Anda di halaman 1dari 34

GERAK LURUS

Muh. Luthfi, Ummi Chalsum*) ,Veronika Dua Padang


Laboratorium FisikaDasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar 2015

Abstrak: Telah dilakukan praktikum gaya gesekan, yang bertujuan untuk:mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi gaya gesekan,memahami konsep gaya gesek statik dan kinetik,
menentukan koefisien statik dan kinetik. Alat yang diperlukan yaitu Neraca pegas 0-5 N, katrol
meja, balok kasar dan licin,beban, tali, papan landasan, bidang miring, balok, stopwatch dan
meteran.pada prosedur kerjanya,terdapat 4 kegiatan dalam praktikum ini.dimana pada Kegiatan
pertama dilakukan dengan menarik balok yang memiliki beban berbeda menggunakan neraca
pegas 0-5 N untuk menentukan hubungan gaya normal dengan gaya gesekan. Kegiatan kedua
dilakukan dengan menarik balok yang memiliki keadaan permukaan yang berbeda yaitu halus,
sedang, dan kasar menggunakan neraca pegas 0-5 N untuk mengetahui hubungan keadaan
permukaan dengan gaya gesekan. Kegiatan ketiga dilakukan dengan meletakkan balok persegi
pada sebuah bidang datar yang kemudian sehingga terbentuk sudut kritis pada saat balok tepat
akan bergerak. dengan menambahkan beban pada balok persegi. Sedangkan kegiatan 4 dilakukan
dengan mengatur kemiringan bidang dengan sudut yang lebih besar dari sudut kritis kemudian
mengukur waktu yang dibutuhkan oleh balok persegi yang telah diletakkan pada ujung atas bidang
untuk bergerak lurus berubah beraturan. dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap jarak yang
berbeda. Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa permukaan
benda mempengaruhi gaya geseknya, semakin kasar permukaan benda yang bergesekan maka
semakin besar pula koefisien gaya geseknya begitupun sebaliknya.
Kata Kunci : gaya gesekan, statik, benda diam, benda bergerak lurus beraturan

RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan?
2. Bagaimana konsep gaya gesek statik dan kinetik?
3. Berapa besar koefisien gaya gesek statik dan kinetik?
TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan
2. Mahasiswa dapat memahami konsep gaya gesek statik dan kinetik
3. Mahasiswa dapat menentukan besar koefisien gaya gesek statik dan kinetik
TEORI SINGKAT
Sebuah balok yang didorong di atas meja akan bergerak bila sebuah balok
massanya m, kita lepaskan dengan kecepatan awal V 0 pada sebuah bidang horizontal,
maka balok tersebut akhirnya akan berhenti. Ini berarti didalam gerakan balok mengalami
perlambatan, atau ada gaya yang menahan balok, gaya inilah yang kita sebut dengan gaya
gesekan.

Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh koefisien gesekan antar kedua permukaan
benda dan gaya normal. Besarnya koesidien gesekan ditentukaan oleh keakasaran
permukaan bidang dari benda. sehingga gaya gesekan dibagi atas dua yaitu gaya gesekan

f
statik( s

)dan gaya gesekan dinamis ). Sebuah balok beratnya W, berada pada

bidang mendatar yang kasar, kemudian ditarik oleh gaya F.


N
F

f
W

Gambar 1.1: Gaya-gaya yang bekerja pada benda

Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, sehingga


berlaku:
1. Untuk harga F fs, maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs, maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila fase diperbesar lagi sehingga F fs, maka benda bergerak dan gaya gesekan
statik fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetik fk.
Gaya-gaya gesekan dapat juga bekerja ketika tidak terdapat gerak relatif. Jika kita
mencoba meluncurkan sebuah kotak yang berisi buku-buku di atas lantai, kotak itu
mungkin saja tidak bergerak sama sekali karena lantai memberikan suatu gaya yang
berlawanan pada sebuah kotak. Gaya gesekan antara kedua permukaan yang saling diam
satu terhadap yang lain disebut gaya gesekan statis. Gaya gesekan statis yang maksimum
sama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Sekali gerak telah
dimulai, gaya gesekan antar kedua permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan
gaya yang lebih kecil untuk menjaga agar benda bergerak beraturan. Gaya yang bekerja
antara dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut gaya gesekan kinetik. Jika fs
menyatakan besar gaya gesekan statik maksimum, maka:

s =
Dengan

fs
N

(1.1)

adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal. Jika fk

menyatakan besar gaya gesekan kinetik, maka:

k =

fk
N

(1.2)

Dengan

k adalah koefisien gesekan kinetik.

Bila sebuah benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan kemudian
bidang tempat benda tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga membentuk sudut

sampai benda tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik antara benda dan bidang

diberikan oleh persamaan,

Dengan

s=tan c

(1.3)

adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak, yang disebut

dengan sudut kritis. Koefisien gesekan statik merupakan nilai tangen sudut kemiringan
bidang, dengan keadaan benda tepat akan bergerak/meluncur. Pada sudut-sudut yang
lebih besar dari

c , balok meluncur lurus berubah beraturan ke ujung bawah bidang

miring dengan percepatan :

ax=g(sink cos)
Dimana

adalah sudut kemiringan bidang dan

(1.4)

k adalah koefisien gesek

kinetik antara benda dengan bidang. Dengan mengukur percepatan a x, maka koefisien
gesekan

k dapat dihitung.(Herman: 2015).

