Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan Praktikum Pengukuran JVP

( Jugular Venous Pressure)


(Oleh: Lidia L.W Simatupang, 1006672636)
1. Pengertian
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive.
Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,
jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan
darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan,
salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous
pressure).
2. Tujuan

Adapun tujuan dari pengukuran JVP antara lain:


-

Mengetahui ada tidaknya distensi vena jugular (JVD)

Memperkirakan tekanan vena sentral (central venous pressure)

3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki


Bila denyut vena jugularis telah ditemukan, maka tentukan tinggi pulsasi
di atas level atrial dan bentuk gelombang pulsasi vena jugularis. Karena
tidak mungkin dapat melihat atrium kanan, maka dianggap sama dengan
tinggi pulsasi vena jugularis di atas sudut manubriosternal. Tinggi sudut
manubriosternal di atas mid-right atrium selalu konstan, walaupun pasien
dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri. JVP yang normal adalah
kurang dari 4 cm di atas sudut manubriosternal.

4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi


A. Indikasi
1. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi
sangat penting diketahui.
2. Pasien dengan distensi unilateral
3. Pasien dengan trauma mayor
4. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes
laboratorium
5. Pasien yang diberi cairan IV sangat cepat;
6. Gagal jantung kanan
7. Cor plumonal
8. Efusi perikardial atau tamponade
9. Obstruksi vena kava superior
10. Peningkatan pembuluh darah
B. Kontraindikasi
1. SVC sindrom
2. Infeksi pada area inseri
3. Koagulopati
4. Insersi kawat pacemaker
5. Disfungsi kontralateral diafragma
6. Pembedahan leher
C. Komplikasi yang mungkin terjadi
1. Hematoma local
2. Sepsis
3. Disritmia
4. Tamponade perikard
5. Bakteriemia
6. Emboli Udara
7. Pneumotoraks
5. Alat dan Bahan yang diperlukan
-

2 buah penggaris (skala sentimeter)

Senter

6. Anatomi daerah
Vena Jugularis Interna karena terhubung langsung dengan vena cava
superior dan atrium kanan.

7. Aspek keamanan dan keselamatan yang perlu diperhatikan


-

Posisi pasien, nyaman atau belum


Memastikan leher dan thoraks telah terbuka
Menghindari hiperekstensi atau fleksi leher
Mengkaji tingkat kesadaran pasien
Memasang restrain

8. Prosedur
-

Atur klien pada posisi supine dan rileks


Tempat tidur bagian kepala ditinggikan:
15 - 30 atau
30 - 45 atau
45 - 90 (pada klien yg mengalami peningkatan tekanan atrium
kanan yang cukup bermakna)
Gunakan bantal untuk menopang kepala klien dan hindari fleksi leher
yang tajam untuk memastikan bahwa vena tidak teregang atau keriting,

pastikan bahwa leher dan toraks atas sudah terbuka


Kepala menengok menjauhi arah pemeriksa
Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak bagian atas.
Gunakan lampu senter dari arah miring untuk melihat bayangan
(shadows) vena jugularis. Identifikasi pulsasi vena jugular interna, jika

tidak tampak gunakan vena jugular eksterna.


Tentukan titik tertinggi di mana pulsasi vena jugular interna/eksterna

dapat dilihat (Meniscus).


Pakailah sudut sternum (sendi manubrium) sebagai tempat untuk
mengukur tinggi pulsasi vena. Titik ini 4 5 cm di atas pusat dari

atrium kanan.
Gunakan penggaris.
Penggaris ke-1 diletakan secara tegak (vertikal), dimana salah

satu ujungnya menempel pada sudut sternum.


Penggaris ke-2 diletakan mendatar (horizontal), dimana ujung
yang satu tepat di titik tertinggi pulsasi vena (meniscus),

sementara ujung lainnya ditempelkan pada penggaris ke-1.


Angulus ludocivi (patokan jarak dari vena cava superior + 5 cm
/selanjutnya disebut R cm). Bila permukaan titik kolaps vena
jugularis berada 5cm di bawah bidang horizontal yang melalui
angulus ludovici, maka tekanan vena jugularis (CVP) sama
dengan R-5 cm H20, sedang bila titik kolapsnya berasa 2 cm
diatas berarti CVP R + 2 cm H20 Bila hasil CVP kiri dan kanan
-

berbeda, maka diambil CVP yang lebih rendah


Ukurlah jarak vertikal (tinggi) antara sudut sternum dan titik tertinggi

pulsasi vena (meniscus)


Nilai normal: kurang dari 3 atau 4 cm diatas sudut sternum, pada posisi

tempat tidur bagian kepala ditinggikan 30 - 45


Catat hasilnya.
Menulis dan Membaca Hasil
Misal = 5+2
5: adalah jarak dari atrium ka ke sudut manubrium
+2: hasilnyameniscus

9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan


1) Kebersihan diri perawat saat melakukan pengukuran
2) Privacy klien
3) Kenyamanan, keselatamatan dan keamanan pasien
4) Ketelitian dalam melakukan inpeksi dan pengukuran
5) Keruntutan prosedur dan tindakan
10. Hal-hal penting yang harus didokumentasikan
1) Tingkat kesadaran klien
2) Pernapasan klien
3) Suhu klien
4) Penampakan fisik klien : dilihat keabnormalan yang terjadi, misal
edema.
5) Bentuk, dan penampakan fisik vena jugularis
6) Hasil pengukuran :tekanan bilateral yang diperoleh

Daftar Pustaka
Potter&Perry.2005.Fundamental Keperawatan:Konsep,Proses, dan Praktik Vol.1.
(Ed. ke-4).Jakarta:EGC.
Rokhaeni H. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang
Diklat RS Jantung Harapan Kita Altman: Nursing Skills.

