinya tepat dengan energi yang
cukup untuk bereaksi.

13

Deskripsi
Berdasarkan teori tumbukan, suatu reaksi
diawali dengan terjadinya tumbukan antar
molekul. Namun, terjadinya tumbukan tidak
menjamin terjadinya reaksi. Molekul harus saling
bertumbukan dengan orientasi yang tepat.
Misalnya, pada reaksi antara NO dan N 2O
membentuk NO2 dan N2 dengan persamaan reaksi:
NO + N2O NO2 + N2
kemungkinan orientasi tumbukan antarmolekul NO
dan N2O adalah seperti pada gambar dibawah ini.

14

1.

reaktan

tumbuka
n

2.

reaktan

tumbuka
n

15

Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa pada


tumbukan pertama memungkinkan untuk terjadinya
pembentukan N2 dan NO2 sedangkan tumbukan kedua
tidak memungkinkan terbentuknya N 2 dan NO2. Maka,
reaksi tersebut akan berlangsung jika tumbukan
antarmolekul orientasinya tepat yaitu orientasi saat
tumbukan pada nomor satu.
Tumbukan dengan orientasi yang sempurna belum
tentu menghasilkan suatu reaksi. Suatu reaksi baru
akan terjadi ketika molekul-molekul yang bertumbukan
memiliki energi yang cukup untuk memutuskan atau
membentuk suatu ikatan kimia.
Tumbukan antarmolekul yang orientasinya tepat
dan memiliki energi yang cukup sehingga tumbukan
tersebut menghasilkan suatu reaksi kimia disebut
sebagai tumbukan efektif.
16

1.

Terjadi
reaksi

reaktan

tumbuka
n

2.

produk

Tidak
terjadi
reaksi

reaktan

tumbuka
n

reaktan

17

Seng akan lebih mudah larut dalam larutan HCl


pekat dibandingkan dalam larutan HCl encer. Hal ini
disebabkan dalam larutan HCl pekat terdapat ion H +
yang jumlahnya lebih besar daripada HCl encer.
Tumbukan antara atom seng dengan ion H + akan
menyebabkan peluang untuk terjadinya tumbukan
menjadi lebih besar. Begitu pula dengan reaksi kimia.
Pada reaksi yang sama, namun konsentrasi pereaksinya
besar akan meningkatkan laju reaksi akibat dari
peluang tumbukan efektif yang lebih banyak.
Keterangan :
Gambar kanan : reaksi
antara Zn dengan HCl pekat
Gambar kiri : reaksi antara
Zn dengan HCl encer
18

Ketika kita mencampur garam dengan air,


garam akan lebih cepat larut jika kita
mengaduknya. Hal ini disebabkan karena
pengadukan menyebabkan partikel bergerak
lebih cepat sehingga akan meningkatkan
intensitas tumbukan antara molekul air
dengan ion-ion pada kristal garam. Hal ini
juga terjadi pada reaksi kimia. Proses
pengadukan akan mempercepat laju reaksi
karena meningkatkan peluang terjadinya
tumbukan.

19

Serbuk kapur akan lebih cepat bereaksi


dengan HCl dibandingkan batang kapur. Hal ini
disebabkan karena serbuk kapur permukaannya
luas sehingga titik untuk terjadinya tumbukan
dengan ion H+ lebih banyak dan meningkatkan
peluang terjadinya tumbukan efektif. Sehingga,
laju reaksi juga akan bertambah ketika luas
permukaan sentuh pereaksinya besar.
Keterangan :
1. Reaksi antara serbuk
kapur dengan larutan
HCl
2. Reaksi antara batang
kapur dengan larutan
HCl
1
2

20

Logam magnesium tidak bereaksi dalam air dingin,


tetapi bereaksi dengan air panas berdasarkan
persamaan reaksi :
Mg(s) + 2H2O(l) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) + H2(g)
Hal tersebut disebabkan karena pada keadaan panas
molekul air memiliki energi yang cukup untuk putus
membentuk ion 2OH-(aq) + H2(g). Sehingga, laju
reaksi akan meningkat jika suhu meningkat.
Keterangan gambar :
Kiri : Mg + H2O dingin
Kanan : Mg + H2O panas.
Warna merah muda
menunjukan warna indikator
fenolftalein ketika dalam
larutan ada ion OH21

Energi Aktivasi

22

Definisi
Energi aktivasi adalah energi
minimum yang harus dimiliki suatu
molekul agar dapat mencapai keadaan
transisi sehingga reaksi dapat terjadi.