METODE EKSPERIMEN
Alat dan bahan
Alat
1. Neraca pegas 0-5 N
(1 buah)
2. Katrol meja
(1 buah)
3. Papan landasan
(1 buah)
4. Bidang miring
(1 buah)
5. Stopwatch
(1 buah)
6. Meteran
(1 buah)
7. Tali
(1 buah)
8. Busur Derajat
(1 buah)
Bahan
1. Balok persegi
2. Balok kasar
3. Balok licin
4. Beban 50 g

(1 buah)
(1 buah)
(1 buah)
(3 buah)

Identifikasi Variabel
Kegiatan 1. Hubungan antara gaya normal dan gaya gesekan
1. Variabel kontrol
: jenis permukaan benda
2. Variabel manipulasi
: gaya normal(N)
3. Variabel respon
: gaya tarik (N)

Kegiatan 2. Hubungan antara keadaan permukaan dan gaya gesekan


1. Variabel kontrol
: massa benda(gr)
2. Variabel manipulasi
: jenis permukaan balok
3. Variabel respon
: gaya tarik(N)
Kegiatan 3. Menentukan koefisien gesekaan statik pada bidang miring
1. Variabel kontrol
: posisi benda
2. Variabel manipulasi
: massa beban(g)
3. Variabel respon

: sudut kritis(

Kegiatan 4. Menentukan kefisien kinetik pada bidang miring


4. Variabel kontrol

: sudut kritis(

5. Variabel manipulasi
6. Variabel respon

: jarak tempuh(cm)
: waktu tempuh(s)

Defenisi Operasional Variabel


Kegiatan 1
1. Jenis permukaan benda adalah sifat yang dimiliki oleh benda. Dalam hal ini jenis
permukaan yang digunakan adalah permukaan satu.
2. Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan
yang bersentuhan, yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang sentuh.
3. Gaya tarik adalah gaya yang diberikan pada balok sehingga balok tersebut
mengalami perubahan posisi atau keadaan.
Kegiatan 2
1. Massa beban adalah banyaknya kandungan materi yang terkandung pada beban
diukur menggunakan neraca pegas
2. Jenis permukaan adalah keadaan dasar pada balok, baik itu kasar, agak kasar
maupun halus.
3. Gaya tarik adalah gaya yang diberikan pada balok sehingga balok tersebut
mengalami perubahan posisi atau keadaan.
Kegiatan 3
1. Posisi benda adalah letak dan keadaan benda, dalam hal ini benda berada pada
posisi yang tidak ditentukan pada bidang miring.
2. Massa beban adalah banyaknya kandungan materi yang terkandung pada beban
diukur menggunakan neraca pegas
3. Sudut kritis adalah sudut yang dimiliki oleh bidang miring dimana sudut kritis itu
terbentuk saat benda tepat akan bergerak
Kegiatan 4
1. Sudut kritis adalah sudut yang dimiliki oleh bidang miring dimana hany satu
sudut kritis yang digunakan

2. Jarak tempuh adalah panjang lintasan yang ditempuh oleh objek/benda dari satu
titik ke titik lain , yang diukur dengan alat ukur panjang yaitu mistar dalam
satuan cm dengan NST 0,1
3. Waktu tempuh adalah lamanya waktu yang diperlukan oleh objek(beban) untuk
berpindah dari satu titik ke titik lain yang diukur dengan stopwatch dalam
satuan sekon (s) dengan NST 0,1.

PRODSEDUR KERJA
Kegiatan 1
Menarik balok dengan neraca pegas seperti pada gambar 1.2 di bawah ini.

Neraca pegas
Balok

Tali

Katrol

Meja
Gambar 1.2. Rangkaian percobaan kegiatan 1
Kemudian amati penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan pada
saat balok bergerak lurus beraturan. Kemudian menambahkan beban di atas balok, dan
amati kembali penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan pada
saat balok bergerak lurus beraturan. Kegiatan ini dilakukan beberapa kali dengan
mengubah-ubah penambahan beban di atas balok dan mencatat hasil pengamatan pada
tabel pengamatan.
Kegiatan 2
Kita mengganti permukaan balok Mengganti permukaan meja atau balok yang
lebih kasar/halus. Kemudian amati penunjukan pegas pada saat balok tepat akan bergerak
dan pada saat balok bergerak lurus beraturan. Kegiatan ini dilakukan beberapa kali
dengan mengganti permukaan meja atau balok yang lebih kasar/halus dan mencatat hasil
pengamatan pada tabel pengamatan.
Kegiatan 3
Kita menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kemudian letakkan bidang di
atas meja dengan posisi mendatar ( = 0). Selanjutnya letakkan balok persegi di salah
satu ujung bidang tersebut dan mengangkat secara perlahan ujung bidang tempat balok
persegi berada sehingga sudut kemiringan bidang bertambah. mencatat sudut kemiringan

bidang pada saat benda tepat akan bergerak dan mengulangi kegiatan sebelumnya dengan
menambah beban pada balok persegi hingga diperoleh sedikitnya 3 (tiga) data
pengukuran sudut.
Kegiatan 4
Kita mengatur kemiringan bidang dengan sudut yang lebih besar dari sudut kritis
(c) yang telah diperoleh pada kegiatan 3 di atas untuk balok persegi tanpa beban
tambahan dan mencatat sudut kemiringan ini sebagai 1. Selanjutnya meletakkan balok di
ujung atas bidang yang telah diketahui panjangnya dan melepaskan balok bersamaan
dengan menjalankan stopwacth untuk mengukur waktu tempuh balok persegi bergerak
lurus berubah beraturan hingga ke ujung bawah bidang. Mencatat waktu tempuh ini
sebagai t1 dan mengulangi kegiatan sebelumnya dengan jarak tempuh yang berbeda beda paling sedikit 3 data. Kemudian mencatat hasil pengamatan yang diperoleh pada
tabel hasil pengamatan.
HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISIS DATA

Hasil Pengamatan
NST Neraca pegas
NST stopwatch

: 0,1 N
: 0,1 s

NST busur derajat

:1

NST meteran
: 0,1 cm
Balok tanpa beban
: 1,10 N
Balok dengan beban 1
: 1,60 N
Balok dengan beban 2
: 2,10 N
Balok dengan beban 3
: 2,60 N
Balok tanpa beban (kgt.2)
: 1,70 N
Kegiatan 1
Jenis permukaan adalah benda 1
Tabel 1. Hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal
N
Gaya Normal
Keadaan benda
Gaya Tarik
o
1

|1,5 0,05|

|2,00 0,05|
Tepat akan bergerak

|2,10 0,05|

|1,00 0,05|
Bergerak lurus beraturan

|1,0 0 0,05|

|1,10 0,05|
|1,0 0 0,05|

|2,40 0,05|
Tepat akan bergerak

|2,30 0,05|

|2,30 0,05|
|2,0 0,05|

|1,30 0,05|
Bergerak lurus beraturan

|1,30 0,05|
|1,30 0,05|

|2,60 0,05|
Tepat akan bergerak

|2,80 0,05|

|2,60 0,05|
|2,5 0,05|

|1,50 0,05|
Bergerak lurus beraturan

|1,70 0,05|
|1,70 0,05|

Kegiatan 2
Gaya Normal =

|1,70 0,05| gram

Table 2. Hubungan antara jenis permukaan dengan gaya tarik


Jenis Permukaan
Keadaan benda
Gaya Tarik (N)
I

Tepat akan bergerak

|2,50 0,05|

|2,40 0,05|
|2,50 0,05|

|1,40 0,05|
Bergerak lurus beraturan

|1,40 0,05|

|1,50 0,05|
|2,80 0,05|
Tepat akan bergerak

|2,90 0,05|
|2,80 0,05|

II

|1,60 0,05|
Bergerak lurus beraturan

|1,50 0,05|

|1,60 0,05|
|3,40 0,05|
III

Tepat akan bergerak

|3,40 0,05|
|3,40 0,05|

|1,90 0,05|
Bergerak lurus beraturan

|1,80 0,05|

|1,90 0,05|

Kegiatan 3
Tabel 3. Gaya gesek statik pada bidang miring
No

Sudut Kritis ( )

Gaya Berat (N)

|1,10 0,05|

|1,60 0,05|

|2,10 0,05|

|2,60 0,05|

1.

|19,0 0,5|

2. .

|19,0 0,5|

3. .

|20,0 0,5|

1.

|18,0 0,5|

2.

|17,0 0,5|

3. .

|18,0 0,5|

1.

|17,0 0,5|

2.

|17,0 0,5|

3.

|16,0 0,5|

1.

|16,0 0,5|

2. .

|15,0 0,5|

3. .

|14,0 0,5|

Kegiatan 4

No

Massa beban

|1,60 0,05| gram

Sudut kemiringan bidang

|24,0 0,5|

Tabel 4. Gaya gesekan kinetik pada bidang miring


Jarak tempuh (cm)
Waktu tempuh (s)

|30,00 0,05|

|60,00 0,05|

|90,00 0,05|

1.

|0,9 0,1|

2. .

|1,1 0,1|

3. .

|1,1 0,1|

1.

|1,8 0,1|

2. .

|1,8 0,1|

3.

|1,8 0,1|

1.

|2,4 0,1|

2.

|2,1 0,1|

3.

|120 0,05|

4.

|2,3 0,1|

1.

|3,5 0,1|

2.

|3,5 0,1|

3.

|3,5 0,1|

ANALISIS DATA
Kegiatan 1 : Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
1. Gaya Normal :

|1,50 0,05| N

Tepat akan bergerak :


fs.1.1 =

|2,00 0,05|N

fs.1.2 =

|2,10 0,05|N

fs.1.3 =

|1,90 0,05| N

f s .1 =

f s 1.1 +f s1.2 +f s 1.3


6N
( 2,00+ 2,10+1,90 ) N
=
= 3 = 2,00 N
3
3


1.2 = | f s .1
1.2
1.3

|2,002,00| N = 0,00 N

= | f s .1 - fs.1.2| = |2,102,00| N = 0,10 N

= | f s .1 - fs.1.3| = |1,902,00|N = 0,10 N

max. =
KR =
fs.1 =

s.1

- fs.1.1| =

= 0,10 N

f s .1
f s .1 100 % =

0,10 N
2,00 N

100 % = 5% (3 AB)

