Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil

tinjauan kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny. M

dengan mola hidatidosa di Ruang Kebidanan RSUD HAMBA Muara Bulian,

Pada tanggal 06-02-2022. Hasil data subjektif yaitu Ibu mengeluh keluar darah

berbungkah dari jam 03.00 malam ini, darah segar bewarna merah banyaknya

+100 ml usia kehamilan 11-12 minggu, ibu mengeluh nyeri perut dan lemas.

Data obyektif menunjukkan keadaan umum baik , tanda-tanda vital yaitu

120/80 mmHg, N:112x/mnt, P: 21x/mnt, S:36,8°C, frekuensi napas 24x/menit.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan penglihatan tidak kabur, conjungtiva

tampak pucat, sclera tidak ikterus, pada payudara simetris, areola mamae

mengalami hiperpigmentasi pada payudara kiri dan kanan, putting susu

menonjol , TFU 1 jari dibawah pusat, vulva bersih, pengeluaran darah segar pada

ekstremitas atas terlihat simetris, tidak ada oedema, terpasang infus di tangan kiri,

reflek patella + kanan dan kiri, Hb : 8,1 , CT/BT 2./5 ,Ht 24,Leuko :7,36 PLT

: 195 T3 : 6,10. T4 : 4,97 TSH : 0,05, Swab antigen : Neg . USG dr S.POG

kesan Molahydatidosa.

Hasil ini sesuai dengan teori ini suatu kehamilan yang berkembang tidak

wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami

perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makrokopik, mola hidatidosa

mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus padang berisi

cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm.

Gambaran histopatologik yang khas dari mola yang khas dari mola hidatidosa

48
ialah edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada villi/ degenerasi hidropik

dan proliferensi se-sel trofoblas.

Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif, maka

ditegakkan sebuah diagnosa kebidanan yaitu Ny. M G2P1 A0 H1 dengan Mola

Hydatidosa. Hasil studi kasus (Intan, 2016) Perdarahan pervaginam ini biasa

intermitten, sedikit-sedkit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau

kematian karena perdarahan ini, pada umumnya klien dengan molahidatidosa

masuk Rumah Sakit dalam keadaan anemia. Perdarahan uterus abnormal yang

bervariasi dari spotting sampai perdarahan hebat merupakan gejala yang paling

khas dari kehamilan molahidatidosa dan pertama kali terlihat antara minggu

keenam dan kedelapan setelah amenore.

Sekret berdarah yang intermitten dapat berkaitan dengan keluarnya vasikel-

vasikel yang menyerupai buah anggur. Sedangkan hasil penelitian lainnya

memperlihatkan bahwa kasus molahidatidosa terbanyak mempunyai kadar Hb 10

gr% dengan jumlah penderita 18 orang (46,2%) (Sarah dkk, 2015). Dan pada

Pada kasus Ny “M ” didapatkan ibu mengalami anemia sedang sesuai dengan

teori dikatakan anemia, jika Hemoglobin ibu berada kurang dari batas normal

berdasarkan menurut WHO yaitu : Ringan : Hb 9 g/dl – 10 g/dl, Sedang : HB 8

g/dl – 9 g/dl, Berat : HB < 7 g/dl. Sedangkan departemen kesehatan menetapkan

derajat anemia sebagai berikut: Ringan : Hb 8 g/dl - < 11 g/dl, Sedang: HB 5 g/dl.

Penelitian yang dilakukan oleh Ria, dkk, 2020. Mengenai Kehamilan

Molahidatidosa Yang disertai Hipertiroid Pasien Ny. S usia 23 tahun hamil 12

minggu (Gravida 2, Para 1, Abortus 0), hasil penelitian menunjukkan bahwa Mola

hidatidosa dapat menyebabkan kondisi tirotoksikosis karena hormon hCG

49
memiliki struktur yang mirip dengan TSH. Dokter harus selalu memperkirakan

kemungkinan hipertiroidisme pada kehamilan mola. Pada trimester pertama

kehamilan, hCG mencapai konsentrasi tertinggi, ini membuat stimulasi pada

kalenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan menekan kadar TSH. Pada

trimester kedua dan ketiga, konsentrasi TSH akan meningkat secara bertahap

karena penurunan kadar hCG

Berdasarkan diagnosa dan masalah yang telah ditegakkan pada kasus Ny. M

maka potensial yang akan terjadi pada ibu dengan molahidatidosa apabila

manajemen tidak dilaksanakan dengan benar maka masalah potensial yang dapat

terjadi dari perdarahan.

