Referat CA Paru
Referat CA Paru
PENDAHULUAN
Kanker paru adalah penyebab utama pada kelompok penyakit akibat keganasan.
Terlihat kecenderungan peningkatan jumlah kasus bukan hanya pada laki-laki tetapi juga
pada perempuan dari tahun ke tahun. Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena
keterlambatan diagnosis tetapi juga akibat respons sel kanker yang rendah terhadap
berbagai obat sitostatik yang ada. Angka tahan
hidup 1 tahun penderita kanker paru yang
diteliti oleh National Cancer Institute pada
tahun 1983-1998, dihitung dengan
life table
hanya
12,0%.
Berbagai
data
berkaitan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Paru
A. Definisi
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan penyebab kematian
utama dalam kelompok kanker, baik pada pria maupun wanita.
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis
tumor di paru). Dalam istilah medis yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru
primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(bronchogenic carcinoma)(2).
B. Epidemiologi
Setiap tahun ada lebih dari 1.4 juta kasus kanker paru baru di seluruh dunia, yang
menyebabkan kira-kira 1.1 juta kematian tiap tahun. Dengan kata lain di seluruh dunia
terdapat 3.000 orang yang meninggal karena kanker paru setiap harinya dan ini berarti satu
orang setiap 30 detik. Kanker paru dilaporkan sebagai kanker penyebab kematian terbesar
di dunia, dan bertanggung jawab atas 18.7% kematian akibat kanker serta kanker
pembunuh terbanyak di Eropa.
Tabel berikut memperlihatkan perkiraan insidens regional serta gambaran
mortalitas kanker paru untuk pria dan wanita:
Area
Dunia
Amerika Utara
Amerika Tengah, Amerika Selatan
Estimasi kasus
1,352,132
225,641
60,870
Kematian
1,178,918
178,349
57,366
dan Karibia
Eropa
Afrika
Asia, Australasia dan Timur Jauh
374,764
19,527
671,327
341,595
18,731
582,868
Di Indonesia, terdapat lima jenis kanker yang banyak diderita penduduk yakni
kanker rahim, kanker payudara, kanker kelenjar getah bening, kanker kulit, dan kanker
rectum. Terdapat peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit
kanker dapat dilihat dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972
memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01 % naik menjadi 4,5 %
pada tahun 1990. Kasus penyakit kanker yang ditemukan (sebagai contoh Provinsi Jawa
Tengah) pada tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca serviks 8.568 kasus
(31,59%), Ca mammae 14.019 kasus (51,68%), Ca hepar 3.260 (12,02%), dan Ca paru
1.278 kasus (4,71%)(2).
C. Etiologi
1. Merokok
Merokok diestimasikan 90% menyebabkan kanker paru-paru pada pria, dan sekitar
70% pada wanita. Di negara-negara industri, sekitar 56% - 80% merokok menyebabkan
penyakit pernafasan kronis dan sekitar 22% penyakit kardiovaskular. Indonesia
menduduki peringkat ke-4 jumlah perokok terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 141
juta orang. Diperkirakan, konsumsi rokok Indonesia setiap tahun mencapai 199 miliar
batang rokok. Akibatnya adalah kematian sebanyak 5 juta orang pertahunnya.
Kasus kanker paru baik di Amerika ataupun negara-negara industri lainnya sekitar
90% berhubungan dengan merokok. Data RSUP Persahabatan Jakarta menunjukkan
bahwa 24,5% perempuan dan 83,6% pria pasien kanker paru adalah perokok.
a. Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia, banyak yang telah
diidentifikasi sebagai penyebab kanker.
b. Orang yang merokok lebih dari satu pak rokok per hari memiliki 20-25 kali
lebih besar risiko terkena kanker paru-paru daripada orang yang tidak pernah
merokok.
Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem pernapasan dan dapat menjadi
emfisema, bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkhitis serta akan terjadi
penimbunan NO2 dan dapat merupakan sumber karsinogenik.
