Anda di halaman 1dari 3

Penyakit trofoblas gestasional atau Gestational trophoblastic disease (GTD)

merupakan sebuah spektrum tumor-tumor plasenta terkait kehamilan, termasuk mola


hidatidosa, mola invasif, placental-site trophoblastic tumor dan koriokarsinoma, yang
memiliki berbagai variasi lokal invasi dan metastasis.Menurut FIGO,2006 istilah Gestational
trophoblastic neoplasia (GTN) atau Penyakit tropoblas ganas (PTG) menggantikan istilah
istilah yang meliputi chorioadenoma destruens, metastasizing mole, mola invasif dan
koriokarsinoma.
Staging klinik menurut Hammond menyatakan PTG terbagi 2 yaitu PTG tidak
bermetastasis dan PTG bermetastasis. PTG bermetastasis terbagi risiko rendah dan risiko
tinggi. Faktor risiko tinggi bila kadar HCG urin >100.000 u/ml atau kadar HCG serum
>40.000 u/ml, interval lebih dari 4 bulan, bermestastasis ke otak atau hati, kegagalan
kemoterapi sebelumnya, kehamilan sebelumnya adalah kehamilan aterm.
Sedangkan menurut The International Federation of Gynecology and Oncology (FIGO)
menetapkan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis PTG yaitu:2
1. Menetapnya kadar Beta HCG pada empat kali penilaian dalam 3 minggu atau lebih
(misalnya hari 1,7, 14 dan 21)
2. Kadar Beta HGC meningkat >10% pada tiga pengukuran berturut-turut setiap
minggu atau lebih (misalnya hari 1,7 dan 14)
3. Tetap terdeteksinya kadar Beta HCG sampai 6 bulan atau lebih
4. Kriteria histologist untuk korioarsinoma
Stadium dan Skoring Prognosis
Pembagian staging FIGO 1982 bersifat sederhana, mengacu pada hasil pemeriksaan klinis
dan pencitraan, misalnya foto thorak.5
Tabel I : Staging klinis menurut FIGO
Stadium 1

Tumor trofoblastik gestasional terbatas pada korpus uteri

Stadium II

Tumor trofoblastik gestasional meluas ke adneksa atau vagina,


namun terbatas pada struktur genitalia.

Stadium III

Tumor trofoblastik gestasional bermetastasis ke paru, dengan


atau tanpa metastasis di genitalia interna.

Stadium IV

Bermetastasis ke tempat lain

Ada beberapa sistem yang digunakan untuk mengkategorikan penyakit trofoblas ganas.
Semua sistem mengkorelasikan antar gejala klinik pasien dan risiko kegagalan pada
kemoterapi. Sistem Skoring FIGO tahun 2000 merupakan modifikasi sistem skoring WHO.
Perhitungang faktor prognostic dengan skor 0-6 dianggap sebagai pasien dengan resiko
rendah, sedangkan dengan skor >7 maka dianggap sebagai beresiko tinggi.5,6
Tabel II : Skoring faktor risiko menurut FIGO (WHO) dengan staging FIGO

Skor faktor risiko menurut 0


FIGO (WHO) dengan staging
FIGO

Usia

< 40

Kehamilan sebelumnya

Mola

Interval dengan
tersebut (bulan)

