The Way of Shotokan Karate
The Way of Shotokan Karate
“SHOTOKAN”
Karate–do
Kumpulan Berbagai Artikel Shotokan Karate
By :
BONDHAN ADI PRATOMO
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I SEJARAH KARATE 1
1.1. Apakah Karate Itu ? 1
1.2. Sejarah Karate 3
1.3. Shoto Niju-Kun (20 Petunjuk Berlatih
Gichin Funakoshi) 9
1.4. Kihon - Kumite - Kata 12
ii
BAB V KARATE-DO “MY WAY OF LIFE” 64
5.1. Kebanggaan yang Membahayakan 64
5.2. Seorang Pria Sederhana 70
5.3. Berlatih Hidup – Melawan Topan 75
iii
BAB I
SEJARAH KARATE
1
Karate berasal dari dua kata dalam huruf kanji “kara”
yang bermakna kosong dan “te” yang berarti tangan.
Karate berarti sebuah seni bela diri yang memung-
kinkan seseorang mempertahankan diri tanpa senjata.
Menurut Gichin Funakoshi karate mempunyai banyak
arti yang lebih condong kepada hal yang bersifat
filsafat. Istilah “kara” dalam karate bisa pula disama-
kan seperti cermin bersih yang tanpa cela yang
mampu menampilkan bayangan benda yang dipantul-
kannya sebagaimana aslinya. Ini berarti orang yang
belajar karate harus membersihkan dirinya dari
keinginan dan pikiran jahat.
2
Karena itulah seseorang yang belajar karate sepantas-
nya tidak hanya memperhatikan sisi teknik dan fisik,
melainkan juga memperhatikan sisi mental yang sama
pentingnya. Seiring usia yang terus bertambah, kon-
disi fisik akan terus menurun namun kondisi mental
seorang karate-ka yang diperoleh lewat latihan yang
lama akan membentuk kesempurnaan karakter.
3
dengan latar belakang yang bermacam-macam datang
ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-
orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi
nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari
biksu Budha. Sebaliknya orang-orang Okinawa juga
banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa
dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina.
4
Namun demikian pada akhirnya Okinawa-te mulai
diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga
mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama seki-
tar awal tahun. Dan tidak lama setelah itu Okinawa
menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi
karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk
5
mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi
orang-orang Jepang.
6
bukunya masih dianggap sebagai salah satu karya
terbaik dalam dunia karate sekaligus pioner buku
karate di masa itu. Dan sejak saat itu klub-klub karate
terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.
7
karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang
sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang
damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang
mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari
atas Gunung Torao.
8
Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan
waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari
kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk
penekanan fisik dan bela diri.
9
VERSI ASLI ARTI
10
tidak kalah dalam
pertarungan
Tekki ni yotte tenka seyo Kemenangan tergantung
dari kemampuanmu
untuk meraih yang
mungkin dari yang tidak
mungkin
Tattakai wa kyo-jitsu no soju Bergeraklah mengikuti
ikan ni ari (sesuai dengan) lawanmu
Hito no te ashi wo ken to omoe Pikirkan bahwa kedua
tangan dan kakimu
adalah pedang
Danshi mon wo izureba Waspadalah terhadap
hyakuman no tekki ari tindakanmu agar tidak
mengundang kesulitan
Kamae wa shoshinsha ni ato wa Pertama kuasai kuda-
shizentai kuda merendah, baru
posisi badan yang
alamiah/wajar
Kata wa tadashiku jissen wa Berlatih kata tidak
betsu mono menggantikan hal yang
sesungguhnya
Chikara no kyojaku, karada no Jangan lupa (1) Aplikasi
shinshuku, waza no kankyu wo ringan dan berat dari
wasaruna kekuatan (2)
meregangkan dan
mengerutkan badan (3)
Kecepatan dan
kelambatan dari teknik
Tsune ni shinen kufu seyo Pikirkan jalan untuk
menjalankan ajaran ini
setiap hari
11
1.4. KIHON - KUMITE - KATA
Hampir seluruh aliran karate saat ini memasukkan
tiga materi wajib yaitu kihon, kumite dan kata dalam
latihan. Walaupun sebagian dari aliran juga memasuk-
kan materi lain seperti teknik senjata seperti yang
dilakukan oleh Shito-ryu. Adalah Funakoshi yang
memberikan tiga materi ini sebagai komponen latihan
ketika di Jepang dojo-dojo karate mulai banyak ber-
munculan. Pada perkembangan selanjutnya, JKA yang
berdiri tahun 1949 kembali mempertegas hal ini
dengan menstandarisasikan kihon, kumite dan kata
sebagai materi wajib.
12
Dalam kumite seseorang melakukan dengan seorang
rekan bertanding. Prinsip-prinsip kihon tetap berlaku
dalam kumite. Seorang karate-ka harus mengerjakan
teknik karate dengan sesuai, kekuatan dan kecepatan
yang benar dan juga kontrol yang baik. Teknik ini
dikenal dengan Sundome yang artinya menghentikan
teknik kira-kira tiga inci sebelum sasaran. Sundome
adalah kebalikan dari Full Contact yang mengizinkan
karate-ka melancarkan teknik sekeras-sekerasnya pada
sasaran. Beberapa aliran karate di dunia masih ada
yang menerapkan metode ini.
13
dulu. Shotokan mempunyai 26 kata yang terus dilatih
hingga kini walaupun ada yang populer dan ada pula
yang tidak. Inilah 26 kata Shotokan :
14
Tekki Aslinya bernama Naihanchi dan
saat ini dalam Shotokan memiliki
tiga versi yaitu Tekki Shodan,
Nidan dan Sandan. Tekki Shodan
dan Nidan menurut legenda ber-
asal dari Itosu sementara Tekki
Sandan tidak begitu jelas. Tekki
berarti kuda-kuda yang kuat,
bertahan dalam posisi menung-
gang kuda (kiba dachi) dan ksat-
ria yang kuat. Tidak begitu jelas
mengapa dikerjakan dalam ku-
da-kuda kiba dachi.
Bassai Aslinya bernama Passai yang
berarti menembus benteng, me-
nembus pertahanan lawan de-
ngan mencari titik lemahnya,
walaupun ada juga tidak setuju
dengan arti ini. Bassai adalah
kata yang sangat tua, dan dalam
Shotokan saat ini ada dua versi
yaitu Bassai-dai dan Bassai-sho.
Kanku Aslinya bernama Kushanku
yang menurut legenda meng-
ambil nama dari seorang atase
militer Cina yang bertugas di
Okinawa. Kushanku berubah na-
ma menjadi Kanku-dai yang ber-
arti menatap langit, setelah na-
ma ini terinspirasi dari gerakan
pembukanya. Kanku adalah kata
yang paling banyak versinya
15
dan hampir seluruh aliran kara-
te memegang kata ini walau
dengan nama yang berbeda.
Shotokan memiliki dua versi
Kanku-dai dan Kanku-sho dimana
keduanya mempunyai tingkat
kesulitan yang cukup tinggi.
Enpi Atau kadang diucapkan Empi
berarti burung layang-layang
terbang. Menurut legenda kata
ini versi aslinya adalah Wanshu
ahli bela diri Cina yang datang
ke Okinawa. Enpi adalah kata
Shotokan yang sangat populer
dan sangat sering ditemukan
dalam turnamen.
Jion Salah satu Shitei kata (wajib) Sho-
tokan selain Kanku-dai. Jion ber-
arti kebaikan hati, pengampun-
an, kasih sayang. Ada pula yang
mengartikan Jion nama biksu
Budha, dan kenyataannya me-
mang ada biksu yang bernama
Jion. Nama kata ini tidak
berubah dan dipercaya sebagai
salah satu kata yang menunjuk-
kan karakter dari Shotokan.
Hangetsu Kata yang sangat tua ini bararti
bulan separuh dan sekaligus
mengambil dari nama kuda-
kudanya yaitu Hangetsu dachi.
Nama aslinya adalah Seishan
16
yang berarti tiga belas. Kata ini
berasal dari Naha dan menam-
pilkan teknik-teknik pernafasan.
Gankaku Kata yang juga sangat tua ini
berarti bangau di atas batu.
Nama ini tampaknya diambil
dari gerakan kuda-kudanya
yaitu tsuruashi dachi yang sering
mengangkat sebelah kaki. Nama
aslinya adalah Chinto yang
berarti pertempuran fajar. Kata
ini termasuk salah satu kata
yang sulit.
Jitte Berarti seolah-olah bertarung
dengan kekuatan sepuluh
orang. Nama kata ini tidak
mengalami perubahan. Menurut
legenda kata ini boleh dikerja-
kan dengan sebuah tongkat
sebagai senjata.
Sochin Berarti ketenangan hati, mem-
berikan kedamaian bagi orang
banyak, penekanan yang besar.
Salah satu kata Shotokan yang
sangat populer dan sangat se-
ring ditemukan dalam turna-
men. Nama Sochin juga diambil
dari kuda-kuda kata ini. Walau-
pun gerakannya tidak panjang,
Sochin juga termasuk kata Shoto-
kan dengan tingkat kesulitan
tinggi.
17
Nijushiho Berarti 24 langkah. Nama asli-
nya adalah Niseishi dan milik
Shotokan saat ini hampir mirip
dengan milik Shito-ryu. Meng-
gambarkan kekuatan air yang
kadang kuat kadang lemah.
Unsu Berarti tangan bagai menyibak
awan diangkasa. Nama aslinya
adalah Hakko dan kata ini juga
sangat tua. Versi Shotokan lebih
pendek daripada Shito-ryu yang
memegang versi asli kata ini.
Unsu adalah salah satu kata
Shotokan dengan tingkat
kesulitan yang sangat tinggi.
Meikyo Berarti cermin yang jernih atau
cermin yang terang. Nama ini
diambil dari gerakan awalnya.
Nama aslinya adalah Rohai
yang diduga berasal dari salah
satu Rohai Itosu. Kata ini sangat
jarang muncul di turnamen.
Wankan Artinya mahkota raja. Tidak
jelas mengapa diberikan nama
ini. Wankan adalah kata Shoto-
kan yang paling pendek.
Jiin Berarti halaman kuil pengam-
punan, kebaikan hati. Sama
seperti Jion dan Jitte, kata ini
mempunyai gerakan awal yang
sama. Tampak pengaruh Bud-
hisme yang kuat dalam kata ini.
18
Sama seperti Meikyo dan Wan-
kan, kata ini juga sudah sangat
jarang yang melatihnya.
Chinte Berarti tangan-tangan yang luar
biasa. Mengandung teknik-tek-
nik Cina yang membedakan
dengan seluruh kata Shotokan
yang lain.
Gojushiho Berarti 54 langkah. Nama asli-
nya adalah Useishi yang dalam
bahasa Okinawa juga berarti 54.
Kata ini sangat panjang dan
bersama-sama Unsu dikelom-
pokkan sebagai kata dengan
kesulitan yang tinggi. Kata ini
juga mempunyai dua versi;
Gojushiho-sho dan Gojushiho-dai
dimana dua gerakan dan embu-
sen kata ini nyaris tidak ada
perbedaan.
19
BAB II
TENTANG GICHIN FUNAKOSHI
20
hanya 4 besar aliran karate di Jepang namun juga aliran
karate lain.
21
Karena saat itu sudah ada Naginata (bela diri bersenjata
tongkat dengan pisau tajam diujungnya) dan kendo yang
merupakan penerus dari teknik samurai.
22
untuk berlatih. Tiap hari diisi dengan latihan karate di
hampir seluruh pelosok Jepang.
23
penghargaan pada Funakoshi. Walau demikian, sebenarnya
Funakoshi tidak pernah memberikan nama apapun pada
alirannya. Namun sayangnya dojo ini hancur karena saat itu
Jepang dilanda serangan akibat Perang Dunia II. Setelah
perang tahun 1949 pengikut Funakoshi kembali bersatu, dan
mendirikan sebuah wadah yang bernama Asosiasi Karate
Jepang (Japan Karate Association) dengan Gichin Funakoshi
sebagai instruktur kepala.
24
menguasai seni untuk menjadi bagian anggota masyarakat yang
baik dan jujur.’’
25
BAB III
KARATE-DO KYOHAN
26
Di masa itu ada sebuah peraturan hanya bagi mereka
yang lahir di tahun 1870 atau sesudahnya yang
diperbolehkan untuk mengikuti ujian. Karena itu aku
tidak memiliki pilihan lain kecuali memalsukan
catatan resmi, karena lebih mudah dilakukan. Aneh,
tidak pernah pendaftaran sampai seketat seperti hari
ini.
27
seluruh negeri, protespun bermunculan dari seluruh
pelosok negeri tanpa kecuali. Aku merasa ada sebuah
garis sejarah yang begitu kuat seperti halnya di
Okinawa.
28
Keluargaku selama generasinya turun temurun telah
bekerja pada seorang pejabat golongan bawah, dan
seluruh klan tanpa ragu dan sudah jelas menentang
penghapusan rambut ikat. Seperti sebuah tindakan
sangat dibenci oleh setiap anggota keluargaku,
sekalipun demikian aku tidak merasakan suatu
perubahan atau suatu hal yang lain. Akibat tradisi
seperti keluargaku, sekolah menolak murid-murid
yang masih bergaya tradisional. Dan demikianlah,
masa depan hidupku begitu dipengaruhi oleh sebuah
rambut ikat yang begitu merepotkan.
29
tidak lama setelah kelahiranku aku kemudian tinggal
bersama orang tua ibu, dan disana kakekku mengajar-
kan empat dan lima ajaran klasik tradisi Konfusianis –
pelajaran penting bagi anak dari golongan Shizoku.
30
terletak antara Naha dan Shuri. Begitu besar pengaruh
mereka hingga bahkan gubernur Okinawa tidak
menganggap mereka sebagai pengikutnya melainkan
sebagai teman dekat yang mempunyai derajat yang
sama.
31
Rumah Azato jaraknya cukup jauh dari rumah
kakekku, tempat dimana aku tinggal. Namun sejak
antusiasku pada seni ini, tidak pernah kurasakan
berjalan di malam hari terasa begitu lama. Setelah
beberapa tahun berlatih kurasakan kesehatanku
meningkat dengan pesat, dan sejak itu aku tidak lagi
menjadi anak yang sakit-sakitan seperti sebelumnya.
Aku menikmati karate, namun –lebih dari itu– aku
merasa berhutang budi pada seni bela diri ini karena
meningkatkan kesehatanku, dan sejak saat itu aku
memutuskan untuk lebih sungguh-sungguh menjadi-
kan karate-do sebagai sebuah jalan hidup.