3. Akibat Kerja
a. Pemaparan asbes meningkatkan resiko kanker paru-paru sembilan kali.
Kombinasi dari paparan asbes dan merokok meningkatkan resiko untuk sebanyak
50 kali. Kanker lain dikenal sebagai mesothelioma (suatu jenis kanker pada lapisan
rongga dada yang disebut pleura atau lapisan rongga perut disebut peritoneum)
juga sangat terkait dengan paparan asbes.
b. Pekerjaan tertentu dimana paparan arsenik,, kromium nikel, hidrokarbon
aromatik, dan eter terjadi dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru.
c. Penyakit Paru Kerja Akibat Pajanan Cat Semprot. Cat semprot mengubah
substansi menjadi aerosol, yaitu kumpulan partikel halus berupa cair atau padat,
sehingga karena ukurannya yang kecil akan mudah terhisap, selanjutnya
merupakan pajanan potensial khususnya terhadap kesehatan paru. Pigmen dalam
cat berguna untuk mewarnai dan meningkatkan ketahanan cat. Banyak jenis
pigmen merupakan bahan berbahaya yaitu Chromium dan Cadmium yang
memberikan warna hijau, kuning, dan oranye dapat menyebabkan kanker paru dan
iritasi kulit, hidung, dan saluran nafas atas.
4. Penyakit Paru,
Penyakit paru seperti tuberkulosis (TBC) dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK), juga membuat risiko untuk kanker paru-paru. Seseorang dengan PPOK memiliki
risiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru-paru bahkan ketika
pengaruh merokok dikecualikan.
5. Radiasi
a. Radon pose exsposure adalah risiko lain untuk kanker paru, merupakan produk
sampingan dari radium alami, yang merupakan produk uranium.
b. Risiko kanker paru meningkat dengan paparan jangka panjang yang signifikan
untuk radon, meskipun tidak ada yang tahu kadar risiko yang tepat. Diperkirakan
12% kematian karena kanker paru-paru diakibatkan gas radon, atau sekitar 21.000
kematian paru-paru terkait kanker setiap tahun di US. Seperti merokok, paparan
asbes dan paparan radon sangat meningkatkan resiko kanker paru-paru.
6. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :
a. Proto-oncogen
b. Tumor suppressor gene
c. Gene encoding enzyme.
D. Patofisiologi
Kanker disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi
tersebut menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme
perbaikan DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak
dirinya sendiri dengan apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis
adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom,
kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan
gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker. Kanker sendiri
sebenarnya adalah istilah untuk segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
abnormal dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya,
baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan DNA, dan bahkan menyebabkan mutasi di gen vital yang
mengontrol pembelahan sel(3). Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk
mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan oleh
agen kimia maupun fisik yang disebut sebagai zat karsinogen. Mutasi tersebut dapat
terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka(4).
E. Klasifikasi
Secara garis besar kanker paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu Small Cell Lung Cancer
(SCLC) dan Non Small Cell Lung Cancer (NCLC).
1. Small Cell Lung Cancer (SCLC)
Kejadian kanker paru jenis SCLC ini hanya sekitar 20 % dari total kejadian kanker paru.
Namun jenis ini berkembang sangat cepat dan agresif. Apabila tidak segera mendapat
perlakuan maka hanya dapat bertahan 2 sampai 4 bulan.
2. Non Small Cell Lung Cancer
80 % dari total kejadian kanker paru adalah jenis NSCLC. Secara garis besar dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Adenokarsinoma, jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan (40%).
b. Karsinoma Sel Skuamosa, banyaknya kasus sekitar 20 30%.
T
To
Tumor Primer
Tidak ada bukti
primer
sulit
terbukti
dari
sekret
Tx
Tis
ada
dinilai,
penemuan
tumor
primer.
