Jtptunimus GDL Tikalutfia 6702 2 Babii
Jtptunimus GDL Tikalutfia 6702 2 Babii
TINJAUAN TEORI
B. Etiologi
Menurut Sylvia Anderson (2006) klasifikasi penyebab gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut :
1. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati
Pielonefritis kronik adalah infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat
terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada penderita
batu. Gejalagejala umum seperti demam, menggigil, nyeri pinggang,
dan disuria. Atau memperlihatkan gambaran mirip dengan pielonefritis
akut, tetapi juga menimbulkan hipertensi dan gagal ginjal (Elizabeth,
2000).
2. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara
mendadak. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat peradangan
komplek antigen dan antibodi di kapiler kapiler glomerulus. Komplek
10
lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri. Kedua ginjal dilapisi oleh
lemak yang bergumna untuk meredam guncangan. Ginjal merupakan
bagian dari sistem saluran kencing (urinary system) yang ada dalam
tubuh kita.
Gambar anatomi ginjal dapat dilihat dalam gambar. 2
11
12
bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulustubulus pengumpul yang mengalir ke duktus pengumpul. Sedangkan ciriciri medulla berwarna coklat agak terang, tersusun atas tubulus renalis,
mengandung massa triangular yang disebut piramida ginjal yang setiap
ujung sempitnya papilla masuk ke dalam kaliks minor dan ditembus
duktus pengumpul urin. Setiap ginjal orang dewasa memiliki sekitar satu
juta unit nefron sebagai unit pembentuk urin. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan
cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang
masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Setiap nefron tersusun oleh badan malphigi dan saluran panjang (tubulus)
yang bergulung. Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang
menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula
Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomelurus).
Badan malphigi ini tersusun atas glomerulus dan kapsula Bowman
membentuk korpuskulum renalis. Glomerulus merupakan anyaman
pembuluh darah kapiler sebagai lanjutan pembuluh darah arteri ginjal.
Kapsula Bowman berbentuk seperti mangkuk, yang di dalamnya
berkumpul gelungan pembuluh darah kapiler yang halus. Tubulus
merupakan saluran lanjutan dari kapsula Bowman. Saluran panjang yang
melingkar-lingkar letaknya bersebelahan dengan glomerulus. Tubulus
proksimal adalah saluran yang dekat dengan badan malphigi, sangat
berliku dan panjangnya sekitar 15 mm. Sedangkan yang jauh dari badan
13
2)
14
3)
4)
2)
3)
4)
Degradasi insulin.
5)
Menghasilkan prostaglandin.
15
dari darah, sedangkan molekul berukuran lebih besar (protein dan sel
darah merah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh karena itu komposisi
cairan filtrat yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan yang ada di
dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel
darah.
Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu
disebut sebagai rerata filtrasi glomerulus atau glomerular filtration
(GFR). Selanjutnya, cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa
elektrolit akan mengalami sekresi di tubulus ginjal, yang kemudian
menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui duktus kolegentes.
Cairan urine tersbut disalurkan ke dalam sistem kalises hingga pelvis
ginjal (Basuki, 2011).
D. Patofisiologi
Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam,
dan penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian
ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron
sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkat kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya serta mengalami
hipertrofi. Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron
yang tersisa menghadapi tugas yang semkain berat, sehingga nefron-nefron
tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagaian dari siklus kematian ini
16
17
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik menurut Baughman (2000) dapat dilihat dari
berbagai fungsi sistem tubuh yaitu :
1.
2.
3.
18
19
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk mengatasi penyakit gagal ginjal kronik menurut
Corwin (2001) adalah:
1. Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan
penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih
lanjut,
terutama
dengan
restriksi
protein
dan
obat-obat
antihipertensi.
2. Pada
gagal
ginjal,
terapi
ditujukan
untuk
mengoreksi
transplantasi ginjal.
4. Pada semua stadium, pencegahan infeksi perlu dilakukan.
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik menurut FKUI (2006) meliputi :
1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
3. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
H. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut OCallaghan (2006) yaitu:
1. Komplikasi Hematologis
20
gagal
filtrasi,
namun
kehilangan
fungsi
tubulus,
sehingga
21
22
kehilangan kesadaran, dan bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi
neurologis
(mencakup
tremor,
asteriksis,
agitasi,
meningismus,
23
I. Asuhan Keperawatan
Fokus Pengkajian
Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita
gagal ginjal kronik menurut Doeges (2000), dan Smeltzer dan Bare (2002) ada
berbagai macam, meliputi :
a.
Demografi
Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk
gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis
kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.
b.
infeksi
saluran
kemih,
penyakit
peradangan,
vaskuler
24
c.
d.
Pemeliharaan kesehatan
Personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi makanan
tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum
suplemen, kontrol tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada
penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
2)
3)
Pola eliminasi
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut),
abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
4)
5)
25
6)
penurunan
lapang
perhatian,
ketidakmampuan
8)
e.
