1. Konsep Penyakit
1.1 Anatomi Fisiologi
1.1.1 Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip
kacang. Sebagai bagian dari sistem urine, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama
dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang mempelajari
ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi
Ginjal berjumlah 2 buah, berat + 150 gr (125 – 170 gr pada Laki-laki, 115
– 155 gr pada perempuan); panjang 5 – 7,5 cm; tebal 2,5 – 3
cm.Letakretroperitoneal sebelah dorsal cavum abdominale, ginjal kiri
bagian atas V.Lumbal I, bagian bawah V.Lumbal IV pada posisi berdiri
letak ginjal kanan lebih rendah.
Ginjal mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Mengatur volume cairan dalam tubuh
2. Mengatur Keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion
3. Mengatur keseimbangan Asam basa dalm tubuh
4. Ekskresi sisa sisa hasil metabolisme
5. Fungsi hormonal dan metabolisme
6. Pengatur tekanan darah
7. Pengeluaran zat beracun
1.1 Definisi
Gagal ginjal akut merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan
mendadak (dalam beberapa jam bahkan beberapa hari) laju filtrasi glomerolus
(LFG), disertai akumulasi nitrogen sisa metabolisme (ureum dan kreatinin)
(Sarwono, 2001).
Gagal ginjal akut (acute renal failure, ARF) merupakan suatu sindrom klinis yang
ditandai dengan fungsi ginjal yang menurun secara cepat (biasanya
hitungan dalam beberapa hari) yang menyebabkan azotemia yang
berkembang cepat. Laju filtrasi glomerolus (LFG) yang menurun dengan
cepat menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat sebanyak 0,5 mg/ dl/
hari dan kadar nitrogen urea darah sebanyak 10 mg/ dl/ hari dalam beberapa hari
(Medicastore, 2008).
1.2 Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
1.2.1 Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status
penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi
jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau syok kardiogenik)
1.2.2 Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, dan infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan
nekrosis tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Cedera
akibat terbakar dan benturan menyebabkan pembebasan hemoglobin
dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot ketika cedera), sehingga
terjadi toksik renal, iskemik atau keduanya. Reaksi tranfusi yang parah juga
menyebabkan gagal intrarenal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme
hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal
menjadi faktor pencetus terbentuknya hemoglobin. Penyebab lain adalah
pemakaian obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada
pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara
normal melindungi aliran darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.
1.2.3 Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal
meningkat, akhirnya laju nfiltrasi glomerulus meningkat. Meskipun
patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria belum diketahui, namun
terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab. Beberapa faktor
mungkin reversible jika diidentifikasi dan ditangani secara tepat
sebelum fungsi ginjal terganggu.
Beberapa kondisi yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal:
1. Hipovolemia
2. Hipotensi
3. Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif
4. Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah
5. Obstrusi vena atau arteri bilateral ginjal. ( Sarwono, 2001).
1.5 Komplikasi
Infeksi : pneumonia, septikemia, infeksi nosokomial.
1.5.1 Gangguan elektrolit : uremia, hiperkalemia, hiponatremia, asidosis metabolik.
1.5.2 Neurologi : kejang uremik, flap, tremor, koma, iritabilitas neuromuskular,
gangguan kesadaran.
1.5.3 Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum, perdarahan GIT.
1.5.4 Hematologi : hipertensi, anemia, diatesishemoragik.
1.5.5 Jantung : Payah jantung, edema paru, aritmia, efusi perikardium.
(Sarwono, 2001)
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki
abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
1.7.2 Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal
akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI :
5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat
[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
1.7.3 Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,
tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral
dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan
digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
2. Rencana Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
Data dasar Pengkajian
2.1.1 Keadaan umum :
2.1.2 Identitas : nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
2.1.3 Riwayat Kesehatan :
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada
malam hari, kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya
GGA serta kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik
dengan pengunan berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras
radiografik. Kondisi yang terjadi bersamaan : tumor sal kemih; sepsis
gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal jantung/hati.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius
atau yang lainnya.
2.1.4 Pola kebutuhan
a) Aktifitas dan istirahat :
Gejala : Kelitihan kelemahan malaese
Tanda : Kelemahan otot dan kehilangan tonus.
b) Sirkulasi.
Tanda :
1) Hipotensi/hipertensi (termasuk hipertensi maligna,eklampsia,
hipertensi akibat kehamilan).Disritmia jantung.
2) Nadi lemah/halus hipotensi ortostatik(hipovalemia).
3) DVI, nadi kuat,Hipervolemia).
4) Edema jaringan umum (termasuk area periorbital mata kaki
sakrum).
5) Pucat, kecenderungan perdarahan.
c) Eliminasi
Gejala :
1) Perubahan pola berkemih, peningkatan frekuensi,poliuria
(kegagalan dini), atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir)
Disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi (inflamasi/obstruksi,
infeksi).