32
ujian dan diberikan posisi sebagai asisten guru di
sebuah sekolah dasar. Pengalaman pertamaku menga-
jar di kelas terjadi tahun 1888, ketika aku berumur 21
tahun.
33
Pada masa itu, para guru mengenakan seragam resmi
(bukan seperti yang dipakai oleh murid-murid
sebelum akhir masa perang), sebuah jaket berwarna
gelap yang dikancingkan sampai dengan leher,
kancing diberi hiasan timbul sebuah bunga ceri mekar.
Tidak lama setelah memakai seragam ini, aku
memotong rambut ikatku, selanjutnya aku mengun-
jungi orang tuaku untuk memberitahukan bahwa aku
sudah dipekerjakan sebagai asisten guru di sebuah
sekolah dasar.
34
Dalam beberapa hal, walaupun orang tuaku sangat
keberatan, aku memasuki pekerjaan yang telah kuikuti
untuk tiga puluh tahun berikutnya. Tapi aku tidak
ingin melupakan cinta sejatiku. Aku mengajar di
sekolah selama siang hari, kemudian sejak karate
masih dilarang, dengan sembunyi-sembunyi di malam
hari menuju ke rumah Master Azato dengan mem-
bawa sebuah lentera yang redup dimana saat itu tidak
ada bulan. Setiap malam aku akan berada kembali di
rumah sebelum fajar. Para tetangga mengira-ngira
darimana saja aku dan apa saja yang telah kulakukan.
Banyak yang mengira jawaban yang mungkin dari
pertanyaan itu adalah rumah bordil.
35
kan. Berulang kali aku harus menjilat debu di lantai
dojo atau di belakang rumah Azato. Namun latihan
begitu ketat, dan tidak pernah aku dijinkan untuk
berpindah ke kata yang lain hingga Azato percaya aku
sudah benar-benar paham dengan apa yang telah
kukerjakan.
36
tahui apa yang aku kerjakan sudah memuaskan,
keputusannya hanya ditunjukkan dengan satu kata,
“bagus !”. Satu kata itu adalah pujian yang paling
tinggi darinya. Sampai aku bisa mendengar kata-kata
itu terucap darinya berulang kali, namun begitu aku
tidak pernah berani memintanya untuk mulai meng-
ajariku kata yang baru.
37
Kadang-kadang aku berlatih di bawah pengawasan
dua master, Azato dan Itosu pada waktu yang
bersamaan. Dalam keadaan ini, aku akan lebih
mendengarkan pada diskusi keduanya, dengan begitu
akan kupelajari hal yang besar tentang seni ini dalam
aspek spiritual yang sama dengan aspek fisiknya.
38
3.2. SYARAT-SYARAT BAGI YANG BERLATIH
Kata "bu" dari budo (seni bela diri) ditulis dengan
huruf Cina bermakna "menghentikan" dalam sebuah
huruf yang menyerupai dua kapak menyilang yang
berarti untuk menghentikan pertentangan. Sejak
karate sebagai suatu budo, arti ini harus dipertimbang-
kan dalam-dalam, dan tinju seharusnya tidak boleh
dipakai sembarangan.
39
menggunakannya akan kehilangan rasa hormat dari
orang lain dan memberikan keburukan baginya, ketika
dia melakukan tindakan seperti orang barbar.
40
mendapatkan ketangkasan pada gerakan fisik mereka,
adalah tidak pantas untuk disebut sebagai orang yang
serius berlatih dalam seni bela diri.
41
hal ini akan membangkitkan kemauannya, memper-
kuat sikapnya dan selanjutnya dia mampu menyele-
saikan apa yang sebelumnya dia tidak sanggup
menyelesaikannya”.
42
Orang biasa akan menarik pedangnya ketika situasi
yang menggelikan dan akan bertarung dengan mem-
pertaruhkan hidupnya. Seorang yang luar biasa tidak
akan terganggu sekalipun tiba-tiba berhadapan
dengan kejadian genting yang tidak terduga, juga
tidak akan marah ketika menemukan dirinya dalam
situasi yang tidak dikehendakinya, dan ini karena dia
mempunyai kebesaran hati dan cita-citanya yang
tinggi.
43
Karena itu Aku berkata : “Kenali dirimu dan lawanmu;
dalam seratus pertarungan kau tidak akan dalam bahaya.
Ketika kau abaikan lawanmu tapi kau kenali dirimu,
kesempatanmu untuk menang atau kalah adalah sama saja.
Jika kau abaikan baik dirimu dan lawanmu, maka kau
membahayakan dirimu dalam setiap pertarungan. Untuk
mendapat seratus kemenangan dalam seratus pertarungan
bukanlah kemampuan yang tertinggi. Untuk menaklukkan
lawan tanpa bertarung adalah kemampuan yang tertinggi”.
44
selanjutnya sesuatu itu akan diisi. Jika sesuatu memi-
liki setitik rongga, maka setitik air akan mengisinya.
45
sekolah dasar menemaniku dengan membawa lentera
kecil yang akan menerangi jalan yang akan kami lalui
di pulau ini pada malam hari.