Pengkajian Fisik
1)
2)
3)
26
4)
5)
Kepala
a) Mata:
konjungtiva
anemis,
mata
merah,
berair,
7)
8)
9)
10)
11)
27
f.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges
(2000) adalah :
1) Urine
a) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau
urine tidak ada (anuria).
b) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan
oleh pus, bakteri, lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
c) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat)
d) Klirens kreatinin, mungkin menurun
e) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak
mampu mereabsobsi natrium.
f)
2) Darah
a) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb
biasanya kurang dari 7-8 gr
b) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti
azotemia.
c) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2)
terjadi
karena
kehilangan
kemampuan
ginjal
untuk
28
Kalsium menurun
ginjal:
mengkaji
sirkulasi
ginjal
dan
29
Endoskopi
ginjal
dan
nefroskopi:
dilakukan
untuk
j)
30
J. PATHWAYS KEPERAWATAN
Vaskuler
Infeksi
Zat toksik
Arterio sklerosis
Tertimbun ginjal
Retensi urine
Vaskulerisasi Ginjal
GFR turun
iskemia
Peningkatan tekanan
CKD
Gg. Fungsi renal
nekrosis
hiperkalemia
Produksi Hb turun
oksihemoglobin turun
Gg. Penghantaran
kelistrikan jantung
Edema
disritmia
Intoleransi
aktivitas
Kelebihan
volume cairan
Peningkatan preload
CES meningkat
Perub. warna
kulit
Gg. Integritas
kulit
kompresi
Sindrom uremia
P
Pruritus
nefron
HCO3asidosis
Mual, muntah
Hiperventilasi
Resiko gangguan
nutrisi
Gg.
Perfusi
jaringan
Edema paru
Gg. Pertukaran
gas
Penurunan COP
31
Syncope
(kehilangan
kesadaran)
Suplai O2 ke
otak turun
Suplai O2
jaringan
turun
Nyeri sendi
Anaerob
Intoleransi
aktivitas
Sumber : Suzanne & Brenda,
31 2002. Doenges,
2000. Carpenito, 2007
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut
Doeges (2000), dan Smeltzer dan Bare (2002) adalah :
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan
penurunan membrane mukosa mulut.
c) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler
sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi
toksik, kalsifikasi jaringan lunak.
d) Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis seperti
akumulasi toksin (urea, amonia)
e) Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik
dalam kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan status metabolik.
f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
g) Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit gagal
ginjal kronik berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi dan kurangnya informasi.
32
33
34
makanan
yang menimbulkan
nafsu
makan
dalam
pembatasan diet
c. Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan
tidak menimbulkan rasa kenyang
d. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatsan diet dan
hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea
e. Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima
f. Melaporkan peningkatan nafsu makan
g. Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan
yang cepat
h. Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin
plasma dapat diterima
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi
1) perubahan berat badan
2) pengukuran antropometrik
35
36
yang
diperlukan
untuk
pertumbuhan
dan
penyembuhan.
f. Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium,
diantara waktu makan.
Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
g. Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera diberikan
sebelum makan.
Rasional : Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia
dan rasa kenyang.
h. Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit
ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara
diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.
i. Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan secara tertulis dan anjurkan
untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium atau kalium.
Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap
pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien dan
keluarga yang dapat digunakan dirumah.
37
gangguan
(ketidakseimbangan
frekuensi,
elektrolit,
irama,
hipoksia),
konduksi
akumulasi
jantung
toksik(urea),
38
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
klien
dapat
39
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi disorientasi terhadap orang, tempat dan waktu
b. Tidak mengalami gangguan kemampuan dalam mengambil keputusan
c. Tidak terjadi perubahan perilaku misalnya peka, menarik diri, depresi
ataupun psikosis
d. Tidak terjadi gangguan lapang perhatian misalnya, penurunan
kemampuan untuk mengemukakan pendapat
e. Nilai laboratorium dalam batas normal (ureum) 15-39 mg/dl,
kreatinin0,6-1,3 mg/dl)
Intervensi :
a. Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori dan orientasi
serta perhatikan lapang pandang.
Rasional
Memberikan
perbandingan
untuk
mengevaluasi
40
Rasional
Perbaikan
peningkatan
atau
keseimbangan
dapat
41
42
Anemia
2)
3)
4)
Depresi
tentang
kondisi
atau
proses
penyakit
dan
43
pengobatan.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan.
c. Menunjukkan ekspresi rileks dan tidak cemas.
Intervensi :
1) Diskusikan tentang manifestasi klinik yang mungkin muncul pada
klien dan cara perawatannya.
Rasional : Mengurangi kecemasan klien dan membeikan pemahaman
dalam perawatannya
2) Kaji ulang tentang tindakan untuk mencegah perdarahan dan
informasikan pada klien misalnya penggunaan sikat gigi yang halus,
memakai alas kaki atau sandal jika berjalan-jalan, menghindari
konstipasi, olah raga atau aktivitas yang berlebihan.
Rasional : Menurunkan resiko cedera sehubungan dengan perubahan
faktor pembekuan atau penurunan jumlah trombosit.
3) Kaji ulang pembatasan diet, termasuk fosfat (contoh : produk susu,
unggas, jagung, kacang) dan magnesium (contoh : produk gandum,
polong-polongan).
Rasional : Pembatasan fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk
pergeseran kalsium dari tulang (osteodistrofi ginjal) dan
akumulasi magnesium dapat mengganggu fungsi neurologis
dan mental.
44
45