2) Abdomen kembung diare atau konstipasi
3) Riwayat HPB, batu/kalkuli
Tanda :
1) Perubahan warna urine contoh kuning pekat,merah, coklat, berawan.
2) Oliguri (biasanya 12-21 hari) poliuri (2-6 liter/hari).
d) Makanan/Cairan
Gejala :
1) Peningkatan berat badan (edema) ,penurunan berat badan
(dehidrasi)
2) Mual , muntah, anoreksia, nyeri uluhati
3) Penggunaan diuretik
Tanda :
1) Perubahan turgor kulit/kelembaban.
2) Edema (Umum, bagian bawah).
e) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala penglihatan kabur dan Kram otot/kejang, sindrom
“kaki Gelisah”.
Tanda :
Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia, ketidak seimbangan elektrolit/ asama basa,
kemudian Kejang, faskikulasi otot, aktifitas kejang.
f) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri tubuh , sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distrkasi, gelisah.
g) Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda :
Takipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, kusmaul, nafas amonia,
batuk produktif dengan sputum kental merah muda( edema paru ).
h) Keamanan
Gejala : adanya reaksi transfusi
Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus,
kulit kering.
i) Penyuluhan/Pembelajaran:
Gejala :
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius,
malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat
nefrotik penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn,
B,anestetik vasodilator, Tes diagnostik dengan media kontras
radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan tumor di saluran
perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan , perdarahan,
cedra listrik, autoimunDM, gagal jantung/hati.
2.3 Perencanaan
Rencana Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Gunakan pendekatan
keperawatan 1x24 jam diharapkan yang menenangkan
tidak ada tanda-tanda kecemasan. 2. Jelaskan semua prosedur
Kriteria hasil : pengobatan dan apa yang
1. Klien mampu dirasakan selama
mengidentifikasi dan prosedur pengobatan
mengungkapkan gejala 3. Pahami prespektif pasien
cemas. terhadap situasi stres
2. Mengidentifikasi, 4. Lakukan back / neck rub
mengungkapkan dan 5. Bantu pasien mengenal
menunjukkan tehnik untuk situasi yang
mengontol cemas. menimbulkan kecemasan
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, 6. Instruksikan pasien
bahasa tubuh dan tingkat menggunakan teknik
aktivfitas menunjukkan relaksasi
berkurangnya kecemasan.
2 Kelebihan volume cairan b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake
perubahan mekanisme keperawatan 1x24 jam diharapkan dan output yang akurat
regulasi, edema. tidak ada tanda-tanda kelebihan 2. Pasang urin kateter jika
volume cairan. diperlukan
Kriteria hasil : 3. Monitor hasil lab yang
1. Terbebas dari edema, efusi, sesuai dengan retensi
anaskara cairan (BUN ,Hmt ,
2. Bunyi nafas bersih, tidak ada osmolalitas urin )
dyspneu/ortopneu 4. Monitor vital sign
3. Terbebas dari distensi vena 5. Monitor indikasi retensi
jugularis, /kelebihan cairan (cracles,
4. Memelihara tekanan vena CVP ,edema, distensi vena
sentral, tekanan kapiler paru, leher,asites)
output jantung dan vital sign 6. Kaji lokasi dan luas edema
DBN 7. Monitor masukan makanan
5. Terbebas dari kelelahan, /cairan
kecemasan atau bingung 8. Monitor status nutrisi
9. Berikan diuretik sesuai
interuksi
10. Kolaborasi pemberian
obat:
11. Monitor berat badan
12. Monitor elektrolit
13. Monitor tanda dan gejala
dari odema
Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas
yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
5. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Cardiac Care
keperawatan 1x24 jam diharapkan 1. Evaluasi adanya nyeri
tidak ada tanda-tanda penurunan dada ( intensitas, lokasi,
curah jantung. durasi)
Kriteria hasil : 2. Catat adanya disritmia
1. Tanda Vital dalam rentang jantung
normal (Tekanan darah, Nadi, 3. Catat adanya tanda dan
respirasi) gejala penurunan cardiac
2. Dapat mentoleransi aktivitas, output
tidak ada kelelahan 4. Monitor status
3. Tidak ada edema paru, perifer, kardiovaskuler
dan tidak ada asites 5. Monitor status pernafasan
4. Tidak ada penurunan kesadaran yang menandakan gagal
jantung
6. Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan
perfusi
7. Monitor balance cairan
8. Monitor adanya perubahan
tekanan darah
9. Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
10. Atur periode latihan dan
istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas
pasien
12. Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
13. Anjurkan untuk
menurunkan stress
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake
nutrisi
14. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
15. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Daftar Pustaka
Arief Mansjoer, 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Publishing. Jakarta
Corwin Elizabeth J. 2009. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi
Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC,.
Docterman dan Bullechek. 2004. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press,
Guyton, Arthur C, 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta:
EGC,
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2004. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press,
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:
EGC,
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC,
http://documents.tips/documents/laporan-pendahuluan-gagal-ginjal-akut.html#
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap