Isra’ Mi’raj
Meneropong
Kekuasaan Allah
Disinilah wilayah iman, dan bila kita lihat dari sisi ini, jelaslah
ada satu konsep yang lebih tua dari umurnya teori gerak (mekanika)
klasik ataupun modern, yaitu teori gerak kun fa yakun (absolut
kekuasaan Allah). Kekuatan agung (raksasa) ini merupakan wilayah
iman (keyakinan) yang berurat berakar pada kalbu (hati) manusia.
Suatu kekuatan inti (inner side) dalam bentuk emotional inteligensia,
yang pada gilirannya mampu menumbuhkan kesadaran ilmiah rasionil,
seperti diperlihatkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq tatkala mendengar
peristiwa Isra’ itu disampaikan oleh Muhammad Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam. Dia membenarkan peristiwa mencengangkan ini,
bahkan lebih dari itu, diapun percaya bila Muhammad menyatakan
naik kelangit sekalipun. Inilah kesadaran rasionil ilmiah, karena
Muhammad adalah utusan Allah.
Artinya
“sungguh Dia (Allah) Maha Mendengar lagi Maha
Melihat”. (QS.17:1)
2 Diketahui hingga sekarang ada dua hukum dasar mekanika (ilmu gerak). Kesatu,
disebut sebagai mekanika klasik (dikembangkan Isaac Newton, dengan tiga hukum
dasarnya yaitu kelembaban,gerak dan aksi-reaksi), berlaku untuk gerakan suatu materi
yang kecepatannya rendah, jauh lebih kecil dibanding dengan kecepatan cahaya
(300.000 km/detik kuadrat).
Kedua, disebut mekanika modern (dikembangkan Albert Einstein, dengan teori
relativitas dan konsep kenisbiannya), berlaku untuk materi yang kecepatannya sangat
tinggi, yang besarnya mendekati kecepatan cahaya, dan ini hanya bisa dicapai oleh
materi yang berukuran kecil seperti electron.
3 QS.17:1
Artinya :
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidratil Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)
melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhan-Nya yang paling besar”4
(QS.53,An-Njm,ayat 13-18).
Mi’raj5 adalah kelanjutan Isra’, naik ketangga.
Dalam Surah al Ma’arij itu disebutkan :
Artinya :
“Malaikat-Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada
Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun”
(QS.70:4).
4 Muhammad melihat Jibril untuk pertama kalinya dalam bentuk asli itu adalah tatkala
diturunkan wahyu pertama Surat Al ‘Alaq (96) ayat 1-5. Keabsahan penglihatan
Muhammad ini diperkuat oleh Wahyu Allah QS.53,An-Najm, ayat 1-14)
5 Kata mi’raj mashdar dari ‘aroja, berarti telah naik tangga. Harfiyahnya, mi’raj bermakna
tangga, bentuk pluralnya ma’arij juga dipakai dalam penamaan salah satu Surat dalam
Al Quran (S,70).
Artinya :
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya
(lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”
(QS.32:5).
Makna sesungguhnya dari angka misterius 50.000 tahun dan
1.000 tahun, dengan perbandingan hitungan waktu satu hari
(kecepatan malaikat) sesungguhnya merupakan rahasia ilmu Allah.
Namun, jika angka tersebut dipahami sebagai pemuluran waktu
(time dilatation) dalam konsep mekanika realitivistik, maka perjalanan
malaikat satu hari baru teramati dalam dimensi waktu 50.000 tahun
(minimal 1000 tahun) oleh manusia (pengamat diam). Hal ini hanya
bisa terjadi kalau kecepatan yang berlaku lebih dari kecepatan cahaya
dalam teori ilmu pengetahuan modern.
Kalau konsep ini ditelaah, pertanyaannya adalah “apakah
malaikat itu suatu gelombang elektro magnetik”? Dalam sebuah
hadist, ‘Aisyah R.’Anha, meriwayatkan bahwa Malaikat itu tercipta dari
nur (cahaya).
Karena Malaikat adalah makhluk ghaib, bukan materi, maka
pasti bukan tergolongkan gelombang elektromagnetik yang dapat
dideteksi oleh manusia dan dapat dikendalikan sebagaimana lazimnya
gelombang elektromagnetik lainnya dialam ini.
Inilah Wilayah Iman, yang pada gilirannya hanya mampu
menggumamkan kata kagum “Subhanallah”, dan tak akan pernah
dirasakan oleh ilmuan vrijdenker (bebas agama) atau atheis sepanjang
zaman.
Andai kata perjalanan di ma’arij itu menjadi dasar bahasan
perjalanan mi’raj, dalam kadar sehari berbanding 50.000 tahun,
niscaya perjalanan itu akan berkecepatan 18 juta kali perjalanan
kecepatan teknologi transportasi modern, dalam perhitungan manusia
berdimensi ruang dan waktu.
Peristiwa kedua ini lebih menakjubkan dari peristiwa pertama.
Lebih susah membayangkan dan sulit menerimanya, bila hanya
mengandalkan kemampuan rasio semata. Akan sangat mudah
menerimanya apabila kemampuan rasio didasari haqqul-yaqin6
6 Haqqul yaqin adalah tingkat puncak dari ilmul yaqin. Keyakinan ini akan menjadi
landasan utama dari pandangan hidup tauhid (tauhidic weltanschaung) selanjutnya.
Balimau Gadang
Perbauran Adat
Dengan
Agama Islam
di Minangkabau
T
idak berapa lama lagi, kita akan memasuki Bulan Ramadhan.
Bagi umat Islam, Ramadhan merupakan satu bulan mulia yang
senantiasa ditunggu secara khusus dan penuh kegembiraan.
Bulan ibadah dan bulan pengampunan. Keyakinan ini telah mengakar
hingga tampak pada prilaku orang-orang dalam menyambutnya dan
menghormatinya. Berbekas pula pada adat kebiasaan anak negeri,
khususnya dibeberapa daerah yang masih kokoh dengan adat
budayanya.
8 saha = sahur,
sahur, satu bentuk Sunnah Rasul yang diujudkan dalam makan parak siang
sebelum terbitnya fajar, menurut bimbingan ibadah shaum (puasa) mendahului imsak
Artimya :
”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu (pengikut Taurat dan Injil) agar kamu bertaqwa (tetap
terpelihara, bersih dari dosa dan makshiayat)”. (QS.2, al
Baqarah,ayat 183).
Artinya :
”Siapa saja yang melaksanakan puasa (shaum)
Ramadhana dengan iman dan ihtisab (perhitungan-
perhitungan menurut syarat-syarat puasa, memelihara segala
aturan-aturan puasa), maka di ampuni dosa-dosanya
terdahulu”. (Al Hadist).
Balimau
Khusus di Minangkabau (Sumatera Barat), Ramadhan telah
dipandang sebagai bulan yang dinantikan dan sangat di rindui.
Masyarakat sudah terbiasa menyambutnya dengan suatu acara khas
yang hampir teradatkan, dan hampir merupakan penggambaran dari
rangkaian adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Satu
contoh kedatangan-nya kita nanti dengan acara balimau.
Walaupun tidak ada nash yang mendukung sebagai satu kaitan
ibadah wajib atau sunat dalam menyambut Ramadhan, akan tetapi
kebanyakan masyarakat kita telah mengadopsinya sebagai suatu
kegiatan yang punya kaitan erat dengan ibadah Ramadhan (shaum).
DIBAWAH NAUNGAN
SYARI'AT ISLAM
Hampir pada setiap sudut duni pada tahun yang baru kita
lepas-terjadi kemelut. Kadang-kadang juga terjadi di samping kita.
Kemelut yang selalu berakhir dengan terinjaknya martabat
kemanusiaan. Hilangnya keamanan dan rusaknya nilai-nilai kehidupan,
yang manusiawi. Dalam setiap keadaan terjadi kedzaliman atau
keaniayaan. Dalam berbagai bentuk. Dia tampil ke permukaan
bertepatan dengan saat-saat manusia meninggalkan aturan-aturan.
Atau dikala orang mencecerkan hukum-hikum Allah dan syari'at
Agama-NYA (Syari'at Islam). Peringatan Allah Subhanahu wa ta'ala,
menyebutkan :
Senantiasa orang-orang kafir (orang-orang yang meninggalkan
hukum-hukum Allah) itu, ditimpa bahaya, sebab perbuatan mreka
sendiri, bahkan tiba bahaya itu dekan rumah mereka (dalam negeri
sendiri), sehingga datang janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah
memungkiri janji" (Q.S. XIII-Ar-Ra'ad, ayat 31).
Janji Allah, berupa munculnya rasa takut karena ulah manusia
jua. Hilangnya tauhid bertukar syirik, merupakan salah satu
penyebabnya. Hilangnya aman lantaran tumbuhnya kufur. Terbangnya
iman dari lubuk hati, sirna-lah aman dari kehidupan. Merajalelanya
kedzaliman disebabkan lupa kepada hukum-hukum Allah (hududallah).
Kebahagiaan manusia dan lingkungan yang aman terancam
punah. Tanaman kehidupan yang baik tak kunjung menjadi kenyataan.
Semuanya terjadi karena kesalahan manusia semata. Ukuran
"benar-nya suatu kebenaran sering diukur dari kualitas pelakunya.
Kualitas kebenaran terabaikan. Kualitas kebenaran, ukurannya adalah
syari'at (aturan-aturan) Agama Allah (Islam). Asasnya adalah iman dan
taqwa kepada Allah semata.
Realisasi taqwa adalah kerelaan melaksanakan hukum Allah
Yang Maha Kuasa. Suka atau tidak. Di dalam syari'at itu, tercakup
semua aturan, yang menyangkut harkat kemanusiaan. Semua
kaedahnya tertera dengan jelas, didalam syariat Islam.
Iman, tidak berarti hanya sekedar percaya kepada adanya Allah,
tanpa diikuti serta perilaku. Perilaku itu berupa amal-shaleh. Unsurnya
adalah ikhlas, bersih dan lurus. Ukurannya, sesuai dengan kehendak
Allah - yang dimani- semata. Amal, merupakan konsekwensi logis dari
iman.
Aktivitas; sedemikian, melahirkan ibadah-ibadah yang benar.
Teguh dan kokoh pada setiap perintah Allah. Terjauh dari semua unsur
keaniayaan. Baik itu menyangkut hubungan individu, atau hubungan
yang luas, hubungan masyarakat. Sampai kepada suatu tatanan
kehidupan yang menyeluruh. Suatu aturan (syari'at), ruang
lingkungannya universal. Tidak membedakan pangkat dan derajat.
Tidak mengenal perbedaan bangsa dan bahasa. Pelaksanaan
aturan-aturannya tidak hanya terbatas pada kedudukan elit, juga tidak
pada perbedaan kulit.
Dengan penerapan iman secara benar dan utuh ini, muncullah
suatu sistem keadilan yang indah. Terpatri dalam sejarah, tentang
kisah Al Makhzumiyan, sosok seorang pembesar (Quraisy) yang
terpandang. Dikala ia melakukan tindak pencurian, korupsi dan
manipulasi pada jabatannya semasa itu. Dia ditangkap, diadili dan
dijatuhi hukuman. Hukuman potong tangan. Beberapa pemuka Quraisy
berpendapat, sebaiknya diajukan saja permohonan ampunan (grasi)
kepada Muhammad Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wasallam).
Mengingat Al-Makhzumiyan termasuk seorang anggota keluarga
Quraisy yang disegani. Lagi pula Muhammad Rasulullah SAW, juga
seorang putra Quraisy yang "terbaik" dan mulia. "Kita coba
memanfaatkan situasi ini...," demikian usulan pemimpin-pemimpin
Quraisy yang lainnya. Hubungan keluarga dan tali darah, mungkin bisa
merubah putusan syari'at yang ditimpakan. Begitulah jalan fikiran
pembesar Quraisy umumnya waktu itu. Diutuslah seorang shahabat
yang dikenal dekat dengan Muhammad SAW, sebagai perantara.
Usamah bin Zaid, pilihan yang tepat. Dia akan dipilih menjadi utusn
menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, mengajukan
permohonan "maaf" dari sang koruptor al Makhzumiyah ini.
Hubungan "kekerabatan" ditampilkan Shahabat dan kenalan,
dipilihkan sebagai formula pembuka jalan. Demi nama baik keluarga
Quraisy, kiranya Al-Makhzumiyah tidak jadi dijatuhi hukuman.
Setidak-tidaknya agar hukuman kepadanya menjadi ringan. Jangan
ditimpakan hukum "potong tangan", yang bisa dianggap
"mempermalukan seumur hidup.
Islam.
Besarkan Allah
Alunan zikir menyebut asma Allah, dengan takbir, tahlil dan
tahmid, di kumandangkan tatkala melepas bulan Ramadhan. Kalimat
takbir adalah syiar kaum Muslim sepanjang masa, yang dengannya
shalat di mulai, azan di kumandangkan, iqamat di awali, bahkan
sembelihan hewan qurban di laksanakan. Kalimat ini pula dipakai
memasuki idul-fithri setiap tahun. Takbir telah menjadi kekuatan bagi
Gejala ini tampil pada generasi yang tercerabut dari akar budaya
(tamaddun), suatu perkembangan yang sangat di takuti menimpa
generasi baru (new-generation) di Asia (Asean) di masa datang, antara
lain ;
1. Kehidupan pra-globalisasi telah menyajikan suatu gejala
masyarakat ber kehidupan materialistik dan individualis,
yang tampak jelas pada hilangnya tatanan bermasyarakat
kebersamaan (kurang bersilaturrahmi). Akibat nyata yang
terasakan di daerah-daerah terpencil (IDT) ialah ;
• mulai merenggangnya hubungan kekerabatan,
• hilangnya rasa tanggung jawab bersama,
• pudarnya kegotong royongan, yang selama ini adalah ciri
khas budaya bangsa.
Sempurnakan ibadah
Berbeda dengan kebanyakan perayaan yang lazimnya
berbungkus kegembiraan glamourious, hura-hura atau foya-foya dalam
ukuran kebendaan, maka Perayaan Idul Fithri adalah rakitan ibadah
sebagai rangkaian kewajiban "la'allakum tasykurun", atas
nikmat-nikmat Allah yang telah di anugerahkan-NYA.
11Sebaliknya, siapa yang harinya sekarang sama saja dengan hari kemarin itu tandanya
orang-orang yang merugi, bahkan disesaalkan sangat orang yang hari ininya lebih buruk
dari hari kemarin, itulah orang (bangsa) yang terkutuk (Al Hadist).
12 QS. Al Hasyar (59) ayat 18-19.
13 Dalam Islam ada dua hari raya, dikenal dengan (1) IDUL FITHRI, artinya kembali
kepada fithrah dan (2) IDUL ADH-HA artinya kembali melakukan pemotongan hewan
qurban mengikut sunnah Nabi sejak dari Ibrahim AS. Hari Raya ('Id) dalam Islam adalah
ibadah, dilaksanakan sebagai satu keharusan dalam bersyukur kepada Allah SWT.
14 QS.Adz-
QS.Adz-Dzariyat, ayat 56
15 QS.Israk (17) ayat 85.
16Ruhul Infaq artinya jiwa rela berkorban, memberi kepada orang lain dikeliling kita,
dalam rangka menjalin hubungan bermasyarakat (ukhuwwah, kekeluargaan) senasib
sepenanggungan, dan menjadi alat yang ampuh menimbun jurang antara orang
berpunya (the have) dengan yang belum bernasib baik (fuqarak wal masakin). Infaq juga
merupakan pembuktian dari iman seseorang.
17 Seorang orientalis menulis tentang Islam ; "Islam is indeed much more than a system
of theology but its a completed civilization"
Masyarakat integratif
Kesempurnaan berhari raya ( termasuk idul fithri = kembali
kepada fithrah ), yang secara hakiki bernilai kesucian atau sesuai
fithrah kejadian. Nikmat ini akan terasa bermakna bila di iringi dengan
peduli kepada orang sekeliling, terutama kepada yang belum bernasib
baik (fuqarak wal masakin), sebagai pembuktian dari rasa syukur.
18 QS. Al Baqarah (2) ayat 257, lihat juga QS. 5 (al Maidah) :16; QS. 57 (Al Hadid): 9;
QS. 65 (ath-Thalaq) :11.
19 Al Quran menyebutkan salah satu nilai dari idul fithri adalah "la'allakum tasykurun",
supaya kamu mensyukuri nikmat Allah atas di berikannya hidayah (petunjuk), lihat
QS.2:184. Umpamanya pada hari raya idul adhha (hari raya Hajji) di warnai dengan
menyantuni orang-orang keliling (fuqarak wal masakin) dengan daging sembelihan
hewanqurban.
Mawaddah fil qurba atau hubungan tali rasa yang di ikat oleh keimanan (keyakinan)
tauhid pada masa sekarang sudah tidak di hiraukan oleh masyarakat maju, terutama di
Barat, karena kehidupan yang di warnai oleh aliran materialistik dan individualistik, yang
Hidupkan Silaturrahmi
Ajaran agama Islam menyebutkan "barangsiapa menginginkan
rezekinya bertambah, panjang usianya, senang kehidupannya,
mendapatkan syorga tempat tinggalnya, membuktikan keimanannya
kepada Allah dan hari akhirat, kewajibannya adalah menghubungkan
silaturrahim". Ajaran Islam seperti ini terungkap dalam banyak
hadist-hadist Rasulullah SAW27.
23 Rasulullah mencontohkan hidup ini seperti sebuah pelayaran diatas perahu, dengan
aturan-atuiran yang terang. Tatkala seorang penumpang mencoba melobangi dinding
perahu untuk mendapatkan air dengan cepat pada tempat duduknya, jangan dibiarkan
saja perbuatan itu. Bila orang tak mau tahu dan bersikap membiarkan perbuatan itu,
maka yang akan karam tidak hanya yang melobangi perahu semata, tetapi yang diam
melihat (artinya enggan melaksanakan peran amar makruf) akan karam juga (Al Hadist).
24 QS.Fush-shilat (41) ayat 33.
25 QS.Ali Imran (3) ayat 112.
26 QS.Al Anbiya’ (21) ayat 107.
27 Salah satu hadist Rasulullah SAW menyebutkan “man “man ka^na yu’minu billahi wal
yaumil akhir fal yashil rahimahu”,
rahimahu”, artinya siapa yang benar-benar beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah dianya memperhubungkan tali silaturrahim.
hubungan serasi yang bersih, jujur, terang, setara dan penuh kasih
sayang. Hubungan kasih sayang yang menjadi idaman dan dambaan
manusia sepanjang kehidupan manusia.
Tunaikan kewajiban
Ada kewajiban bersama untuk saling memaafkan. Ada hak untuk
di maafkan. Ada kewajiban saling asih-asuh-asah, supaya
masing-masing menerimakan hak berupa "hayatan thaiyyibah" atau
hidup yang thayyibah, bersih dan tertib. Pahala menanti bila ada
kesediaan pertama memaafkan orang lain, pahala juga menanti tatkala
mau menerima kemaafan orang lain. Hina orang yang menghindar dari
pemeliharaan hubungan kekerabatan (berbangsa). Kehinaan bagi
orang yang tidak hirau dengan kepentingan orang lain. Kemelut akan
menyertai tatkala terjadi pemutusan hubungan silaturrahmi.
LABBAIKA
ALLAHUMA LABBAIKA
(MAKBUL-NYA DO'A NABI IBRAHIM)
30 Ada kaedah berbunyi; "man lam yardhaa bi qadhaa-i, wa lam yashbir 'ala balaa-i, fal
yathlub rabban siwaa-i" artinya, "bagi yang tak redha dengan ketentuan-KU, tak
shabar dengan cobaan-cobaan-KU, silahkan cari saja Tuhan yang lainnya selain dari
AKU", dan mustahillah mencari tuhan yang lain dari Allah, kecuali bertuhan kepada
selain Allah.
yang diduduki, dan jumlahnya mencapai lebih dari 1,3 milyar dolar
Amerika. Dan untuk kepentingan negara-negara di Benua Afrika, telah
mendanai lebih dari 17 milyar dollar Amerika, di antaranya 59% berupa
hibah. Hampir 70 negara berkembang memanfaatkan bantuan
keuangan Saudi Arabia, yang jumlahnya lebih dari 34 milyar dollar
Amerika. Belum terhitung sumbangan dermawan perorangan melalui
lembaga-lembaga sosial dan keuangan Timur Tengah, menyebar
sampai kedesa-desa terpencil di seantero dunia. Semuanya telah
menunjang perkembangan dalam bidang pendidikan, sosial
kemasyarakatan, dan juga penyempurnaan sarana-sarana ibadah dan
dakwah. Kondisi ini pasti tidak bisa bertahan lama tatkala solidaritas
Islam dicabik-cabik, berganti dengan kemuraman dan ketidak
percayaan. Memang, perang membawa duka. Yang menang,
menderita. Yang kalah lebih celaka. Peristiwa teluk (1990) telah
menghadiahkan hutang yang menghimpit beberapa negara di kawasan
itu, secara pelan namun pasti tengah meniti proses pemelaratan
bangsa dengan beban biaya tinggi.
