Anda di halaman 1dari 9

CARA MENYUSUN KONTRAK KONTRUKSI

I. PENDAHULUAN
Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak untuk
mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama adalah kontrak. Dalam proyek
konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara
pihak yang telah sepakat untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu
adalah dasar-dasar pengertian kontrak serta konsep kontrak kostruksi.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan industri jasa
konstruksi ( UU No. 18/1999, PP No. 28/2000, PP No. 29/2000, dan PP No. 30/2000 ) maka
mulai saat berlakunya peraturan perundang-undangan tersebut, penyusunan kontrak konstruksi
kita harus menggunakannya sebagai acuan/rujukan yang baku.
II. PENGERTIAN/BATASAN
1. Kontrak Konstruksi adalah perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa
mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi.
2. Dokumen kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengn pelaksanaan kontrak
sekurang-kurangnya berisi ketentuan tercantum dalam PP No. 29/2000 Pasal 22, yaitu:
1. Surat Perjanjian, yang ditanda tangani oleh pengguna jasa dan penyedia jasa.
2. Dokumen Lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa pengguna jasa
yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran
untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya ( umum
dan khusus, teknis dan administratif, kondisi kontrak ).
3. Penawaran atau usulan, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa
berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu,
dan sumber daya.
4. Berita acara, berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia
jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain
klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keagu-raguan.
5. Surat pernyataan pengguna jasa, menyatakan menerima atau menyetujui usulan
atau penawaran dari penyedia jasa.
6. Surat pernyataan penyedia jasa, menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan
pekerjaan.
7. Yang dimaksud dengan cara menyusun kontrak disini adalah cara menyusun
Perjanjian/Kontrak yang dilengkapi dengan cara menyusun syarat-syarat kontrak.
Pola yang diambil dapat mengacu kepada FIDIC dengan tetap berpegang pada
ketentuan yang tercantum dalam UU No. 18/1999 dan PP No. 29/2000.
8. Yang dimaksud dengan isi kontrak sebagaimana tercantum dalam PP No. 29/2000
Pasal 23 adalah uraian-uraian yang sekurang-kurangnya harus termuat dalam
suatu kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak konstruksi minimal meliputi hal-hal
seperti yang disebutkan dalam PP No. 29/2000 Pasal 22. Jadi yang dimaksud
dengan isi kontrak bukanlah uraian yang harus terdapat dalam perjanjian/kontrak
tetapi yang harus terdapat dalam dokumen kontrak.
9. Dengan demikian akan terdapat beberapa dokumen yang akan disusun/disiapkan,
antara lain:

1. Perjanjian/Kontrak
2. Syarat-syarat ( Umum )
3. Syarat-syarat ( Khusus )
4. Spesifikasi Teknis
5. Lampiran-lampiran
6. Gambar-gambar ( Kontrak ).
III. CARA MENYUSUN KONTRAK KONSTRUKSI
1. Acuan/Landasan Hukum
1. Sebagai acuan baku dalam menyusun kontrak adalah UU No. 18/1999 tentang
Jasa Konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
2. Syarat-syarat Umum dan peraturan lain sejauh tidak bertentangan dengan UU No.
18/1999 dan atau PP No. 29/2000. Hal ini mengingat ketentuan sebagaimana
disebut dalam UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1 dan Pasal 45 dan PP No. 29 Pasal
63 yang berbunyi sebagai berikut:
UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1:
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur kegiatan jasa konstruksi yang telah
ada sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai
diadakan peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan undang-undang.
UU No. 18/1999 Pasal 45:
Pada saat berlakunya undang-undang ini, maka ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur hal yang sama dan bertentangan dengan ketentuan undang-undang ini, dinyatakan
tidak berlaku.
PP No. 29 Pasal 63:
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-undangan mengenai
penyelenggaraan jasa konstruksi yang masih ada sepanjang tidak bertentangan ataupun belum
diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku.
1. Ketentuan yang termuat dalam KUHP Per Pasal 1320 yang berbunyi:
Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 syarat:
1. Sepakat mereka yang megikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
Download
of 12

CARA MENYUSUN KONTRAK KONTRUKSI I. PENDAHULUAN Elemen yang paling


penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak untuk mewujudkan suatu tujuan
tertentu yang telah disepakati bersama adalah kontrak. Dalam proyek konstruksi, kontrak
merupakan dokumen yang harus dipatuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah
sepakat untuk saling terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah dasar-dasar
pengertian kontrak serta konsep kontrak kostruksi. Dengan adanya peraturan perundangundangan yang mengatur pelaksanaan industri jasa konstruksi ( UU No. 18/1999, PP No.
