LAPORAN
PENDAHULUAN
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL
PR O VI NSI K AL I M A N TA N S EL AT A N
Daftar Isi
Daftar Isi ii
Daftar Tabel
iv
Daftar Gambar
Pengantar
vii
1.1.
LATAR BELAKANG
1.2.
1.3.
DATA KONTRAK
1.4.
1.5.
10
10
11
11
12
1.6.
12
1.7.
13
BAB - 2 METODOLOGI
14
2.1.
UMUM
14
2.2.
15
2.3.
PEKERJAAN PERSIAPAN
16
2.4.
STUDI PENDAHULUAN
17
17
17
17
19
19
19
2.5.
ii
Laporan Pendahuluan
DAFTAR ISI
22
23
ANALISIS DATA
24
24
27
2.6.3. HIDROLOGI
28
34
PERENCANAAN JALAN
39
39
46
53
57
DESAIN DRAINASE
78
78
78
78
79
81
81
81
2.6.
2.7.
2.8.
2.9.
83
3.1.
83
3.2.
84
3.3.
PROGRAM KERJA
85
3.4.
85
3.5.
88
iii
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Standar Perencanaan .................................................................................................... 15
Tabel 2.2 Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan .................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 2.3. Koefesien Distribusi Kendaraan (C) ................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 2.4. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan ............... Error! Bookmark not defined.
Tabel 2.5. Pelebaran Jari-Jari ......................................................................................................... 40
Tabel 2.6. Panjang Kritis Suatu Kelandaian .................................................................................... 44
Tabel 2.7. Faktor Distribusi Lajur ................................................................................................... 49
Tabel 2.8. Tingkat Reliabilitas ........................................................................................................ 50
Tabel 2.9. Nilai Penyimpangan Normal Standar ............................................................................ 51
Tabel 2.10. Koefisien Drainase ....................................................................................................... 51
Tabel 2.11. Indeks Permukaan Awal .............................................................................................. 52
Tabel 2.12. Indeks Permukaan Akhir ............................................................................................. 52
Tabel 2.13. Koefisien Kekuatan Relatif .......................................................................................... 53
Tabel 2.14. Langkah-langkah Perencanaan Tebal Perkerasan Beton Semen ................................ 60
Tabel 2.15. Jumlah lajur berdasarkan lebar perkerasan dan koefisien distribusi (C) kendaraan
niaga pada lajur rencana ............................................................................................ 61
Tabel 2.16. Faktor pertumbuhan lalu-lintas ( R) ............................................................................ 63
Tabel 2.17. Faktor Keamanan Beban (FKB) .................................................................................... 64
Tabel 2.18. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton ................ 68
Tabel 2.19. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton ............ 69
Tabel 2.20. Periode Ulang Curah Hujan Maksimum dan Clearance .............................................. 79
Tabel 2.21. Koefisien Pengaliran .................................................................................................... 79
iv
Daftar Gambar
Laporan Pendahuluan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.19. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu Lintas Luar Kota, Dengan Ruji, FKB
= 1,2 ............................................................................................................................ 77
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Konsultan Perencana................................................................. 85
Gambar 3.2. Jadwal Rencana Kerja ................................................................................................ 87
Gambar 3.3. Jadwal Penugasan Personil ....................................................................................... 88
vi
Pengantar
Laporan Pendahuluan ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis kontrak
pengadaan jasa konsultan perencana antara PT. CIPTA DIAN MITRATAMA dengan
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Satuan Kerja NVT
Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, untuk
Pekerjaan Perencanaan Jalan Sei Kupang - Manggalau.
Laporan Pendahuluan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik
pekerjaan mengenai konsep dan metodologi teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur
organisasi konsultan perencana serta rencana kerja yang akan dilaksanakan.
Laporan Pendahuluan ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup
pekerjaan jasa konsultan perencana, uraian metodologi pelaksanaan survai lapangan,
uraian metodologi desain dan analisa teknis perencanaan jalan raya, uraian jadwal
kegiatan, uraian jadwal mobilisasi personil serta data pendukung pelaksanaan pekerjaan.
Demikian laporan Pendahuluan ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai
bahan pertimbangan dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
Konsultan Perencana
PT. CIPTA DIAN MITRATAMA
vii
BAB - 1
GAMBARAN UMUM
1.1.
LATAR BELAKANG
Program Pembinaan Jaringan Jalan merupakan salah satu upaya Pemerintah Republik
Indonesia dalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Nasional. Pembinaan
Jaringan Jalan sangat terkait dengan pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya
melalui Pengembangan Prasarana Jalan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi
jalan sesuai dengan laju pertumbuhan lalu lintas yang diakibatkan oleh pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas dimasa yang akan datang,
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Satuan Kerja NVT
Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Kalimantan Selatan mengadakan
jasa konsultansi perencanaan, untuk pekerjaan Perencanaan Jalan Sei Kupang Manggalau.
Berdasarkan Peta Jaringan Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, ruas jalan tersebut
merupakan bagian dari Ruas Jalan Lintas Selatan Kalimantan, yang menghubungkan Kota
Banjarmasin Provinsi Kalimantan Selatan dengan Perbatasan Provinsi Kalimantan Timur
1.2.
Laporan Pendahuluan
GAMBARAN UMUM
Sementara Tujuan Khusus dari Jasa Konsultansi ini adalah tersedianya dokumen
perencanaan teknis untuk ruas jalan tersebut diatas, sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk ruas jalan tersebut.
1.3.
DATA KONTRAK
1.
Nama Pekerjaan
2.
Pemilik
3.
Konsultan
4.
Alamat Konsultan
Jl.
Radio
Dalam
Raya
H.
Achmad
No.17
Nomor Kontrak
KU.08.08/P2JN-KS/PR-3/060314.59
6.
Tanggal Kontrak
6 Maret 2014
7.
Nilai Kontrak
Rp. 889.460.000
8.
Nomor SPMK
KU.08.09/P2JN-KS/SPMK/PR-3/060314.110
9.
Tanggal SPMK
6 Maret 2014
1 September 2014
Sei
Kupang
Manggalau
(N.36.013)
1.4.
Survey Pendahuluan
Survey Topografi
Survey Hidrologi
Penyelidikan Tanah
Laporan Pendahuluan
GAMBARAN UMUM
Analisa Hidrologi
Jasa pelayanan teknik yang akan diberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi beberapa
tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan. Adapun tahapantahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan meliputi :
1. Tahap Persiapan dan Mobilisasi.
2. Tahap Pengumpulan Data Sekunder
3. Tahap Survai Pendahuluan.
4. Tahap Survai Lapangan.
5. Tahap Analisa dan Perencanaan Teknik.
6. Tahap Penggambaran.
7. Tahap Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya.
8. Tahap Penyusunan Dokumen Lelang.
1.5.
10
Laporan Pendahuluan
GAMBARAN UMUM
Kabupaten yang beribukota di kota Pulau Laut Kepulauan ini memiliki 21 (dua
puluh satu) Kecamatan yaitu Kecamatan Pamukan Selatan, Pamukan Utara,
Sungai Durian, Kelumpang Barat, Sampanahan, Kelumpang Utara, Kelumpang
Tengah, Kelumpang Hulu, Hampang, Kelumpang Selatan, Kelumpang Hilir, Pulau
Laut Utara, Pulau Laut Tengah, Pulau Laut Timur, Pulau Sebuku, Pulau Laut Barat,
Pulau Laut Selatan, Pulau Laut Kepulauan, Pulau Sembilan dan Pulau Laut
Tanjung Selayar.
Kabupaten Kota Baru memiliki luas wilayah sebesar 9.442,46 km2 (944.246 Ha)
dengan populasi berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 sebesar 290.142
jiwa.
1.5.2. Keadaan Sosial Budaya
Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku Banjar dan suku Bugis yang
beragama Islam. Penduduk pada umumnya bertempat tinggal di daerah pesisir
dan sepanjang sungai utama. Penduduk lainnya adalah suku Dayak yang
bermukim di daerah pedalaman dan pada umumnya masih menganut
kepercayaan Kaharingan. Pendatang baru dari Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
Barat merupakan transmigran di daerah tersebut yang menempati Kecamatan
Kelumpang Hulu, Kelumpang Hilir Kelumpang Barat, Kelumpang Utara. Mata
pencaharian penduduk terutama bertani dan sebagai nelayan, lapangan
pekerjaan lain adalah sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa
hibrida, sebagian di pertambangan dan juga mendulang emas, intan serta
mencari hasil hutan seperti rotan dan kayu
1.5.3. Kondisi Iklim
Dari hasil pantauan Stasiun Meteorologi Stagen, selama tahun 2012 kelembaban
udara rata rata berkisar antara 86 persen sampai 93 persen dengan
kelembaban maksimum tertinggi sebesar 98 persen di bulan Juli dan Agustus.
11
Laporan Pendahuluan
GAMBARAN UMUM
1.6.
12
Laporan Pendahuluan
GAMBARAN UMUM
1.7.
Gambaran Umum
Menguraikan secara umum latar belakang pekerjaan, Maksud dan
Tujuan Pekerjaan, Lingkup Pekerjaan serta Lokasi Pekerjaan.
Bab II
Metodologi
Berisi Metodologi yang akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan baik
dalam pekerjaan Survey Lapangan maupun Analisa dan Perencanaan
Teknis.
Bab III
Rencana Kerja
Berisikan susunan personil, tugas dan tanggung jawab personil,
jadwal mobilisasi personil serta rencana kerja tim Konsultan
Perencana.
13
BAB - 2
METODOLOGI
2.1.
UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar standar perencanaan
yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Standar Perencanaan
No
Dokumen
Uraian
1.
SNI 19-9001:2001
Standar Nasional
Manajemen Mutu
Indonesia
tentang
Sistem
2.
3.
SNI. 03-1743-1989
4.
MKJI 1997
5.
6.
02/M/BM/2013
7.
PD. T-05-2005-B
8.
Pd T-14-2003
Penetrometer
14
Laporan Pendahuluan
No
METODOLOGI
Dokumen
Uraian
9.
NSPM
008/T/BNKT/1990
No.
10.
Permen
PU.
19/PRT/M/2011
11.
12.
Kepmen
PU
257/KPTS/2004
13.
2.2.
Survai pendahuluan
Survai topografi
Survai hidrologi
Penyelidikan tanah
15
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
4. Analisa Data
Analisa hidrologi
5. Perencanaan Teknis
Geometrik Jalan
Perlengkapan Jalan
Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagan Alir
Pelaksanaan Pekerjaan. Secara jelas uraian dari masing-masing tahapan kegiatan
tersebut diuraikan pada sub-bab berikut :
2.3.
PEKERJAAN PERSIAPAN
Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan, maka perlu dilaksanakan pekerjaan persiapan,
baik mengenai kelengkapan administrasi, personil pelaksana, sarana transportasi,
peralatan, dan segala aspek dalam kaitan pelaksanaan pekerjaan. Konsultan akan
16
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
menyiapkan program kerja untuk dikoordinasikan dengan pihak pemberi tugas. Maksud
dari koordinasi ini adalah untuk menyamakan pandangan antara konsultan dengan pihak
pemberi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak mengalami hambatan.
2.4.
STUDI PENDAHULUAN
2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU
Setelah tugas dari masing-masing tenaga ahli dipahami, maka konsultan akan
segera melaksanakan kegiatan pengumpulan data, informasi dan laporan yang
ada hubungan-nya dengan studi untuk mempelajari kondisi daerah proyek secara
keseluruhan guna mempersiapkan rencana tindak lanjut tahap berikutnya.
Konsultan akan mengunjungi kantor-kantor instansi pemerintah maupun swasta
yang sekiranya mengelola data yang diperlukan. Untuk kelancaran pekerjaan ini,
maka sangat diperlukan surat pengantar dari pihak Direksi Pekerjaan untuk
keperluan tersebut.
17
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
START
PERSIAPAN
Perumusan Masalah
Metodologi
TIDAK
Sesuai dengan
KAK
YA
LAPORAN
PENDAHULUAN
MASUKAN
PENGGUNA JASA
SURVAI PENDAHULUAN
SURVAI TOPOGRAFI
PENYELIDIKAN
TANAH
SURVAI HIDROLOGI
SURVAI
INVENTARISASI
JALAN
SURVAI LALU
LINTAS
GAMBAR
TOPOGRAFI
ANALISA MEKANIKA
TANAH
ANALISA HIDROLOGI
DATA
INVENTARISASI
JALAN
ANALISA KAPASITAS
JALAN
LAPORAN- LAPORAN
SURVAI
PRADESAIN
Layout Plan
Tipikal Potongan Melintang
MASUKAN
PENGGUNA JASA
DESAIN
Desain Geometrik & Perkerasan Jalan
Desain Bangunan Pelengkap
Gambar Rencana
LAPORAN DESAIN
MASUKAN
PENGGUNA JASA
RENCANA ANGGARAN BIAYA
Perkiraan Kuantitas
Perkiraan Biaya Pekerjaan
LAPORAN RAB
MASUKAN
PENGGUNA JASA
DOKUMEN TENDER
Spesifikasi Teknis
Gambar Rencana
Dokumen Lelang
LAPORAN AKHIR DAN
DOKUMEN TENDER
STOP
18
Laporan Pendahuluan
2.5.
METODOLOGI
19
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Pengukuran situasi/detail
Pengukuran-pengukuran khusus
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 100m, diukur dengan
pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal proyek pada setiap jarak 5
Km (kurang lebih 60 titik poligon) serta pada titik akhir pengukuran.
20
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm. Dimana D adalah
panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari
Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian
skala jelas dan sama
Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), Kontol
pembacaan : 2BT = BA + BB
PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
Tempat-tempat sumber mineral jalan yang terdapat disekitar jalur jalan perlu
diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)
21
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
PEMASANGAN PATOK
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai berikut :
Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan
tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
Menyiapkan peta topografi dengan skala 1:250.000 serta peta situasi dengan
skala 1:1000
22
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG).
Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan kondisi terkhir
struktur atas dan strukstur bawah, dilihat kebutuhan penanganan
pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.
Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam perhitungan debit
banjir rencana untuk menentukan ukuran dimensi saluran, gorong-gorong
dan aspek struktur serta jagaan jembatan, yang akan dilaporkan dalam buku
Perhitungan Disain.
METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah atau setiap 1
Km yang berbeda dengan kedalaman 1-2 meter. Pada setiap lokasi Test Pit
dilakukan pengamatan deskripsi struktur dan jenis tanah, juga dilakukan
pengambilan sampel tanah baik contoh tanah terganggu maupun tidak
terganggu yang akan diselidiki di Laboratorium.
23
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
2.6.
Semua data yang diperoleh dicatat dalam formulir pemeriksaan DCP Test.
ANALISIS DATA
2.6.1. PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI
Analisis data lapangan (perhitungan sementara) akan segera dilakukan selama
Team Survai masih berada di lapangan, sehingga apabila terjadi kesalahan dapat
segera dilakukan pengukuran ulang. Setelah data hasil perhitungan sementara
memenuhi persyaratan toleransi yang ditetapkan dalam Spesifikasi teknis
selanjutnya akan dilakukan perhitungan data defenitif kerangka dasar pemetaan
dengan menggunakan metode perataan kuadrat terkecil.
1. Perhitungan Poligon
Kriteria toleransi pengukuran poligon kontrol horizontal yang ditetapkan
dalam spesifikasi teknis adalah koreksi sudut antara dua kontrol azimuth =
20". Koreksi setiap titik poligon maksimum 10" atau salah penutup sudut
maksimum 30" n dimana n adalah jumlah titik poligon pada setiap kring.
Salah penutup koordinat maksimum 1 : 2.000. Berdasarkan kriteria toleransi
24
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
fs =
i=1
n
fs =
i=1
fd =
d1 - < - 1 : 2000
i=1
fd =
(d 1 . sin i ) 2 +
i=1
(d 1 . Cos i ) 2
i=1
= + S i 180 0
dimana
d :
AX-L
X =
X =
X + X
Dimana
V :
A :
X :
25
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
X :
X :
P :
2. Perhitungan Waterpass
Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis
yakni tiap seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm D (D
=
panjang seksi
dalam
km).
Berdasarkan
kriteria
tersrbut
dapat
diformulasikan cara analisis data ukur waterpass pada setiap kring sebagai
berikut :
fh =
dimana
n
h i < 10 mm D
i =1
fh :
n :
sin A
AS
dimana:
A :
azimut matahari
azimut ke target
deklinasi
h :
tinggi matahari
26
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
teknis
tersebut
dapat ditentukan
27
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
dimana : R
rA, rB, rC
28
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
29
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
30
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Xtr
Dimana
=
Xtr
Xt
:
K.Sx
Xt
Curah
hujan
rata-rata
selama
tahun
pengamatan
Sx
Standard deviasi
Ytr
-ln (-ln(1-1/tr))
log X
G.s1
31
Laporan Pendahuluan
Dimana:
METODOLOGI
: standar deviasi
garis yang
32
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Jika
(m3/det)
debit maksimum
koefisien pengaliran
koefisien reduksi
q :
(m3/det/km2)
A :
(km2)
1 0,012. A 0 , 7
1 0,075. A 0 , 7
1/ :
. 0 ,4.t A 3/ 4
1 + t 3,2710
.
<
t 15
12
2 jam,
t. R24 max
t 1 0,0008.(260 R24 max ).(2 t ) 2
2 jam
R =
Jika
Q :
R :
Jika
..q.A
<
<
19 jam,
<
<
30 hari,
t. R24 max
t 1
19 jam
R =
0,707 . R24-max . ( t + 1 )
q =
R / ( 3,6 . t )
(m3/det/km2)
Q =
..q.A
(m3/det)
33
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
C =
S
A :
C..R.A
:
debit banjir rancangan
(m3/det)
f 1
.A
t9
120 A
120
waktu konsentrasi
0,476. A 0, 375
2Q 0,125 . S 0, 25
1 4 ,1
.R 7
(km2)
34
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
2011 2020
3,5
2,5
kepada Permen PU
35
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Jumlah Lajur
setiap arah
100
80
60
50
36
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
ESA
CESA
= ESA x 365 x R
Dimana
ESA
LHRT : lintas harian rata rata tahunan untuk jenis kendaraan tertentu
CESA : Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana
R
LHRT
dua
arah
Kend
berat
(% dari
lalu
lintas)
Umur
Renc
ana
(th)
Pertum
buhan
Lalu
Lintas
(%)
Faktor
Pertumb
uhan lalu
lintas
Kelompok
Sumbu/
Kendaraan
Berat
Kumulatif
HVAG
ESA
/HVAG
(overloaded)
Lalin
desain
Indikatif
(Pangkat 4)
Overloaded
Jalan
desa
minor
dg
akses
kendaraan
berat
terbatas
30
20
22
14.454
3,16
4,5 x 10
Jalan
2 arah
90
20
22
21.681
3,16
7 x 10
Jalan lokal
500
20
22
2,1
252.945
3,16
8 x 10
Akses
lokal daerah
industri
atau quarry
500
20
3.5
28,2
2,3
473.478
3,16
1,5 x 10
Jalan kolektor
2000
20
3.5
28,2
2,2
1.585.122
3,16
5 x 10
kecil
Tabel 2.4. Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah
37
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
KENDARAAN NIAGA
Klasifi
kasi
Lama
Kelom
pok
sumbu
Konfigurasi
sumbu
Uraian
Alterna
tif
Sepeda Motor
1.1
2 , 3, 4
2, 3, 4
5a
5a
5b
Muatan2 yang
diangkut
Semua
kendaraan
bermotor
Semua
kendaraan
bermotor
kecuali
sepeda
motor
VDF5
VDF4
4
Pangkat
2
30,4
1.1
51,7
74,3
Bus kecil
1.2
3,5
5,00
0,3
0,2
5b
Bus besar
1.2
0,1
0,20
1,0
1,0
6a.1
6.1
Truk 2 sumbucargoringan
1.1
muatan umum
0,3
0,2
4,6
6,60
6a.2
6.2
1.2
0,8
0,8
6b1.1
7.1
1.2
muatan umum
0,7
0,7
6b1.2
7.2
1.2
1,6
1,7
6b2.1
8.1
1.2
muatan umum
6b2.2
8.2
1.2
7a1
9.1
1.22
muatan umum
7a2
9.2
1.22
7a3
9.3
1.1.2
0,1
7b
10
Truk 2 sumbudan
penarik 2 sumbu
1.2-2.2
7c1
11
1.2 - 22
7c2.1
12
1.22 - 22
7c2.2
13
1.2 - 222
7c3
14
1.22 - 222
3,8
trailer
0,9
0,8
7,3
11,2
5.50
7,6
11,2
28,1
64,4
0,10
28,9
62,2
0,5
0,70
36,9
90,4
0,3
0,50
13,6
24,0
19,0
33,2
0,7
1,00
30,3
69,7
41,6
93,7
3,9
0,3
Pangkat
5,60
0,50
38
Laporan Pendahuluan
2.7.
METODOLOGI
PERENCANAAN JALAN
Perencanaan jalan direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan baik
dari segi teknis maupun ekonomis. Adapun tahapan dalam perencanaan jalan tersebut
meliputi:
1. Perencanaan geometrik jalan
2. Perencanaan tebal perkerasan
2.7.1. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinemen horizontal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus dihindari dari
pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian atau timbunan yang
berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apabila dikemudian
hari akan dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu
sulit dan dengan biaya yang murah.
1. Jari-Jari Lengkung Minimum
Jari-jari lengkung minimum akan ditentukan berdasarkan kemiringan tikungan
maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum dengan rumus
sebagai berikut:
R
dimana : R :
V
2
127 f i
jari-jari minimum,
V :
kecepatan rencana,
km/jam
superelevasi,
Jari-jari minimum untuk kecepatan rencana yang bersangkutan yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini ditentukan dengan nilai f yang direkomendasikan berkisar antara 0,14 sampai dengan 0,17.
Harus diingat bahwa jari-jari tersebut di atas bukanlah bukanlah harga jari-jari
yang diinginkan tetapi merupakan nilai kritis untuk kenyamanan mengemudi
dan keselamatan. Dan perlu diperhatikan bila suatu tikungan yang tajam
harus diusahakan untuk jalan yang lurus dan diadakan perubahan bertahap.
39
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Lt*v
dimana : L
panjang jari-jari, m
kecepatan rencana,
m/dtk
Pelebaran per
lajur (m)
Kelas 1
Kelas 1, 2, 3
160 > 90
0.25
90 > 60
0.50
100 > 70
60 > 45
0.75
70 > 50
45 > 32
1.00
32 > 26
1.25
26 > 21
1.50
21 > 19
1.75
19 > 16
2.00
16 > 15
2.25
40
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
5. Superelevasi
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser ke samping dan
menjadikan pengemudi pada tikungan lebih nyaman. Tetapi, batas praktis
berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan mengintari suatu tikungan
dengan superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatiff ke samping dan
kendaraan dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika pengemudi
mengemudikannya ke sebelah atas lereng atau berlawanan dengan arah
lengkung mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi maksimum
adalah 8 %.
6. Pencapaian Kemiringan
Ada 2 metode untuk pencapaian kemiringan (gambar 2.2.). Umumnya, (a-1)
atau (b-1) lebih disukai daripada (a-2) atau (b-2).
Pencapaian kemiringan harus dipasang, di dalam lengkung peralihan.
Bilamana tidak dipasang lengkung peralihan, pencapaian kemiringan harus
dipasang sebelum dan sesudah lengkung tersebut.
(a-1)
(b-1)
A
B
B
B
B
C1
C2
(a-2)
(b-2)
B
A
A
C1
C2
7. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, di ujung dan di titik balik
pada lengkungan untuk menjamin perubahan yang tidak mendadak jari-jari
Perencanaan Jalan Sei Kupang - Manggalau (PR-3)
41
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
v/3,6 * t
dimana :
R1
R1
R2
R1
R3
R1
R2
Gambar
TIKUNGANGABUNGAN
R2
Gambar
TIKUNGANBALIK
42
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
lurus yang dipasang pada titik balik untuk pencapaian kemiringan dapat
membantu lengkung gabungan.
R2
R1
R2
R1
R1 R3
R1
R4
Gambar
LENGKUNG PERALIHAN
yang di pasang pada
LENGKUNG GABUNGAN
R2
Gambar
LENGKUNG PERALIHAN
yang di pasang pada
LENGKUNG BALIK
V
3,6
D
*t
2*g*f
3,6
dimana
D :
V :
43
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
ALINYEMEN VERTIKAL
Alinemen Vertikal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus dihindari dari
pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian atau timbunan yang
berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apabila dikemudian
hari akan dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu
sulit dan dengan biaya yang murah.
1. Kelandaian
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 8
sampai 9% tanpa kehilangan kecepatan yang berarti, tetapi pada kendaraan
truk akan kelihatan dengan nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum,
kemampuan menanjak sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi
harus diperhitungkan.
Kelandaian maksimum mutlak ditetapkan 4 % lebih tinggi daripada nilai
maksimum standar.
Suatu batas untuk panjang kelandaian yang melebihi maksimum standar,
ditandai bahwa kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah
dari separuh kecepatan rencana atau untuk jika persneling rendah terpaksa
harus dipakai. Keadaan kritis demikian tidak boleh berlangsung terlalu lama.
Untuk menentukan panjang kritis pada suatu kelandaian menggunakan tabel
dibawah ini:
KECEPATAN RENCANA, KM/JAM
80
60
40
5 %, 500 m
6 %, 500 m
8 % , 420 m
6 %, 500 m
7 %, 500 m
9 % , 340 m
7 %, 500 m
8 %, 420 m
10 %, 250 m
8 % , 500 m
9 %, 340 m
11 %, 250 m
44
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
2. Lengkung Vertikal
Untuk menyerap guncangan dan jarak pandang henti, lengkung vertikal harus
disediakan pada setiap lokasi yang ada perubahan kelandaiannya. Lengkung
vertikal biasanya diberikan sebagai lengkung parabola sederhana, yang
ukurannya ditentukan oleh panjangnya, tepatnya panjang lengkung harus
sama dengan panjang A-B-C, namun secara praktis lengkung tersebut begitu
datar sehingga panjang A-B-C sama dengan jarak datar A-B (lihat gambar).
