Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Materi dalam Teori Big Bang dengan Al-Qur’an dan Hadist

Triska Indah Syafawati


Kimia, Universitas Islam Negeri Malang
triskaindahsyawati@gmail.com
Abstract
Al-Qur’an and science is two things that needs harmonization in implementation of
life. Everything was images in Quran but isn’t scientific book, it’s contains general themes
of verses that trigger the development of science about universe phenomena more
specific. Especially in this study the Kauniyah verses about the formation of the universe, its
Qs. Al-Anbiya verse 30 and Qs. Al-A’raf verse 54, and modern theory namely Big-Bang
theory. This study aims to correlate between modern theory (the Big-Bang) and verses about
the formation of the universe, that modern science can’t be separated from the verses of
Kauniyah in the Quran. The method are used is descriptive analysis to get correlation of
them. The final result of this research that between scientific- based theory, namely the
Big-Bang and two verses above it has correlation of them
Keyword: Big-Bang theory, Holy Qur’an, Hadith
Abstrak

Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang perlu harmonisasi dalam
pelaksanaan kehidupan. Semuanya adalah gambar-gambar dalam Al-Qur'an tetapi bukan
buku ilmiah, berisi tema-tema umum dari ayat-ayat yang memicu perkembangan ilmu
pengetahuan tentang fenomena alam semesta yang lebih spesifik. Khususnya dalam kajian
ini ayat Kauniyah tentang terbentuknya alam semesta, Qs. Al-Anbiya ayat 30 dan Qs. Al-
A'raf ayat 54, dan teori modern yaitu teori Big-Bang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkorelasikan antara teori modern (Big-Bang) dan ayat-ayat tentang pembentukan alam
semesta, bahwa ilmu pengetahuan modern tidak dapat dipisahkan dari ayat-ayat Kauniyah
dalam Al-Qur'an. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendapatkan
korelasinya. Hasil akhir dari penelitian ini bahwa antara teori yang berbasis ilmiah yaitu
Big-Bang dan dua ayat diatasnya memiliki korelasi di antaranya.

Kata kunci: Teori Big Bang, Al-Qur’an, Hadist

Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dapat memberi manusia banyak informasi tentang sesuatu. Juga
dapat memberikan pengetahuan tentang selembar daun. Kemudian, karena memperkenalkan
manusia dengan hukum tertentu yang mengatur sesuatu, maka ilmu pengetahuan mampu
membuat manusia dapat mengendalikan dan memanfaatkan sesuatu, dan dengan demikian
ilmu pengetahuan memajukan industri dan teknologi(Muthahari, 2002). Jadi, sains adalah
produk aktivitas akal manusia yang dihasilkan dengan cara eksperimen atau pengamatan
berulang-ulang untuk menghasilkan suatu teori yang bisa diuji oleh saintis lain sehingga bisa
menjelaskan fenomena alam atau fenomena sosial.
Albert Einstein melalui esai yang ditulisnya pada tahun 1939 “Out of My Later
Years” bahwa ilmu pengetahuan objektif memberi umat manusia suatu peralatan perkasa
untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tujuan utama manusia dan kerinduan untuk mencapai
tujuan utama itu tidak bisa kecuali harus dating dari sumber yang lain. Pandangannya ini
adalah akibat logis dari postulat teori relativitas yang dikemukakan pada tahun 1905 bahwa
didalam vakum kecepatan Cahaya (c=3.105 km/sec) adalah limit dari kecepatan materi yang
bergerak (Marconi, 2003)
Al-Qur’ān telah menambahkan dimensi baru terhadap studi mengenai fenomena jagat
raya dan membantu pikiran manusia melakukan terobosan terhadap batas penghalang dari
alam materi. AlQur’ān menunjukan bahwa materi bukanlah sesuatu yang kotor dan tanpa
nilai, karena padanya terdapat tanda-tanda yang membimbing manusia kepada Allah serta
kegaiban dan keagungan-Nya. Alam semesta yang amat luas adalah ciptaan Allah, dan Al-
Qur’ān mengajak manusia untuk menyelidikinya.
Metode
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, pada masing-masing
ayat dan teori Big Bang. Lalu, dilakukan komparasi untuk memperoleh keselarasan antar
ayat-ayat kauniyah, hadist sahih dan teori modern terbentuknya alam semesta, yaitu Big
Bang
Al-Qur'an dan Kosmologi