28/2000, PP No. 29/2000, dan PP No. 30/2000 ) maka mulai saat berlakunya peraturan
perundang-undangan tersebut, penyusunan kontrak konstruksi kita harus menggunakannya
sebagai acuan/rujukan yang baku. II. PENGERTIAN/BATASAN 1. Kontrak Konstruksi adalah
perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan
konstruksi. 2. Dokumen kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengn pelaksanaan
kontrak sekurang-kurangnya berisi ketentuan tercantum dalam PP No. 29/2000 Pasal 22, yaitu: 1.
Surat Perjanjian, yang ditanda tangani oleh pengguna jasa dan penyedia jasa. 2. Dokumen
Lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa pengguna jasa yang merupakan dasar
bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi
lingkup tugas dan persyaratannya ( umum dan khusus, teknis dan administratif, kondisi
kontrak ). 3. Penawaran atau usulan, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkan
dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya. 4. Berita
acara, berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses
evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang
menimbulkan keagu-raguan. 5. Surat pernyataan pengguna jasa, menyatakan menerima atau
menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa. 6. Surat pernyataan penyedia jasa,
menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan. 7. Yang dimaksud dengan cara
menyusun kontrak disini adalah cara menyusun Perjanjian/Kontrak yang dilengkapi dengan cara
menyusun syarat-syarat kontrak. Pola yang diambil dapat mengacu kepada FIDIC dengan tetap
berpegang pada ketentuan yang tercantum dalam UU No. 18/1999 dan PP No. 29/2000. 8. Yang
dimaksud dengan isi kontrak sebagaimana tercantum dalam PP No. 29/2000 Pasal 23 adalah
uraian-uraian yang sekurang-kurangnya harus termuat dalam suatu kontrak konstruksi.
Sedangkan kontrak konstruksi minimal meliputi hal-hal seperti yang disebutkan dalam PP No.
29/2000 Pasal 22. Jadi yang dimaksud dengan isi kontrak bukanlah uraian yang harus terdapat
dalam perjanjian/kontrak tetapi yang harus terdapat dalam dokumen kontrak. 9. Dengan
demikian akan terdapat beberapa dokumen yang akan disusun/disiapkan, antara lain: 1.
Perjanjian/Kontrak 2. Syarat-syarat ( Umum ) 3. Syarat-syarat ( Khusus ) 4. Spesifikasi Teknis 5.
Lampiran-lampiran 6. Gambar-gambar ( Kontrak ). III. CARA MENYUSUN KONTRAK
KONSTRUKSI 1. Acuan/Landasan Hukum 1. Sebagai acuan baku dalam menyusun kontrak
adalah UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi. 2. Syarat-syarat Umum dan peraturan lain sejauh tidak bertentangan dengan UU
No. 18/1999 dan atau PP No. 29/2000. Hal ini mengingat ketentuan sebagaimana disebut dalam
UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1 dan Pasal 45 dan PP No. 29 Pasal 63 yang berbunyi sebagai
berikut: UU No. 18/1999 Pasal 44 ayat 1: Ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur kegiatan jasa konstruksi yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan undangundang ini, dinyatakan tetap berlaku sampai diadakan peraturan pelaksanaan yang baru
berdasarkan undang-undang. UU No. 18/1999 Pasal 45: Pada saat berlakunya undang-undang
ini, maka ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur hal yang sama dan
bertentangan dengan ketentuan undang-undang ini, dinyatakan tidak berlaku. PP No. 29 Pasal

63: Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, peraturan perundang-undangan mengenai


penyelenggaraan jasa konstruksi yang masih ada sepanjang tidak bertentangan ataupun belum
diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dinyatakan tetap berlaku. 1.
Ketentuan yang termuat dalam KUHP Per Pasal 1320 yang berbunyi: Untuk sahnya suatu
perjanjian diperlukan 4 syarat: 1. 2. 3. 4. Sepakat mereka yang megikatkan dirinya Kecakapan
untuk membuat suatu perikatan Suatu hal tertentu Suatu sebab yang halal. Yang dimaksud
dengan syarat 1: adalah para pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian ( dalam hal ini
kontrak konstruksi ) adalah kesepakatan mereka tanpa ada tekanan atau ancaman dari pihak lain.
Yang dimaksud dengan syarat 2 : para pihak adalah orang-orang yang sudah dewasa ( bukan
anakanak ) dan sehat akal pikirannya/waras ( bukan orang gila ). Yang dimaksud dengan syarat
3 : tentang suatu hal tertentu, ada obyek tertentu yang akan diperjanjikan. Dalam kontrak
konstruksi yang dimaksudkan adalah lingkup pekerjaan. Yang dimaksudkan dengan syarat 4 :
suatu sebab yang halal adalah halal menurut hukum. Misalnya, kontrak konstruksi untuk
membangun pabrik narkoba adalah tidak halal. Bagi kontrak konstruksi yang menyebutkan
bahwa hukum yang berlaku dalam kontrak tersebut adalah hukum Republik Indonesia, maka
dalam salah satu pasal kontrak/syarat-syarat kontrak harus dinyatakan bahwa pasal 1266 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata (KUHP Per) tidak diberlakukan ( dikesampingkan ). Sebab
apabila pasal ini tidak dikesampingkan, maka dalam hal salah satu pihak ingin
memutuskan/membatalkan perjanjian/kontrak maka hal tersebut harus melalui suatu putusan
pengadilan. Isi Perjanjian/Kontrak Sesuai ketentuan tersebut dalam PP No. 29/2000 Pasal 22 ayat
a maka perjanjian yang ditandatangani Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa harus memuat antara
lain: Uraian Para Pihak Harus dijelaskan nama dan alamat perusahaan yang merupakan para
pihak dalam perjanjian. Siapa yang diberi kuasa untuk bertindak untuk dan atas nama perusahaan
tersebut. Sebutkan akta pendirian perusahaan dan tunjukkan orang yang bertindak untuk dan atas
nama perusahaan tersebut memang berhak sesuai akta pendirian perusahaan. Konsiderasi Yang
dimaksud disini adalah pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pembuatan perjanjian ini.
Biasanya pertimbangan ini lebih dari satu dan semuanya harus ditulis. Lingkup Pekerjaan Yang
dimaksud disini adalah lingkup pekerjaan secara garis besar ( global ). Misalnya, membangun
sebuah hotel mulai dari seluruh struktur fondasi sampai seluruh superstruktur disertai pekerjaan
mekanikal, elektrikal, lingkungan serta pekerjaan penyelesaian hingga siap beroperasi. Lingkup
pekerjaan secara rinci akan dijelaskan dalam dokumen kontrak lain seperti spesifikasi teknis dan
gambar-gambar kontrak. Nilai Kontak Dicantumkan besarnya nilai kontrak dalam angka dan
huruf dan dalam mata uang tertentu ( Rp/US$ ). Dapat saja nilai kontrak dalam 2 ( dua ) atau
lebih mata uang. Jelaskan pula nilai kontrak tersebut apa sudah termasuk Jasa Kontraktor dan
atau pajak-pajak dan ditetapkan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah. Bentuk Kontrak
yang Dipakai Dijelaskan apakah Fixed Lump Sum atau Unit Price sekalian diberikan
arti/batasannya untuk menghindarkan sengketa dikemudian hari. Jangka Waktu Pelaksanaan
Sebutkan dalam angka dan huruf dan arti hari ( hari kerja atau hari kalender ) dan sebutkan
waktu tersebut sejak kejadian apa ( penerbitan Surat Perintah Kerja/penandatnganan Kontrak,
penyerahan lahan, penyampaian Jaminan Pelaksana, dan sebagainya ). Prioritas Dokumen
Sebutkan dengan jelas urutan prioritas keberlakuan dokumen kontrak, misalnya: mulai dari yang
paling tinggi prioritasnya Perjanjian/Kontrak, Syarat-syarat Khusus Kontrak, Syarat-syarat
Umum Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar-gambar, Bill of Quantity, Surat Penawaran, dan
seterusnya. Isi Syarat-syarat Umum Kontrak Dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah
( PP ) No. 29/2000 Pasal 23 Syarat-syarat kontrak sekurang-kurangnya harus memuat uraian
berikut karena merupakan salah satu dokumen kontrak yang terpenting. Definisi dan Interpretasi

Pasal ini memuat defenisi/penafsiran dari kata-kata/istilah yang dipakai dalam Syarat-syarat
Kontrak khususnya dan Dokumen Kontrak umumnya. Misalnya siapa yang dimaksud dengan:
Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa. Perkataan hari apa berarti hari kerja atau hari
takwim/kalender. Pengertia-pengertian seperti Pekerjaan, Proyek, Lapangan, Syarat-syarat
Kontrak, Pemasok, Pengawas dan sebagainya yang akan disebut/dipakai selanjutnya dalam
Syarat-syarat Kontrak atau Dokumen Kontrak lainnya diberikan defenisinya secara jelas. Untuk
memudahkan pencarian, arti kata-kata/istilah tersebut dapat disusun menurut abjad, ditulis tebal,
dan diberi tanda kutip untuk membedakannya dengan arti yang dikenal sehari-hari. Para Pihak
Disini harus disebutkan akta pendirian badan usaha/uasaha perseorangan beserta tempat
kedudukannya. Nama Wakil/Kuasa badan usaha sesuai akta atau sertifikat keahlian kerja dan
sertifikat keterampilan kerja bagi usaha perseorangan harus dicantumkan. Masing-masing pihak
dapat disebut Pihak Kesatu dan Pihak Kedua atau Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa atau nama
perusahaan masing-masing pihak. Rumusan Pekerjaan Yang dimaksud disini adalah lingkup
pekerjaan pokok yang diperjanjikan. Volume atau besaran pekerjaan tercantum dalam Rencana
Anggaran (Bill of Quantity) yang merupakan bagian penawaran. Nilai Pekerjaan/Harga
Borongan Ditulis dalam angka dan huruf dan sebaiknya ditebalkan. Dijelaskan pula apa saja
yang sudah termasuk dalam besaran tersebut ( keuntungan Pengguna Jasa, Pajak-pajak, dan
sebagainya ). Sebutkan pula sekiranya ada akibat fluktuasi harga ( akibat tindakan moneter
Pemerintah ). Kemungkinan nilai pekerjaan ditetapkan dalam lebih dari satu mata uang misalnya
Rupiah dan US Dollar/Japanese Yen. Jangka Waktu Pelaksanaan dan Perpanjangannya Disebut
dalam hari ( angka dan huruf ). Yang penting disebut disini terhitung sejak kapan
( penandatanganan kontrak, tanggal Surat Perintah Kerja, tanggal penyerahan lahan, penyerahan
jaminan, dan sebagainya ). Apabila ada perpanjangan waktu pelaksanaan, Syarat-syarat yang
harus dipenuhi harus jelas. Pertanggungan ( Asuransi ) Yang dimaksud disini adalah jenis-jenis
asuransi seperti Contractors All Risk ( CAR ). Third Party Liability ( TPL ), ASKES, dan
ASTEK Kegagalan Bangunan. Harus dijelaskan siapa penerima manfaat ( Beneficiary ). Siapa
yang membayar premi dan ketentuan-ketentuan lain. Jaminan Yang dimaksud disini diantaranya
adalah Jaminan Pelaksanaan, Jaminan Uang Muka, Jaminan Pembayaran, Jaminan Masa
Perawatan atau Cacat, dan sebagainya. Tenaga Ahli Disebutkan persyaratan kualifikasi, prosedur
penerimaan/pemberhentian, dan jumlahnya. Hak dan Kewajiban Para Pihak Disini diuraikan hak
dan kewajiban Penyedia Jasa serta hak dan kewajiban Pengguna Jasa. Usahakan agar terdapat
keadilan dan kesetaraan sebagaimana diuraikan dalam UU No. 18/1999 Pasal 2 dan Pasal 3. Cara
Pembayaran Dijelaskan prosedur permintaan pembayaran, evaluasi/pemeriksaan hasil pekerjaa,
penerbitan sertifikat pembayaran. Ditetapkan pula periode/masa untuk membayar ( period of
bonouring the payment certificate ). Dijelaskan pula bila ada ganti rugi atas keterlambatan
( Liquidated Damages ). Penyerahan Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan Diatur tata cara/prosedur
pengajuan permohonan penyerahan pekerjaan yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hasil
pekerjaan. Bila ternyata sudah mencapai tingkat penyelesaian praktis ( practical completion )
maka Pengguna Jasa harus menerbitkan Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan
( Certificate of Practical Completion ) disertai satu Daftar Pekerjaan Cacat ( Punch List ) yang
harus disempurnakan selama Masa Perawatan atas Cacat. Masa Pertanggungan atas Cacar
( Defect Liability Period ) Istilah ini dipakai sebagai pengganti Masa Pemeliharaan
( Maintenance Period ) yang dinilai kurang tepat karena proses pemeliharaan akan berjalan terus
sepanjang fasilitas yang dibangun masih ada, sedangkan yang sesungguhnya dimaksudkan disini
adalah kewajiban Penyedia Jasa untuk menjamin pekerjaan-pekerjaan yang cacat atau kurang
sempurna dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, dipakai istilah yang lebih tepat: Masa

Jaminan/Tanggung Jawab atas Cacat. Dalam pasal ini diuraikan lamanya ( rentang waktu ) masa
tersebut, pekerjaan yang harus dilakukan selama masa tersebut beserta sanksi apabila pekerjaan
tersebut lalai dilaksanakan ( Pekerjaan diserahkan ke pihak ketiga atas tanggungan Penyedia Jasa
). Juga diuraikan langkah-langkah selanjutnya setelah masa ini berakhir, yaitu menerbitkan
Berita Acara Penyerahan Terakhir Pekerjaan. Juga dapat disebutkan seandainya Pengguna Jasa
lalai menerbitkan Berita Acara Serah terima Terakhir Pekerjaan, berakhirnya masa Jaminan atas
Cacat cukup manjadi bukti bahwa Penyedia Jasa telah melaksanakan seluruh kewajibannya
sesuai kontrak. Ganti Rugi Keterlibatan ( Liqidated Damages ) Pasal ini menguraikan tentang
kewajiban Penyedia Jasa membayar ganti rugi kepada Pengguna Jasa akibat keterlambatan
penyelesaian pekerjaan yang menyebabkan kerugian pada Pengguna Jasa. Kontrak-kontrak
terdahulu menggunakan istilah denda. Perbedaannya adalah kalau denda, tidak peduli apakah
keterlambatan tersebut mengakibatkan kerugian atau tidak, tetap saja dikenakan. Dalam pasal ini
disebutkan besarnya ganti rugi per hari dalam persentase dan nilai maksimum. Tentu saja
pengenaan ganti rugi ini ada syarat-syaratnya termasuk tata cara pemotongan dari pembayaran.
Pekerjaan Tambah/Kurang ( Perubahan Pekerjaan ) Pertama-tama harus dijelaskan dulu apa arti
Pekerjaan Tambah dan Pekerjaan Kurang. Setelah itu, tetapkan tata cara pelaksanaannya,
misalnya setelah ada perintah tertulis/pengesahan tertulis setelah ada perintah bisa dalam waktu
tertentu. Disebutkan pula bahwa Pekerjaan Tambah memberi hak kepada Penyedia Jasa untuk
mendapatkan tambahan waktu pelaksanaan apabila memenuhi persyaratan. Diatur pula tata cara
pembayaran Pekerjaan Tambah atau pengurangan pembayaran atas Pekerjaan Kurang. Selain itu
diatur pula ketentuan mengenai suatu Pekerjaan Tambah yang jenisnya sama dengan yang
tercantum dalam kontrak namun tidak dapat dilaksanakan dengan cara dan kondisi yang sama,
misalnya pekerjaan tambah untuk beton dimana Concrete Batching Plant beserta Tower Crane
sudah dibongkar sehingga harus dilakukan remobilisasi alat-alat tersebut atau menggunakan
metode lain ( Ready Mix concrete ) yang mungkin harganya tidak sesuai lagi dengan harga yang
terdapat dalam kontrak. Menarik untuk diperhatikan bahwa peraturan perundang-undangan
mengenai Industri Jasa konstruksi baik UU No. 18/1999 maupun PP No. 29/2000 tidak mengatur
secara rinci mengenai Pekerjaan Tambah/Kurang ini, padahal sebagaimana diketahui di dalam
suatu kegiatan usaha jasa konstruksi kedua hal ini hampir selalu terjadi dan hampir tidak
mungkin dihindari. Ditetapkan hal-hal kondisi dimana Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah
melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu,
kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan, menunda pelaksanaan, tidak melaksanakan
Industri Pemberi tugas. Pengguna Jasa juga dapat dikategorikan telah melakukan tindakan cedera
janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat jumlah sebagaimana diamanatkan PP No.
29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak membayar karena tidak ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak
menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak. Disebutkan pula kompensasi yang akan diperoleh
pihak yang dirugikan akibat terjadi cedera janji. Cedera Janji Ditetapkan hal-hal kondisi dimana
Penyedia Jasa dapat dikategorikan telah melakukan tindakan cedera janji seperti: tidak
menyelesaikan tugas, tidak memenuhi mutu, kuantitas, tidak menyerahkan hasil pekerjaan,
menunda pelaksanaan, tidak melaksanakan instruksi Pemberi Tugas. Pengguna Jasa juga dapat
dikategorikan telah melakukan tindakan cedera janji bila tidak membayar tepat waktu dan tepat
jumlah sebagaimana diamanatkan PP No. 29/2000 Pasal 29 ayat 3, tidak membayar karena tidak
ada dana ( UU No. 18 Pasal 15 ), tidak menyerahkan lahan sesuai ketentuan kontrak. Disebutkan
pula kompensasi yang akan diperoleh pihak yang dirugikan akibat terjadi cedera janji ini.
Pelimpahan Pekerjaan Yang dimaksudkan disini adalah pelimpahan pekerjaan dari Penyedia Jasa
yang telah mendapatkan pekerjaan/memenangkan tender kepada Pihak Ketiga. Biasanya

Pengguna Jasa berkeberatan apabila keseluruhan pekerjaan diserahkan kepada pihak ketiga,
kecuali hanya sebagian saja dan tertulis. Jadi dalam pasal ini disebut bahwa pekerjaan tidak
boleh diserahkan secara keseluruhan kepada pihak ketiga. Penyerahan sebagian boleh dilakukan
dengan izin tertulis dari Pengguna Jasa. Hal yang perlu juga disebut disini adalah bahwa
pelimpahan bagian pekerjaan yang diserahkan kepada pihak ketiga tidak membebaskan Penyedia
Jasa dari tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilimpahkan tersebut. Penyedia Jasa Lain
Yang dimaksudkn disini adalah Penyedia Jasa lain yang dipekerjakan Pengguna Jasa untuk suatu
pekerjaan lain tetapi lokasinya sama atau berdekatan dengan lokasi pekerjaan yang kita
bicarakan. Disini yang perlu diatur adalah kesediaan Penyedia Jasa untuk bekerja sama. Bahkan
biasanya Penyedia Jasalah yang diminta Pengguna Jasa menjadi Koordinator. Disyaratkan pula
bahwa Penyedia Jasa lain tersebut tidak boleh sampai mengganggu kelancaran pekerjaan
Penyedia Jasa. Pengawas, Pelaksana Pekerjaan Dalam pasal ini diatur pula penunjukan
pengawas sebagai kuasa dari Pengguna Jasa. Arti Pengawas sudah didefenisikan dan
penunjukan itu diberitahukan tertulis kepada Penyedia Jasa menempatkan seorang Pelaksana
yang berkuasa penuh untuk menerima instruksi pengawas disertai kualifikasi dan Hak Pengguna
Jasa untuk mengganti Pelaksana bila terbukti tidak cakap. Gambar Kerja Dijelaskan bahwa
Gambar-gambar kerja harus dibuat Penyedia Jasa berdasarkan gambar kontrak dan harus
disetujui lebih dahulu oleh Pengguna Jasa sebelum dilaksanakan. Biaya gambar ditanggung
Penyedia Jasa. Kemudahan Memasuki Lapangan, Tempat Penyimpanan, Bengkel Penyedia Jasa
harus menjamin kemudahan Pengguna Jasa untuk setiap saat memasuki lapangan pekerjaan,
bengkel ( workshop ), tempat penyimpanan bahan untuk Penyedia Jasa dan para Sub Penyedia
Jasa. Laporan/Dokumentasi Ditetapkan kewajiban kepada Penyedia Jasa untuk membuat laporan
berkala mengenai kemajuan pekerjaan, bahan persediaan, peralatan, dan jumlah tenaga kerja.
Kemajuan pekerjaan direkam melalui foto dokumentasi. Bahan, Peralatan dan Tenaga Kerja
Diuraikan kewajiban Penyedia Jasa untuk menyediakan bahan, peralatan alat bantu dan tenaga
kerja yang diperlukan untuk proyek ini. Pemeriksaan dan Pengujian Diatur tata cara pemeriksaan
dan pengujian hasil pekerjaan beserta konsekuensi yang timbul serta penetapan biayanya.
Perlindungan Kerja Ditetapkan persyaratan-persyaratan untuk melindungi pekerja beserta
jaminan sosial dan kesejahteraannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Keadaan Memaksa ( Force Majeur ) Dalam pasal ini ditetapkan apa saja yang dapat
disebut/digolongkan force majeur dan risiko lain yang dapat disamakan dengan force majeur.
Apa yang menjadi hak para pihak apabila hal ini terjadi. Bagaimana tata cara pemberitahuan
serta konsekuensi terhadap kelangsungan pekerjaan. Kegagalan Bangunan Ditetapkan jangka
waktu tanggung jawab atas Kegagalan Bnagunan sesuai UU No. 18 Pasal 25 dan PP No. 29/2000
Pasal 34 s/d 39 termasuk bentuk tanggung jawab puhak yang menyebabkan Kegagalan
Bangunan tersebut. Penghentian sementara Pekerjaan Disini diatur ketentuan mengenai
penundaan/penghentian sementara pekerjaan baik yang dilakukan oleh Pengguna Jasa maupun
Penyedia Jasa. Harus diingat bahwa hal ini sama sekali bukan berarti pemutusan kontrak
walaupun akibatnya sama, yaitu kegiatan proyek terhenti. Pemutusan perjanjian/Pembatalan
Kontrak Pertama-tama harus dikemsampingkan dulu berlakunya Pasal 1266 KUHPPer. Jika
tidak, pembatalan kontrak hanya dapat dilakukan melalui keputusan pengadilan. Hal ini sering
dilupakan. Kemudian diatur hak Pengguna Jasa atau Penyedia Jasa untuk memutuskan kontrak
secara sepihak berdasarkan hal-hal yang ditetapkan beserta akibat dari pemutusan kontrak ini.
Hak Atas Kekayaan Intelektual Diatur mengenai kepemilikan hasil perencanaan berdasarkan
kesepakatan dan pencantuman kewajiban terhadap hak cipta yang telah memiliki hak paten
sesuai undang-undang hak cipta dan hak paten. Insentif Diatur ketentuan dan persyaratan

mengenai pemberian insentif dan benuk insentif Sub Penyedia Jasa/Pemasok Diatur tata cara
pengajuan Sub Penyedia Jasa dan Pemasok beserta peranannya. Juga diatur tanggung jawab
Penyedia Jasa sehubungan penggunaan Sub Penyedia Jasa/Pemasok dan hak intervensi Pengguna
Jasa dalam hal pembayaran dan penampilan mutu pekerjaan/bahan. Bahasa Kontrak Ditetapkan
hanya satu bahasa yang berlaku sesuai ketentuan tercantum dalam PP No. 29 ayat 5 walaupun
kemungkinan kontrak menggunakan 2. Hukum yang Berlaku Hukum yang berlaku di Indonesia
adalah hukum yang berlaku di wilayah RI sesuai ketentuan tercantum dalam PP No. 29 ayat 6.
Syarat-syarat Khusus Kontrak Disini diatur Syarat-syarat yang khusus hanya berlaku untuk
pekerjaan tertentu berdasarkan sifat, jenis, tingkat teknologi tertentu yang biasa disebut sebagai
Spesial Conditions of Contract atau Conditions of Contract ( Particulars ). IV. BEBERAPA
PETUNJUK MENYUSUN KONTRAK 1. Secara umum kontrak konstruksi harus mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara lain: 2. Gunakan kalimat-kalimat
pendek yang pengertiannya jelas dan tegas dan tidak dapat diartikan lain. 3. istilah-istilah yang
dipakai dalam kontrak kecuali artinya memang sudah jelas, harus diberi defenisi agar artinya
tidak rancu. Kata-kata/ungkapan yang didefenisikan sebaiknya dicetak tebal dan diberi tanda
kutip. 1. Penggunaan kata-kata seperti dan lain-lain, dan sebagainya, beberapa harus
dihindari, karena tidak memberi arti yang pasti. 2. Bahasa kontrak dan hukum yang berlaku
harus secara tegas disebut dalam kontrak, sesuai Peraturan Pemerintah No. 29 Pasal 23 ayat 5
dan ayat 6. 3. Pilihan mengenai penyelesaian sengketa harus tegas dicantumkan dalam kontrak
sesuai ketentuan UU No. 18/1999 Pasal 36 dan 37 dan Peraturan Pemerintah No. 29/2000 Pasal
49, 50, 51. 4. Menunjuk suatu Pasal atau ayat lain dalam kontrak juga harus tertib. Dimulai
dengan perjanjian, kemudian Pasalnya dan baru ayat dan sub ayat ( bila ada ). - Apabila
menyebut salah satu ayat dalam pasal yang sama sebaiknya disebut : Sesuai ketentuan ayat
Pasal ini ( tidak perlu menyebut Perjanjian ). 1. Urut-urutan kedudukan dokumen kontrak
