Anda di halaman 1dari 2

KETIKA HAK ATAS PENDIDIKAN ITU TERABAIKAN1

Oleh Najmu Laila2

Konstitusi telah menjamin bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap warga Negara. Konsekuensinya
adalah tercipta suatu hubungan hukum yang menetapkan bahwa warga negara sebagai pihak yang
berhak atas pendidikan dan pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban untuk menyelenggarakan
pendidikan bagi setiap warga negaranya. Dalam tataran normatif, hak atas pendidikan telah terjamin
oleh negara dengan baik.. Namun pada kenyataannya, sulit untuk mengatakan bahwa negara telah
memenuhi kewajibannya tersebut. Persoalan-persoalan mendasar seperti akses terhadap pendidikan,
tingginya angka putus sekolah dan minimnya sarana sekolah masih menjadi momok bagi dunia
pendidikan kita.

Adalah Yayasan Bina Mandiri, sebuah yayasan yang didirikan oleh Bapak Rohim sekitar tahun 2002
yang menyelenggarakan pendidikan gratis bagi anak-anak di terminal Depok dan sekitarnya. Yayasan
tersebut tidak hanya mengelola pendidikan formal dimulai dari tingkat TK sampai SMA tetapi juga
menyelenggarakan pelatihan keterampilan seperti menjahit, percetakan dan bengkel musik tanpa
pungutan biaya sedikit pun. Ide pendirian yayasan tersebut berawal dari keprihatinan Bapak Rohim atas
kondisi anak-anak di sekitar terminal yang tidak mampu mengenyam pendidikan karena kesulitan kondisi
ekonomi.

Jangan membayangkan sebuah kemewahan di sana. Mereka belajar dengan dukungan dana dan sarana
belajar yang minim. Ketika siang, kelas tempat mereka belajar yang terbuat dari kontiner bekas
menimbulkan hawa panas. Dapat dimaklumi, bagaimana pun seng-seng material pembangun kelas
tersebut menjadi penghantar radiasi matahari yang sempurna, yang tidak hanya menimbulkan rasa
pengap tetapi juga rasa panas yang luar biasa. Ketika malam, mereka pun tidak dapat sepenuhnya
bergantung pada aliran listrik karena kerap kali listrik mereka diputus oleh PLN setempat. Dan
sebagaimana sekolah tanpa biaya lainnya, sekolah ini pun kerap kali kekurangan tenaga pengajar
terutama pengajar di bidang Ilmu pengetahuan alam. Sungguh tidak dapat terbayangkan bagaimana tidak
nyamannya belajar di tengah suasana seperti demikian.

Fenomena Yayasan Bina Mandiri di Depok hanyalah sebagian kecil contoh nyata potret dunia pendidikan
kita. Bahwa begitu banyak anak-anak dalam usia wajib belajar di negeri ini yang tidak dapat bersekolah,
baik karena keterbatasan biaya maupun karena kurangnya sarana sekolah. Di negeri ini, cerita-cerita
tentang sekolah roboh, bangku sekolah yang harus disita karena sekolah tidak mampu membayar, atau
satu guru yang mengajar 6 kelas sekaligus bukanlah isapan jempol semata. Pendidikan yang layak
ternyata belum dapat dinikmati oleh seluruh warga negara Indonesia.

Ketika kita berbicara mengenai penyelenggaraan pendidikan yang layak, maka kita akan berhadapan
peran negara sebagai pihak yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara.
Kewajiban Negara terhadap hak pendidikan tidak selesai hanya dalam tataran normatif dengan
mendeklarasikannya dalam sebuah undang-undang. Harus ada tindakan nyata serta keberpihakan dari
Negara untuk mewujudkan hak pendidikan bagi setiap warga negara tanpa terkecuali. Kenyataan
sebagaimana telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa Negara gagal memenuhi kewajibannya
sekaligus bentuk penodaan bagi cita-cita negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kegagalan
tersebut tentu tidak terlepas dari kebijakan Negara terhadap dunia pendidikan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah, dalam hal ini eksekutif dan legislatif, harus mempunyai
komitmen serta political will untuk memenuhi hak pendidikan bagi setiap warga negara. Dalam konteks
anggaran, menempatkan pendidikan sebagai hak warga Negara berarti menyediakan anggaran yang
cukup untuk menyelenggarakan pendidikan yang layak bagi setiap warga Negara.

1
Diajukan sebagai salah satu tugas dalam Summer Intership LBHM
2
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konstitusi telah mengamanatkan bahwa minimal 20% dari dana APBN harus dialokasikan di sektor
pendidikan. Angka 20% dari APBN adalah angka minimal yang harus dipenuhi di luar pembayaran gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Artinya, ketika angka tersebut belum cukup untuk memenuhi
hak atas pendidikan maka pemerintah harus meningkatkan alokasi dana bagi sektor pendidikan. Disinilah
keberpihakan anggaran terhadap pendidikan harus terlihat. Alasan klasik bahwa jika anggaran pendidikan
semakin meningkat maka anggaran untuk sektor lain akan berkurang dapat disiasati dengan pengelolaan
dana APBN yang efektif. Penambahan terhadap sektor pendidikan dapat berasal dari pemangkasan pos-
pos yang tidak krusial dan tidak memenuhi rasa keadilan rakyat seperti anggaran perjalanan dinas para
pejabat serta belanja barang dan jasa. Lagi-lagi semua itu kembali pada political will dari pemerintah itu
sendiri. Selama ini, penyebab rendahnya pemenuhan hak pendidikan warga negara adalah bukan karena
terbatasan masalah dana, melainkan lebih kepada komitmen serta kemauan pemerintah dan DPR dalam
menggunakan dana APBN untuk sektor pendidikan.

Selain itu, harus ada kejelasan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal
penyelenggaraan pendidikan. Pelimpahan kewenangan penyelenggaraan pendidikan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah melalui asas desentralisasi tidak boleh menjadi alasan pembenar
terhadap tidak meratanya akses dan kualitas pendidikan. Jangan sampai pelimpahan wewenang yang
pada mulanya diharapkan menjadi jawaban bagi pemerataan dan efektifitas pelaksanaan pendidikan,
malah berakibat pada kemunduran kualitas pendidikan. Hal tersebut patut menjadi catatan mengingat
tidak semua pemerintahan daerah memiliki kemampuan, baik dari sisi kapasitas personel dan anggaran,
yang merata.

Pada akhirnya, walaupun pendidikan adalah hak setiap warga negara namun pemenuhannya sangat
tergantung pada komitmen negara. Kenyataan-kenyataan yang ada menunjukan bahwa negara belum
dapat memenuhi hak atas pendidikan bagi seluruh warga negara. Hal tersebut tentu saja harus menjadi
cambuk bagi bagi negara, mengingat pendidikan selain sebagai Hak asasi warga negara juga merupakan
hal yang sangat essensial dalam membangun karakter dan moral bangsa. Kita selaku warga negara juga
memiliki kewajiban mendorong Negara untuk memenuhi kewajibannya sehingga dapat terselenggara
pendidikan yang layak bagi seluruh warga negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai