Anda di halaman 1dari 3

Hirschman dan Myrdal : inti dari teori yang disampaikan oleh hirscman dan Myrdal

menjelaskan tentang dampak tetesan kebawah dan dampak penyebaran dan pengurasan
. Dimana pengembangannya melalui satu titik yang diharapkan bisa mempengaruhi ti
tik-titik yang ada disekitarnya.
Hirschman dan Myrdal : contoh yang merupakan cerminan dari teori hirscman dan My
rdal adalah wilayah muncar sebagai penghasil ikan, diman banyak sedikitnya ikan
yang diperoleh maupun yang diolah selalu membawa dampak bagi lingkungan atau wil
ayah sekitarnya. Seperti kejadian yang ada saat ini, ketika perolehan jumlah ika
n naik, produksi juga naik, maka tingkat pencemaran terhadap wilayah sekitar sem
akin tinggi, ini juga berdampak pada ekosistem laut yang mulai teremar. Disisi l
ain masyarakat wilayah lain memerlukan suplai ikan, ketika jumlah ikan semakin b
erkurang maka harga ikan akan semakin mahal, itu juga salah satu dampaknya. Jika
saja pengolahan limbah pabrik pengolahan ikan diatur dengan baik maka keuntunga
n bagi wilayah muncar dan sekitarnya juga akan besar
Hirscman dan Myrdal : hamper sama dengan francois parroux, hirscman dan Myrdal j
uga menggunakan istilah polarisasi, namun tidak menggunakan istilah titik kutub
atau pole, mereka menggunakan istilah dampak tetesan kebawah. Bedanya jika pada
teori parroux yang mempengaruhi adalah polarisasinya, pada teori hirscman dan my
rdal yang mempengaruhi adalah titik perkembangannya, jadi ketika terjadi krisis
besar dan berkepanjangan, ketika titik perkembangan goyah, yang dibawah atau pol
arisasi-polarisasinya akan hancur.
Hirschman adalah seorang penganjur teori pertumbuhan tidak seimbang. Secara geog
rafis, pertumbuhan ekonomi pasti tidak seimbang. Dalam proses pertumbuhan tidak
seimbang selalu dapat dilihat bahwa kemajuan disuatu tempat (titik) menimbulkan
tekanan-tekanan, ketegangan-ketegangan, dan dorongan-dorongan kearah perkembanga
n pada tempat-tempat (titik-titik) berikutnya. Hirscman (1958), menyadari bahwa
fungsi-fungsi ekonomi berbeda tingkat intensitasnya pada tempat yang berbeda. P
ertumbuhan ekonomi diutamakan pada titik originalnya sebelum disebarkan ke berba
gai tempat lainnya. Ia menggunakan istilah Titik Pertumbuhan (Growing Point) ata
u Pusat Pertumbuhan (Growing Centre).
Di sutau negara terdapat beberapa titik pertumbuhan, dimana industri berkelompok
ditempat itu, karena diperoleh beberapa manfaat dalam bentuk penghematan-penghe
matan dan kemudahan-kemudahan. Kesempatan investasi, lapangan kerja dan upah bur
uh relatif tinggi lebih banyak terdapat di pusat- pusat pertumbuhan dari pada da
erah belakang. Antara pusat dan daerah belakang terdapat ketergantungan dalam su
plai barang dan tenaga kerja. Pengaruh yang paling hebat adalah migrasi penduduk
ke kota-kota besar (urbanisasi) akan dapat mengabsorsikan tenaga kerja yang tra
mpil dan pihak lain akan mengurangi pengangguran tidak kentara di daerah belakan
g. Hal ini tergantung pada tingkat koplementaritas antara dua tempat tersebut. J
ika komplementaritas kuat akan terjadi proses penyebaran pembangunan kedaerah-da
erah belakang (trikling down) dan sebaliknya jika komplementaritas lemah akan t
erjadi pengaruh polarisasi (Keban, 1995).
Jika pengaruh polarisasi lebih kuat dari pengeruh penyebaran pembangunan maka a
kan timbul masyarakat dualistik, yaitu selain memiliki ciri-ciri daerah perkotaa
n modern juga memiliki daerah perdesaan terbelakang (Hammand,1985, Indra Catri,1
993). Walaupun terlihat suatu kecenderungan yang suram namun Hirschman optimis d
an percaya bahwa pengaruh trikling-down akan mengatasi pengaruh polarisasi. Mis
alnya bila daerah perkotaan berspesialisasi pada industri dan daerah perdesaan b
erspesialisasi pada produksi primer, maka meluasnya permintaan daerah perkotaan
harus mendorong perkembangan daerah perdesaan, tetapi apa yang terjadi tidak sep
erti yang diharapkan. Pada khususnya ada kemungkinan besar bahwa elastisitas pen
awaran jangka pendek di daerah perdesaan adalah sedimikian rendah sehingga dasar
pertukaran akan berubah merugikan daerah perkotaan.
Dalam jangka panjang penghematan-penghematan ekstrnal dan tersedianya komplement
aritas di pusat-pusat akan menjamin penyebaran pembangunan ke daerah-daerah dise
kitarnya. Pada pihak lain, berdasarkan konseptual yang serupa mengenai struktur
titik-titik pertumbuhan dan daerah-daerah belakang, Myrdal (1957) menggunakan i
stilah Backwash effect dan spread effect yang artinya persis serupa dengan pola
risasi dan pengaruh trikling down.
Namun demikian, dalam penekanan pembahasan dan kesimpulan-kesimpulan terdapat pe

rbedaan yang cukup besar. Analisa Myrdal memberikan kesan pesimistis, ia berpend
apat bahwa polarisasi muncul lebih kuat dari pada penyebaran pembangunan, permin
taan faktor-faktor produksi akan menumpuk di daerah- daerah perkotaan yang membe
rikan manfaat kepadanya, dan sebaliknya di daerah perdesaan yang tidak menguntun
gkan akan menipis. Pesimisme tersebut dapat dimaklumi karena Myrdal tidak memakl
umi bahwa timbulnya titik pertumbuhan adalah suatu hal yang tidak terelakkan dan
merupakan syarat bagi perkembangan selanjutnya dimana-mana. Pusat pemikiran Myr
dal pada kausasi komulatif menyebabkan ia tidak dapat melihat dengan titik balik
apabila perkembangan kearah polarisasi di suatu wilayah sudah berlangsung untuk
beberapa waktu. Kausasi sirkuler komulatif selalu meghasilkan penyebaran pemban
gunan yang lemah dan tidak kemerataan, atau dapat dikatakan bahwa mobilitas akan
memperbesar ketimpangan pendapatan dan migrasi akan memperbesar ketimpangan reg
ional. Berdasarkan pada perbedaan pandangan diatas, maka kebijaksanaan perspekti
f yang dianjurkan oleh Hirschman dan Myrdal berbeda pula.
Hirschman menyarankan agar membentuk lebih banyak titik-titik pertumbuhan supaya
dapat menciptakan pengaruh-pengaruh penyebaran pembengunan yang efektif, sedang
kan Myrdal menekankan pada langkah-langkah kebijaksanaan unmtuk melemahkan backw
ash effets dan meperkuat sread effeetc agar proses kausasi sirkuler kumulatif me
ngarah keatas, dengan demikian semakin memperkecil ketimpangan regional ( Murtom
o, 1988, Indra Catri, 1993, Keban, 1995).
Gunnar Myrdal (1957) dan Aschman (1958) dalam Keban (1995), menyerang pengertian
equilibrium dalam teori ekonomi dan mengemukakan ide-ide dasar tentang polarisa
si pembangunan. Menurut pandangan Myrdal, daerah-daerah inti dari perekonomian
adalah magnit penguat dari kemajuan. Myrdal mengemukakan bahwa setel;ah pertumbu
han dimulai pada lokasi yang dipilih pada perekonomian bebas, arus masuk tenaga
kerja, ketrampilan, modal dan komoditi berkembang secara spontan untuk mendukung
nya. Tetapi arus ini meliputi efek backwash, ketidak samaan antara daerah-daerah
yang berkembang dengan daerah-daerah lain. Daerah-daerah yang sedang tumbuh me
mpengruhi daerah-daerah lain melalui dua kekuatan yang berlawanan , menurut mode
l Myrdal disebut Effect backwash dan efek penyebaran (Spread effect dan backwash
effect).
Efek penyebaran menunjukkan dampak yang menguntungkan dari daerah-daerah yang ma
kmur terhadap daerahdaerah yang kurang makmur, hal ini meliputi : meningkatnya p
ermintaan komoditi primer, investasi dan difusi ide serta tehnologi. Dalam banya
k negara-negara terbelakang, efek penyebaran terbatas pada daerah-daerah disekit
ar pusat-pusat herarkhi perkotaan (Murtomo, 1988, Keban, 1995). Hirschman memban