23

Deskripsi
Molekul-molekul harus saling bertumbukan
agar terjadi reaksi. Namun tidak semua
tumbukan
menghasilkan
reaksi.
Orientasi
tumbukan harus tepat dan memiliki energi yang
cukup agar reaksi dapat terjadi. Energi inilah
yang disebut sebagai energi aktivasi.
Energi aktivasi dilukiskan sebagai energi
penghalang yang harus dimiliki oleh reaktan agar
reaksi dapat terjadi. Setelah pereaksi melampaui
energi tersebut, maka pereaksi akan berubah
menjadi produk dengan melepaskan energi
kembali.
24

Misalnya, terdapat suatu reaksi A + B2


AB + B. Jika energi yang dilepaskan
lebih besar daripada energi aktivasi
reaksi A + B2 AB + B, maka reaksi
tersebut dikatakan eksoterm. Selisih
antara Ea 2 (energi yang dibutuhkan
untuk mengubah produk kembali
menjadi reaktan) dan Ea 1 (energi yang
dibutuhkan untuk mengubah reaktan
menjadi produk) merupakan jumlah
energi bersih yang dilepaskan pada
proses reaksi tersebut.

25

1
2

Diagram Energi Reaksi Eksoterm


26

Jika energi yang dilepaskan lebih kecil


daripada energi aktivasi reaksi A + B 2
AB + B, maka reaksi tersebut dikatakan
endoterm. Selisih antara Ea 1 (energi
yang
dibutuhkan
untuk
mengubah
reaktan menjadi produk) dan Ea 2 (energi
yang
dibutuhkan
untuk
mengubah
produk
kembali
menjadi
reaktan)
merupakan jumlah energi bersih yang
diserap pada proses reaksi tersebut.

27

2
1

Diagram Energi Reaksi Endoterm


28

Semakin banyak fraksi molekul yang


memiliki energi sebesar atau lebih besar dari
energi aktivasi reaksi maka semakin cepat
reaksi
akan
berlangsung.
Sehingga,
kebanyakan reaksi lajunya akan meningkat
jika suhu reaksi ditingkatkan.
Misalnya, logam magnesium tidak bereaksi
dalam air dingin, tetapi bereaksi dengan air
panas berdasarkan reaksi :
Mg(s) + 2H2O(l) Mg2+(aq) + 2OH-(aq) +
H2(g)
Hal tersebut disebabkan karena pada keadaan
panas terdapat lebih banyak molekul air yang
memiliki energi yang cukup untuk putus
29
membentuk ion 2OH-(aq) + H2(g). Sehingga,
laju reaksi akan meningkat jika suhu

Fraksi molekul yang


memiliki energi kinetik
tertentu

Fraksi molekul
yang melampaui
Ea pada T2

Fraksi molekul
yang melampaui
Ea pada T1

Energi
kinetik

Diagram fraksi molekul dan energi kinetiknya pada


dua suhu yang berbeda
30

Keadaan Transisi

31

Definisi
Keadaan transisi adalah keadaan
pereaksi dengan tingat energi yang
relatif tinggi dan tidak stabil dimana
ikatan pada molekul reaktan nyaris
putus serta ikatan lainnya nyaris
terbentuk.

32

Deskripsi
Saat reaksi berlangsung, terjadi perubahan energi
potensial pada zat-zat yang bereaksi. Energi potensial ini
diukur lalu diplot terhadap suatu diagram. Pada diagram
energi reaksi, energi reaktan akan meningkat secara
perlahan seiring dengan terjadinya penataan ulang ikatan
hingga mencapai satu puncak yang disebut sebagai energi
aktivasi. Pada keadaan yang memiliki energi paling tinggi,
terbentuk suatu spesi yang tidak stabil. Spesi ini dapat
berubah menjadi produk ataupun kembali menjadi reaktan.
Keadaan tersebut disebut sebagai keadaan transisi. Spesi
yang terdapat saat keadaan transisi disebut kompleks
teraktivasi. Pada kenyataannya kompleks teraktivasi ini tidak
dapat diisolasi.
33