Pada kasus Ny M tindakan segera yang di lakukan yaitu transfuse dahulu

sebelum dilakukan tindakan 1 kolf, pemasangan alat laminar 2 batang dipintu

jalan lahir agar terjadi pembukaan dan pemberian obat vaginal misoprostol 1 tab

pervaginal sambil dipasang tampon basah. Menganjurkan untuk mencukur bulu

kemaluan. Menganjurkan puasa minimal 8 jam sebelum dilakukan tindakan curet

Mengambil pemeriksaan darah lengkap. Melakukan pemeriksaan EKG,

memberikan beberapa obat yang harus ibu konsumsi sesuai dosis obat yaitu

propranolol 2x10mg, tiruzd 2x10mg, serta menjadwalkan pemberian inj

ceftriaxone 1 gr post curet sesuai instruksi dokter.

Adapun dalam penanganan molahidatidosa ada 3 cara Sujiyatini, 2009.

Perbaikan keadaan umum, koreksi dehidrasi, transfusi darah bila ada anemia (Hb

8 gr % atau kurang) , bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum

diobati sesuai dengan protokol penanganan di bagian obstetrik dan ginekologi,

bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam.

50
Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi Kuretase

pada pasien mola hidatidosa: Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai

(pemeriksaan darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan

mola sudah keluar spontan, Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan

pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian, Sebelum

melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse dengan tetesan

oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%, Kuretase dilakukan 2 kali dengan

interval minimal 1 minggu, Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke

laboratorium PA. Histerektomi dapat dilakukan dengan pertimbangan : Umur

ibu 35 tahun atau lebih, Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih,

Pemeriksaan tindak lanjut.

Menurut Sujiyatini, 2009 pemeriksaan tindak lanjut pada pasien mola

hidatidosa meliputi : Lama pengawasan 1-2 tahun, Selama pengawasan, pasien

dianjurkan untuk memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi atau diafragma.

Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien datang untuk kontrol, pemeriksaan

kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadarnya yang

normal 3 kali berturut-turut, setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan

sampai ditemukan kadarnya yang normal 6 kali berturut-turut, bila telah terjadi

remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto toraks semuanya

normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti menggunakan

kontraasepsi dan dapat hamil kembali.

Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada

pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka pasien

harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi. Pada studi kasus pada ny. M

dengan molahidatidosa.

51
Penulis merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah

aktual dan masalah potensial yaitu lakukan pendekatan dengan ibu dan keluarga,

Lakukan infromed consent, Observasi keadaan umum, TTV dan perdarahan.

Jelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, jelaskan prosedur asuhan yang

akan diberikan sesuai advis dokter untuk persiapan Curet tgl 07-02-2022. Jelaskan

mengenai obat-obataan yang diberikan sesuai dosis yang dianjurkan, anjurkan

keluarga untuk menberikan nutrisi dan istirahat yang cukup bagi ibu, rapikan alat

dan lakukan pendokumentasian.

Pada studi kasus pada ny. M dengan Molahidatidosa, tindakan yang

dilaksanakan yaitu Melakukan pendekatan dengan ibu dan keluarga, Melakukan

Informed Consent, Melakukan pemeriksaan pada ibu: KU : Baik TD : 120/80

mmHg, N: 112 x/men, S: 21 x/menit, P: 36,8 0C TFU : 1 jr b/pusat Perdarahan +

100 ml IVFD RL telah terpasang 20tts/I, menjelaskan hasil pemeriksaan kepada

ibu dan suami bahwa ibu hamil dengan mola hidatidosa dan akan dilakukan

kuretase yang direncanakan besok tgl 07-02-2022.

Menjelaskan prosedur yang akan dilaksanakan sesuai dengan advis

dokter yaitu :transfuse dahulu sebelum dilakukan tindakan 1 kolf, pemasangan alat

laminar 2 batang dipintu jalan lahir agar terjadi pembukaan dan pemberian obat

vaginal misoprostol 1 tab pervaginal sambil dipasang tampon basah, Mecukur bulu

kemaluan, Menganjurkan puasa minimal 8 jam sebelum dilakukan tindakan curet.

Mengambil pemeriksaan darah lengkap, Melakukan pemeriksaan EKG,

memberikan dan menjelaskan beberapa obat yang harus ibu konsumsi sesuai

anjuran dokter dengan dosis obat yaitu propranolol 2x10mg, tiruzd 2x10mg, serta

menjadwalkan pemberian inj ceftriaxone 1 gr pracuret sesuai instruksi dokter,

52
Menganjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi dan waktu istirahat yang cukup

bagi ibu, merapikan alat2 dan melakukan pendokumentasian.

Hasil evaluasi menunjukan setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dan

penyuluhan pasen mengerti dan mau mengikuti prosedur yang akan dilakukan

yang akan dilakukan untuk persiapan kuretase besok. Pemeriksaan darah lengkap

dan EKG sudah dilakukan, perdarahan +50ml dan transfuse direncanakan akan

dilakukan jam 14.00 wib.