Tumor
atau
tumor
primer
sel
tumor
bronkopulmoner
ganas
tetapi
tidak
dari
penemuan
sekret
bronkopulmoner
sel
tumor
tetapi
Tengah
terbesar
tidak
oleh
jaringan
dikelilingi
viseral
dan
secara
lebih
ganas
tidak
melebihi
3
atau
bronkoskopik
invasi
proksimal
bronkus
lobus
(belum
sampai
(belum
sampai
ke
bronkus
primer
pada
tampak
dengan
paru
pada
garis
cm,
pleura
tidak
dari
ke
bronkuslobus
utama).
Tumor
supervisial
invasif
T2
sebarang
terbatas
ukuran
pada
dengankomponen
dinding
bronkus
yang
pneumonitis
obstruktif
daerah
T3
hilus,
seluruh paru.
Tumor
sebarang
langsung
pada
sulkus
yang
belum
mengenai
ukuran,
dengan
perluasan
dinding
atau
ke
tetapi
superior),
mediastinum
meluas
dada
(termasuk
diafragma,
tumor
dalam
tumor
pleura
bronkus
karina
atau
atelektasis
tumor
atau
yang
pneumonitis
berhubungan
obstruktif
seluruh paru.
Tumor sebarang ukuran yang mengenai mediastinum atau
jantung, pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus
vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura
ganas atau satelit tumor nodul ipsilateral pada lobus yang
N
Nx
No
N1
N2
langsung
Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum
ipsilateral dan/atau KGB subkarina
N3
M
Mx
Mo
M1
F. Gejala Klinik
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat
keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang sering sangat
membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa(5):
suara serak,
sakit dada,
sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri
yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar
paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar atau
patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :berat badan berkurang,
nafsu makan hilang, demam hilang timbul, trombosis vena perifer dan neuropati.
10
G. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti. Hasil yang
didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan. Tumor paru ukuran
kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada pemeriksaan. Tumor
dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai akibat kompresi bronkus,
efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan hasil yang lebih informatif
dimana pada pemeriksaan perkusi didapatkan suara redup dan suara nafas melemah.
Pemeriksaan fisik pada organ lain juga dapat memberikan data untuk penentuan stage
penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor di luar paru. Metastasis ke organ lain juga
dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi untuk mendeteksi
peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur patologis sebagai akibat metastasis
ke tulang.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak
dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan
stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Jenis pemeriksaan Radiologis yaitu
a. Foto toraks:
Pada
pemeriksaan
foto
toraks
11
Demikian
juga
ketelitiannya
mendeteksi
kemungkinan
metastasis
intrapulmoner.
c. Pemeriksaan radiologik lain :
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah
terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya
Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau
bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen
dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam
rongga perut.
I. Pemeriksaan Khusus
a. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat diandalkan
untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.
Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas,
seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau stinosis
12
infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya diikuti dengan tindakan
biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus(5).
b. Biopsi aspirasi jarum
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena sangat mudah
terjadi perdarahan, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi
aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.
c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila
tumor ada di kanan, akan memberikan informasi ganda, yakni kita mendapat bahan untuk
sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik maka biopsi
paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.
e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic
angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan
TTB dengan tuntunan CTscan.
f. Biopsi lain
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba masa yang
dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB
supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di
paru belum diketahui. Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.
13
g. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan
pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik
pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan
inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan. Semua
bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus
dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol
absolut atau minimal alkohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam formalin
4%.
H. Petanda Tumor (Tumor Marker)
Petanda tumor yang telah ada, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat
digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.
J. Diagnosa Banding
Kanker paru mempunyai gejala yang spesifik pada saluran pernafasan, tetapi juga tidak
jarang bermanifestasi ke organ lain dikarenakan kanker sudah bermetastasis ke organ lain
sehingga diagnosa banding di luar kelainan paru harus dipikirkan, diantaranya:
Benign tumors of the lung
Bronchitis
Fungal infections of the lung
Lung abscess
Metastatic cancer
Pneumonia
TBC
14
K. Penatalaksanaan
Menurut
Persatuan
Ahli
Bedah
Onkologi
Indonesia
(2005),
15
16
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) tanpa atau dengan gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang inoperabel
(stage IIIB & IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi dengan radioterapi, secara
konkuren, sekuensial atau alternating kemoradioterapi.
3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.
4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan beberapa kasus
stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini kemoterapi merupakan bagian
terapi multimodaliti.
Regimen yang biasanya digunakan sebagai modalitas kemoterapi adalah :
1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:
1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat
antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.
2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g%
tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia.
3. Granulosit > 1500/mm3
4. Trombosit > 100.000/mm3
17
18
L. Pencegahan
Cara utama untuk seseorang mengurangi terkena kanker paru adalah berhenti
merokok. Seorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah
dapat menurunkan risiko 30-50 persen untuk terkena kanker paru. Penelitian tentang
rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenis bahan yang dikandung asap rokok bersifat
karsinogenik. Secara epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara kebiasaan merokok
dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkal lagi menghindarkan asap rokok
adalah kunci keberhasilan pencegahan yang dapat dilakukan. Keterkaitan rokok dengan
kasus kanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang perempuan perokok pasif
akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada mereka yang tidak terpajan kepada asap
rokok. Dengan dasar penemuan di atas adalah wajar bahwa pencegahan utama kanker paru
berupa upaya memberantas kebiasaan merokok. Menghentikan seorang perokok aktif
adalah sekaligus menyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif(6).
Usaha pencegahan kanker lainnya adalah denga menjaga daya tahan tubuh melalui
Pola Hidup Sehat, yaitu(7) :
- Pola makan yang teratur dan diet yang sehat
- Menghindari pajanan zat-zat yang karsinogenik seperti asap rokok, asbes, arsenik,
kromium nikel, hidrokarbon aromatik, dan eter
- Olah raga secara teratur
- Hindari gaya hidup yang merusak kesehatan, seperti minuman keras, merokok, makan
makanan yang mengandung pengawet dan berlemak.
- Isilah waktu dengan kegiatan yang berguna dan menyenangkan, sehingga hidup menjadi
bebas stress
M. Komplikasi
Kanker paru dapat menyebabkan komplikasi ke saluran pernafasan atau masalah jantung
seperti:
- Efusi pleura.
- Hemoptysis masif
19
N. Prognosis
Prognosis penyakit buruk bukan hanya karena keterlambatan diagnosis tetapi juga
akibat respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang ada.. Angka
tahan hidup 1 tahun 2347 penderita kanker paru yang diteliti oleh National Cancer
Institute pada tahun 1983-1998, dihitung dengan life table method hanya 41,8% dan angka
tahan hidup 5 tahun 12,0 %. Berbagai data memperlihatkan bahwa hal itu berkaitan
dengan stage penyakit pada saat ditemukan(7).
- Ad Vitam
: Dubia Ad Malam
- Ad Functionam
: Dubia Ad Malam
- Ad Sanationam
: Dubia Ad Malam
20
BAB III
KESIMPULAN
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan
dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan
ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru
dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli
bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan
penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis
pasti.
Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan
penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh
kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat
menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya
respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus
penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti
belum dapat ditegakkan(7).
21
DAFTAR PUSTAKA
1.
at:
http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/kankerparu.pdf.
3.
Kemoterapi
Kanker
Paru.
Available
at:
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Kemoterapi%20paru%20last
%20check10.pdf. Accessed on October 1st, 2012.
4.
5.
6.
Greene FL, Page DL, Fleming ID, Fritz AG, Balch CM, Haller DG, et
al. Cancer Survival Analysis. In : AJJ Cancer Staging handbook. 6th ed, Springer, New
York, 2002, p. 15-25
7.
Lembar
Informasi
Kanker
Paru.
Available
at:
http://www.roche.co.id/fmfiles/re7175008/Indonesian/media/lembar.informasi/Onkolo
gi/LC/Lembar.Informasi.Kanker.Paru.pdf. Accessed on October 1st, 2012.
22