TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Obstruksi traktus urinarius dapat terjadi selama perkembangan fetus, anakanak maupun pada saat dewasa. Penyebab obstruksi dapat kongenital atau
didapat, juga bisa disebabkan karena keganasan atau proses lain. Akibat dari
obstruksi dipengaruhi oleh luas dan derajat dari obstruksi (sebagian atau
total), kronisitas (akut atau kronik), kondisi awal dari ginjal, kemampuan
untuk pemulihan, dan ada tidaknya faktor-faktor yang lainnya seperti infeksi.
Obstruktif Uropati digunakan untuk menggambarkan perubahan struktural
saluran kemih akibat gangguan aliran urin, dimana perubahan ini, dapat atau
tidak disertai kerusakan parenkim ginjal.
Istilah Obstruktif Nefropati dipakai untuk menggambarkan gangguan
fungsi ginjal akibat obstruksi saluran kemih, sedangkan istilah hidronefrosis
dipakai untuk menggambarkan adanya dilatasi saluran kemih bagian atas
(ureter dan sistem kaliseal), tetapi hidronefrosis tidak selalu mengindikasikan
adanya obstruksi. Berbagai keadaan dapat menyebabkan dilatasi ureter tanpa
adanya obstruksi, seperti refluks vesikoureteral, megaureter primer,
pelvis/kaliks extrarenal, dilatasi ureter yang berhubungan dengan pielonefritis
akut.
tubulus
setelah
ekstrarenal
pada
terapi
keganasan
dewasa
hematologi.Obstruksi
muda,umumnya
disebabkan
intraluminal
oleh
batu
ureter
ektopik,
ureterocele,
serta
ureterovesical
dan
D. PATOGENESIS
Obstruksi saluran kemih sekitar < 5% kasus ARF. Pada uropati obstruktif,
tidak ada proses inflamasi pada ginjal, namun terdapat peningkatan tekanan
balik pada tubulus ginjal yang menyebabkan disfungsi tubulus. Hampir
semua fungsi tubulus terganggu: konsentrasi dan dilusi urin, reabsorpsi Na
dan air, dan sekresi K dan ion hidrogen. Produksi urin biasanya isotonik
terhadap plasma dan kadar Na tinggi dan FENA. Sedimen mikroskopik
biasanya jinak kecuali bila timbul infeksi.
Dapat menyebabkan kegagalan fungsi dan kerusakan struktur ginjal yang
permanen (Nefropati Obstruktif). Keparahannya tergantung dari onset dan
durasi (Akut Kronik), derajat sumbatan (Unilateral Bilateral, Parsial
Total), level Obstruksi (Infravesica Supravesica), kondisi awal ginjal
sebelum terjadinya sumbatan, dan adanya keterlibatan infeksi saluran kemih.
Perubahan yang terjadi dibagi menjadi 3 waktu kritis: Trifase Obstruktif :
Fase Akut (0-90 menit), Fase Pertengahan (2-5jam), Fase Lanjut (24 jam).
Tekanan Intra Renal
Saat obstruksi, tekanan hidrostatik intra ureter dan intrarenal terjadi
peningkatan mendadak yang sejalan dengan keadaan diuresis. Kenaikan
tekanan tersebut ditransmisikan kedalam lumen tubulus. Namun,
kenaikan tidak berlangsung lama, diikuti oleh penurunan tekanan
stopwatch dapat dimulai. Setelah 5 detik, pindahkan penampung. Ratarata aliran dalam milliliter/ detik dapat dengan mudah dihitung. Normal
rata-rata aliran normal urin adalah 20-25ml/ dtk pada pria dan 25-30 ml/
dtk pada wanita. Bila ditemukan aliran urin < 15ml/ dtk maka ada
kecurigaan kearah sana. Bila <10ml/ dtk ada indikasi kearah obstruksi
atau kelemahan fungsi detrusor. Aliran rata-rata urin biasanya
dihubungkan dengan atonik neurogenic bladder atau striktur uretra atau
obstruksi prostat (peningkatan tahanan uretral) dapat lebih rendah dari 35ml/dtk. Pemeriksaan
gangguan aliran urin ini. Setelah terapi definitive dari penyebab, alirannya
dapat kembali kenormal.
Pada keadaan dimana
terdapat
diverticulum
atau
reflux
2. X-Ray
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran pembesaran
ginjal, gambaran kalsifikasi biasanya menggambarkan adanya batu, atau
metastasis ke tulang belakang atau pelvis. Metastasis pada spinal bisa
menjadi penyebab kerusakan cabang spinal (buli neuropatik), jika
osteoblastik, hampir banyak penyebabnya berasal dari kanker prostat.
Urogram ekskresi menggambarkan hampir semua riwayat yang ada
sampai fungsi renal benar-benar rusak berat. Pemeriksaan ini sangat baik
jika terjadi obstruksi kaena terlihat adanya gambaran massa yang tertahan.
Gambaran urogram menggambarkan derajat dilatasi dari pelvis, kalix dan
ureter. Titik stenosisnya akan terlihat. Dilatasi segmental dari bagian
bawah akhir ureter menggambarkan kemungkinan adanya refluks
vesikoureteral,
yang
jelas
terlihat
pada
pemeriksaan
sistografi.
obstruksi
distal
(Trabekulasi,
divertikula)
atau
3. Isotop Scanning
Bila
terdapat
obstruksi,
radioisotope
renogram
akan
dalam
mendiagnosa
neurogenik
bladder
dan
dalam
membedakan antara obstruksi leher buli dan atoni buli. Inspeksi uretra
dan buli menggunakan sistoskopi dan panendeskopi dapat meperlihatkan
benda penyebab obstruksi primer. Kateter dapat melewati pelvis renalis
dan mengambil specimen urin. Fungsi dari kedua ginjal dapat diukur dan
retrograde ureterpielogram dapat dilakukan.
5. Interventional Uroradiology
Jika ada keraguan apakah benar ada obstruksi, test Whitaker atau
isotope renogram dapat dilakukan. Akan tetapi test whitaker dan Buxton
Thomas telah menunjukkan tidak ada satupun yang bebas dari kesalahan.
9
G. DIAGNOSIS BANDING
Pemeriksaan secara langsung biasanya tidak menimbulkan keraguan dalam
diagnosis. Diagnosis banding dalam keadaan seperti ini cukup sulit.Jika infeksi
sederhana tidak berespon terhadap therapy medis atau terjadi infeksi lagi,
obstruksi, benda asing atau refluks vesikoureteral sebagai penyebab, maka
penelitian lebih lanjut diperlukan.
H. KOMPLIKASI
Stagnasi dari urin dapat menyebakan terjadinya infeksi,dimana nanti akan
menyebar keseluruh system traktus urinarius.Sekali terjadi infeksi akan sukar
dilakukan eradikasi walaupun setelah obstruksinya teratasi.
Seringkali organisme yang masuk adalah pemecah urea (Proteus,
stafilokokus), dimana akan menyebabkan urin menjadi alkalin. Garam kalsium
akan memicu dan membentuk batu buli atau ginjal lebih mudah pada urin yang
alkalin. Jika kedua ginjal dipengaruhi, akhirnya bisa terjadi insufisiensi ginjal.
Infeksi sekunder meningkatkan kerusakan ginjal.
Pionefrosis adalah stadium akhir dari infeksi berat dan obstruksi
ginjal.Ginjal akan menjadi tidak berfungsi dan dipenuhi oleh pus yang tebal.Bila
dilakukan foto polos abdomen akan memberikan gambaran udara urogram yang
disebakan oleh gas yang bercampur oleh organisme yang menginfeksi.
I. PENATALAKSANAAN
1. Menghilangkan obstruksi
a. Obstruksi traktus bagian bawah (distal s/d Buli)
Pada pasien dengan kerusakan ginjal dan utreterovesikal
sekunder adalah minimal atau tidak ada, koreksi dari obstruksi
belumlah cukup. Jika jelas refluks akan terlihat dan tidak reda
secara spontan setelah obstruksi teratasi, perbaikan melalui
pembedahan diperlukan. Perbaikan menjadi pilihan utama apabila
terdapat
hidronefrosis
akibat
refluks.
Drainase
dengan
yang
inkompeten
harus
diperbaiki
melalui
pembedahan.
b. Obstruksi traktus bagian atas (Diatas buli)
10
Ginjal
akan
memperoleh
kembali
beberapa
11
Hasil akhir tergantung dari penyebab, lokasi, derajat dan lama obstruksi.
Prognosis juga dipengaruhi dari komplikasi infeksi, terutama bila infeksi
sudah ada dari waktu yang lama.
Jika fungsi ginjal baik, obstruksinya dapat dikoreksi dan infeksinya dapat
diatasi, maka prognosis secara keselurahan adalah baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Pais V, et al. Pathophysiology of urinary tract obstruction.in Campbell-Walsh
Urology, 9th ed. Chapter 37.2007.
2. Emil Tanagho,MD. Urinary obstruction and stasis.in smiths general
urology,17 th ed,Chapter 11.2008
3. Hanno, M. Philip, et al. 2001. Clinical Manual of Urology Third Edition. McGraw Hill International Edition.
4. Michael J.Metro,MD.PENN Clinical Manual of Urology,Chapter 11,2008.
5. http://Medscape.com/
13