Gambaran Keadaan Transisi pada Reaksi antara


BrCH3 dengan OHPemutusa
n ikatan

reaktan

sblm keadaan
transisi

keadaan
transisi

Pembentuka
n ikatan

stlh keadaan
transisi

produk

34

Energi aktivasi harus dimiliki oleh


pereaksi
untuk
merenggangkan
dan
membentuk ikatan agar tercapai keadaan
transisi. Ketika terbentuk, kompleks ini akan
segera berubah menjadi produk ataupun
segera kembali lagi menjadi reaktan. Jika
energi yang dimiliki molekul lebih besar
daripada energi kinetik, maka kompleks
teraktivasi akan membentuk produk namun
jika tidak, maka kompleks teraktivasi dapat
kembali menjadi reaktan.
35

Orde Reaksi

36

Definisi
Orde reaksi adalah jumlah pangkat
konsentrasi pereaksi pada hukum laju
reaksi yang menunjukan seberapa
berpengaruhnya konsentrasi reaktan
terhadap laju reaksi.

37

Deskripsi
Konsentrasi pereaksi diketahui dapat mempengaruhi laju
reaksi. Pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi
berbeda-beda, yang dapat diketahui berdasarkan hasil
eksperimen. Pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi
ini merupakan jumlah pangkat konsentrasi pereaksi pada
hukum laju reaksi yang disebut orde reaksi. Misalnya, pada
reaksi
2NO2(g) + F2(g) 2NO2F(g)
Jika konsentrasi NO2 dinaikan 2 kalinya, maka laju reaksi akan
meningkat 2 kalinya, begitu pula dengan F 2. Sehingga, reaksi
tersebut dikatakan berorde satu terhadap NO 2 dan F2 dan
keseluruhan reaksinya adalah orde 2. Hukum lajunya adalah:
laju = k[NO2][F2]

38

Contoh lainnya adalah reaksi penguraian NO 2:


2NO2(g) 2NO(g) O2(g)
Jika konsentrasi NO2 dinaikan dua kalinya, maka laju reaksi akan
meningkat sebesar empat kalinya (kuadrat dari kelipatan
konsentrasi pereaksi). Maka, reaksi tersebut merupakan reaksi orde
2. Hukum lajunya adalah :
Laju = k[NO2]2
Orde reaksi dapat juga bernilai nol, yang artinya konsentrasi
pereaksi tidak mempengaruhi laju raksi. Misalnya pada reaksi :
H2O2(aq) + 3I- (aq) + 2H+ (aq) 2H2O(l) I3-(aq)
Reaksi tersebut berorde satu terhadap H 2O2 dan I- namun
peningkatan konsentrasi H+ tidak mempengaruhi laju reaksi. Hal ini
mennjukan bahwa H+ berorde 0. hukum lajunya adalah sebagai
berikut.
Laju = k[H2O2][I-]
Orde reaksi juga dapat bernilai negatif yang artinya penambahan
konsentrasi pereaksi tersebut akan memperlambat laju reaksinya.
39

Orde reaksi dapat diketahui dari hasil


percobaan. Misalnya, reaksi pembentukan NO 2
adalah sebagai berikut.
O2(g) + 2NO(g) 2NO2(g)
Hukum lajunya adalah sebagai berikut.
Laju = k[O2]n[NO]m
Untuk memperoleh orde reaksi, dilakukan
sederet percobaan dengan konsentrasi reaktan
yang berbeda-beda lalu laju reaksi awal
masing-masing percobaan diperoleh. Laju
reaksi awal adalah laju reaksi saat pereaksi
baru saja dicampurkan. Laju ini digunakan
karena konsentrasi yang dibandingkan adalah
konsentrasi pereaksi awal.
40

Tabel Laju Awal pada Sederetan Percobaan Reaksi Antara O 2


dan NO

Percob
aan

Konsentrasi Awal
Pereaksi
O2

NO

Laju awal
(mol/L..s)

1,10 x 10-2 1,30 x 10-2

3,21 x 10-3

2,20 x 10-2 1,30 x 10-2

6,40 x 10-3

1,10 x 10-2 2,60 x 10-2

12,8 x 10-3

Terbentuknya gas NO2 yang berwarna


cokelat dapat dijadikan sebagai patokan laju
reaksi. Intensitas warna cokelat pada wadah
reaksi digunakan untuk mengeahui konsentrasi
NO2 yang dihasilkan per satuan waktu. Metode
41
spektrofotometri
dapat
digunakan
untuk
mengetahui laju reaksi tersebut.