Laporan Pendahuluan Praktikum Pengukuran CVP


( Central Venous Pressure)
(Oleh: Lidia L.W Simatupang, 1006672636)
1. Pengertian
Merupakan prosedur memasukkan kateter intravena yang fleksibel ke
dalam vena sentral klien dalam rangka memberikan terapi melalui vena
sentral. Ujung dari kateter berada pada superior vena cafa. (Ignativicius,
1999).
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di
atrium kanan atau vena kava. Ini memberikan informasi tentang tiga
parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus
vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang
dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

2. Tujuan
Pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan
kateter ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh
3. Kompetensi dasar yang harus dimiliki
-

Mengetahui jenis-jenis kateter CVP berdasarkan lumennya yaitu


single, double, atau triple serta mengetahui perbedaan fungsi dan pada
kondisi apa pemakaiannya.

Bahan dari kateter CVP yaitu Polyvinylchloride perlu diketahui untuk


mencegah alergi pada pasien.

Mengetahui posisi-posisi yang aman dan nyaman dalam pemasangan


kateter CVP.

4. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi


Indikasi
Central Venous Pressure ( CVP ) diindikasikan untuk ;
-

Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan.

Digunakan

sebagai

pedoman

penggantian

cairan

pada

kasus

hipovolemi
-

Mengkaji efek pemberian obat diuretik pada kasus-kasus overload


cairan

Sebagai pilihan yang baik pada kasus penggantian cairan dalam


volume yang banyak

Komplikasi
- Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP al :
- 1. Perdarahan.
- 2. Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).
- 3. Pneumothorak, hematothorak, hidrothorak.
- 4. Pericardial effusion.
- 5. Aritmia
- 6. Infeksi
5. Alat dan Bahan yang diperlukan
-

Kateter CVP sesuai ukuran

Needle intriducer
Syringe
Mandrin (guidewire)
Duk steril

6. Anatomi daerah
Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara perkutan atau dengan
cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika, vena
sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.

Vena subklavikula

7. Aspek keamanan dan keselamatan yang perlu diperhatikan


-

Memelihara alat-alat selalu steril

Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat


pemasangan spt gg irama jtg, perdarahan

Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan

8. Prosedur
Teknik pemasangan yang sering digunakan adalah teknik Seldinger,
caranya adalah dengan menggunakan mandarin yang dimasukkan melalui
jarum, jarum kemudian dilepaskan, dan kateter CVP dimasukkan melalui
mandarin tersebut. Jika kateter sudah mencapai atrium kanan, mandarin
ditarik, dan terakhir kateter disambungkan pada IV set yang telah
disiapkan dan lakukan penjahitan daerah insersi.
Langkah Pemasangan :
1. Siapkan alat
2. Lakukan cuci tangan steril
3. Gunakan sarung tangan steril
4. Tentukan daerah yang akan dipasang ; vena yang biasa digunakan
sebagai tempat pemasangan adalah vena subklavia atau internal jugular.
5. Posisikan pasien trendelenberg, atur posisi kepala agar vena jugularis

interna maupun vena subklavia lebih terlihat jelas, untuk mempermudah


pemasangan.
6. Lakukan desinfeksi pada daerah penusukan dengan cairan antiseptic
7. Pasang duk lobang yang steril pada daerah pemasangan.
8. Sebelum penusukan jarum / keteter, untuk mencegah terjadinya emboli
udara, anjurkan pasien untuk bernafas dalam dan menahan nafas.
9. Masukkan jarum / kateter secara gentle, ujung dari kateter harus tetap
berada pada vena cava, jangan sampai masuk ke dalam jantung.
10. Setelah selesai pemasangan sambungkan dengan selang yang
menghubungkan dengan IV set dan selang untuk mengukur CVP.
11. Lakukan fiksasi / dressing pada daerah pemasangan , agar posisi
kateter terjaga dengan baik.
12. Rapikan peralatan dan cuci tangan kembali
13. Catat laporan pemasangan, termasuk respon klien (tanda-tanda vital,
kesadaran, dll ), lokasi pemasangan, petugas yang memasang, dan
hasil
pengukuran CVP serta cairan yang digunakan.
14. Setelah dipasang, sebaiknya dilakukan foto rontgent dadauntuk
memastikan posisi ujung kateter yang dimasukkan, serta memastikan
tidak adanya hemothorax atau pneumothorax sebagai akibat dari
pemasangan.
15. Tempat lain yang bisa digunakan sebagai tempat pemasangan CVP
adalah vena femoralis dan vena fossa antecubiti.

9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan


-

Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis


klien.

Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.

Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.

Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi


(spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).

Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara
memantau

gelombang

tekanan

pada monitor

dan melakukan

pemeriksaan foto toraks.


10. Hal-hal penting yang harus didokumentasikan
-

Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman

Frekuensi napas, suara napas

Tanda kemerahan / pus pada lokasi punksi

Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter

Kesesuaian posisi jalur infus set

Tanda-tanda vital, perfusi

Tekanan CVP

Intake dan out put

ECG Monitor

DAFTAR PUSTAKA
Anna Owen. 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai