Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
I.I Latar belakang
Filsafat merupakan salah satu ilmu yang sangat perlu dipelajari dalam proses
berpengetahuan dalam segala aspek dalam bidang ilmu.ketika belajar tentsng filasafat yang
perlu diperhatikan adalah pemikiran yang harus menjadi titik tumpuan agar nantinya bisa
menjadi pengalaman untuk kita dalam proses mencari ilmu pengetahuan. Secara umum
filsafat mempunyai arti cinta kebijaksanaan. Ada tiga yang menjadi dasar yang harus
diketahui dalam proses perpengetahuan dalam dunia filsafat yaitu Ontologi, Epistemologi,
Aksiologi. Ini merupakan dasar dalam mempelajari filsafat.
Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu
sebenarnya. Struktur filsafat dibahas juga disini. Yang dimaksud struktur filsafat disini ialah
cabang-cabang filsafat serta isi (yaitu teori) dalam setiap cabang itu. Yang dibicarakan disini
hanyalah cabang-cabang saja, itupun hanya sebagian. Dalam hakikat pengetahuan filsafat,
Hatta mengatakan bahwa pengertian filsafat lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu, nanti bila
orang telah banyak mempelajari filsafat orang itu akan mengerti dengan sendirinya apa
filsafat itu (Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1966, I:3). Langeveld juga berpendapat seperti itu.
Katanya, setelah orang berfilsafat sendiri, barulah ia maklum apa filsafat itu, makin dalam ia
berfilsafat akan semakin mengerti ia apa filsafat itu (Langeveld, Menuju ke Pemikiran
Filsafat, 1961:9). Filsafat terdiri atas tiga cabang besar yaitu: ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Ketiga cabang itu sebenarnya merupakan satu kesatuan :
Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa pengetahuan tentang hakikat
segala sesuatu.
Epistimologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan itu.
Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Ontologi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini,
misalnya Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat
Pendidikan, Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja
yang disebut epistimologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini
berlaku bagi setiap cabang filsafat.

Sedangkan Aksiologi hanya mencakup satu bidang

filsafat yaitu aksiologi yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi semua
cabang filsafat. Inilah kerangka struktur filsafat. Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang
1

logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat itu ialah
logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis berarti benar dan bila tidak logis berarti salah. Ada
hal yang patut diingat. Kita tidak boleh menuntut bukti empiris untuk membuktukan
kebenaran filsafat. Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis dan tidak empiris. Bila
logis dan tidak empiris itu adalah pengetahuan sains. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh
logis dan tidaknya teori itu. Ukuran logis dan tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen
yang menghasilkan kesimpulan teori.
Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu
sebenarnya. Struktur filsafat dibahas juga disini. Yang dimaksud struktur filsafat disini ialah
cabang-cabang filsafat serta isi (yaitu teori) dalam setiap cabang itu. Yang dibicarakan disini
hanyalah cabang-cabang saja, itupun hanya sebagian. Teori dalam setiap cabang tentu sangat
banyak dan itu tidak dibicarakan disini. Struktur dalam arti cabang-cabang filsafat sering juga
disebut sistematika filsafat. Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan
kefilsafatan yang paling kuno. Jadi ontology adalah the theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan). Sedangkan Noeng Muhadjir dalam bukunya Filsafat
ilmu mengatakan, ontology membahas tentang yang ada,yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan
pemikiran semesta universal. Ontologi berusaha mencari inti yang termuat dalam setiap
kenyataan, menurut istilah, ontology ialh ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada,
yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret mauun rohani/abstrak.
Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu
sebenarnya. Struktur filsafat dibahas juga disini. Yang dimaksud struktur filsafat disini ialah
cabang-cabang filsafat serta isi (yaitu teori) dalam setiap cabang itu. Yang dibicarakan disini
hanyalah cabang-cabang saja, itupun hanya sebagian. Teori dalam setiap cabang tentu sangat
banyak dan itu tidak dibicarakan disini. Struktur dalam arti cabang-cabang filsafat sering juga
disebut sistematika filsafat.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Ontologi, Epistemologi, Aksiologi ?
1.2.2 Bagaimana penerapan unsur filsafat dalam kehidupan sehari -hari ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui Pengertian Ontologi, Epistemologi, Aksiologi.
1.3.2 Mengetahui Penerapan filsafat dalam kehidupan sehari hari.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan tentang filsafat menurut para ahli filsafat
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, oleh karena itu
titik tolak untuk ketemu dan memahami filsafat adalah meninjau dari segi etimologi. Filsafat
dari segi etimologi berasal dari bahasa yunani philosophia, phili artinya suka, cinta , atau
kecendrungan sesuatu, sedangkang sophia berarti kebijaksanaan. Disisi lain juga kita sering
mendengar bahasa falsafah, istilah falsafah dalam bahasa arab,sebenarnya juga serapan dari
bahasa yunani ,yaitu kata philosophia , Philo berarti cinta sophia berarti kebenaran atau
hikmah, dengan demikian , Philosophia mengandung arti cinta akan kebenaran atau cinta
akan hikmah, Dengan demikian filsafat dapat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Dibawah
ini beberapa pengertian tentang filsafat menurut para ahli antara lain :
a. Plato
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih keberanan yang asli dan
murni. Selain itu juga ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu penyelidikan tentang
sebab-sebab dan asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
b. Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencari prinsip-prinsip dan
penyebab penyebab dari realitas yang ada. Ia pun mengatakan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari peri ada selaku peri ada atau peri ada
sebagaimana adanya.
c. Rene Descartes
Salah satu filsuf dari perancis yang terkenal dengan argumennya saya berfikir maka
saya ada mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang
pangkal penyelidikannya mengenai tuhan, Manusia, Alam
d. Willia James
Filsuf america yang terkenal dengan sebagai tokoh pragmatisme dan pluralisme
mengatakan bahwa filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berfikir
yang jelas dan terang.
Dari beberapa penjelasan diatas sasaran yang diamati adalah sifatsifat inderawi.
Penginderaan disebabkan karena tekanan objek atau sasaran. Kualitas di dalam objekobjek,
yang sesuai dengan penginderaan kita, bergerak menekan indera kita. Warna yang kita lihat,
suara yang kita dengar, bukan berada di dalam objek, melainkan di dalam subjeknya. Sifat
sifat inderawi tidak memberi gambaran tentang sebab yang menimbulkan penginderaan.
Ingatan, rasa senang dan todak senang dan segala gejala jiwani, bersandar sematamata pada
asosiasi gambarangambaran yang murni bersifat mekanis. Sementara itu salah seorang
tokoh empirisme yang lain berpendapat bahwa segala pengetahuan datang dari pengalaman
dan tidak lebih dari itu. Akal (rasio) adalah pasif pada waktu pengetahuan di dapatkan. Akal
tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Semula akal serupa dengan secarik kertas
4

yang tanpa tulisan, yang menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak
membedakan antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akalis. Satu satunya sasaran
atau objek pengetahuan adalah gagasan gagasan atau ide ide yang timbulnya karena
pengalaman lahiriah (sensation) dan karena pengalaman bathiniah ( reflection). Pengalamn
lahiriah mengajarkan kepada kita tentang hal hal yang di luar kita, sedangkan pengalaman
batiniah mengajarkan tentang keadaan keadaan psikis kita sendiri. Kedua macam
pengalaman ini jalin menjalin. Pengalaman lahiriah menghasilkan gejalagejala psikis yang
harus di tanggapi oleh pengalaman batiniah. Objekobjek pengalaman lahiriah itu mula
mula menjadi isi pengalaman, karena di hisapkan oleh pengalaman bathiniah, artinya objek
objek itu tampil dalam kesadaran. Dengan demikian menganal adalah identik dengan
mengenal secara sadar. Dalam hal ini Locke sama dengan Descrates. Segala sesuatu yang
berada di luar kita menimbulkan didalam diri kita gagasan gagasan dari pengalaman
lahiriah. Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Jika
hasil pemikiran itu disusun, maka susunan itulah yang kita sebut Sistematika Filsafat.
Sistematika atau struktur filsafat dalam garis besar terdiri atas ontologi, epistimologi dan
aksiologi. Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan)-nya.
Jika ia memikirkan pendidikan maka jadilah Filsafat Pendidikan. Jika ia memikirkan hukum
maka jadilah Filsafata Hukum, dan lain sebagainya. Inilah objek filsafat. Objek penelitian
filsafat lebih luas dari objek penelitian sains. Sains hanya meneliti objek yang ada, sedangkan
filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Sebenarnya masih ada objek lain yang
disebut objek forma yang menjelaskan sifat kemendalaman penelitian filsafat.
3.1Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Pertama-tama filosof harus membicarakan (mempertanggung jawabkan) cara mereka
memperoleh pengetahuan filsafat. Yang menyebabkan kita hormat kepada para filosof antara
lain ialah karena ketelitian mereka sebelum mencari pengetahuan mereka membicarakan dan
mempertanggungjawabkannya lebih dahulu cara memperoleh pengetahuan tersebut. Sifat itu
sering kurang dipedulikan oleh kebanyakan orang. Pada umumnya orang mementingkan apa
yang diperoleh atau diketahui, bukan cara memperoleh atau mengetahuinya. Ini gegabah,
para filosof bukan orang yang gegabah. Berfilsafat ialah berfikir. Berfikir itu tentu
menggunakan akal. Menjadi persoalan, apa sebenarnya akal itu. John Locke (Sidi Gazalba,
Sistematika Filsafat, II, 1973:111) mempersoalkan hal ini. Ia melihat, pada zamannya akal
telah digunakan secara terlalu bebas, telah digunakan sampai diluar batas kemampuan akal.
Hasilnya ialah kekacauan pemikiran pada masa itu. Manusia memperoleh pengetahuan
5

filsafat dengan berpikir secara mendalam tentang sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek
pemikirannya sesuatu yang konjret, tetapi yang hendak diketahuinya ialah bagian di
belakang objek konkret itu. Dus abstrak juga.
Secara mendalam artinya ia hendak mengetahui bagian yang abstrak sesuatu itu, ia ingin
mengetahui sedalam-dalamnya. Dikatakan mendalam tatkala ia sudah berhenti smpai tanda
tanya. Dia tidak dapat maju lagi, di situlah orang berhenti, dan ia telah mengetahui sesuatu itu
secara mendalam. Jadi jelas, mendalam bagi seseorang belum tentu mendalam bagi orang
lain.
3.1.1 Ukuran Kebenaran Filsafat
Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini
menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat itu ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila
logis berarti benar dan bila tidak logis berarti salah. Ada hal yang patut diingat. Kita tidak
boleh menuntut bukti empiris untuk membuktukan kebenaran filsafat. Pengetahuan filsafat
ialah pengetahuan yang logis dan tidak empiris. Bila logis dan tidak empiris itu adalah
pengetahuan sains. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis dan tidaknya teori itu.
Ukuran logis dan tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan
kesimpulan teori itu. Fungsi argumen dalam filsafat sangatlah penting, sama dengan fungsi
data pada pengetahuan sains. Bobot teori filsafat justru terletak pada kekuatan argumen bukan
pada kekuatan konklusi. Karena argumen itu menjadi kesatuan dengan konklusi, maka boleh
juga diterima pendapat yang mengatakan bahwa filsafat itu argumen. Kebenaran konklusi
ditentukan oleh argumennya.
4.1 Penjelasan tentang Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
Menurut Prof. Syahrir Mallongi(2015) Dalam gambaaran umum filsafat ilmu dan
metode ilmiah ( dalam pandangan sekuler dan islam ) gambaran mengenai cara pandang ulul
albad menemukan konsep filsafat ilmu islam yang berbicara pada tiga dataran mendasar
sebagai berikut :
1. Konsep ontologi ilmu, yang memandang realitas dari sudut pandang ke- khalik an.
Artinya, melihat realitas dari adanya Allah sebagai khalik ( Pencipta ) dan segala
sesuatu lainnya sebagai mahluk. Secara atribut yang bisa secara benar dilekatkan pada
makluk adalah perwujudan niscaya karena kemahlukkannya.
2. Konsep epistemologi ilmu, yang menempatkan pemikiran ( fikir ) yang bersenyawa
dengan kesadaran akan Allah (zikir ) sebagai suatu cara untuk mencapai ilmu yang
tetap lekat dengan kesadaran ketuhanan.
6

3. Konsep aksiologi ilmu, yang mengarahkan proses ilmiah dan pemanfaatan ilmu yang
tetap berpegang pada nilai- nilai keilmiahan yang tidak dipisahkan dengan nilai-nilai
moralitas, sehingga ilmu digunakan sebagai alat dan sarana untuk mewujudkan
kegiatan kehidupan dunia yang tidak berkonsenkwensi pada asab neraka. secara
umum dan singkat, kegiatan ilmu yang demikian itu menempatkan ilmu sebagai alat
dan sarana untuk ibadah kepada Allah.
Di lain sisi ontologi adalah hakikat pengetahuan dan dari mana asal mula dan menjadi
akar permasalahan, dalam hal ini membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapah
jauh keingin tahuan kita dan mempelalajari teori- teori yand sudah ada kemudian melihat
pemikiran berangkat dari pemikiran seperti apa,selanjutnya adalah epistemologi membahas
tentang seperti apa memperoleh pengetahuan dengan objek tertentu.terakhir adalah aksiologi
yang berbicara persoalan nilai, misalnya nilai kegunaan pengetahuan dan mempelajari teori
tantang nilai.
4.1 Penerapan filsafat dalam kehidupan sehari-hari
Penerapan Filsafat Dan Ilmu Dalam Kehidupan Sehari Hari Konstruksi Masa Depan
Ilmu Dan Teknologi penerapan ilmu pengetahhuan dalam kehidupan manusia membawa
kecenderungan berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menyelesaikan segalagalanya. Padahal terlalu sering terjadi bahwa problem yang ditimbulkan oleh penerapan ilmu
pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam kehidupan manusia sehari-hari bukanlah
problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem yang mempunyai kandungan moral.
Masyarakat hidup dari, dengan, dan melalui hasil-hasil ilmu pengetahuan, tetapi ada sebuah
jura ... ilmu pengetahuan dan teknologi yang mungkin membuat semua pencapaian material
dan ( sebagian ) yang non-material di sekitar kita. Kemajuan yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini serta keberhasilan menerapkan
menerapkan pandangan-pandangan dan temuan-temuannya, bukan hanya memperluas
cakrawala dan memperdalam kepahaman manusia mengenai alam semesta, tetapi juga telah
meningkatkan kemampuan kontrol manusia atas kekuatan alam bahkan atas kesadaran
manusia
kehidupan manusia membawa kecenderungan berpikir bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat menyelesaikan segala-galanya. Padahal terlalu sering terjadi bahwa problem
yang ditimbulkan oleh penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan teknologi dalam
kehidupan manusia sehari-hari bukanlah problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem
yang mempunyai kandungan moral. Masyarakat hidup dari, dengan, dan melalui hasil-hasil
ilmu pengetahuan, tetapi ada sebuah jurang yang dalam sekali antara apa y ... sehari-hari
bukanlah problem-problem teknis ilmiah, melainkan problem yang mempunyai kandungan
moral. Masyarakat hidup dari, dengan, dan melalui hasil-hasil ilmu pengetahuan, tetapi ada
sebuah jurang yang dalam sekali antara apa yang secara teoretis dimengerti oleh masyarakat,
dapat diharapkan dan apa yang sungguh-sungguh tertera dalam perwujudannya.
Ketika ilmu pengetahuan dan metodenya diperkenalkan ke masyarakat baik melalui
pendidikan formal maupun non-formal. Berbicara tentang landasan ... Era sekarang ini
seringkali disebut-sebut sebagai era informasi, namun sesungguhnya di belakang pernyataan
7

ini secara implisit terkandung pengertian mengenai era ilmu pengetahuan dan teknologi yang
mungkin membuat semua pencapaian material dan ( sebagian ) yang non-material di sekitar
kita.Kemajuan yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini
serta keberhasilan menerapkan menerapkan pandangan-pandangan dan temuan-temuannya,
bukan hanya memperluas cakrawala dan memperdalam kepahaman manusia mengenai alam
semesta, tetapi juga telah meningkatkan kemampuan kontrol manusia atas kekuatan alam
bahkan atas kesadaran manusia lainnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah memberikan kepada manusia kekuasaan yang
semakin besar atas realitas.Tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
membawa juga bersamanya berbagai problem baru yang memprihatinkan yang menuntut
kehendak untuk menyelesaikan, serta sering kali tidak tertunda. Kedahsyatan penerapan ilmu
pengetahhuan dalam kehidupan manusia membawa kecenderungan berpikir bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat menyelesaikan segala-galanya. Padahal terlalu sering terjadi
bahwa problem yang ditimbulkan oleh penerapan ilmu pengetahuan dan pemanfaatan
teknologi dalam kehidupan manusia sehari-hari bukanlah problem-problem teknis ilmiah,
melainkan problem yang mempunyai kandungan moral.
Masyarakat hidup dari, dengan, dan melalui hasil-hasil ilmu pengetahuan, tetapi ada
sebuah jurang yang dalam sekali antara apa yang secara teoretis dimengerti oleh masyarakat,
dapat diharapkan dan apa yang sungguh-sungguh tertera dalam perwujudannya.Ketika
ilmu ... Read Article Perumusan Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi kehidupan
sehari-hari. Kompetensi dasar diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran intra kurikuler,
dengan sasaran penguasaan materi pelajaran minimal yang harus dikuasai secara tuntas.

BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu
sebenarnya. Struktur filsafat dibahas juga disini. Yang dimaksud struktur filsafat disini ialah
cabang-cabang filsafat serta isi (yaitu teori) dalam setiap cabang itu. Yang dibicarakan disini
hanyalah cabang-cabang saja, itupun hanya sebagian. Teori dalam setiap cabang tentu sangat
banyak dan itu tidak dibicarakan disini. Struktur dalam arti cabang-cabang filsafat sering juga
disebut sistematika filsafat.
Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu yang
dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan)
filsafat. Istilah Epistemologi di dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah Theory of
knowledge. Epistemologi berasal dari asal kata episteme dan logos. Epistime berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Dalam rumusan yang lebih rinci di sebutkan bahwa
epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalan dan
radikal tentang asal mula pengetahuan, structure, metode, dan validitas pengetahuan.
Pengetahuan di dapatkan dari pengamatan. Di dalam pengamatan indrawi tidak dapat di
tetapkan apa yang subjektif dan apa yang objektif. Jika kesankesan subjektif di anggap
sebagai kebenaran, hal itu mengakibatkan adanya gambarangambaran yang kacau di dalam
imajinasi. Segala pengetahuan di mulai dengan gambarangambaran indrawi. Gambaran
gambaran itu kemudian di tingkatkan sampai kepada tingkatantingkatan yang lebih tinggi,
yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif. Di dalam pengetahuan rasional orang
hanya mengambil kesimpulankesimpulan, tetapi di dalam pengetahuan intuitif orang
memandang kepada ideaidea yang berkaitan dengan Allah. Disini orang di masukkan ke
dalam keharusan ilahi yang kekal. Dalam hidup kita banyak menghadapi masalah. Masalah
artinya kesulitan. Kehidupan akan lebih enak jika masalah itu terselesaikan. Ada banyak cara
dalam menyelesaikan masalah, mulai dari yang sederhana sampai yang rumit. Sesuai dengan
sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian
filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat
ingin masalah itu dilihat dalam hubungan seluas-luasnya agar nantinya penyelesaian itu cepat
dan berakibat seluas mungkin.

6.1 Saran

Dalam kajian filsafat ada tiga hal yang menjadi dasar pembelajaran untuk ita sebagai
pembaca yaitu :
a. Ontologi
b. Epistemologi
c. Aksiologi

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

10

Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.


Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mallongi,Syahrir.2015.Filsafat Ilmu dan Metode Ilmiah. Makassar:
PT.Umitoha ukhuwah Grafika.

11

Anda mungkin juga menyukai