46
nyikan dia di belakangku, kuambil lentera darinya
dan mulai mengayunkannya pelan-pelan dari kanan
ke kiri, menerangi mataku untuk mengawasi ular itu.
47
tadi memang benar sedang menungguku. Dia sudah
menyiapkan jebakannya dan sekarang menungguku
untuk memasukinya. Untunglah begitu melihatku
dengan lentera yang mengayun ini, ular itu
membatalkan serangannya dan saat ini menyingkir
demi kebaikannya ke dalam kegelapan kebun itu.
48
BAB IV
KARATE-DO NYUMON
49
“Perkelahian! Ada orang akan berkelahi!”
“Tidak! pasti pertarungan antara orang-orang kenpo itu
lagi.”
50
maju dan menyelamatkannya. Namun semua orang
sudah tahu jika Master Yang adalah pemarah yang
menutup telinga untuk alasan apapun. Karena itulah
tidak ada seorangpun yang berani maju mendekat.
Sambil menonton mereka hanya bisa berbisik-bisik
satu sama lain. Sebagian dari mereka merasa kasihan
dengan orang tua itu, sementara yang lain penasaran
apa yang bakal terjadi pada pria tua malang itu.
Namun anehnya pedagang tua itu tampak benar-
benar tenang.
51
lawan yang bertubuh jauh lebih besar. Para penonton
hanya terpaku menyaksikannya.
Mereka berbisik-bisik,
“orang tua itu pasti sudah tidak waras! Tidakkah dia
tahu tengah menghadapi Master Yang?”.
“Kelihatannya tidak begitu, apalagi dia sudah dengan
jelas mengatakan apa yang akan dilakukannya.”
“Orang tua itu pastilah orang asing dari sekitar sini,
setidaknya aku belum pernah melihatnya sebelum
ini.”
52
Sementara yang lain menceritakan Master Yang mam-
pu menebas dan mengayunkan sebilah pedang besar
yang beratnya tidak kurang dari 20 kilogram seolah
tidak memegang apapun. Dia juga mampu meremuk-
kan 10 tumpuk genting dengan tangan kosong.
Kesombongan dan kegemarannya minum-minum
membuat namanya menjadi buruk, namun kekuatan-
nya yang besar serta kemahirannya dalam pertarung-
an membuatnya ditakuti sekaligus dihormati di
seluruh kota.
53
Dengan sebuah kiai (teriakan) yang sangat keras, dia
segera melayangkan tinjunya ke kepala orang tua itu.
Tenaga dan kemarahan serangannya mirip dengan
amukan Raja Deva yang bertubuh raksasa. Orang-
orang yang berkerumun hanya bisa menahan napas,
menunggu hancurnya tulang kepala orang tua itu.
54
nya pukulan yang penuh tenaga itu. Ini terlihat dari
mimik mukanya yang sama sekali tidak berubah
walaupun sejenak. Dia tetap berdiri di tempatnya,
tetap menyeringai dan tersenyum lebar di mulutnya.
55
dalam rasa malunya. Terjatuh pada kedua lututnya,
dia bersujud berkali-kali sambil berkata, ”Master! aku
telah gagal menyadari ada seorang ahli seperti Anda,
hingga aku bertindak begitu bodoh. Mulai sekarang
aku akan lebih berhati-hati dan menghormati orang
lain. Aku sungguh-sungguh memohon ampun
padamu”.
56
4.2. MENYADARI SEBUAH OMONG KOSONG
Aku merasa perlu disini sejak awal, untuk memberi-
kan sebuah ulasan singkat tentang apakah sesuatu itu
adalah karate atau bukan, sejak begitu banyaknya
tulisan omong kosong tentang hal ini sekarang.
Kemudian, bersamaan ketika kesempatan itu datang
aku bermaksud memperjelas apakah karate itu pada
kenyataannya. Namun sebelum menjelaskan lebih
jauh, aku hanya dibenarkan untuk menyingkirkan
beberapa konsep keliru yang terus mengaburkan
esensi dari seni ini.
57
menusukkan jari-jari ke dalam satu bejana penuh
berisi kacang setiap hari selama berjam-jam, hingga
ratusan kali. Awalnya jari-jari akan terluka karena
latihan, dan tangan akan berdarah. Kemudian, lama-
lama darah membeku, bentuk jari-jari akan berubah
aneh.”
58
Tidak diragukan lagi kebanyakan dari mereka men-
dengar akan hal ini menjadi percaya begitu saja.
Banyak dari mereka yang berlatih karate masih saja
memilih, untuk satu atau alasan yang lain, percaya
pada mitos semacam itu. Sebagai contoh, seseorang
yang tidak begitu paham dengan seni karate berkata
pada seorang yang mahir, ”aku tahu kau berlatih
karate. Tunjukkan padaku, apakah kau benar-benar
bisa menghancurkan sebuah batu besar dengan jari-
jarimu? Bisakah kau benar-benar melubangi perut
orang dengan tanganmu ?”.
59
takjub, mungkinkah si ahli telah mendapatkan keku-
atan diluar batas manusia biasa.