harus jelas agar tidak muncul kerancuan, ketidakjelasan atau pertentangan antara sesama
dokumen kontrak. 2. Di samping hal-hal tersebut, berikut ini disampaikan beberapa petunjuk
yang ditulis oleh Robert D. Gilbreath dalam bukunya Managing Construction Contracts
mengenai Language Consideration pada halaman 80-82 yang telah diterjemahkan sebagai
berikut : V. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN BAHASA Bahasa kontrak sangat
membingungkan, membosankan, dan mengecewakan yang apabila dianalogikan bagaikan
menyeberangi rawa. Kontrak-kontrak konstruksi dan dokumen penawaran dimaksudkan untuk
meneruskan informasi yang tepat kepada orang yang harus bertindak dan tindakan itu
mengakibatkan hasil yang nyata yang sangat sukar untuk diubah. Bahasa kontrak dan bahasa
spesifikasi harus jelas, ringkas/singkat, dan langsung. Pedoman-pedoman berikut diberikan
sebagai pengganti risalah rinci pada penulisan kontrak: 1. Hindari keabsahan kecuali bila
mutlak diperlukan untuk kejernihan arti, buang huruf seperti selanjutnya, tersebut ( seperti dalam
pihak tersebut harus ), tersebut di muka dan dengan ini. Hindari penyusunan kata-kata muluk
seperti pihak dari bagian pertama, pada waktu mana dan atas pemberitahuan tersebut, mengenai
hak-hak kewajiban dan tanggung jawab dari seseorang ditugaskan usaha tersebut. 2. Pertukaran
judul-judul atau istilah-istilah harus dihindari. Walaupun seseorang sering memandang pemilik,
perusahaan, pembenli, dan wakil perusahaan, atau kontraktor, pemasok, penjual dan leveransir
untuk digunakan sebagai pengganti masing-masing wakil Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, hal
ini harus dihindari. Dalam seluruh dokumen, satu dan hanya satu istilah yang harus dipakai.
Sama halnya dengan istilah-istilah Gambargambar Rencana, Gambar-gambar kontraktor,
Gambar-gambar kerja dan seterusnya, tidak harus dipakai untuk maksud yang sama. Setiap
istilah mempunyai defenisi, arti kontraktual, dan harus digunakan sebagaimana mestinya. 3.

Hindari keinginan untuk mengulangi permintaan. Sebut sekali, sebutkan hal tersebut dimana
harus disebut. Jika permintaan yang sama dinyatakan di beberapa tempat di antara 4. 5. 6. 7. 8.
dokumen-dokumen, di samping mengganggu pembaca, mengganti permintaan tersebut,
memastikan anda menemukan rujukannya dan masing-masing mengundang resiko dan usaha
yang tidak perlu. Gunakan setiap dokumen untuk tujuan yang dimaksud. Jangan menempatkan
ketentuanketentuan teknis dalam Syarat-syarat Umum atau istilah-istilah dagang dalam
Spesifikasi Teknis atau dalam Gambar-gambar. Tinjau dan perbarui standar dan atau pasal-pasal
rujukan dan dokumen-dokumen secara berkala untuk mencerminkan kebutuhan perubahan,
penafsiran hukum, keperluan pemerintah, praktek industri dan pilihan organisasi. Jangan
gunakan dokumen yang telah berumur 20 tahun walaupun kelihatannya berjalan baik waktu
yang lalu. Antisipasi permasalahan-permasalahan, salah pengertian-pengertian, dan perubahan
lingkup pekerjaan dan lengkapi hal-hal ini dalam dokumen kontrak. Masukkan ke dalam
kontrak! Para Penyedia Jasa tidak dapat diharapkan untuk membaca pikiran atau mengantisipasi
dan menyediakan permintaan khusus Pengguna Jasa. Jika anda ingin sesuatu nyatakanlah dalam
Dokumen Penawaran dan dokumen kontrak. Pertimbangkan penggunaan kata shall untuk
menyatakan tindakan yang diminta atau dihasilkan Penyedia Jasa. Gunakan kata will bila
menerangkan kegiatan Pengguna Jasa atau pihak lain. Hal ini membantu menjelaskan lingkup
pekerjaan dan tanggung jawab yang ditugaskan.
X

Anda mungkin juga menyukai