Dari percobaan 1 dan 3 dapat diketahui bahwa jika


konsentrasi NO dinaikan sebanyak 2 kalinya (dari
1,30 x 10-2 mol/L menjadi 2,60 x 10-2 mol/L) dan
konsentrasi O2 dibuat konstan, maka laju reaksi
meningkat dari 3,21 x 10-3 mol/L.s menjadi sekitar 4
kali lipatnya, yaitu 12,8 x 10-3 mol/L.s. Hal ini
menunjukan bahwa orde reaksi NO (nilai m) adalah 2.
Dari percobaan 1 dan 2 dapat diketahui bahwa jika
konsentrasi O2 dinaikan sebanyak 2 kalinnya (dari
1,10 x 10-2 mol/L.s menjadi 2,20 x 10-2) dan
konsentrasi NO dibuat konstan, maka laju reaksi
meningkat dari 3,21 x 10-3 mol/L.s menjadi sekitar 2
kali lipatnya, yaitu 6,40 x 10-3 mol/L.s. Hal ini
menunjukan bahwa orde reaksi O2 (nilai n) adalah 1.
42

Konstanta Laju Reaksi

43

Definisi
Konstanta
laju
reaksi
adalah
konstanta yang ditentukan dari hasil
eksperimen yang nilainya berbeda
untuk reaksi yang berbeda dan pada
reaksi yang sama nilainya berubah
ketika suhu berubah atau pada
kehadiran katalis.

44

Deskripsi
Hukum
laju
digunakan
untuk
menggambarkan seberapa besar pengaruh
konsentrasi terhadap laju reaksi. Bentuk
umumnya adalah sebagai berikut.
Laju = k [A]x[B]y...
Dimana A, B, ... adalah reaktannya
k merupakan konstanta laju reaksi, yaitu
konstanta yang ditentukan dari hasil
eksperimen yang nilainya berbeda untuk
reaksi yang berbeda dan pada reaksi yang
sama nilainya berubah ketika suhu berubah45
atau pada kehadiran katalis.

Setiap reaksi memiliki karakteristik


berupa konstanta laju reaksi yang
nilainya dipengaruhi oleh suhu tetapi
tidak dipengaruhi dengan konsentrasi.
Nilai k dapat diketahui dari percobaan.
Semakin besar nilai k maka suatu
reaksi berjalan lebih cepat. Misalnya,
dari percobaan penentuan orde reaksi
pembuatan NO2 dari NO dan O2 pada
suhu 55oC diketahui orde reaksi
masing-masing
pereaksi.
Hukum
lajunya adalah sebagai berikut.
Laju = k[NO]2[O2]
46

Data percobaannya adalah sebagai


berikut.
Konsentrasi Awal
Pereaksi (mol/L)

Percoba
an
1
2

O2

NO

1,10 x 10-

1,30 x 10-

2,20 x 10-

1,30 x 10-

Laju awal
(mol/L..s)
3,21 x 10-3
6,40 x 10-3

3Karena

nilai
-3
1,10 xk10tidak
2,60 dipengaruhi
x 10- 12,8 x 10oleh
2
2
konsentrasi,
selama
proses reaksi
dilakukan pada suhu tetap maka nilai
k dapat diperoleh dengan cara
mensubstitusikan konsentrasi dan laju
reaksi salah satu percobaan ke hukum
lajunya.

47

Dari percobaan 1 :
Laju = k[NO]2[O2]

Namun, nilai k dari ketiga percobaan tersebut


harus tetap dicek untuk mengetahui kesalahan
saat proses pengukuran.Tiga data nilai k yang
diperoleh dirata-ratakan untuk memperoleh nilai k
48
reaksi.

O
Secara
umum,

Satuan laju adalah M/s sedangkan


satuan jumlah zat adalah M. Sehingga,
satuan k dipengaruhi oleh orde
reaksinya. Satuan k untuk beberapa
orde reaksi adalah sebagai berikut.
Hukum Laju

Orde Reaksi
Total

Satuan k

Laju = k

Nol

M/s

Laju = k[A]

Satu

1/s

Laju = k[A]2

Dua

1/(M.s)

Laju = k [A]2[B]

Tiga

1/(M2.s)
49

Konstanta laju reaksi berbeda-beda pada


setiap jenis reaksi dan untuk reaksi yang
sejenis konstanta laju reaksi berbeda jika suhu
reaksi berbeda. Hal ini disebabkan karena
adanya hubungan antara suhu, energi aktivasi
dan nilai k. Reaksi yang berbeda memiliki nilai
energi aktivasi yang berbeda pula. Reaksi yang
memiliki energi aktivasi lebih rendah akan
memiliki nilai k yang lebih besar.
Pada suhu tinggi, reaksi akan berjalan lebih
cepat sehingga nilai k suatu reaksi yang
berlangsung pada suhu tinggi akan lebih besar
dibandingkan dengan reaksi yang berlangsung
pada suhu rendah.
50

Katalis

51

Definisi
Katalis adalah zat yang dapat
mempercepat reaksi tanpa habis
dalam proses reaksi dengan cara
menempuh tahapan reaksi dengan
energi aktivasi yang lebih rendah.