|2,00 0,100|N

1.2 Bergerak lurus beraturan :


fk.1.1 =

|1,00 0,05| N

fk.1.2 =

|1,10 0,05| N

fk.1.3 =

|1,00 0,05| N

f k .1 =

f s 1.1 +f s1.2 + f s 1.3


( 1,00+1,10+ 1,00 ) N
3,10 N
=
=
= 1,03
3
3
3

1.1 = | f k .1
1.2
1.3

|1,001,03| N = 0,03 N

= | f k .1 - fk.1.2| = |1,101,03| N = 0,07 N

= | f k .1 - fk.1.3| = |1,001,03| N = 0,03 N

karena max. =
KR =

- fk.1.1| =

k.1

= 0,07 N

f k .1
f k . 1 100 % =

0,07 N
1,03 N

100 % =6,79 % (3AB)

fk.1 =

|1,03 0,0700| N
|2,00 0,05|N

2. Gaya Normal :

2.1 Tepat akan bergerak :


fs.2.1 =

|2,40 0,05|N

fs.2.2 = |2,30 0,05|N


fs.2.3 =

|2,30 0,05|N

( 2,40+ 2,30+2,30 ) N
7N
f s .2 =
=
3 = 2,33 N
3
2.1 =

|2,402,33|N = 0,07 N

2.2 =

|2,302,33|N = 0,07 N

2.3 =

|2,302,33|N = 0,03 N

max. =

KR =

f s .2
f s .2 100 % =

fs.2

|2,33 0,0700| N

s.1

= 0,07 N

0,07 N
2,33 N

100 % = 3,04 % (3 AB)

2.2 Bergerak lurus beraturan :


fk.2.1 =

|1,30 0,05| N

fk.2.2 =

|1,30 0,05| N

fk.2.3 =

|1,30 0,05| N

f k .2

( 1,30+1,30+ 1,30 ) N
7N
=
3 = 1,30 N
3

2.1 =

|1,301,30| N = 0,00 N

2.2 =

|1,301,30| N = 0,00 N

2.3 =

|1,301,30| N = 0,00 N

max. =

k.1

= 0,05 N

KR

f k .1
f k . 1

fk.2 =

100 % =

0,05 N
1,30 N

100 % = 3,84 % (3 AB)

|1,30 0,0500| N
|2,50 0,05|N

3. Gaya Normal :

3.1 Tepat akan bergerak :


fs.3.1 =

|2,60 0,05|N

fs.3.2 =

|2,80 0,05|N

fs.3.3 =

|2,60 0,05|N

( 2,60+ 2,80+2,60 ) N
7N
f s .3 =
=
3 = 2,67 N
3

|2,602,67| N = 0,07 N
= |2,802,67| N = 0,13 N
= |2,602,67| N = 0,07 N

2.1 =
2.2
2.3

max. =

KR =

f s .3
f s .3

fs.3

s.3

0,13 N
100 % =

0,13 N
2,67 N

100 % = 4,86 % (3 AB)

|2,67 0,130| N

3.1 Bergerak lurus beraturan :


fk.3.1 =

|1,50 0,05| N

fk.3.2 =

|1,70 0,05| N

fk.3.3 =

|1,70 0,05| N

f k .3

( 1,50+1,70+ 1,70 ) N
4,9 N
=
= 1,63 N
3
3

2.1 =

|1,501,63| N = 0,13 N

2.2 =

|1,701,63| N = 0,07 N

2.3 =

|1,701,63| N = 0,07N

max =
KR

fk.3

k.1

f k .3
f k . 3

0,13 N
100 % =

0,13 N
1,63 N

100 % = 7,9 % (3AB)

|1,63 0,130| N

Tabel 5. Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan


N
o

Gaya Normal (N)

|1,50 0,05|

|2,00 0,05|

|2,50 0,05|

Keadaan benda

Gaya Tarik (N)

Tepat akan bergerak (fs)

|2,00 0,100|N

Bergerak lurus
beraturan (fk)

|1,03 0,0700| N

Tepat akan bergerak (fs)

|2,33 0,0700| N

Bergerak lurus
beraturan (fk)

|1,30 0,0500| N

Tepat akan bergerak (fs)

|2, 67 0,130| N

Bergerak lurus
beraturan (fk)

|1, 63 0,130| N

3
2.5

f(x) = 0.67x + 0.99


R = 1

2
Gaya Gesek statik(N)

1.5
1
0.5
0
1.4

1.6

1.8

2.2

2.4

Gaya Normal(N)

Grafi 1.1 Hubungan gaya normal dengan gaya gesek statik

2.6

y
y

= mx + c
= 0,67x + 0,993

y
x

= m = 0,67

R2 100 % = 0,999 100 % = 99,9%

DK =

KR = 100 % - DK = 100 % - 99,9% = 0,1% (4 AB)

KR S
100

0,1 0,67
100

= 0,00067

|0,6700+0,0006700|
1.8
1.6
1.4
1.2

f(x) = 0.6x + 0.12


R = 1

1
Gaya gesekan statik(N) 0.8
0.6
0.4
0.2
0
1.4

1.6

1.8

2.2

2.4

Gaya Normal(N)

Grafik1.2 Hubungan antara gaya normal dan gaya gesek kinetik


Y
y

= mx + c
= 0,6 x + 0,12

y
x

= m = 0,6

R2 100 % = 0,996 100 % = 99,6%

DK =

KR = 100 % - DK = 100 % - 99,6% = 0,04% (4 AB)

KR S
100
s

99,6 0,6
100

=
s

= 0,5976

2.6

|0,6000+0,5976|

Kegiatan 2: Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan


Jenis permukaan I
1.1 Tepat akan bergerak :
fs.1.1 =

|2,50 0,05|N

fs.1.2 = |2,40 0,05|N


fs.1.3 =

|2,50 0,05|N
f s 1.1 +f s1.2 +f s 1.3
=
3

f s .1 =

1.2 = | f s .1

( 2,50+ 2,40+2,50 ) N
3

- fs.1.1| = |2,502,46| N

= 2,46 N

= 0,04 N

1.2 = | f s .1 - fs.1.2| =
1.3

|2,402,46| N = 0,06 N

= | f s .1 - fs.1.3| = |2,502,46| N = 0,04N

max. =

KR =

f s .1
f s .1 100 % =

s.1

= 0,06 N

|2,46 0,0600| N

s .1 =

f s. 1 2,46
=
=1,44
N
1,70

s .1 =

f s .1
N

fs.1
Jadi,

0,06 N
2,46 N

100 % = 2,43 % (3 AB)

s .1 =f s .1 N 1

d s .1=

||

s .1
s .1
d f s .1 +
dN
f s .1
N

d s .1=| N1 d f s .1|+|f s .1 N 2 dN|


d s.1
s .1

||

f s .1 N 1
N 1
d f s .1 +
dN
s
s .1

d s.1
s .1

| || |
| |
|
|
d f s .1 dN
+
f s .1
N

d s .1=

d f s .1 dN
+

f s .1 N s.1

s.1 =

f s. 1 N
+

N s .1
f s. 1

0,05
+
1,4
|0,0600
2,46 1,70 |

s.1 =

s.1 =|0,02439+ 0,02941|1,44


s.1 =0,0774
KR =

s .1
s .1

100 % =

0,0774
1,44

100 % = 5,375 % (3 AB)

DK = 100 % - KR = 100 % - 5,375 % = 94,625 %

s .1 = |1,44 0,0774|

1.2 Bergerak lurus beraturan :


fk.1.1 =

|1,40 0,05| N

fk.1.2 =

|1,40 0,05| N

fk.1.3 =

|1,50 0,05| N

f k .1 =

f s 1.1 +f s1.2 +f s 1.3


3

( 1,40+1,40+ 1,50 ) N
=
3

4,3 N
3

1.1 = | f k .1
1.2
1.3

|1,401,43| N = 0,03 N

= | f k .1 - fk.1.2| = |1,401,43| N = 0,03 N

= | f k .1 - fk.1.3| = |1,501,43| N = 0,06 N


- fk.1.1| =

max. =

KR =

f k .1
f k . 1 100 % =

fk.1 =
jadi,

k.1

= 0,06 N

|1,43 0,0600| N

0,06 N
1,43 N

100 % = 4,195% (3AB)

= 1,43

k .1

k 1=

f k .1 1,43
=
=0,841
N
1,70

f k1
N

k 1=f k 1 N 1

k .1 =

f k . 1 N
+

N k .1
f k . 1

0,05
+
0,841
|0,0600
1,43 1,70 |

k .1 =

k .1 =|0,041958+0,02941|0,841

k .1 =0, 0600

KR

k .1
k .1

100 % =

0,0600
0,841

100 % = 7,134 % (3 AB)

DK = 100 % - KR = 100 % - 7,134% = 92,866 %

k .1=|0,841 0,0600|
Jenis permukaan II
2.1 Tepat akan bergerak :
fs.2.1

|2,80 0,05| N

fs.2.2

|2,90 0,05| N

fs.2.3

|2,80 0,05| N
(2,80+2,90+2,80) N
3

f s .2=

= 2,83 N

1.1 = | f k .1

- fk.1.1| =

|2,802,83|N = 0,03 N

1.2 = | f k .1

- fk.1.2| =

|2,902,83|N = 0,07 N

1.3 = | f k .1

- fk.1.3| =

|2,802,83|N = 0,3 N

max.
KR

s.2

0,07 N

f s .2
f s .2 100 % =

0,07 N
2,83 N

100 % = 2,47 % (3 AB)

|2,83 0,0700| N

fs.2
Jadi,

s .2 =

f s. 2 2,83
=
= 1,664
N
1,70

s 2 =

f k2
N

s 2=f k 1 N 1

s2 =

f k .2 N
+

N k .2
f k .2

0,05
+
1,664
|0,0700
2,83 1,70 |

s.2 =

s.2 = |0,024735+0,02941|1,664
s2 =0,0900

KR
DK

s .2
s .2

100 % =

0,0900
1,664

100 % = 5,40 % (3 AB)

= 100 % - KR = 100 % - 5,71% = 94,60 %

s .2 =|1,67+0,0900|
2.2 Bergerak lurus beraturan :
fk.2.1

|1,60 0,05| N

fk.2.2

|1,50 0,05| N

fk.2.3

|1,60 0,05| N

f k .2=

(1,60+1,50+1,60) N
3

2.1 =

|1,601,56|N = 0,04 N

2.2

|1,501,56|N = 0,05 N

23 =
max.

|1,6001,56|N = 0,04 N
f

k.2

= 0,05N

= 1,56 N

KR
fk.2

f k .2
f k .2

100 % =

0,05 N
1,56 N

100 % = 3,20% (3 AB)

|1,56 0,0500|N

Jadi,

k .2=

fk.2 1,56
=
=
N
1,70

k 2=

f k2
N

0,917

k 2=f k 2 N 1

k .2 =

fk.2 N
+

2
N k .2

0,05
+
0,917
|0,0500
1,56 1,70 |

k .2 =

k .2 = |0,0320513+0,02941|0,917
k .2 =0,05636

KR
DK

k .2
k .2

100 % =

0,05636
0,917

100 % = 6,14 % (3 AB)