Persahabatan Indonesia dengan Timur Tengah telah terjalin lama
sekali. Sejak dari pertama sekali orang Indonesia menunaikan ibadah
haji ke Mekkah.
Bahkan jauh sebelum itu, ketika pedagang-pedagang Arab mulai
menjejakkan kakinya ke bumi Nusantara, banyak keturunan Arab
tersebar diseluruh tanah air, sebagai bukti eratnya persahabatan itu.
Di Indonesia kita mengenal nama keluarga Baswedan, Afiff, Alattas,
Salim, Albar, Muhammad, Bafadhol, Baraja, dan banyak lagi yang telah
menyatu dalam kerukunan satu bangsa Indonesia. Khusus bagi
Sumatera Barat yang memakai panggilan "Serambi Mekkah", arti
persahabatan (Saudi Arabia - Indonesia), mempunyai makna yang
dalam. Persahabatan yang diikat oleh "aqidah" dan pandangan hidup
yang satu. Persaudaraan Islam, atau "ukhuwah Islamiyah". Hampir
semua "ulama tua" di Minangkabau adalah "alumni Masjidil Haram".
Sejak dari Sheikh Ahmad Khatib Al Minangkabawy yang tidak pernah
pulang keranah Minang, hingga Haji Jalaluddin, mantan Ketua Masjlis
Ulama Indonesia Sumbar. Bahkan lebih dari itu, tatkala delegasi haji
Indonesia ke Saudi Arabia (1947) bisa mengibarkan "sangsaka Merah
Putih" ditengah Padang Arafah. Waktu itu delegasi Indonesia
beranggotakan K.H. Adnan, Haji Syamsir (berasal dari Bukittinggi), dan
K.H. Saleh Su'aidy. Delegasi itu kemudian dikenal sebagai "delegasi
haji" Indonesia pertama.
Bila kita melihat perkembangan dan hubungan akrab yang telah
terbina dengan solidaritas (ukhuwwah) serta akidah Islamiyah ini di
buhul lebih erat dalam kesejagatan pasti dapat dijadikan kekuatan
ampuh dan nyata dalam mengatasi berbagai krisis (termasuk moneter)
yang di hadapi sekarang ini. Implementasinya terpulang kepada
kesediaan kita juga.
orang yang ber-Iman kepada Allah dan Hari yang Kemudian". Berfirman
Allah, "Barang siapa yang kafir, maka AKU beri juga kesenangan sedikit
(kemenangan sementara); Kemudian AKU masukkan dia kedalam azab
neraka; Dan disitulah tempat tinggalnya yang sejahat-jahatnya".
"(Dan ingatlah), Tatkala Ibrahim (menyelesaikan tugas)
mempertinggi asas Baitullah (Ka'bah) bersama Ismail. (Kemudian
berkata); "Wahai Tuhan kami, terimalah amalan kami. Sesungguhnya
ENGKAU Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Wahai Tuhan kami,
Jadikanlah kami dua orang Muslim, (yang patuh mengikuti perintah
MU). Dan dari anak cucu kami menjadi Ummat Muslim yang patuh dan
taat bagi ENGKAU. Dan perlihatkanlah kepada kami amalan hajji kami
(dalam bentuk perangai dan akhlak kami). Dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya ENGKAU Penerima taubat, lagi Penyayang". (QS. II -
Surah Al Baqarah, ayat 124 - 128).
Makna yang dalam dari kutipan Firman Allah ini, akan memenuhi
rongga hati, insan yang beruntung. Yang menampakkan kaki di keliling
Ka'bah. Yang dengan penuh kesadaran mengaku salah, Yang dengan
kejujuran melakukan interospeksi dan koreksi. "Wahai Tuhanku, sudah
banyak ni'mat MU kepadaku yang kucicipi. Namun aku sadar kini. Lebih
banyak dosaku yang telah kulalui. Ampunilah aku, Wahai Tuhanku.
Tiada yang mampu mengampuni, kecuali ENGKAU sendiri". Do'a inipun
berulang kali diucapkan. Disetiap mendekati Hijr Islmail. Setiap kali
dengan kesadaran yang tinggi.
"Kesadaran yang tinggi itulah sebenarnya modal dalam
pembangunan.
Insya Allah.
Padang, 25 Syawal 1411 H/10 Mei 1991 M.
PENGALAMAN
MENJADI TAMU NEGARA
Suatu hari di tahun 1992 ketika saya berada di Padepokan Budi Mulia,
Padang, telepon berdering menyebut nama saya. Saya berge- gas
menjawab
Isteri maklum, jika ada perintah dari Abah dari Jakarta, saya tidak
bisa menolak dan harus berangkat kemana saja dan kapan saja. Saya
mempersiapkan
diri dengan memakai tas dan dua helai pakaian.
Saya tidak tahu apa keinginan Abah terhadap diri saya, yang saya
ketahui
adalah saya harus berangkat ke Jakarta. Saya sampai di Jakarta dengan
membawa
bekal apa adanya, antaranya dua helai pakaian untuk saya pakai
sehari-hari.
Termasuk pakaian pengganti yang saya simpan pada tas sekolah mirip
kepunyaan
anak saya.
Dalam hati, saya tidak hanya menghadiri sidang tersebut, tetapi saya
juga mempunyai niat untuk melaksanakan ibadah haji. Abah berpesan
agar
saya hati-hati di rumah orang dan pandai membawakan diri sebagai
tamu.
Apalagi, saya mewakili sebuah nama besar. Abah DR. Muhammad
Natsir.
<P>Pesan ini diiringi oleh uang yang diberikan Abah sejumlah US$
300. Uang
ini terlalu sedikit untuk mereka yang ingin menunaikan ibadah haji.
Namun
saya berketatapan hati untuk terus berangkat. Saya berangkat
menggunakan
pesawat Saudia, sebuah maskapai pener- bangan pemerintah Arab
Saudi, setelah
<P>Mobil yang terdiri dari tiga ruangan ini merupakan mobil mewah
pertama
yang belum pernah saya lihat dan saya jumpai sebelumnya. Di
dalamnya tersedia
fasilitas pesawat telpon, televisi dan kulkas berisi minuman. </P>
bahwa saya telah sampai dengan selamat di Jeddah. President suite ini
terdiri
dari tiga kamar yang terpisah. Ruangan paling depan adalah ruangan
tamu
dan dibatasi pintu dengan kamar tidur. </P>
<P>Kalau begitu, saya berketatapan hati lebih baik tidur saja di lantai
Masjidil Haram, daripada kembali ke ruangan hotel mewah ini. Tatkala
saya
diajak ke kota Mekah, tanpa berpikir panjang, saya sambut dengan
Alhamdulillah.
Mobil limousine mewah yang semalam, sudah menunggu di luar untuk
membawa
saya meninggalkan hotel ini menuju Masjidil Haram dengan bekal tas
sekolah
berisi lembar pakaian, satu-satunya bekal yang dibawa dari Indonesia.
</P>
<P>Dua hari dua malam (6 dan 7 Zulhijjah) saya tinggal dan tidur di
lantai
Masjidil haram. Perasaan saya lega gembira tatkala saya mendapati di
luar
masjid seorang tukang jual roti menawarkan 2 rial untuk sepotong roti
besar
yang tak habis sekali makan, ditambah secangkir kopi susu.</P>
<P>Di hotel saya disambut oleh saudara Hamdan Amir BA, petugas
Kementrian
Haji Saudi yang berasal dari Bugis dan telah bermukim di Mekah sejak
empat
generasi sebelumnya. </P>
<P>Rupanya, dia telah mencari-cari saya selama dua hari, dan malah
telah
memberi tahu Abah di Jakarta bahwa saya termasuk jamaah yang telah
hilang.
Dia sangat heran, entah kemana hilangnya tamu negara selama
beberapa hari
sejak meninggalkan hotel mewah. Dia bertanya, kemana saja dalam
dua hari
ini? Dengan pendek dan sangsi saya menjawab, saya diundang untuk
beribadah,
maka saya berada di Masjidil Haram. </P>
<P>Akan tetapi, hari ini adalah hari terakhir kami berada di Mekah
(tidur
di hotel), karena pada hari itu pula, saya dan rombongan sudah harus
beranagkat
ke Mina, untuk melaksanakan wajib Haji. Selanjutnya, segala bentuk
protokoler
telah diatur oleh Wazaratul Haj wal Auqaf. </P>
<P>Waktu ditanyakan apa saja oleh-oleh yang saya bawa dari Arab
Saudi.
Jawab saya: "Tidak ada! Kecuali sebuah kesempatan besar, dapat
melaksanakan
ibada haji." </P>