60
Ada juga ahli yang selalu mengatakan, ”Dalam
karate,” mereka berkata, “Sebuah pegangan yang kuat
adalah penting. Untuk mencapainya seseorang harus
berlatih selama berjam-jam. Cara terbaiknya adalah
menggunakan ujung-ujung jari dan kedua tangan,
untuk mengangkat dua ember timba yang berat, lebih
baik jika berisi penuh dengan sesuatu seperti pasir,
dan mengayunkan memutar berulangkali. Seseorang
yang yang telah memperkuat pegangannya sekuat
mungkin dengan cara ini mampu menarik daging
lawan keluar dengan mudah dari tulangnya”.
61
praktisi karate. Aku ingat dengan seorang laki-laki
yang sanggup memutari rumahnya di Okinawa
dengan bergantung di sepanjang atap. Tidak bermak-
sud melebih-lebihkan, sejak orang-orang menyadari
bagaimana bentuk rumah-rumah di Okinawa.
62
sama setelah melalui latihan yang cukup. Tidak ada
yang luar biasa dari hal semacam itu.
63
BAB V
KARATE-DO “MY WAY OF LIFE”
64
Seperti yang telah kutulis sebelumnya, gulat Okinawa
sangatlah berbeda dengan apa yang dikerjakan di
Jepang. Aku sangat gemar dengan olah raga itu dan
(harus kuakui) mempunyai cukup rasa percaya diri.
Aku berdiri dan mengamati untuk sejenak.
65
“Apa kau tidak punya sopan santun?” yang lain
bertanya.
66
“Baiklah,” kata si wasit dengan sebuah anggukan
pada yang lain, “sekarang tiba giliranmu. Apa kau
siap bertarung dengan orang asing ini?”.
67
Beruntung bagiku, sebelumnya saat meninggalkan
Naha, aku sudah menyiapkan sebuah payung yang
membantuku saat hujan.
68
ku untuk meneruskan perjalanan lagi. Saat berjalan
kembali kubaca sebuah sajak kesukaanku sambil
mendengarkan suara gerakan yang mencurigakan,
namun tak ada siapapun.
69
5.2. SEORANG PRIA SEDERHANA
Saat aku masih bekerja sebagai seorang asisten guru di
sebuah sekolah di Naha, dalam sehari aku harus
berjalan kaki dua setengah mil sebanyak dua kali,
karena aku dan istriku tinggal di rumah orang tuanya
di Shuri. Suatu hari ada pertemuan guru yang berlang-
sung cukup lama, karena itulah aku terlambat saat
kembali pulang, dan tidak berapa lama hujanpun
turun. Akupun memutuskan untuk “menghambur-
kan” uangku dengan menyewa sebuah jinriksha (sema-
cam becak seperti di Cina yang ditarik menggunakan
tenaga manusia).
70
Saat itu di Okinawa saat itu ada dua macam jinriksha,
yaitu hiruguruma (jinriksha yang berjalan di siang hari)
dan yoruguruma (jinriksha yang berjalan di malam
hari). Aku cukup mengetahui bahwa beberapa penarik
jinriksha di malam hari adalah orang baik-baik.
71
mencoba mengintip wajahnya, dengan cepat dia
memutar kepalanya. Namun masih ada hal lain yang
mengganjal, aku serasa begitu kenal dengan tinggi
badan dan tubuhnya yang ramping.
72
melihat wajahnya. Namun demikian, secepat apapun
aku, pria itu ternyata masih lebih cepat saat dia
menarik topinya dalam-dalam.
73
Aku sangat mengetahui bahwa dia berasal dari sebuah
keluarga golongan atas yang juga merupakan penerus
dari pendekar, dan dia juga seniorku dalam karate-do.
Lebih jauh, diapun tercatat sebagai ahli seni tongkat
dan dikemudian hari mendirikan perguruan bojitsu-
nya sendiri.
74
Bicara masalah nama besar dan keberuntungan,
sesungguhnya dia telah memilikinya. Tapi mungkin
demi uang dia harus bekerja yang dirasakannya akan
merendahkan martabatnya. Apa yang dilakukannya
dalam hal ini serupa dengan ungkapan “setiap inci
dari seorang samurai”. Dan caranya yang tangkas
dalam menarik jinriksha menunjukkan keahliannya
dalam seni bela diri. Meskipun dia meninggal tidak
lama setelah aku pindah ke Tokyo, aku tidak pernah
lupa menghabiskan sore itu bersamanya. Bagiku dia
telah menunjukkan perwujudan dari semangat samu-
rai yang sempurna.
75
diceritakannya memang benar-benar terjadi. Para
pembaca dapat merasakan suatu hal yang gila, tetapi
aku tidak menyesal.
76
walaupun sudah ada tindakan pencegahan sebelum-
nya”.
77
“Anak muda itu tampaknya berumur sekitar dua
puluh tahun, atau bahkan mungkin lebih muda.
Ukuran tubuhnya kecil, tidak sampai lima kaki, tetapi
bahunya besar dan otot-ototnya terlihat kekar. Ram-
butnya disisir seperti gaya seorang pegulat sumo,
dengan sebuah jambul dan sebuah peniti perak,
menandakan bahwa dia termasuk golongan shizoku”.
“Tetapi ini bukanlah hal yang penting. Yang menarik
adalah ekspresi di wajahnya ; mata yang terbuka lebar,
berkilau dengan sorot yang aneh, keningnya melebar,
kulit yang memerah seperti tembaga. Dia mengatup-
kan giginya ketika angin itu bertiup ke arahnya, dia
mengeluarkan sebuah aura yang berkekuatan luar
biasa. Ada yang bilang anak muda ini adalah salah
satu pengawalnya raja-raja Deva”. “Sekarang anak
muda di atas atap itu menurunkan posisi badannya,
mengangkat tikar jerami itu melawan angin yang
mengamuk.
78
dengan cepat mengetahui anak muda itu sedang
melakukan kuda-kuda menunggang kuda, kuda-kuda
yang paling stabil diantara semua kuda-kuda karate.
Dan dia menggunakan angin topan itu untuk mem-
perbaiki tekniknya, dan lebih jauh lagi untuk memper-
kuat tubuh dan pikirannya. Angin menabrak tikar dan
anak muda itu dengan kekuatan penuh, tetapi dia
berdiri di atas pijakannya dan tidak menghindarinya”.
79
BAB VI
ANTARA KARATE DAN KOBUDO
80
banyak dokumen yang berhubungan telah hancur dalam
Perang Dunia II. Meskipun dari arti namanya saling ber-
tolak belakang, antara kobudo dan karate ternyata masih
berhubungan erat.
81
menyatukan ketiga kerajaan itu dalam satu pemerintahan
yang independen (unifikasi). Tentu saja upaya itu tidak
mudah karena Raja Sho harus memerangi kedua penguasa
lainnya yang jelas-jelas menolak. Setelah berhasil mengalah-
kan kedua pesaingnya, Raja Sho akhirnya berhasil menyatu-
kan seluruh wilayah Ryukyu. Setelah kekuasaan Raja Sho
Hashi berakhir, cita-cita itu diteruskan oleh keturunannya
yaitu Sho Shin. Sebagai dukungan unifikasi dibuatlah kebi-
jakan anti perang berupa undang-undang. Pada pokoknya
kebijakan itu melarang penduduk untuk menyimpan dan
menggunakan senjata untuk perang. Sebagai realisasinya
seluruh senjata kemudian disita dari penduduk setempat
dan dikumpulkan di satu gudang yang konon bersebelahan
dengan istana Shuri.
82
menggunakan kapal sebagai media transportasi, penduduk
Ryukyu harus mempersenjatai diri dari serangan perompak
Jepang. Meski dilarang Dinasti Sho, banyak yang percaya
bahwa kobudo sebenarnya masih dilatih meski tidak dalam
dojo resmi. Pendapat itu berasal dari teknik dan senjata
tradisional Cina yang kemudian diadaptasi oleh masyarakat
setempat.
83
masih dilatih meski rahasia. Selama 300 tahun penduduk
Ryukyu masih mewariskan ke generasi berikutnya meski
tanpa ada dokumen atau keterangan yang menjelaskannya.
84
diri di Kyoto. Pemerintah Okinawa menanggapi hal itu
dengan positif dan mencari orang terbaik untuk pantas
sebagai wakilnya. Setelah melalui berbagai pertimbangan,
ditunjuk dua orang dari disiplin bela diri yang berbeda,
yaitu Gichin Funakoshi (karate) dan Shinko Matayoshi
(kobudo). Funakoshi dipilih sebagai wakil karena selain
mahir karate juga terpelajar. Sedangkan Matayoshi dipilih
karena menguasai banyak teknik senjata hasil berlatih di
Cina. Keduanya dianggap sebagai dua nama terbaik dalam
bela diri Okinawa era modern.
85
Setelah itu Matayoshi melanjutkan perjalanannya ke
Fuchow dan Shanghai untuk belajar tinju Shaolin, aku-
puntur dan pengobatan herbal. Setelah belajar pada banyak
ahli, Matayoshi kemudian menggabungkan seluruh teknik
dan pengalamannya dalam satu silabus. Adalah Shinpo
Matayoshi (1922-1997) yang kemudian mendirikan Zen
Okinawa Kobudo Renmei tahun 1970. Organisasi ini
dianggap sebagai salah satu organisasi pioner dalam
kobudo Okinawa, karena bermaksud menyatukan seluruh
praktisi kobudo dan menjaga tradisi di dalamnya.
86
onal samurai seperti katana, naginata, yari (tombak), yumi dan
ya (busur dan panah) juga dimasukkan. Agar tidak membi-
ngungkan, sistemnya kemudian disebut dengan Ryukyu
Kobudo atau Okinawa Kobudo.