= 100 % - KR = 100 % -6,14 % = 93,86 %

k .2=|0,917 0,0563|
Jenis permukaan III
3.1 Tepat akan bergerak :
fs.3.1

|3,40 0,05| N

fs.3.2

|3,40 0,05| N

fs.3.3

|3,40 0,05| N

f s .3= 3,40 N
max.
KR
fs.3

s.3

f s .3
f s .3

= 0,05 N
100 % =

|3,40 0,0500| N

0,05 N
3,40 N

100 % = 1,47% (3 AB)

Jadi,

s .3 =

fs.3 3,40
=
= 2,00
N
1,70

s 2 =

f s1
N

s 2=f s 1 N1

s2 =

fs.3 N
+

N s .3
fs.3

0,05
+
2,00
|0,0500
2,00 1,70 |

s.2 =

s.2 = |0,25+0,02941|2,00
s2 =0,558

KR

s .3
s .3

100 % =

0,558
2,00

100 % = 27,9 % (2AB)

DK = 100 % - KR = 100 % - 27,9% = 62,1 %

s .3 =|2,0 0,558|
3.2 Bergerak lurus beraturan :
fk.3.1

|1,90 0,05| N

fk.3.2

|1,80 0,05| N

fk.3.3

|1,90 0,05| N

f k .3=
max.
KR
fk.3

1,86 N
k.1

= 0,06 N

f k .3
f k . 3

100 % =

|1,86 0,06| N

Jadi

k .3 =

fk.3 1,86
=
= 1,09
N
1,70

0,06 N
1,86 N

100 % = 3,22% (3 AB)

k 3=

f k3
N

k 3=f k 3 N

k .3 =

fk.3 N
+

2
N k .3

0,05
+
1,09
|0,0600
1,86 1,70 |

k .3 =

k .3 = |0,03222581+0,02941|1,09
k .3 =0,067
KR

k .3
k .3

100 % =

0,067
1,09

100 % = 6,14 % (3 AB)

DK = 100 % - KR = 100 % - 6,14 % = 95,86 %

k .3 =|1,09 0,0670|
Tabel 6. Hubungan antara jenis permukaan dan gaya tarik
Jenis
permukaa
n

fs

|1,44 0,0744|

|0,841 0,0600|

|2,46 0,0600| N |1,43 0,0600| N

II

|1,67+0,0900|

|0,917 0,0563|

|2,83 0,0700| N |1,56 0,0500|N

III

|2,00 0,558|

|1,09 0,0670|

|3,40 0,0500| N |1,86 0,0600|N

(N)

Kegiatan 3 : Menentukan koefisien gesekan statik pada bidang miring

1=tan 19,3 =
0,350
s1=tan
2=tan 17,6 =
0,318
s2=tan
3=tan 16,6 =
0,300
s3=tan

fk

(N)

4 =tan 15,0 =
0,268
s4=tan
Tabel 7. Hubungan gaya berat dengan koefisien gesekan statik
No

Gaya Berat (N)

|1,10 0,05|

0,350

|1,60 0,05|

0,318

|2,10 0,05|

0,300

|2,60 0,05|

0,268

1. Gaya berat |1,10 0,05|

1=|19,0 0,5|
2=|19,0 0,5|

3=|20,0 0,5|
=

1 +2 +3 19,0 + 19,0 +20,0


=
=19,3
3
3

1=|19,019,3|=0,3
2=|19,019,3|=0,3

3=|20,019,3|=0,7
=maks=0,7
=

. ( 0,7 ) (3,14)
=
=0,012
180
180

Analisis ketidakpastian

s=

|
| tan

|sec . |

s sec 2
=
s
s
tan

1
cos
.
s
2
cos sin

1 2
sin 2
2

|sin22 |
2
=|

sin 2 |
2
=
( 0,012 )|
|sin 2(19,3
)
2
=|
( 0,012 )|0,350
0,623

s=

s.1

s1

s.1

s1

s.1

s.1 =0,013 N
KR=

S .1
0,013
x 100 =
x 100 =3,71 (3 AB)
S .1
0,350

DK =100 KR=100 2,85 =96,28

s .1 =|s .1 s .1|
s .1
2. Gaya berat

|0,350 0,013|

|1,60 0,05|

1=|18,0 0,5|
2=|17,0 0,5|

3=|18,00 0,5|
=

1 +2 +3 18,0 + 17,0 +18,0


=
=17,6
3
3

1=|18,017,6|=0,4
2=|17,017,6|=0,6

3=|18 ,017,6|=0,4
=maks=0,6
=

. ( 0,6 ) (3,14)
=
=0,010
180
180

|sin22 |
2
=
( 0,010 )|
|sin 2(17,6
)
2
=|
( 0,010 )|0,318
0,576

s.2 =
s.2
s.2

s1

s1

s.2 =0,011 N
KR=

S .1
0,011
x 100 =
x 100 =3,45 (3 AB)
S .1
0,318

DK =100 KR=100 2,83 =96,54

s .2

|0,318 0,011|

3. Gaya berat |2,10 0,05|

1=|17,0 0,5|
2=|17,0 0,5|

3=|16,0 0,5|
=

1 +2 +3 17,0 + 17,0 +16,0


=
=16,6
3
3

=
1=|17,016,6|=0,4

2=|17,016 , 6|=0,4
3=|16 , 016,6| =0,6

=maks=0,6
=

. ( 0,6 ) (3,14)
=
=0,010
180
180

|sin22 |
2
=|
( 0,010 )|
sin 2(16,6 )
2
=|
( 0,010 )|0,300
0,547

s.3 =
s.3
s.3

s1

s1

s.3 =0,010 N
KR=

S .1
0,010
x 100 =
x 100 =3,33 (3 AB)
S .1
0,300

DK =100 KR=100 2,83 =96,67


s .3
4.