52

Deskripsi
Proses reaksi di laboratorium ada yang cepat
dan ada yang lambat. Jika suatu reaksi terlalu
lambat
sehingga
menyebabkan
proses
pengamatan membutuhkan waktu yang lama,
digunakanlah katalis. Katalis dapat mempercepat
laju reaksi namun tidak turut habis dalam reaksi.
Karena itulah jumlah katalis sebenarnya hanya
diperlukan sedikit saja. Katalis tidaklah menambah
jumlah produk, namun produk akan dihasilkan
lebih cepat dibandingkan tanpa katalis.
53

Katalis
dapat
mempercepat
reaksi
dengan cara menempuh mekanisme reaksi
yang memiliki energi aktivasi yang lebih
rendah sehingga reaksi menjadi lebih cepat.
Misalnya proses reaksi penguraian H2O2
menjadi H2O dan O2. H2O2 terurai sangat
lambat pada suhu ruang karena reaksi
tersebut memiliki energi aktivasi yang
tinggi yaitu 76 kJ/mol. Keberadaan ion Idapat mempercepat laju reaksi dengan cara
menempuh
mekanisme
reaksi
yang
memiliki energi aktivasi lebih rendah.
54

Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut.


Langkah 1.
Langkah 2.
(aq) (cepat)

H2O2(aq) + I-(aq) H2O(l) + IO-(aq) (lambat)


H2O2(aq) + IO-(aq) H2O(l) + O2(g) + I-

2H2O2(aq) 2H2O(l) + O2(g) (reaksi keseluruhan)

Dengan menggunakan katalis I-, energi aktivasi


untuk reaksi penguraian H2O2 keseluruhan
menjadi hanya 19 kJ/mol.
Hal ini dapat dilihat dari percobaan sederhana
ketika campuran H2O2 dengan detergen
diteteskan larutan KI. Hasilnya adalah busa
detergen yang melimpah akibat banyak
dihasilkan gas O2.
55

Gambar Perbandingan diagram energi reaksi yang


menggunakan katalis (a) dan yang tidak menggunakan
katalis (b). Energi potensial produk maupun reaktan
tidak berubah, namun energi aktivasi reaksi dengan
menggunakan katalis lebih rendah daripada tanpa
katalis.
56

Larutan Elektrolit

57

Definisi :
Larutan elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan listrik akibat
adanya ion-ion yang bergerak dalam
larutan.

58

Suatu zat dapat larut dalam suatu zat


terlarut sebagai molekul ataupun sebagai
ion. Pada suatu senyawa ionik ataupun
beberapa senyawa kovalen polar tertentu,
spesi yang terbentuk ketika senyawa
tersebut dilarutkan di air adalah ion-ion
penyusunnya.
Misalnya,
kristal
K2CrO4
akan
menghasilkan ion K+ dan Cr2O42- jika
dilarutkan di air. Contoh lainnya adalah
CH3COOH yang menghasilkan ion H+ dan
CH3COO- ketika larut dalam air, meskipun
jumlahnya sedikit. Adanya ion-ion ini59
menyebabkan larutan tersebut memiliki
kemampuan untuk menghantarkan arus

Kemampuan daya hantar listrik suatu


larutan elektrolit dapat diketahui dengan
cara mencelupkan elektroda ke suatu
larutan yang diuji daya hantar listriknya dan
dihubungkan dengan sumber listrik dan
lampu sebagai indikatornya. Lampu yang
menyala menandai adanya arus listrik yang
mengalir melewati larutan.

