Anda di halaman 1dari 12

A. Catatan Ringkas Seorang Pendiri Lpp.

Darunnaim Pontianak Kalimantan


Barat: Al Habib Muhammad Ridho Bin Yahya: Mengabdi Untuk Pendidikan
Umat

Abah-700Berawal dari nasihat ibunda,


Syarifah Nur binti Muhammad binti Syekh
Bafaqih, yang berpesan kepada Al Habib
Muhammad Ridho untuk mengabdikan dirinya di
dunia pendidikan. Maka, sedari kecil ia mulai
bersekolah di sebuah sekolah Belanda dan di sore
harinya ia belajar di sekolah Arab. Belajar di dua
tempat berbeda dalam satu hari tentu tidak mudah
dan membutuhkan semangat belajar yang sangat
tinggi, mengingat dirinya masih kecil saat itu.
Sayangnya hal tersebut hanya berlangsung beberapa tahun. Masuknya Jepang
menjajah Indonesia membuat beliau terpaksa pindah sekolah. Ia meneruskan
pendidikannya di sekolah agama. Ketika menapaki tingkat sekolah lanjutan atas,
beliau memutuskan untuk masuk aliyah. Sejak duduk di bangku aliyah beliau sudah
mulai mandiri dengan mengajar di Ar-Rabithah, Solo.
Mengajar saat belajar bukan alasan untuk membuatnya tak cemerlang dalam
pendidikannya. Beliau berhasil lulus dari Aliyah dengan nilai memuaskan dan
meneruskan ke Universitas Gajah Mada di tahun 1953. Namun, karena lebih berminat
pada dunia pendidikan, beliau hanya bertahan selama dua tahun di UGM. Beliau
memutuskan untuk pindah dan menuntut ilmu di sebuah perguruan tinggi di Solo
untuk mengejar gelar sarjana muda dalam bidang pedagogik.
Mencoba menghidupi diri sendiri sejak Aliyah dengan mengajar adalah cermin
bahwa dirinya memiliki semangat tinggi dalam berbakti di dunia pendidikan. Selain
itu juga bukti bahwa ia menuruti apa yang diperintahkan oleh orangtuanya.
Namun dalam hidup cobaan selalu ada, ketika Habib Ridho mulai mencoba
untuk berdagang, misalnya, hampir bisa dikatakan bahwa beliau tak pernah
menggapai sukses, bahkan sampai saat ini. Berbagai dagangan ia coba, mulai dari
baju hingga makanan, tapi laba tak kunjung datang.
Kemudian ia teringat pesan Ibunda, yang mengarahkannya untuk mengabdi di
dunia pendidikan. Maka, setelah lulus, selain mengajar beliau juga mulai berdakwah
ke masjid-masjid.

Untuk mengembangkan ilmunya dalam berdakwah, beliau memutuskan hijrah


ke kota Pontianak. Sebenarnya Pontianak bukanlah tujuan sebenarnya, karena ia
ditawari menjadi imam besar di Kucing, Malaysia. beliau layak mendapat tawaran itu,
mengingat kapasitas keilmuan beliau, ditambah lagi beliau mampu berbahasa Inggris,
Arab, dan juga Belanda.
Tak lama beliau berada di Pontianak, kemudian beliau hijrah untuk berdakwah
ke negeri seberang tersebut. Saya ke sana bukan berarti menerima tawaran menjadi
imam besar di sana, ucapnya. Tak lain tujuan beliau ke Malaysia adalah untuk
merasakan atmosfer dakwah di sana.
Sesampainya di Malaysia, fasilitas mewah menyambut beliau. Mulai dari
tempat tinggal hingga mobil yang siap mengantarnya ke tempat tujuan untuknya dan
untuk keluarganya. Habib Ridho diajak berkeliling untuk berdakwah di beberapa
tempat di Malaysia, seperti Kuala Lumpur dan Johor,beliau juga sempat bertemu
mufti Serawak.
Setelah empat puluh lima hari berdakwah di Malaysia, beliau memutuskan
untuk kembali ke Pekalongan, guna berunding dengan keluarga, keputusan apa yang
nantinya harus diambilnya. Sebelum ke Pekalongan, entah apa yang membuat beliau
kembali singgah sejenak di Pontianak, kota yang juga dikenal dengan nama Khun
Tien oleh etnis Tionghoa di sana.
Selain kepada keluarga, Habib Ridho juga menceritakan kebimbangannya
dalam mengambil keputusan kepada salah seorang gurunya, yaitu Habib Sholeh AlHaddad, yang meskipun tak mampu melihat ia adalah seorang hafizh atau penghafal
Al-Quran. Mendengar kebimbangan tersebut, Habib Sholeh memberikan jawaban
singkat namun menenangkan hati, Kamu lebih baik tinggal di Pontianak, dan dirikan
pesantren. Lebih baik tinggal di Pontianak. Di sana masih kurang pendakwah. Saya
melihat, kamu sangat potensial.
Berbekal ucapan Habib Sholeh tersebut, beliau kembali merundingkannya
dengan keluarga. Rupanya keluarganya senada dengan Habib Soleh. Mereka lebih
memilih untuk tinggal di Pontianak. Memakmurkan negeri sendiri dengan ilmu.
Mendengar hal tersebut, Habib Ridho merasa lega, orang-orang yang dia cintai yang
selalu berada di sekitarnya tidak silau akan harta dunia semata. Padahal, jika memilih
Kuching, Malaysia, tentu lebih menggiurkan secara ekonomi. Tapi bukan itu yang
dicari olehnya dan juga keluarganya.
Begitu menetap di Pontianak, beliau membuka pesantren sesuai pesan Habib
Sholeh. Namun bukan pesantren miliknya semata, melainkan pesantren yang
didirikan oleh beberapa orang, termasuk diri beliau. Pesantren As-Salam, begitu
namanya.
Pesantren yang didirikan bukan oleh satu orang tentu akan menimbulkan
banyak ide dan pemikiran, yang terkadang bersinggungan dengan berbagai
kepentingan yang lain. Maka, agar bisa lebih fokus dengan ide-idenya sendiri, beliau

pun membangun pesantren sendiri. Pesantren tersebut ia beri nama Pesantren


Darunnaim.
Alasan lain pendirian pesantren ini adalah demi mempersatukan umat Islam, tanpa
memandang ras atau etnik. Sebagaimana diketahui, saat itu terjadi pergesekan antara
ras di Pontianak.
Gayung bersambut, langkah beliau mendirikan pesantren dengan niat mulia
tersebut mendapat sambutan positif dari pemerintah setempat, bahkan juga B.J.
Habibie, yang menjabat presiden kala itu. Saya sempat bertemu dengan beliau (B.J.
Habibie) dan menyampaikan niat mendirikan pesantren dengan tujuan tersebut. Beliau
menyambutnya dengan sangat baik, kata Habib Ridho.
Meski mendapat sambutan sangat baik dari berbagai pihak, itu semua tak
membuat beliau serta merta mendapatkan kelancaran. Di tahun pertama pembukaan,
hanya ada enam santri. Habib Ridho tak patah arang,beliau beberapa kali meminta
masukan ke Habib Salim Asy-Syathiri.
Alhamdulillah, kini Pesantren Darunnaim bisa dibilang cukup maju.
Santrinya pun sudah lebih dari 300 orang. Dalam pelajaran bahasa, selain diajarkan
bahasa Arab dan Inggris, di pesantren tersebut juga diajarkan bahasa Mandarin,
mengingat banyaknya etnis Tionghoa di Kota Pontianak tersebut.
Habib Ridho juga menerapkan sistem pesantren yang disebutnya salafi
modern. Beliau menyebut demikian karena pengajarannya tetap menggunakan kitabkitab para salaf. Santri yang belajar di tempat ini juga diharuskan memakai gamis dan
imamah. Pesantren ini pun tak jarang dikunjungi tokoh ulama termasyhur, Habib
Umar Bin Hafidz misalnya.
Kini bukan hanya pesantren yang berdiri di area tersebut, tapi juga ada masjid
megah yang tak kalah dengan masjid agung di Pontianak. Ada pula paviliun yang
fasilitasnya setara dengan hotel berbintang yang diperuntukkan bagi para tamu guna
beristirahat.
Selain mengurus pesantren, Habib Ridho juga membuka majelis, yang terbuka
untuk umum. Pengikut majelisnya bertambah banyak. Bahkan tak jarang ada yang
masuk Islam seusai dirinya memberikan pelajaran dan mauizhah hasanah di majleis
itu.
Saya lebih suka mengajar di majelis, karena membuka kitab menerangkan
apa yang di dalam kitab sehingga meminimalisasi kesalahan, dibandingkan dakwah
atau ceramah. Saya juga takut riya. Meski dakwah atau ceramah itu juga dibutuhkan
dalam menyampaikan sesuatu, ujar beliau.
Habib Ridho tak sendirian dalam mencapai hasil yang diperolehnya saat ini.
Tentu semua itu tak lepas dari tuntunan dan doa para guru, yang telah membentuknya
menjadi pribadi seperti sekarang. Seperti Ustadz Abdullah bin Hamid Al-Hinduan,
Habib Soleh bin Alwi, Ustadz Awab Ba Mifta. Juga selalu ada murid-muridnya yang

kini telah menjadi orang terkenal. Sebut saja misalnya Muhammad Assegaf,
pengacara ternama, Thoha bin Abdillah, tokoh yang telah malang-melintang di dunia
politik, Husein Ibrahim, purnawirawan laksamana muda, juga Salim Segaf Al-Jufri,
menteri sosial.
Habib Ridho benar-benar menghabiskan waktu dan tenaga beliau untuk
berbakti di bidang pendidikan. Di usia beliau yang lebih dari 84 tahun, beliau
berpesan untuk semua, Melakukan sesuatu apa pun itu haruslah ikhlas karena Allah.
B. Sejarah Singkat
Pondok Pesantren Darunnaim dirintis oleh Al Allamah Al Habib
Sy.Muhammad Ridho Yahya sejak tahun 2002. Dengan partisipasi, sumbang saran
dan bantuan dari semua kalangan (Pemerintah, Habaib, Ulama, Para Murid Kaum
Muslimin dan lain-lain) maka pada tahun 2005 diresmikanlah Pondok Pesantren
Darunnaim. Pondok Pesantren Darunnaim Pontianak Sejak awal pendiriannya
diniatkan sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang diformat dengan tujuan:
Mencetak generasi qurani yang berkepribadian utuh dan unggul dalam ilmu dan
amal.
Mendidik generasi islam yang memiliki komitmen ke islaman yang tinggi
dengan ciri, beraqidah lurus, beribadah benar dan berakhlak mulia .
Melahirkan dai yang tangguh dan mampu menciptakan kreatifitas berdawah dalam
mensyiarkan agama kepada ummat.
Untuk mewujudkan tujuan-tujuan diatas, Pondok Pesantren Darunnaim
menerapkan konsep pendidikan islam dengan memadukan kurikulum pendidikan
Nasional dengan KTSP nya dan materi-materinya yang berbasis syariah islam.
Sedangkan proses kegiatan belajar sehari-hari dijalan dengan pola kepengasuhan
berdasarkan prinsip Mengasuh Dengan Hati Keteladanan.
Menapaki tahun ke 7 Pondok Pesantren Darunnaim melangkah lebih maju,
dengan segenap kemampuan dan usaha merintis dan mendirikan Madrasah formal
dibawah naungan Kementerian Agama yakni MTS dan MA Darunnaim. Sarana dan
prasarana yang memadai, SDM yang Profesional penuh dedikasi, kurikulum yang
terintegrasi dan proses pembelajaran yang berkualitas terus diupayakan, ini semua
dilakukan untuk menjadikan Pondok Pesantren Darunnaim sebagai Lembaga
Pendidikan Islam yang modern dan berkualitas tinggi, mampu mencetak generasi
Rabbani yang unggul dalam Ilmu, Amal, Akhlak dan dapat berkontribusi dalam
menjayakan Islam dan memajukan bangsa.
C. Visi Misi dan Tujuan
Visi :
Pesantren sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan agama,
keterampilan, menjadikan santri berakhlak mulia, memiliki kemampuan di bidang
agama sehingga menjadi tauladan bagi kehidupan bermasyarakat.
Misi :
Melaksanakan pendidikan Pondok Pesantren yang selalu berorientasi pada
mutu secara keilmuan maupun secara agama sehingga mampu menyiapkan sumber

daya insani yang berkualitas di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta di bidang
iman dan taqwa.
Tujuan :
Memberikan bekal kepada santri pengetahuan umum, agama dan keterampilan
dasar yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa serta dapat menyiapkan untuk
jenjang pendidikan agama selanjutnya.
D. Pengelola dan Pendidik
Pondok Pesantren Darunnaim Putra dibawah bimbingan langsung oleh Al
Habib Sy. Akhmad Zaki Yahya, Lc yang telah berhasil menyelesaikan study nya di
Universitas Al Azhar Mesir Cairo, dengan mengambil Konsentrasi pada Fakultas
Usuluddin dengan Jurusan Aqidah dan Filsafat dan didukung oleh SDM yang
berkompeten lulusan dari berbagai Lembaga Pendidikan dalam dan luar negeri.
Sedangkan Pondok Pesantren Darunnaim Putri dibimbing langsung oleh Al Habib
Abdullah Asseghaf yang tidak lain adalah menantu dari Al Allamah Al Habib H. Sy.
Mohammad Ridho Yahya, yang juga seorang alumnus Pondok Pesantren Darullughah
Waddakwah Dengan komitmen yang kuat, ketulusan dalam mengasuh dan mendidik,
insya allah mampu mengantarkan santri tumbuh dan berkembang secara optimal.
Keunggulan
Menerapkan KTSP Standar Nasional Berbasis Syariah
Bimbingan belajar, Remidial Teaching & Clinical Teacing
Bimbingan belajar fokus pencapaian SKL
KBM Bilingual Languange (Arab dan Inggris)
Halaqoh Tahfidz (hafalan Quran)
Mentoring fiqih dan ibadah aplikatif
Pembelajaran berbasis IT (laboratorium Komputer)

Kompetensi Santri
Memiliki karakter lurus dan kuat (akhlak qurani)
Mampu memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam secara baik dan benar.
Hafal al quran dengan mutqan
Memiliki prestasi akademik standar Nasional

Terampil berbahasa arab dan inggris


Tumbuh dan berkembang sesuai potensi, minat dan bakat santri.

E. Fasilitas

Sekretariat
Masjid

Lapangan Futsal

Maket Pondok Pesantren

Ruang Belajar

Gedung Pondok Pesantren Tampak Depan

Kamar Mandi Santri

Tempat Wudhu Santri Putra

Tampak Luar

Masjid

Bagian dalam Masjid

Ambulance

Kamar Santri

Perlengkapan Marawis

Lapangan Olahraga

Asrama dan Ruang Belajar

Tempat Wudhu Santri Putri

Rumah Ustad
F. Aktivitas kegiatan
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan Formal
Taman Kanak-Kanak
Madrasah Ibdaiyah
Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Aliyah

Jumlah murid seluruhnya 726 (tujuh ratus dua puluh enam) orang. Santri yang
mukim hanya untuk tingkat Madarsah Tsanawiyah dan Aliyah sedangkan untuk
Taman Kanak-kanak dan Madrasah Ibdaiyah tidak mukim.
Pendidikan Non Formal
Kitab Salaf
Al Quran
Bahasa Arab dan Inggris
Madrasah Takhasus
Thariqah Qadriyah Naksabandiyah dan Alawiyah
Majlis Talim
Jumlah jamaah untuk majlis talim khusus dalam kota yang aktif berjumlah
500 (Lima Ratus) orang sedangkan untuk luar kota berjumlah 3.000 orang.Selain itu
juga ada simpatisan yang selalu menghadiri pengajian-pengajian akbar yang
dilaksanakan dilingkungan pondok pesantren berjumlah +3500 (tiga ribu lima ratus)
orang.
Ekstra Kurikuler
Seni Baca Al Quran
Kaligrafi
Burdah
Maulid Habsyi
Pencak Silat
Latihan Keterampilan
Komputer
Bahasa
Lingkungan Hidup
Dawah.

Anda mungkin juga menyukai