Anda di halaman 1dari 4

LAMPIRAN C

PERHITUNGAN GEOMETRI JALAN PRODUKSI

C.1. Lebar jalan pada keadaan lurus


Lebar jalan produksi minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih
pada jalan lurus adalah sebagai berikut :

L m n.Wt n 1 1 2 .Wt

dimana jalan produksi di daerah Front penambangan Disposal Lebong IV Atas


digunakan sebagai jalur ganda, sehingga lebar jalan minimum dalm keadaan lurus
menjadi :
L(m) = (2 x 2.49) + (2+1) ( x 2.49)
= 8.715 m
C.2. Lebar jalan pada tikungan
Lebar jalan pada tikungan tergantung pada radius tikungan, kecepatan yang
direncanakan, dan ukuran kendaraan yang kan melewatinya. Sebagai contoh, apabila
kendaraan mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
Untuk dump truck Nissan Diesel :
Lebar juntai depan (Fa) = 1.2 m
Lebar juntai belakang (Fb) = 1.3 m
Lebar jejak roda (U) = 2.02 m

C-1

maka lebar jalan pada tikungan (W) dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C
C = Z = 0.5 (U + Fa + Fb)
dimana C adalah jarak antara dua truck yang akan bersimpangan dan Z adalah jarak
sisi luar truck ke tepi jalan, sehingga diperoleh :
C = Z = 0.5 (2.02 + 1.2 + 1.3)
= 2.26 m
W (m) = 2 (2.02 + 1.2 + 1.3 + 2.26) + 2.26
= 15.82 m
C.3. Kemiringan melintang (cross slope)
Angka kemiringan melintang pada jalan produksi dinyatakan dalam
perbandingan jarak vertikal dan jarak mendatar dengan satuan m/m.

1: permukaan jalan produksi


2: bidang horizontal
p : jarak mendatar
q : jarak vertikal

PENAMPANG KEMIRINGAN MELINTANG


Menurut Sukirman, jalan produksi yang baik memiliki kemiringan melintang
40 mm/m. Hal ini berarti setiap 1 meter jarak mendatar terdapat beda tinggi sebesar

C-2

40 mm atau 4 cm. Sehingga untuk jalan angkut dengan lebar 8.715 m mempunyai
beda ketinggian pada poros jalan sebesar :
p=.L
p = . 8.715 m = 4.36 m
Sehingga beda tinggi yang harus dibuat :
q = 4.36 m . 40 mm/m
q = 174 mm
q = 17.4 cm 17.5 cm
C.4. Superelevasi
Superelevasi atau kemiringan pada tikungan dinyatakan dalam tangen sudut
atau dapat pula dinyatakan dalam satuan m/m, yang diukur dari sisi luar tikungan.

R
h

Keterangan :
R : lebar jalan miring
h : beda tinggi
W : lebar jalan mendatar
: kemiringan tikungan

PENAMPANG SUPERELEVASI
Kecepatan rencana yang digunakan adalah kecepatan dump truck kosongan
saat melewati tikungan A-B-C (radius tikungan 35 m) yaitu sebesar 32 km/jam,
dengan koefisien gesekan maksimum 0.17 (Tabel III.6). Dump truck

kosongan

kecepatannya sudah pasti lebih tinggi dibandingkan dengan dump truck bermuatan.

C-3

Oleh karena itu, jika superelevasi sudah mampu dilalui dengan baik oleh dump truck
yang melaju dengan kecepatan yang tercepat, maka superelevasi tersebut sudah dapat
dilalui dengan baik pula oleh dump truck yang melaju dengan kecepatan yang lebih
lambat yaitu dump truck bermuatan. Atas dasar tersebut maka kecepatan dump truck
bermuatan, tidak diperhitungkan lagi dalam perhitungan superelevasi. Untuk
mengetahui superelevasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
e+f=

v2
127 . R

e + 0.17 =

(32) 2
127 . 35

e = 0.06
Dengan penggunaan nilai superelevasi 0.06, maka beda tinggi (h) yang harus
dibuat adalah :
Tg = 0.06 ; maka = 3.43 o
h = W . Sin
= 17.5 m . Sin 3.43 o
= 1.05 m
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar tikungan
sebesar 1.05 m.

C-4

Anda mungkin juga menyukai