Abstrak
Dengan penduduk 216 juta jiwa, Indonesia saat ini membutuhkan bahan pangan
pokok sekurang-kurangnya 53 juta ton beras, 12,5 juta ton jagung dan 3,0 juta ton
kedelai. Jika tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan produksi pangan dalam negeri
secara signifikan, dapat menyebabkan ketahanan pangan nasional rendah. Meskipun
upaya peningkatan produksi pangan di dalam negeri saat ini terus dilakukan, namun
laju peningkatannya masih belum mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri
karena produktivitas tanaman pangan serta peningkatan luas areal yang stagnan
bahkan cenderung menurun.
Untuk meningkatkan produksi pangan nasional, dapat dilakukan peningkatan
produktivitas dengan menerapkan teknologi produksi antara lain melalui penggunaan
pupuk organik/hayati. Pupuk tersebut dapat mengembalikan kesuburan lahan melalui
jasa mikroba yang menguntungkan. Sejalan dengan itu, juga perlu dilakukan perluasan
lahan pertanian antara lain melalui pengembangan kawasan transmigrasi.
Pendahuluan
Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Banyak
contoh negara dengan sumber ekonomi cukup memadai tetapi mengalami kehancuran
karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya. Sejarah juga
menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai pertahanan
musuh. Dengan adanya ketergantungan pangan, suatu bangsa akan sulit lepas dari
cengkraman penjajah/musuh. Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian
dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung
rugi ekonomi saja tetapi harus disadari sebagai bagian yang mendasar bagi ketahanan
nasional yang harus dilindungi.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka
pertumbuhan 1.7 % per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan
pangan yang harus tersedia. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan
produksi pangan justru menghadapi masalah bahaya latent yaitu laju peningkatan
produksi di dalam negeri yang terus menurun. Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk
meningkatkan produksi pangan akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan
ketersediaan dengan kesenjangan semakin melebar.
Keragaan laju peningkatan produksi tiga komoditi pangan nasional padi, jagung
dan kedelai tersebut sebagaimana tampak dalam tabel 1.
Keragaan di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan produksi pangan
nasional rata-rata negatif dan cenderung menurun, sedangkan laju pertumbuhan
penduduk selalu positif yang berarti kebutuhan terus meningkat. Keragaan total
produksi dan kebutuhan nasional dari tahun ke tahun pada ketiga komoditas pangan
Page 1 of 12
utama di atas menunjukkan kesenjangan yang terus melebar; khusus pada kedelai
sangat memprihatinkan. Kesenjangan yang terus meningkat ini jika terus di biarkan
konsekwensinya adalah peningkatan jumlah impor bahan pangan yang semakin besar,
dan kita semakin tergantung pada negara asing.
Impor beras yang meningkat pesat terjadi pada tahun 1996 dan puncaknya pada
tahun 1998 yang mencapai 5,8 juta ton. Kondisi ini mewarnai krisis ekonomi yang
terjadi pada tahun 1997 dimana produksi beras nasional turun yang antara lain karena
kekeringan panjang.
Pada komoditi jagung meskipun pada tahun 1996 terjadi penurunan produksi,
namun pada tahun 1998 justru terjadi surplus (ekspor) meskipun hanya kecil. Hal ini
diduga karena banyak masyarakat yang memanfaatkan lahan tidur untuk komoditas
jagung. Namun pada tahun-tahun berikutnya sampai saat ini produksi jagung
cenderung turun dan impor semakin besar (lebih dari 2 juta ton/tahun).
Produksi kedelai nasional tampak mengalami kemunduran yang sangat
memprihatinkan. Sejak tahun 2000, kondisi tersebut semakin parah, dimana impor
kedelai semakin besar. Hal ini terjadi antara lain karena membanjirnya Impor akibat
fasilitas GSM 102, kredit Impor dan Triple C dari negara importir yang dimanfaatkan
sebesar-besarnya oleh importir kedelai Indonesia, disisi lain produktivitas kedelai
nasional yang rendah dan biaya produksi semakin tinggi di dalam negeri. Akibat
kebijakan di atas harga kedelai impor semakin rendah sehingga petani kedelai
semakin terpuruk dan enggan untuk menanam kedelai. Dampaknya pada harga
kedelai petani tidak bisa bersaing dengan membanjirnya kedelai Impor dan petani
kedelai tidak terlindungi.
Melihat kenyataan tersebut seakan kita tidak percaya sebagai negara agraris
yang mengandalkan pertanian sebagai tumpuan kehidupan bagi sebagian besar
penduduknya tetapi pengimpor pangan yang cukup besar. Hal ini akan menjadi
hambatan dalam pembangunan dan menjadi tantangan yang lebih besar dalam
mewujudkan kemandirian pangan bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
langkah kerja yang serius untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam rangka
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.
Page 2 of 12
Page 3 of 12
Page 4 of 12
Page 5 of 12
pangan sehingga akan menjamin kepastian pasar, Sarana Input teknologi produktivitas
dan nilai tambah dari usaha tani terpadunya. Pengelolaan lahan kering untuk
pertanian dapat dilakukan dengan menerapkan teknologi produktivitas organik agar
memberikan kontribusi yang nyata bagi peningkatan produksi pangan dan
kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh jika 150.000 ha lahan ini digunakan untuk
budidaya Jagung jika dengan tambahan teknologi produktivitas organik dapat
menghasilkan rata-rata 6,5 ton/ha yang dilakukan dengan 2 kali MT maka akan terjadi
penambahan produksi sebesar: 1,95 juta ton jagung, berarti akan mensubstitusi lebih
dari 60% impor Jagung. Multiple effek dari usaha tani tanaman pangan ini sangat
berarti dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar dan
bagi kepentingan nasional.
Page 6 of 12
Melihat kondisi saat ini dan trend produksi pangan yang semakin tergantung
impor dan bergesernya pola konsumsi masyarakat maka untuk mencapai kemandirian
pangan ke depan harus dilakukan melalui upaya-upaya terpadu secara terkonsentrasi
pada peningkatan produksi pangan nasional yang terencana mulai presisi di sektor
hulu proses (on farm) dan hilirnya. Yang perlu ditekankan adalah: peningkatan
produktivitas dan penerapan teknologi bio/hayati organik, perluasan areal pertanian
pangan dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya pendukung lokalnya, kebijakan
tataniaga pangan dan pembatasan impor pangan, pemberian kredit produksi dan
subsidi bagi petani pangan, pemacuan kawasan sentra produksi dan ketersediaan silo
untuk stock pangan sampai tingkat terkecil dalam mencapai swasembada pangan di
setiap daerah. Untuk itu pemacuan peningkatan produksi pangan nasional harus
ditunjang dengan kesiapan dana, penyediaan lahan, teknologi, masyarakat dan
infrastrukturnya yang dijadikan sebagai kebijakan ketahanan pangan nasional.
Padi
Dalam kurun waktu satu dasa warsa ke depan Indonesia harus mampu mandiri
dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat-nya. Tabel 2 menggambarkan
keragaan pemacuan produksi dan pengurangan impor padi yang dipandang rasional.
Dengan asumsi pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun 1,5 % dan impor
beras sekitar 1,5 - 2 juta ton pada tahun 2003 dan produksi dalam negeri sekitar 52
juta ton, maka untuk mencapai swasembada pada tahun 2010 diperlukan trend
peningkatan produksi sebesar 1,8 2,1 % pertahun. Peningkatan ini sangat rasional
dan dapat dilakukan dengan melihat potensi produk-tivitas yang dapat ditingkatkan
dan potensi ketersediaan lahan baru yang dapat dibuka seperti lahan pasang surut,
lebak dan lahan kering untuk padi (Suprihatno, dkk, 1999; Irianto, Gatot, dkk., 2002).
Jagung
Pada tahun 2002 impor jagung mencapai 2,2 juta ton dan sejak tahun 2000
pertumbuhan produksinya menunjukkan trend yang cenderung negatif. Melihat potensi
yang ada bahwa hal upaya memacu produksi jagung dalam 10 tahun kedepan masih
dapat dilakukan, bahkan sekalipun untuk dapat mencapai surplus (ekspor). Dengan
menciptakan tingkat pertumbuhan produksi 2 % sampai 6,5 %per tahun maka pada
tahun 2010 Indonesia akan dapat mengekspor jagung. Hal ini sangat rasional untuk
dapat diwujudkan dan dicapai mengingat masih banyak lahan tidur dan lahan kering
potensial yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat meningkatkan
produksi jagung. Peluang penerapan teknologi produktivitas Bio hayati organic dan
penerapan benih hibrida untuk meningkatkan produktivitas dari rata-rata 3,5 ton/ha
menjadi lebih dari 6,5 ton/ha di lahan tersebut masih sangat rasional apalagi agribisnis
jagung telah didukung dengan tersedia dan kesiapan stakeholder dari hulu sampai
hilirnya.
Kedelai
Upaya mendongkrak produksi kedelai memang berat mengingat ada sekitar 70 %
kebutuhan kedelai dipenuhi dari impor. Terus membanjirnya impor kedelai tahun 2000
memiliki dampak yang tragis bagi petani kedelai dan untuk dapat mencapai imbangan
impor harus ada perlakuan khusus dengan mengembalikan kepercayaan petani
Page 7 of 12
Page 8 of 12
ramah lingkungan. Disamping itu teknologi yang diterapkan harus bersifat sederhana,
mudah dimengerti dan dilaksanakan petani sehingga dapat diterapkan di lapangan
secara utuh dan memiliki kawalan/pendampingan di lapangan untuk menjamin
keberhasilannya.
Sebagai contoh teknologi pupuk hayati Bio P 2000 Z yang diramu dari kumpulan
mikro-organisme indegenus terseleksi bersifat unggul berguna yang dikondisikan agar
dapat hidup harmonis bersama saling bersinergi dengan kultur mikro-organisme
komersial serta dibekali nutrisi dan unsur hara mikro dan makro yang berguna bagi
mikroba dan komoditas budidaya. Sekumpulan mikro-organisme unggul berguna
dikemas dalam pupuk hayati Bio Perforasi terdiri dari dekomposer (Hetrotrop,
Putrefaksi), pelarut mineral dan phospat, fiksasi nitrogen, Autotrop (fotosintesis) dan
mikroba fermentasi serta mikroba penghubung (seperti Mycorrhiza) yang bekerja
bersinergi dan nutrisi bahan organik sederhana, seperti senyawa protein/peptida,
karbohidrat, lipida, Vitamin, senyawa sekunder, enzim dan hormon; serta unsur hara
makro: N, P, K, S, Ca, dan lainnya berkombinasi dengan hara mikro: seperti Mg, Si, Fe,
Mn, Zn, Mn, Mo, Cl, B, Cu, yang semua unsur yang disebut di atas diproses melalui
cara fermentasi.
Bio Perforasi secara komprehenship membentuk dan mengkondisikan
keseimbangan ekologis alamiah melalui sekumpulan jasa mikro-organisme unggul
berguna yang dikondisikan, bersinergi dengan mikroba alami indogenus dan nutrisi;
dan dengan menggunakan prinsip mem-bioperforasi secara alami oleh zat inorganik,
organik dan biotik pada mahluk hidup (seperti tanaman) sehingga memacu dan/atau
mengendalikan pertumbuhan dan produksinya. Ternyata dengan sistem demikian
masalah tersumbatnya produksi komoditi pertanian dapat dipecahkan (Mashar, 2000).
Melalui jasa mikro-organisme unggul yang sebelumnya telah dikondisikan
terhadap lingkungan tumbuh kembang tanaman serta dibekali nutrisi dan unsur hara,
faktor pembatas produksi dan kendala tumbuh asal tanah dan lingkungan dapat
direndam sehingga tanaman dapat dipacu berproduksi tanpa menggangu hasil
rekayasa konstelasi genetik yang telah dimiliki tanaman sebelumnya. Hal ini seiring
dengan tujuan meningkatkan produktivitas hasil dari tanaman varietas unggul yang
memiliki potensi genetik tinggi seperti padi Hibrida, PTB dan padi unggul lain yang
akan dikembangkan untuk daerah-daerah kritis lebak rentan cekaman kesuburan
tanah yang labil. Seperti daerah transmigrasi Penggunaan mikroba Bio P 2000 Z
secara teratur dan sesuai anjuran ternyata mampu mendongkrak potensi produksi
tanaman yang bersangkutan melebihi referensi Genetik yang dimilikinya dan cekaman
anasir penghambat dalam tanah.
Keunggulan penerapan teknologi Bio Perforasi pada padi adalah meningkatnya
produktivitas dan kualitas beras. Pada padi unggul nasional memacu bertambahnya
anakan produktif rata-rata 19 35 anakan dan kuatnya perakaran (gambar A), tahan
rebah dan serangan penggerek batang; malai lebih besar (berisi) sehingga dibanding
tanpa Bio P2000Z pada volume gabah kering giling (GKG) yang sama rendemen
meningkat 30% - 40%. Karena proses keseimbangan hara ini beras lebih jernih dan
tidak mudah remuk/patah saat digiling.
Kesimpulan
Page 9 of 12
1. Laju pertumbuhan produksi pangan nasional dalam dasa warsa terakhir rata-rata
cenderung terus menurun sedangkan laju pertumbuhan jumlah penduduk terus
meningkat yang berarti semakin meningkat ketergantungan pangan nasional pada
impor merupakan bahaya laten bagi kemandirian dan ketahanan pangan nasional.
2. Produksi pangan yang terus menurun lebih disebabkan karena: produktivitas hasil
budidaya petani rata-rata masih rendah dan perluasan areal lahan pertanian
stagnan serta lahan yang ada cenderung menurun kualitasnya sehingga perlu
upaya mengatasi permasalahan tersebut dengan terobosan yang konstruktif dalam
produktivitas dan perluasan lahan.
3. Meningkatkan produktivitas dapat ditempuh melalui cara antara lain: menerapkan
teknologi budidaya produktivitas tinggi dengan memberikan subsidi teknologi
kepada petani seperti teknologi pupuk hayati Bio P 2000 Z; melakukan Soil
Management di lahan pertanian dengan mengintroduksikan agen mikroba penyubur
dan nutrisi (seperti pupuk berimbang) untuk mengembalikan keseimbangan alami
yang membangun kesuburan tanah dan tanaman diatasnya; melakukan eksplorasi
potensi genetik tanaman yang memiliki performa tanaman unggul hasil maksimal
seperti varietas hibrida dan tipe baru dengan memberikan perlakuan presisi kawalan
teknologi yang sesuai sehingga efisiensi hasil maksimal dapat tercapai .
4. Upaya memacu pertumbuhan produksi pangan dengan membuka areal Lahan
pertanian baru yang dapat di gunakan untuk pertanian produktif adalah potensi
lahan pasang surut dan lahan lebak, serta lahan kering yang sebagian besar belum
tergarap secara optimal dengan disertai penerapan teknologi produktivitas.
5. Untuk mewujudkan swasembada dan kemandirian serta ketahanan pangan dalam
satu dasawarsa ke depan (2010), diperlukan perangkat kebijakan yang mengarah
pada perbaikan implementasi sistem agribisnis dan tataniaga (impor) bahan
pangan. Disamping itu laju pertumbuhan produksi nasional harus dipacu pertahun
secara bertahap, pada komoditas padi/beras dari tahun 2003 sebesar 1,8 % menjadi
2,1% pada tahun 2010, komoditas jagung dari 2 % tahun 2003 menjadi 6,5 % tahun
2010, dan kedelai 13 % tahun 2003 terus meningkat menjadi 20 % pada tahun
2010.
6. Penerapan teknologi organik seperti Bio P 2000 Z yang memanfaatkan sinergi jasa
mikroba unggul mampu meningkatkan produktivitas tanaman lebih tinggi dari
teknologi pupuk konvensional/kimia dan memiliki manfaat memperbaiki kesuburan
lahan serta menjaga produktivitas tinggi lahan yang berkelanjutan.
Lampiran (tabel 1, 2, 3, 4)
Tabel.1
Pertumbuhan Per Tahun Peroduksi Beras, Jagung, Kedelai, 1992-1993
Komoditi 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Padi
7.99
2.03 -2.77
1.82
0.04
Jagung
5.14 -3.41
1.92
1.42
Kedelai
20.17 -8.63 -8.37 7.41 -9.69 -10.56 -3.76 5.91 -26.41 -16.74 -21.06 13.36
Page 10 of 12
Pendudu
k
1.4
1.63
1.66
1.69
1.72
Tabel. 2
Target Produksi dan Proyeksi Impor Padi Nasional Tahun 2000 - 2010
(000 ton)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kebutuha
n
52,05 52,11 52,07 53,00 53,79 54,60 55,42 56,25 57,09 57,95 58,82
5
4
8
0
5
1
1
2
6
2
2
Produksi
49,42 49,14 50,07 51,00 51,94 52,90 53,87 54,89 56,02 57,19 58,38
9
4
8
0
1
0
7
0
3
1
7
Impor
761
435
Tabel. 3
Target Produksi dan Proyeksi Impor Jagung Nasional Tahun 2000 - 2010
(000 ton)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Kebutuha
n
10.50 11.00 11.50 11.66 11.83 12.01 12.19 12.33 12.56 12.75 12.94
0
0
0
3
2
6
6
9
4
3
5
Produksi
Impor
229
257
-340
Tabel. 4
Target Produksi dan Proyeksi Impor Kedelai Nasional Tahun 2000 - 2010
(000 ton)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
2010
Kebutuhan
2.295 2.335 2.376 2.417 2.460 2.503 2.547 2.541 2.637 2.025
2.730
Produksi
1.017
2.380
Impor
923
837
697
350
Daftar Pustaka
Abdullah Buang. 2002. Pengenbangan Padi Tipe Baru. Makalah disampaikan Pada
Seminar Temu Lapang BALITPA di KP. Pusakanegara, Subang 26 September 2002
Alihamsyah T., Muhrizal Sarwani dan Isdianto Ar-Riza. 2002. Komponen Utama
Teknologi Optimalisasi lahan Pasang Surut Sebagai Sumber Pertumbuhan
Page 11 of 12
Produksi Padi Masa Depan. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi
Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002.
Ananto Eko. 2002. Pengembangan Pertanian Lahan rawa Pasang Surut Mendukung
Peningkatan Produksi Pangan. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi
Pekan Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002.
Anonim. 2003. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan dalam Kaitannya
dengan Sistem Pertanian Organik. Makalah Pengembangan Teknologi Padi di
Hotel Kaisar Maret 2003.
Anonim. 2001. Pemberdayaan Usaha Anggota koperasi Produsen tempe Tahu
Indonesia (KOPTI) Melalui Pemberian Insentif Pemerintah kepada INKOPTI.
Inkopti.
Anonim. 2003. Penelitian dan Pengembangan tanaman Pangan dalam Kaitannya
dengan Sistem Pertanian Organik. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan.
BPS ( Biro Pusat Statistik). 2001. Stasistik Indonesia 2000. BPS Jakarta.
FAO. 1993. Rice In human Nutrition. Food and Nutrition Series. FAO, Rome .
Gurdev S. khush. 2002. Food Security By Design: Improving The Rice Plant in
Partnership With NARS. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi Pekan
Padi Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002.
Purba S. dan Las I. 2002, Regionalisasi Opsi Strategi Peningkatan Produksi Beras.
Makalah disampaikan pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi Nasional di
Sukamandi 22 Maret 2002.
Mashar Ali Zum, 2000, Teknologi Hayati Bio P 2000 Z Sebagai Upaya untuk Memacu
Produktivitas Pertanian Organik di Lahan Marginal. Makalah disampaikan
Lokakarya dan pelatihan teknologi organik di Cibitung 22 Mei 2000.
Moeljopawiro Sugiono. 2002. Bioteknologi Untuk Peningkatan Produktivitas dan
Kualitas Padi. Makalah disampaikan Pada Seminar IPTEK padi Pekan Padi
Nasional di Sukamandi 22 Maret 2002.
Sri Adiningsih J., M. Soepartini, A. kusno, Mulyadi, dan Wiwik Hartati. 1994. Teknologi
untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan Sawah dan Lahan Kering. Prosiding
Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan Untuk Pembangunan Kawasan Timur
Indonesia di Palu 17 20 Januari 1994.
Page 12 of 12