|0,30 0,010|

Gaya berat

|2,60 0,05|

1=|16,0 0,5|

2=|15,0 0,5|
3=|14,0 0,5|

1 +2 +3 16,0 + 15,0 +14,0


=
=15,0
3
3

=
1=|16,015,0|=1,0

2=|15,015,0|=0
3=|14 , 015,0| =1,0

=maks=1,0
=

. ( 1,0 ) (3,14 )
=
=0,017
180
180

|sin22 |
2
=|
( 0,017 )|
sin 2(15,0 )
2
=|
( 0,017 )| 0,268
0,5

s.4 =
s.4
s.4

s1

s1

s.4 =0,018 N
KR=

S .1
0,018
x 100 =
x 100 =6,71 (2 AB)
S .1
0,268

DK =100 KR=100 2,83 =93,29


s .4

|0,268 0,018|

Tabel 8. hubungan antara massa beban dan koefisien gesekan statiknya


N
Gaya Berat (N)
Koefisien Gesekan Statik
o
1

|1,10 0,05|

|0,350 0,013|

|1,60 0,05|

|0,318 0,011|

|2,10 0,05|

|0,30 0,010|

|2,60 0,05|

|0,268 0,018|

Kegiatan 4. Menentukan koefisien gesekan kinetik pada bidang miring

140
120

f(x) = 36.76x - 3.94


R = 0.96

100
80
Jarak tempuh (cm)

60
40
20
0
0.5

1.5

2.5

3.5

Waktu tempuh kuadrat /t2 (s)

Grafik1.3 Hubungan antara jarak tempuh (s) dengan waktu tempuh kuadrat (t 2)

y=mx +c
a=

2s y
cm
= =m=36,75 2
2
x
t
s

DK =R2 100 =0,964 100 =96,4


KR=100 DC=100 96,4 =3,6

a=

(3 AB)

KR a 3,6 36,75
=
=1,32
100
100

a=|a a|= 36,75 1,32|


Koefisien gaya gesek kinetik

ax=g ( sin k cos )

cm
2
s

k cos =sin

a
g

sin
k =

a
g

cos

a
k =tan g
cos
k =tan 24,0 -

Jika, A = tan

a
g
cos 23,0
a
g
cos 24,0

, dan B =

A=tan=tan 24,0 =0,445

A=

|
| tan

|sec . |

A sec 2
=
A
A
tan

1
cos
.
A
2
cos sin
1
1
sin 2
2

|sin22 | A
2
A=|
A
sin 2 |
A=

|sin22 | A
2
A=|
( 0,5 )|
sin 2.(24,0)
2
A=|
( 0,009 )|0, 445
0,743
A=

0,445

A=0,010 N
a
36,75
g
980
B=
=
=0,041
cos cos 24
1
| da+
|gcos
|ag cossin|d

dB=

| || |

a sin
1
g cos 2
dB gcos
=
da+
d
B
a
a
gcos
gcos

|
|
a
B=| + tan |
a
dB da sin
=
+
d
B
a cos

0,5

0,010
+ tan 24,0 0,041
36,75
B=
+( 0,445) 0,009|
|0,010
36,75

B=

0,041

B= 0,0027+ 0,004 |0,041


B=0,00027 4

k = AB=0,4450,041=0,404
k =| A+ B| k =|0,010+ 0,000274|0,404=0,004

KR=

k
0.004
100 =
100 =0,99
k
0,404

2 AB

DK =100 KR=100 0,99 =99,01


k =|0,404 0,004|
PEMBAHASAN
Gaya gesek adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung antara dua
benda, yang arah gaya gesekan berlawanan dengan arah gerak benda. Besarnya gaya
gesek dipengaruhi oleh permukaan benda. Semakin kasar permukaan benda maka gaya
gesek nya semakin besar begitu hal ini menyebabkan kelajuan benda sedikit lambat
begitupun sebaliknya jika permukaan halus maka gaya geseknya semakin kecil sehingga
kalajuan balok semakin besar. Gaya gesek khususnya pada benda padat ada dua yaitu
gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis adalah gaya gesekan yang
terjadi sewaktu benda tidak bergerak atau dalam hal ini ada gaya yang diberikan tetapi
gaya tersebut lebih kecil dari pada gaya gesekan statis. Sedangkan gaya gesek kinetik
adalah gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda bergerak. Pada praktikum gaya gesek
yang dilakukan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
gesekan, memahami konsep gaya gesek statik dan gaya gesek kinetik serta menentukan
koefisien gesek statik dan kinetik.
Pada kegiatan 1 yaitu hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan, hasil
yang diperoleh adalah gaya normal (N)
statisnya

fs =

|1,03 0,0700| N
dan

fk=

|2,00 0,100|N
kemudian untuk

|1,50 0,05|
gaya

gesekan

|2,00 0,05|N

diperoleh gaya gesekan


kinetiknya
(fs)

fk.1

|2,33 0,0700| N

|1,30 0,0500| N dan kemudian untuk N= |2,50 0,05|N

|2,67 0,130| N dan fk= |1,63 0,130| N

(fs)

. Hal ini membuktikan teori yang ada

bahwa besarnya gaya normal selalu berbanding lurus dengan besarnya gaya gesekan.
Semakin besar gaya normalnya maka gaya gesekan yang ditimbulkan semakin besar pula
dan juga dapat kita simpulkan bahwa besarnya gaya gesekan statis selalu lebih besar

dibandingkan gaya gesekan kinetic. Pada percobaan 2 yaitu mengamati hubungan antara
keadaan permukaan dengan gaya gesekan diperoleh hasil pada permukaan I diperoleh =

|1,44 0,0774|
diperoleh

k =|0,841 0,0600|

dan

sedangkan pada permukaan II

|1,67+0,0900| dan k = |0,917 0,0563|, dari hasil yang

diperoleh diatas dapat dikatakan bahwa benda yang bergerak pada permukaan yang lebih
kasar memiliki nilai gaya gesek yang lebih besar dibandingkan dengan benda yang
bergerak pada permukaan yang licin hal ini disebabkan karena pada bidang sentuh
tersebut memiliki koefisisen gesek yang lebih besar. Pada percobaan 3 yaitu mengamati
gaya gesekan statis pada bidng miring, hasil yang diperoleh adalah

|0,350 0,013| s .2

s .4

|0,318 0,011|

s .3

|0,30 0,010|

s .1
dan

|0,268 0,018|
Dari data diatas dapat dikatakan bahwa besar koefisien statis pada gaya normal

dan sudut kritisnya (

yang massanya berbeda tetap diperoleh besar koefisien gesek

statisnya sama. Hal ini membuktikan bahwa massa suatu benda dapat mempengaruhi
besarnya koefisien gesek statis pada bidang datar saja sedangkan pada bidang miring
massa benda itu sama sekali tidak berpengaruh. Sedangkan pada percobaan 4 yaitu
mengamati gaya gesekan kinetik, untuk mendapatkan besarnya koefisien kinetic maka
perlu dilakukan perhitungan pada bidang miring diperoleh hasil

k =|0,404 0,004|

Dari data tersebut maka diketahui bahwa pada bidang miring mempengaruhi besarnya
koefisien gesekan, panjang lintasan bidang miring juga mempengaruhi waktu tempuh
balok untuk sampai ke ujung lintasan. Semakin panjang lintasannya maka semakin lama
waktu yang dibutuhkan balok untuk melintasi lintasan.berdasarkan teori yang ada
besarnya suatu koefisien kinetik sama dikarenakan koefisien kinetik hanya dipengaruhi
oleh sifat bahan.
SIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan , dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi


gaya gesek yaitu kemiringan, permukaan benda yang halus ataupun kasar, gaya yang
diberikan, gaya normal. Gaya gesekan ada dua jenis gaya gesek yaitu gaya gesek statik
dan gaya gesek kinetik. .gaya gesekan statis merupakan gaya gesekan antara dua
permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain sedangkan gaya gesekan kinetic
merupakan gaya yang bekerja antara dua permukaan yang saling bergerak relatif Setiap
benda yang diam, tepat akan bergerak, dan bergerak lurus beraturan terdapat gaya gesek
yang berlawanan arah dengan gaya luar yang diberikan.Gaya gesek kinetik berbanding
lurus dengan gaya normal.Gaya gesek statik berbanding lurus dengan gaya
normal.Semakin kasar suatu permukaan gesekan maka semakin besar pula gaya gesek
yang terjadi,sebaliknya semakin halus permukaan maka gaya geseknya semakin
kecil.sehingga Jika F

fs benda dalam keadaan diam (a=0), jika gaya diperbesar lagi

sehingga diperoleh nilai F = f s maka gaya gesek statis bernilai maksimum dan benda
tepat bergerak (a=0). Dan jika benda diperbessar kembali sehingga kecepatannya konstan,
diperoleh nilai F > fs maka fs berubah menjadi fk dan benda sudah bergerak (a 0 .
Besar gaya gesek tepat saat akan bergerak (f smax) memliki gaya gesek yang lebih besar
dibanding dengan saat benda belum bergerak dan bergerak lurus beraturan . Besar

koefisien gesek static ( s) selalu lebih besar dibandingkan koefisien gesek


kinetic (

).

SARAN
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka lakukan praktikum dengan
menggunakan alat-alat praktikum yang memiliki kualitas yang bagus. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan mengecek terlebih dahulu keadaan setiap alat yang akan digunakan
sebelum praktikum dimulai. Selain itu dibutuhkan juga ketelitian, kesabaran serta
kerjasama dari para praktikan dalam melakukan setiap rangkaian kegiatan pada
praktikum ini. Pengetahuan yang cukup mengenai setiap praktikum yang akan dilakukan
sangat dibutuhkan, sehingga kita tidak akan mengalami kendala yang berarti pada saat
praktikum berlangsung.
REFERENSI

[1]

Halliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (terjemahan).
Jakarta: Erlangga.
[2]
Tipler, Paul A. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Terjemahan).Jakarta:
Erlangga
[3]
Herman. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar . Makassar: Universitas Negeri

Makassar
[4]

Raymond A. Serway.2004.Physics For Scientists and Engineers.California State:


Thompson Brooks.

Anda mungkin juga menyukai