tah bahwa memilih dan memusatkan aktivitasnya pada titiktitik pertumbuhan adalah
alami bagi para pengusaha. Pembangunan lama kelamaan tidak berimbang, pertumbuh
an daerah yang sedang berkembang membatasi kapasitas pertumbuhan dimana-mana. Ut
ara (North) menarik tenaga trampil dan tabungan dari selatan (south). Elastisita
s permintaan income lebih besar untuk barang-barang buatan north, dan oleh karen
a itu syarat-syarat perdagangn melawan produsen south akan komoditi primernya (J
hingan,M.L.1993, Arsyad, 1988). Ide pokok dari model Hirschman adalah bahwa efek
polaritas disebabkan oleh effect trickling down , ekuivalen dengan efek penyebaran
dari Myrdal. Effect trickling down meliputi tujuan komoditi North yang diproduk
si di South dan gerakan modal keselatan, disamping North dapat menarik tenaga se
latan yang cukup untuk menjamin meningkatnya produktivitas tenaga kerja marjinal
dan tingkat konsomsi perkapirta South. Hischman bersikeras bahwa effect trickli
ng down hanya bisa terjadi bila di North membutuhkan South untuk ekspansinya sen
diri.
Myrdal dan Hirschman dengan teori polarisasi ekonominya telah mengetahui adanya
daya kompensasi yang berlawanan, yakni efek-efek arus balik atau polarisasi, yan
g akan menghambat perkembangan diseluruh negeri. Hirschman melihat bahwa secara
geografis pertumbuhan mungkin tidak perlu berimbang. Ia percaya bahwa dengan ber
langsungnya waktu, efek-efek menetes kebawah (tricling down-effects) akan dapat
mengatasi efek polarisasi; dan hal yang demikian akan terjadi jika ada campur ta
ngan negara (pemerintah) dalam perekonomian. Gagasan-gagasan tersebut diatas mem
berikan dasar bagi tumbuhnya model pusat-pinggiran (core-periphery) dari pebrisc
h seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Myrdal dan Hirschman dengan teori polarisasi ekonomi menjelaskan perbedaan pemba

ngunan/kemajuan antara core dan periphery (pusat-pinggiran). Menurut Myrdal, bil


a dalam suatu wilayah didirikan industri, maka akan terjadi pemusatan penduduk d
isekitar daerah industri tersebut. Penduduk disini memerlukan pelayanan sosial d
an ekonomi, sehingga menarik para penanam modal. Akhirnya modalpun mengalir kear
ah itu. Industri pertama mungkin juga menarik pendirian industry lainnya baik ya
ng menyediakan bahan mentahnya maupun industri yang mengolah bahan setengah jadi
bahan yang dihasilkan oleh industri pertama. Demikianlah akan terjadi pertumbuh
an yang makin lama makin pesat (Polarization of Growth ). Polarization of growth ini
akan menimbulkan backwash-effects atau akibat akibat yang menghambat pertumbuhan
wilayah-wilayah lain dari mana tenaga-tenaga trampil, modal barang-barang perdag
angan ditarik kearah itu. Daerah yang terkena backwash-effects ini makin lama menj
adi makin mundur dan disebut periphery (Henderink & Murtomo, 1988: 26)

Anda mungkin juga menyukai