Dan pada hasil catatan perkembangan ke II KU ibu baik, kesadaran

Composmentis TD : 110/70S/N : 37/88, Pernafasan: 21x/I, Palpasi kontraksi

uterus baikTFU : ½ pst-symp. Perdarahan 25 ml, memberitahu hasil pemeriksaan

kepada ibu dan keluarga, melakukan kolaborasi dengan dokter dan memberikan

obat2an : ciprofloxacin 2X500mg, Metylergometrin 3X1 dan Asam mefenamat

3X1, Tyroid 2x1, propranolol 2x1. Menganjurkan ibu untuk rajin kontrol dan

mengikuti anjuran dokter untuk follow up Beta HCG rutin. Memberi selamat pada

ibu karena sudah boleh pulang dan memotivasi untuk mengikuti anjuran yang

sudah diberikan. Jam 13.00 wib ibu dan suami berpamitan untuk pulang dan

berjanji akan mengikuti anjuran yang diberikan. Dapat disimpulkan bahwa dalam

laporan kasus yang diambil tidak dapat kesenjangan antara teori dan praktek.

53
BAB V

KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny”M ” dengan molahidatidosa

di RSUD HAMBA Muara Bulian dengan menerapkan manajemen Varney dapat

diambil kesimpulan

A. Kesimpulan

1. Melaksanakan pengkajian dan analisis data Ibu bersalin Pada Ny”M ”

dengan molahidatidosa. di RSUD HAMBA Muara Bulian dengan hasil

ditemukan data bahwa ibu telah mengalami molahidatidosa dengan hasil

pemeriksaan inspeculo Tampak pengeluaran pervaginan : darah (+)

seperti anggur dan Tampak darah mengalir dan jaringan seperti anggur

dimulut portio.

2. Merumuskan diagnosa/masalah actual Pada Ny”M” dengan

molahidatidosa di RSUD HAMBA Muara Bulian dengan hasil yaitu Ny.

M G2P1 A0 H1dengan Mola Hydatidosa.

3. Merumuskan diagnosa/masalah potensial Ny”M” dengan molahidatidosa di

RSUD HAMBA Muara Bulian dengan hasil yaitu mola dapat

menyebabkan perdarahan

4. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan kolaborasi Ny”M” dengan

molahidatidosa di RSUD HAMBA Muara Bulian dengan hasil yaitu

perlunya kolaborasi dengan SpOG dalam pemberian therapy

5. Menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan Ny”M” dengan

molahidatidosa di RSUD HAMBA Muara Bulian dengan hasil penulis

54
merencanakan asuhan berupa : observasi KU, TTV, involusi uterus,

dukungan moral, mobilisasi dini, perawatan luka dan pemberian therapi

dengan kolaborasi SpOG.

6. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang telah disusun pada Ny”M”

dengan molahidatidosa di RSUD HAMBA Muara Bulian sesuai dengan

rencana yaitu mengobservasi KU, TTV, involusi uterus, memberikan

dukungan moral, mengajarkan mobilisasi dini, melakukan perawatan luka

dan melakukan kolaborasi SpOG dalam pemberian therapi propranolol

2x10mg, tiruzd 2x10mg, serta menjadwalkan pemberian inj ceftriaxone 1

gr pracuret sesuai instruksi dokter.

7. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny”M” dengan

molahidatidosa di RSUD HAMBA Muara Bulian dengan hasil yaitu Ibu

sudah tidak mengeluh nyeri lagi, Ibu menyatakan akan pulang hari ini KU

ibu baik, kesadaran ComposmentisTD : 110/70S/N : 37/88, Resp :

21x/iPalpasi, kontraksi uterus baik, TFU : ½ pst-symp, Perdarahan 25 ml.

8. Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pasien ibu hamil dengan mola

hydatidosa yang juga mengalami hipertiroid. Akan tetapi pada pasien ini

tidak ditemukan gejala klinis hipertiroid hanya ditemukan peningkatan

kadar FT4 dan FT3 dan penurunan kadar TSH. Kondisi eutyroid yang

terjadi pada penderita setelah pengangkatan mola mengesankan bahwa

mola sebagai sumber stimulasi peningkatan fungsi tiroid yang

menyebabkan kondisi hipertiroid, sehingga tidak diperlukan terapi obat

antitiroid secara terus menerus

55
B. Saran

1. Bagi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

Diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan

acuan dalam meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan

tentang kasus ibu molahidatidosa

2. Bagi RSUD HAMBA MUARA BULIAN

Studi kasus ini dapat dijadikan suatu tolak ukur serta upaya Rumah Sakit

dalam mempertahankan dan meningatkan kualitas pelayanan terutama

pada kasus ibu molahidatidosa (khususnya petugas kesehatan di ruang

kebidanan dalam hal pemberian edukasi-edukasi kepada pasien)

56

Anda mungkin juga menyukai