Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KELARUTAN

KELOMPOK 1 SHIFT C
1. Devianti (10060308082)
2. Sri Eli Lestari (10060308083)
3. Ina Amalia (10060308084)

HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : RABU/ 05 MEI 2010


HARI/TANGGAL LAPORAN : RABU/ 12 MEI 2010
ASISTEN :

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010
KELARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat aktif.
 Dapat menentukan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelarutan
suatu zat.

II. TEORI DASAR

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah
maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil
disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap
suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris
lebih tepatnya disebut miscible.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak
klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit
larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada
bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat
dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated)
yang metastabil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan ialah :

a. Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan

Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling


bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda
umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang
bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air
bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely
immiscible).

b. Pengaruh Temperatur pada Kelarutan


Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang
keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi
berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur
yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada
larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses
sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan
azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu
bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya
berkurang pada suhu yang lebih tinggi.

c. Pengaruh tekanan pada kelarutan


Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau
padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl
sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan
tekanan partial gas itu. Menurut hokum Henry (William Henry: 1774-1836)
massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya)
berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan
partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya
kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya
dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan
pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
Gelas kimia Air
Erlenmeyer Alcohol
Kaca arloji Propilen glikol
Kertas saring Asam salisilat
Corong gelas Indicator fenolftalein
Biuret NaOH 0,1 N
Timbangan Tween 80
Pipet tetes Dapar fosfat pH 4, 5, 6, 7
Batang pengaduk Aquadest
Spatula
Botol semprot
Pengocok orbital

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan suatu zat
Disiapkan 4 pelarut campur dengan komposisi, 1. Air 60 (%v/v),alcohol 0
(%v/v), propilen glikol 40 (%v/v) ; 2. Air 60 (%v/v),alcohol 15 (%v/v), propilen
glikol 20 (%v/v) ; 3. Air 60 (%v/v),alcohol 35 (%v/v), propilen glikol 5 (%v/v) ;
4. Air 60 (%v/v),alcohol 40 (%v/v), propilen glikol 0 (%v/v). diambil 50 ml
campuran pelarut, dilarutkann 1gr asam salisilat dalam masing-masing campuran.
Dikocok menggunakan pengocok orbital selama 1 jam, di saring larutan,
ditentukan kadar asam salisilat terlarut dengan titrasi asam basa menggunakan
indicator fenolftalein dengan peniter NaOH 0,1 N. Dibuat kurva antara kelarutan
asam salisilat dengan konstanta dielektrik campuran pelarut.
2. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
Dibuat 50 ml larutan yang mengandung Tween 80 dengan konsentrasi 5.0;
10.0; 50.0; dan 100 mg/ml, ditambahkan 1 gr asam salisilat kedalam setiap
komposisi pelarut. Dikocok menggunakan pengocok orbital selama 1 jam, di
saring larutan, ditentukan kadar asam salisilat terlarut dengan titrasi asam basa
menggunakan indicator fenolftalein dengan peniter NaOH 0,1 N. dibuat kurva
antara kelarutan asam salisilat dengan kosentrasi surfaktan, dan ditentukan KMK
(Konsentrasi Misel Kritis) Tween 80.
3. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
Disiapkan larutan dapar fosfat dengan ph 4, 5, 6, 7. Diambil 25 ml dari
setiap larutan dapar tersebut dan ditambahkan 0,5 gr asam salisilat. Larutan
dikocok menggunakan pelarut orbital selama 1 jam. Disaring dan ditentukan
kadar asam salisilat yang terlarut dengan titrasi asam basa dengan indicator
fenolftalein dengan peniter NaOH 0,1 N. Dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi zat 6ang diperoleh dengan pH larutan.

V. DATA PENGAMATAN
1. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
pH dapar fosfat Volume titrasi (ml)
4 36,1
5 28,3
6 27,1
7 29,2

VI. PERHITUNGAN
1. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
 Konsentrasi zat pada pH 4
Asam salisilat : NaOH
V1M1 = V2M2
25 ml . M1 = 36,1 ml . 0,1
 Konsentrasi zat pada pH 5
Asam salisilat : NaOH
V1M1 = V2M2
25 ml . M1 = 28,3 ml . 0,1

 Konsentrasi zat pada pH 6


Asam salisilat : NaOH
V1M1 = V2M2
25 ml . M1 = 27,1 ml . 0,1

 Konsentrasi zat pada pH 7


Asam salisilat : NaOH
V1M1 = V2M2
25 ml . M1 = 29,1 ml . 0,1

VII. PEMBAHASAN
1. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
Untuk menjamin larutan homogen yang jernih dan keefektifan terapi yang
maksimum, pembuatan harus disesuaikan pada pH optimum. Pada ph di bawah
mana garam dari asam lemah, fenolbarbital natrium misalnya, mulai menguap
dari larutan air, dengan cepat dihitung dalam cara berikut ini.
Dengan menggunakan bentuk asam bebas dari fenolbarbital sebagai HP dan
bentuk terionisasi yang larut sebagai P- , kesetimbangan dalam larutan jenuh dari
elektrolit lemah yang sukar larut adalah
p (1)
(2)
Karena konsentrasi bentuk tidak terionisasi dalam larutan HPlarut biasanya
konstan, tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan larutan, persamaan (1)
adalah :
= [HP] larut (3)
Dan tetapan untuk kesetimbangan asam-basa, persamaan (39) adalah

(4)

atau

(5)

Di n no si ‘ ’ (sol) telah dicoret dari (HP)larut, karena tidak aka nada


terjadi kekeliruan apabila notasi ini dihilangkan.
Kelarutan total (S) fenolbarbital terdiri dari konsentrasi asam tidak terdisosiasi
(HP) dan basa konjugatnya atau bebentuk terionisasi (P-).
S = [HP] + [P-] (6)
Subtitusi S0 untuk (HP) dari persamaan (60) dan pernyataan (P-) dari persamaan
(62) menghasilkan :
(7)

( [
)
]
(8)

Persaman (65) telah dinyatakan dalam berbagai bentuk oleh Krebs dan Speakman,
Albert, Higuchi, Kostenbauder, dan lain-lain.
Jika elektrolit lemah dan tidak terdisosiasi secara jelas, kelarutan asam
dalam air atau larutan asam adalah S0 = [HP] , dimana untuk fenolbarbital kira-
kira 0,005 mol/liter yaitu 0,12 %.
Persamaan kelarutan dapat ditulis dalam bentuk logaritma, dimulai dengan
persamaan (64). Dengan menyusun kembali, kita peroleh :

( )

Log (S – S0) = log Ka + log So – log [H3O+]


Dan akhirnya
p p o (9)
dimana dibawah pHP ini obat akan terpisah dari larutan sebagai asam tidak
terdisosiasi.
Dalam praktek farmasetik, obat seperti fenolbarbital biasanya
ditambahkan pada larutan air dalam bentuk garam laut. Pada jumlah garam awal,
fenolbarbital natrium yang dapat ditambahkan kedalam larutan dengan ph
tertentu, beberapa diantaranya diubah kebentuk asam bebas HP dan yang lainnya
tetap dalam bentuk terionisasi P- [persamaan (6)]. Jumlah garam yang dapat
ditambahkan pada permulaan sebelum kelarutan [HP] dilewati adalah sama
dengan S. Seperti terlihat dari persamaan (9), php bergantung pada konsentrasi
molar S awal dari garam yang ditambahkan, kelarutan molar dari asam tidak
terdisosiasi S0 , dan pKa. persamaan (9) digunakan untuk menentukan pKa,
silfonamida dan obat lain.
Suatu penurunan yang analog dapat dilakukan untuk mendapatkan persamaan
kelarutan basa lemah sebagai fungsi ph larutan. Persamaan itu adalah :
p p p o (10)

di mana S adalah konsentarsi obat yang mula-mula ditambahkan sebagai garam


dan S0 adalah kelarutan molar basa bebas dalam air. Di sini php adalah ph di mana
di atas ph tersebut obat mulai mengendap dari larutan sebagai basa bebas.
VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
 Martin,Alfred.1990.Farmasi Fisik ed.3 jilid 1.UI Press;Jakarta hal 610-613

Anda mungkin juga menyukai