87
BAB VII
MISTERI TORA NO MAKI
88
honan hingga begitu lebatnya yang apabila diamati dari
kejauhan menyerupai ekor seekor harimau. Dalam kenyata-
annya nama Torao memang berarti ekor harimau.
89
Munculnya simbol harimau yang dikerjakan oleh Hoan
Kosugi ini tidak begitu jelas. Sumber pertama menyebutkan
ketika Funakoshi berniat kembali ke Okinawa dirinya
didatangi oleh Hoan Kosugi. Seorang pelukis ternama saat
itu yang meminta pelajaran karate bagi dirinya dan teman-
temannya di Kelompok Tabata. Perkumpulan ini adalah
wadah berkumpulnya para seniman yang terbaik di masa
itu. Kosugi meminta pelajaran dari Funakoshi karena saat
itu dia tidak menemukan guru karate yang lebih pantas dari
Funakoshi.
90
Sumber lain mengatakan kalau Kosugi sangat terkesan
dengan latihan karate yang diterimanya dari Funakoshi.
Kemudian ketika didengarnya Funakoshi akan menulis
buku dengan segera dia mengusulkan diri untuk melukis
sampulnya. Dikatakan bahwa Kosugi mengambil ide
harimau karena menurut kepada filosofi tradisional Cina
yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah
tidur’’. Harimau mempunyai sifat yang tenang namun tetap
waspada. Perasaan ini dirasakan oleh Kosugi ketika berlatih
di bawah Funakoshi. Tampaknya makna ini dikemudian
hari menjadi sangat populer.
91
Ada juga sumber yang mengatakan bahwa Funakoshi
sendiri yang meminta pada Kosugi untuk melukis simbol
harimau itu baginya. Setelah diketahuinya Kosugi adalah
seorang pelukis yang pandai.
92
BAB VIII
IKKEN HISSATSU
93
Singkatnya, Anda dalam posisi yang terjepit. Bagaimana
Anda akan menghadapi situasi yang serba sulit ini ?. Dalam
kondisi seperti inilah konsep ikken hissatsu benar-benar
diperlukan.
94
dengan penyebutan yang berbeda. Terbukti ketika karate
masih dirahasiakan di Okinawa, duel antar ahli bela diri
sudah biasa terjadi. Di akhir duel tentu ada yang hidup dan
ada yang mati, hal ini sudah lazim terjadi. Ketika samurai
sedang berjaya di Jepang, filosofi ikken hissatsu benar-benar
dilakukan. Sejak pertarungan hidup mati demi kehormatan
seakan sudah menjadi hal biasa. Uniknya, mereka tidak
dendam dengan lawannya. Bagi golongan samurai perta-
rungan pedang lebih dari sekedar kehormatan namun
keyakinan. Setelah Restorasi Meiji budaya ini telah
ditinggalkan.
95
Shotokan saat ini masih mempertahankan konsep ikken
hissatsu ini. Di beberapa organisasi besar Shotokan mereka
masih mempertahankan latihan kata dasar seperti Heian dan
Tekki. Pemandangan ini sering ditemui pada mereka yang
telah sabuk hitam. Tentu saja ini kontras dengan kenyataan
bahwa seharusnya untuk tingkat sabuk hitam mereka telah
berlatih kata tingkat lanjut. Umumnya mereka dituntut
berlatih kihon berulang-ulang disamping kata dasar. Bagi
mereka dasar diperlukan untuk meraih hasil yang lebih
baik. Hasilnya, dalam turnamen meski teknik yang dilan-
carkan terkesan “miskin” (sebatas oi tsuki atau chudan geri)
mereka tidak terkalahkan.
96
BAB IX
MENGAPA HARUS KIAI
97
dengan lawan yang seperti itu. Dalam sesi latihan biasanya
kiai pada gerakan ke-lima atau ke-sepuluh, jika berlatih
dasar (kihon). Atau pada teknik yang terakhir. Umumnya
senior/ pelatih akan memberikan aba-aba untuk berteriak.
98
itu hal yang manusiawi. Sedangkan yang terakhir, kiai bisa
juga berfungsi sebagai elemen yang meningkatkan tenaga
dengan memberi penekanan pada otot.
99
BAB X
EVOLUSI KARATE
100
ini ada yang tetap memegang fungsi karate sebagai filosofi
seperti Shotokai. Mereka dengan tegas menarik diri meng-
gunakan karate untuk hal-hal yang berbau kompetisi.
101
juga bisa menengok pasal-pasal dalam WKF, disitu akan
tertulis dengan jelas aturan pertandingan kata dan kumite.
Mengisyaratkan bahwa induk organisasi karate dunia ini
mendukung kompetisi dalam karate.
102
terjun di pertandingan itu menampilkan kualitas teknik
yang baik atau buruk.
103
karate adalah seni bela diri yang terhormat. Apapun motif
Anda ketika memilih karate, ada rahasia yang tersembunyi
di dalamnya. Rahasia yang mustahil dicapai mereka yang
hanya berpikir menang atau kalah. Rahasia yang hingga
saat ini hanya sedikit saja orang yang berhasil mencapainya.
104