kehamilan

>=40
Abortus

<4

terbesar, -

Aterm

4-6

Kadar hCG sebelum terapi < 103


(mIU/mL)
Ukuran
tumor
termasuk uterus

103-104
3-4

7-12

>12

>104-105
> 5 cm

>105
-

Lokasi metastasis, termasuk Paru-paru Limpa,


uterus
ginjal

Traktus
Otak, hepar
gastrointestinal

Jumlah
metastasis
diidentifikasi

1-4

5-8

Agen tunggal Agen multipel

Kegagalan
sebelumnya

yang -

kemoterapi -

>8

Penatalaksanaan Mola Hidatidosa


Evakuasi hisap dan kuretase adalah metode terpilih untuk mengevakuasi mola hidatidosa,
tidak tergantung ukuran uterus, bagi pasien yang masih mengharapkan fertilitasnya. Setelah
anestesi dilakukan, cerviks didilatasi sehingga dapat dilewati kanul hisap ukuran 12-14 mm
untuk mencapai segmen bawah rahim.. Karena risiko perdarahan meningkat seiring
meningkatnya ukuran uterus, sedikitnya 2 IU darah harus tersedia segera ketika uterus >16
minggu kehamilan.
Histerektomi adalah alternatif dari kuretase bila sudah tidak mau mempunyai anak.
Adneksa dapat ditinggalkan lengkap walau terdapat kista teka lutein.
Pemberian profilaksis kemoterapi metrotreksat atau actinomisin D pada saat atau sesaat
setelah evakuasi mola hidatidosa berhubungan dengan penurunan insiden neoplasia trofoblas
gestasional postmola, dari 15-20% menjadi 3-8%. Penggunaan kemoterapi profilaksis harus
dibatasi, kecuali pada situasi khusus seperti risiko neoplasia trofoblas gestasional postmola
lebih besar dari normal atau pemantauan kadar hCG yang adekuat tidak dapat dilakukan,
yang terpenting adalah semua pasien yang dipantau kadar hCG serial setelah evakuassi mola
dan ditemukan neoplasia trofoblas gestasional persisten dapat diobati dengan kemoterapi
yang sesuai.6

Tindak lanjut setelah evakuasi mola


Tindak lanjut setelah evakuasi mola hidatidosa adalah sangat penting untuk mendeteksi
gejala sisa trofoblastik (mola invasif atau koriokarsinoma), yang muncul pada hampir 1520% mola komplit dan 1-5% mola parsial. Temuan klinis dari involusi uterus yang tepat,
regresi kista ovarium, dan penghentian perdarahan adalah semua tanda-tanda meyakinkan,
meskipun begitu, tindak lanjut definitif membutuhkan pengukuran serum hCG kuantitatif
serial setiap 1-2 minggu sampai 3 tes berturut-turut menunjukkan hasil yang normal, setelah
itu level hCG harus ditentukan pada interval 3 bulan untuk 6 bulan setelah secara spontan
kembali ke normal. Lebih dari setengah pasien akan memiliki regresi komplit hCG menuju
normal dalam 2 bulan setelah evakuasi. Kontrasepsi direkomendasikan pada 6 bulan setelah
hasil hCG normal pertama, untuk membedakan peningkatan hCG yang diakibatkan penyakit
berulang atau menetap dari peningkatan hCG yang berhubungan dengan kehamilan
subsekuen. Penggunaan kontrasepsi oral lebih disukai karena mempunyai keuntungan
menekan LH endogen, yang dapat mengganggu pengukuran hCG pada level rendah dan studi
telah menunjukkan bahwa kontrasepsi oral tidak meningkatkan neoplasia trofoblastik
postmolar. Pemeriksaan patologi dari plasenta dan semua produk konsepsi sama halnya
dengan pemeriksaan level hCG 6 minggu potspartum direkomendasikan untuk semua
kehamilan berikutnya.6
Kemungkinan penyakit persisten berkembang setelah evakuasi mola komplit
meningkat dengan bukti pertumbuhan trofoblas yang ditandai, seperti evakuasi level hCG >
100.000 mIU/mL, pertumbuhan uterine yang berlebihan (ukuran >20 minggu ), dan diameter
kista lutein teka > 6 cm. Pasien dengan 1 dari tanda-tanda tersebut memiliki sekitar 40%
dari insiden postmolar GTN dibandingkan dengan 4% dari mereka yang tidak memiliki
tanda-tanda tersebut. Pasien dengan usia > 40 tahun, kehamilan mola berulang, mola
aneuploid, dan komplikasi medis dari kehamilan mola, seperti toksemia, hipertiroidisme, dan
embolisasi trofoblastik, juga meningkatkan risiko untuk kejadian postmolar GTN.

Anda mungkin juga menyukai