60

Ketika sumber listrik dialirkan pada elektroda


yang tercelup pada larutan K2Cr2O7, ion K+ akan
bergerak ke arah katoda (elektroda yang
terhubung
dengan
kutub
listrik
negatif)
sedangkan ion CrO42- akan bergerak ke arah
anoda (elektroda yang terhubung dengan kutub
listrik positif)
sehingga muatan listrik dapat
mengalir dan lampu dapat menyala.
Begitu pula dengan ion H+ dan CH3COO- pada
larutan CH3COOH ketika diuji daya hantar
listriknya. Namun, ion yang dihasilkan lebih
sedikit daripada larutan K2Cr2O7. Sehingga,
lampu menyala lebih redup daripada larutan
CH3COOH.
61

Molekul air
Ion K+
Ion CrO42-

Keadaan larutan K2Cr2O7 ketika


dialirkan arus listrik

62

Molekul air
Ion H+
Molekul CH3COOH
Ion CH3COO-

Keadaan larutan CH3COOH ketika


dialirkan arus listrik

63

Larutan Elektrolit
Lemah

64

Definisi
O Larutan elektrolit lemah adalah

larutan yang menghantarkan listrik


dengan lemah karena zat terlarut
hanya terionisasi sebagian.

65

Deskripsi
Suatu larutan elektrolit terdiri dari berbagai macam zat
terlarut yang menghasilkan ion dalam bentuk larutannya.
Namun, jumlah ion yang dihasilkan dari proses pelarutan
zat berbeda-beda. Ada zat yang terionisasi sempurna
dalam air, dan ada juga yang hanya menghasilkan
sedikit ion dalam larutannya. Pada larutan elektrolit
lemah, ion yang terdapat dalam larutan lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah zat terlarut yang dilarutkan.
Sisanya larut dalam bentuk molekul.
Daya hantar listrik suatu larutan elektrolit bergantung
pada jumlah ion yang terdapat dalam larutan. Semakin
sedikit ion yang dihasilkan maka daya hantarnya akan
semakin buruk.
66

Uji daya hantar listrik suatu larutan elektrolit


lemah dapat diketahui dengan cara mencelupkan
elektroda ke suatu larutan yang diuji daya hantar
listriknya dan dihubungkan dengan sumber listrik
dan lampu sebagai indikatornya. Lampu yang
menyala menandai adanya arus listrik yang
mengalir melewati larutan. Pada larutan elektrolit
lemah, lampu menyala dengan redup karena daya
hantar listriknya yang buruk.

67

Misalnya, dalam larutan yang mengandung


0,1 mol CH3COOH hanya terdapat ion CH3COOdan H+ sebanyak kurang dari 0,1 mol, bahkan
jauh lebih sedikit dari jumlah CH3COOH yang
dilarutkan.
Jumlah
ion
yang
sedikit
menyebabkan larutan memiliki daya hantar
Molekul air
listrik yang buruk.
Ion H+
Molekul CH3COOH
Ion CH3COO-

68

Pada larutan CH3COOH, ion yang


dihasilkan jumlahnya sedikit karena
atom H terikat kuat pada atom O
akibat
adanya
perbedaan
keelektronegatifan yang tidak terlalu
besar
jika
dibandingkan
dengan
senyawa
kovalen
polar
yang
terionisasi sempurna, misalnya HCl.
Hal ini menyebabkan daya hantar
listrik larutan cuka tersebut buruk
69

Larutan Non Elektrolit

70

Definisi
O Larutan non elektrolit adalah larutan

yang tidak dapat menghantarkan


listrik karena zat terlarutnya larut
sebagai molekul netral.

71

Deskripsi
Suatu zat terlarut dapat larut dalam bentuk
molekul netralnya maupun sebagai ion-ionnya.
Pada larutan non elektrolit, zat terlarut berada
dalam
bentuk
molekul
netralnya
dalam
larutannya.
Suatu larutan non elektrolit tidak dapat
menghantarkan listrik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan percobaan uji daya hantar listrik.
Elektroda yang terdiri dari katoda dan anoda
dicelupkan pada suatu larutan elektrolit dan
dihubungkan dengan sumber arus listrik dan
lampu sebagai indikatornya. Ketika arus listrik
dialirkan, maka lampu tidak menyala. Hal ini
72
menunjukkan bahwa larutan non elektrolit tidak
dapat menghantarkan arus listrik.

Larutan non elektrolit tidak dapat


menghantarkan arus listrik karena
dalam larutan non elektrolit tidak
terdapat partikel bermuatan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Zat
terlarutnya berada dalam bentuk
molkul
netral
dalam
larutannya.
Contoh larutan non elektrolit adalah
glukosa. Dalam larutan glukosa, hanya
terdapat molekul air dan molekul
glukosa saja.

73

Molekul glukosa
Molekul air

Keadaan larutan glukosa (C6H12O6)


ketika dialirkan arus listrik

74

Anda mungkin juga menyukai