Jarak Pandangan
C
B
i1
i2
i1
i2
Jarak Pandangan
398
dimana :
Lvc
360
45
Laporan Pendahuluan
dimana :
METODOLOGI
Lvs
46
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Struktur Perkerasan
Bagan
Desain
0.1 4
4
Perkerasan kaku dengan lalu lintas
4A
rendah (desa dan daerah perkotaan)
AC WC modifikasi atau SMA modifikasi
3
dengan CTB
AC dengan CTB
3
AC tebal 100 mm dengan lapis pondasi
3A
berbutir
AC tipis atau HRS diatas lapis pondasi
3
berbutir
Gambar 5
Burda atau Burtu dng LPA Kelas A atau
Kerikil Alam
Lapis Pondasi Soil Cement
Gambar 6
Perkerasan tanpa penutup
Gambar 7
4 - 10
10 30
> 30
1, 2
2
2
1, 2
1, 2
3
1
1
6
5
4
3
2.5
SG6
SG5
SG4
SG3
SG2,5
SG1
aluvial1
Prosedur
Desain
Pondasi
AE
Uraian Struktur
Pondasi Jalan
Perbaikan tanah
dasar meliputi bahan
stabilisasi kapur atau
timbunan pilihan
(pemadatan berlapis
200 mm tebal lepas)
Lapis penopang
(capping layer) (2)(4)
Atau lapis penopang
dan geogrid (2)(4)
500
600
1000
1100
1200
650
750
850
47
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
STRUKTUR PERKERASAN
F1
F2
F3
F4
F5
F6
F7
F8
Pengulangan beban
sumbu desain 20 tahun
< 0,5
0,5 - 2,0
2,0 - 4,0
4,0 - 30
30 - 50
50 - 100 100 - 200 200 - 500
terkoreksi di lajur desain
6
(pangkat 5) (10 CESA5)
Jenis permukaan
HRS, SS,
ACkasar atau
HRS
berpengikat
Pen Mac
AC halus
AC kasar
Jenis lapis Pondasi dan
Lapis Pondasi Berbutir A
Cement Treated Base (CTB)
lapis Pondasi bawah
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
HRS WC
30
30
30
HRS Base
35
35
35
AC WC
40
40
40
50
50
Lapisan beraspal
AC BC5
135
155
185
220
280
CTB atau
CTB4
150
150
150
150
150
LPA Kelas A
LPA Kelas A2
150
250
250
150
150
150
150
150
LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam
150
125
125
atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%
STRUKTUR PERKERASAN
FF1
FF2
FF3
FF4
AC WC
AC BC lapis 1
AC BC lapis 2/ AC Base
AC BC lapis 3/ AC Base
LPA Kelas A lapis 1
LPA Kelas A lapis 2/ LPA Kelas B
LPA Kelas A , LPA Kelas B atau kerikil
alam atau lapis distabilisasi dengan CBR
>10%
0,8
1
2
5
TEBAL LAPIS PERKERASAN (mm)
50
40
40
40
0
60
60
60
0
0
80
60
0
0
0
75
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
Pemeriksaan Desain menggunakan Manual Desain Perkerasan Jalan Pd T-012002-B. Parameter-parameter sebagai perencanaan tebal perkerasan lentur
adalah sebagai berikut:
48
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
1. Umur Rencana
Jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai
saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapisan
permukaan yang baru.
2. Angka Ekivalen (E)
Angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan
oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal
seberat 8,16 ton (18.000 lbs).
3. Lalu Lintas pada Lajur Rencana (w18)
Lalu lintas pada lajur rencana diberikan dalam kumulatif beban sumbu
standar
sebagai berikut :
w18 = D0 x DL x w18
Dimana :
D0 = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur
w18 = Beban gandar standar kumulatif untuk dua arah
Pada umumnya D0 diambil 0.5, sementara faktor distribusi lajur dapat dilihat
pada tabel 2.10. Faktor Distribusi Lajur
100
80 100
60 80
50 - 75
49
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
4. Reliabilitas (R)
Merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian ke dalam proses
perencanaan untuk menjamin bermacam macam alternatif perencanaan
dapat bertahan selama selang waktu yang direncanakan. Rekomendasi
tingkat reliabilitas untuk bermacam macam klasifikasi jalan dapat dilihat
pada tabel 2.11.
Klasifikasi Jalan
Antar Kota
Bebas Hambatan
85 99.9
80 99.9
Arteri
80 99
75 95
Kolektor
80 95
75 95
Lokal
50 90
50 - 80
50
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
R (%)
50
60
70
75
80
85
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
99,9
99,99
ZR
- 0,000
- 0,253
- 0,524
- 0,674
- 0,841
- 1,037
- 1,282
- 1,340
- 1,405
- 1,476
- 1,555
- 1,645
- 1,751
- 1,881
- 2,054
- 2,327
- 3,090
- 3,750
Kualitas Drainase
Excellent
Good
Fair
Poor
Very poor
1.30
1.25
1.15
1.05
0.95
1.35
1.25
1.15
1.05
0.80
1.30
1.15
1.05
0.80
0.75
1.30
1.15
1.00
0.80
0.60
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
51
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
IPo
Roughness mm/km
Laston
1000
3.9 - 3.5
> 1000
3.9 - 3.5
2000
3.4 - 3.0
> 2000
3.4 - 3.0
3000
2.9 - 2.5
> 3000
Lasbutag
Lapen
KLASIFIKASI JALAN
ESAL
LOKAL
KOLEKTOR
ARTERI
TOL
< 10
1.0 - 1.5
1.5
1.5 - 2.0
10 100
1.5
1.5 - 2.0
2.0
100 1000
1.5 - 2.0
2.0
2.0 - 2.5
> 1000
2.0 - 2.5
2.5
2.5
52
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Jenis lapisan
Nilai CBR
Nilai Marshal
Stability
Nilai Modulus
Resilien
Koef. Kekuatan
Relatif
400.000 psi
0.31
90%
29.000 psi
0.135
40%
17.000 psi
0.125
800 kg
160.000 psi
0.30
Beton Aspal
Lapis Pondasi
Atas Granular
Lapis Pondasi
Bawah Granular
Asphalt Treated
Base
Ft 4.184 xTL0.4025
d1
d3
Ca
53
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
TL
Tp
Tt
Tb
Ft
2. Keseragaman Lendutan
Untuk keseragaman lendutan pada suatu seksi jalan dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
FK
FK
s
100 % FK ijin
dR
FK ijin =
dR
n ( d 2 ) - ( d ) 2
n ( n - 1)
Deviasi Standar
3. Lendutan Wakil
Untuk menentukan besarnya lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan
tersebut, dipergunakan rumus-rumus yang disesuaikan dengan fungsi jalan,
sebagai berikut :
54
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
1.
D = dR + 2 s
2.
D = dR + 1.64 s
3.
D = dR + 1.28 s
(90 %)
Dimana :
D
dR
d
n
n ( d 2 ) - ( d ) 2
n ( n - 1)
Standar deviasi
TPRT =
Prosedur Perhitungan
55
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
3. Tentukan panjang seksi yang memiliki keseragaman (FK) yang sesuai dengan
tingkat keseragaman yang diinginkan;
4. hitung Lendutan wakil (Dwakil) untuk masing-masing seksi jalan yang
tergantung dari kelas jalan;
5. Hitung lendutan rencana/ijin (Drencana) untuk lendutan dengan alat FWD
maupun dengan alat BB;
Drencana = 17,004 x CESA (-0,2307)
Dimana :
Drencana
CESA
Dimana :
Ho
56
Laporan Pendahuluan
Ho
METODOLOGI
Fo
8. Bila jenis atau sifat campuran beraspal yang akan digunakan tidak sesuai
dengan ketentuan diatas maka tebal lapis tambah harus dikoreksi dengan
faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL) tabel 2.17.
Jenis Lapisan
Laston Modifikasi
Laston
Lataston
Modulus Resilien
(Mpa)
3000
2000
1000
Stabilitas Marshal
(Kg)
Min. 1000
Min. 800
Min. 800
FKTBL
0.85
1.00
1.23
57
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
58
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
59
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Langkah
Uraian Kegiatan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
60
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Koefisien distribusi
1 Arah
2 Arah
Lp 5,50 m
1 lajur
5,50 m Lp 8,25 m
2 lajur
0,70
0,50
8,25 m Lp 11,25 m
3 lajur
0,50
0,475
11,23 m Lp 15,00 m
4 lajur
0,45
15,00 m Lp 18,75 m
5 lajur
0,425
18,75 m Lp 22,00 m
6 lajur
0,40
b. Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi
fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan,
yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio,
Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang
tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan beton
semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 20 tahun sampai 40
tahun.
61
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai
tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas
yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :
R
(1 i )UR 1
i
dengan:
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
i
62
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Umur Rencana
(Tahun)
10
5,2
5,4
5,6
5,9
6,1
10
10
10,9
12
13,2
14,5
15,9
15
15
17,3
20
23,3
27,2
31,8
20
20
24,3
29,8
36,8
45,8
57,3
25
25
32
41,6
54,9
73,1
98,3
30
30
40,6
56,1
79,1
113,3
164,5
35
35
50
73,7
111,4
172,3
271
40
40
60,4
95
154,8
259,1
442,6
(1 i )UR
(UR URm ) (1 i )URm 1
i
dengan:
R
URm
= JSKNH x 365 x R x C
dengan:
JSKN
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan
dibuka.
R
63
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Penggunaan
Nilai FKB
Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak, yang aliran
1,2
lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yang tinggi.
Bila menggunakan data lalu-lintas dari hasil survai beban (weight-in-motion) dan
adanya kemungkinan route alternatif, maka nilai faktor keamanan beban dapat
dikurangi menjadi 1,15.
Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan niaga
1,1
menengah.
3
1,0
Bahan berbutir.
Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai
dengan SNI-03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus
sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah
harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk
pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%.
64
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR
minimum 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah
minimum 100 %, sesuai dengan SNI 03-1743-1989.
-
Bahan pengikat.
Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu
dari di bawah ini:
(i) Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai
dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan
ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi
semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan.
(ii) Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt).
(iii) Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan
karakteristik pada umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2).
65
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Gambar 2.9. Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen
Gambar 2.10. CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
f. Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa
lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen.
Perbedaan kekuatan antara bahu dengan jalur lalu-lintas akan memberikan
pengaruh pada kinerja perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu
66
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
67
Laporan Pendahuluan
Tabel 2.22. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
METODOLOGI
Tabel 2.22. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
(lanjutan)
68
Laporan Pendahuluan
Tabel 2.22. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
METODOLOGI
Tabel 2.23. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)
69
Laporan Pendahuluan
Tabel 2.23 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu
Beton (lanjutan)
METODOLOGI
Tabel 2.23 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)
70
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Gambar 2.11. Analisis fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, dengan
/tanpa bahu beton
Gambar 2.12. Analisis erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,tanpa
bahu beton
71
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Gambar 2.13. Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
g. Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk :
Memudahkan pelaksanaan.
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara lain :
Sambungan memanjang
Sambungan melintang
Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali
pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).
72
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
h. Kekuatan Beton
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength)
umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga
titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 35 MPa (30-50 kg/cm2).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat
baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 55,5 MPa (5055 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur
karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Hubungan antara kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat
didekati dengan rumus berikut :
fcf = K (fc)0,50 dalam MPa
atau
dengan:
fc
fcf
: konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat
pecah.
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang
dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :
fcf = 1,37.fcs, dalam MPa
atau
dengan:
fcs
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat
tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk
tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza
tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm
yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk
meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mm
dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45
kg/m. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan
sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.
73
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
75
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
76
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
77
Laporan Pendahuluan
2.8.
METODOLOGI
DESAIN DRAINASE
2.8.1. INTENSITAS CURAH HUJAN
Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan oleh Dr. Mononobe, yaitu :
r1 = R24 / 24 (24/T)2/3
Dimana :
r1
R24
Harga T diperoleh dari rumus yang dibuat oleh Dr. Mononobe sebagai berikut :
V = 72 x i.0.6
dan
T = L/V
Dimana :
V =
78
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
STRUKTUR
DRAINASE
SISTEM DRAINASE
PERIODE
ULANG
(TAHUN)
CLEARANCE (M)
50
2.0
20
2.0
(0.5 untuk box culvert)
Jembatan Besar
Jembatan Kecil
Sedang
Box Culvert
Gorong-gorong
10
Tidak ada
Drainase Permukaan
dan Sisi Jalan
HARGA F
0,79 - 0,90
0,70 - 0,80
0,50 - 0,75
0,45 - 0,60
0,70 - 0,80
0,75 - 0,85
0,45 - 0,75
0,50 - 0,75
2.9.
79
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang selengkapnya
terdiri dari :
1. Umum (General)
Sampul.
Lembar Pengesahan.
Daftar Isi.
Skala horizontal 1:1000 dan Vertikal 1:100, Maksimum 350 m per lembar
Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok beton, letak dan
ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda-tanda lalu lintas, dan lain-lain.
4. Potongan Melintang
Untuk kondisi lurus interval dibuat per 50 m dan kondisi tikungan interval dibuat
per 25 m
5. Gambar Standar
Marka Jalan
Saluran Samping
Gorong Gorong
80
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Bab I
Bab II
Bab III
Syarat-syarat Kontrak
Bab IV
Data Kontrak
b. Buku 2 :
c. Buku 3 :
Bab VI
d. Buku 4 :
Gambar Rencana
81
Laporan Pendahuluan
METODOLOGI
Laporan Hidrologi
5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Geometrik, Perkerasan Jalan dan Bangunan Pelengkap
Jalan serta dari seluruh kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh
konsultan perencana
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan
skala yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
82
BAB - 3
RENCANA KERJA
3.1.
3. Ahli Geoteknik.
83
Laporan Pendahuluan
RENCANA KERJA
Bertanggung jawab atas semua pengujian dan penyelidikan tanah kepada Team
Leader dan pemberi kerja.
4. Ahli Geodesi.
5. Ahli Hidrologi
Bertanggung jawab atas semua hasil analisa data lapangan dan hasil perhitungan
kepada Team Leader dan pemberi kerja.
Bertanggung jawab atas semua hasil analisa harga satuan pekerjaan dan hasil
perhitungan volume satuan pekerjaan.
3.2.
84
Laporan Pendahuluan
RENCANA KERJA
mempelajari kebutuhan dan tugas serta tanggung jawab personil yang tercantum di
dalam Kerangka Acuan Kerja, Tim Konsultan mencoba menyusun struktur Organisasi
seperti terlihat pada Gambar 4.1. Struktur Organisasi Tim Konsultan
TEAM LEADER
Ir. MOCHAMAD TAUFIQ
AHLI GEOTEKNIK
AHLI GEODESI
AHLI HIDROLOGI
JAUHAR ASLAMY, ST
ABDUL ROHIM, ST
SAIPUL ANWAR, ST
ASISTEN AHLI
ASISTEN AHLI
ASISTEN AHLI
COST ESTIMATE
BAYU SAPUTRA, ST
JALAN RAYA
GEODESI 1
DIDIN SAFRUDDIN, ST
GOFAR ISMAIL, ST
3.3.
PROGRAM KERJA
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan, konsultan perencana akan menyusun
program kerja yang meliputi :
1. Jadwal Rencana Pekerjaan secara detail dengan harapan pekerjaan nantinya dapat
selesai tepat waktu tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas hasil perencanaan.
2. Jadwal Penugasan Personil secara detail dengan harapan agar tiap-tiap personil
dapat menggunakan waktunya secara efektif dan efisien sehingga tugas dan
tanggung jawab yang diterimanya dapat diselesaikan dengan baik.
3.4.
85
Laporan Pendahuluan
RENCANA KERJA
pengguna jasa relatif sempit. Adapun jadwal rencana kerja yang telah disusun dapat
dilihat pada Gambar 3.2.
86
Laporan Pendahuluan
RENCANA KERJA
87
3.5.