Saat Al-Qur'an diturunkan, pemahaman manusia tentang sifat alam semesta dan
pergerakannya masih tidak jelas. Lalu, karena pengetahuan umat manusia tentang alam
semesta telah sangat maju dan berkembang pada zaman sekarang. Harus diingat bahwa
konsep perluasan alam semesta yang terus-menerus hanya ada di dalam Al-Qur'an. Penemuan
bahwa alam semesta terus berkembang sangat penting bagi para ilmuwan, karena membantu
menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana alam semesta awalnya
diciptakan dan mengaitkannya dengan teori Big Bang. Al-Qur'an melangkah lebih jauh dan
menggambarkan seluruh siklus awal, akhir dan kembali lagi ke awal yang sama (Kemenag,
2010). Langkah pertama penciptaan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an secara akurat
menggambarkan peristiwa Ledakan Besar dalam kata-kata berikut:

Tidakkah orang-orang kafir melihat bahwa langit dan bumi adalah


suatu tertutup massa (ratqan), kemudian Kami pisahkan keduanya (fataqna)?
Dan Kami jadikan dari air segala yang hidup. Apakah mereka kemudian tidak
percaya?

Dalam ayat ini kata ratqan (massa tertutup), dan fataqna (Kami pisahkan), membawa
pesan dasar dari keseluruhan ayat. Kaum Arab memberikan dua makna ratqan, yang
memiliki relevansi besar dengan topik yang sedang dibahas. Salah satu maknanya adalah
'berkumpulnya sesuatu dan akibatnya menjadi satu kesatuan' dan makna kedua adalah
'kegelapan total'. Kedua makna ini dapat diterapkan secara signifikan. Secara bersama-sama,
mereka menawarkan deskripsi yang tepat tentang singularitas lubang hitam.

Sedangkan, dalam hadist juga tercantum Segala sesuatu yang wujud pasti ada yang
menciptakannya. Segala sesuatu yang diciptakan memiliki permulaan, begitu pula dengan
alam semesta ini. Sebagaimana hadist riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang artinya :

“Sesungguhnya Allah ada tanpa permulaan (Azaly), tidak suatu apapun pada azal
selain Dia. Dan adalah arsy-Nya berada di atas air. Kemudian Dia menuliskan di atas adz-
Dzikr (al-lauh al-mahfuzh) segala seuatu, lalu Dia ciptakan seluruh lapisan langit dan
bumi”. 

Hadist ini menjelaskan bahwa segala sesuatu selain Allah memiliki permulaan.
Artinya sebelum Allah menciptakan makluk-makhluk tersebut, tidak ada bumi, tidak ada
langit, tidak ada apapun dan hanya Allah yang tidak memiliki permulaan (Azaly). Hadist ini
juga menjelaskan bahwa alam semesta memiliki permulaan.

Black hole adalah massa kolosal yang runtuh secara gravitasi. Ini dimulai dengan
runtuhnya bintang-bintang masif seperti 15 kali atau lebih ukuran matahari. Besarnya tarikan
gravitasi ke dalam menyebabkan bintang-bintang runtuh menjadi ukuran yang jauh lebih
kecil. Tarikan gravitasi lebih terkonsentrasi dan menghasilkan keruntuhan lebih lanjut dari
seluruh massa menjadi supernova.

Pada tahap ini, batu bata dasar materi seperti molekul, atom, dll. mulai dihancurkan
menjadi massa energi yang tidak berarti. Maka terciptalah momen dalam ruang-waktu yang
disebut horizon peristiwa. Tarikan gravitasi ke dalam dari sesuatu itu menjadi begitu kuat
sehingga semua bentuk radiasi ditarik kembali sehingga bahkan cahaya pun tidak dapat
melarikan diri. Sebuah kegelapan total yang dihasilkan terjadi kemudian yang memberinya
nama black hole, mengingatkan salah satu kata ratqan digunakan oleh Al-Qur'an yang
menunjukkan kegelapan total. Ini disebut singularitas yang terletak di luar cakrawala
peristiwa.
Black Hole yang pernah dibuat tumbuh dengan cepat karena bahkan bintang yang
jauh pun mulai tertarik dengan konsentrasi energi gravitasi yang progresif. Diperkirakan
massa lubang hitam bisa tumbuh sebesar seratus juta kali massa matahari. Saat medan
gravitasinya melebar, lebih banyak material dari luar angkasa yang ditarik dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya. Pada tahun 1997 ada bukti pengamatan yang menunjukkan
bahwa di galaksi kita ada lubang hitam dengan massa 2.000.000 massa matahari. Tetapi
perhitungan lain menunjukkan bahwa di alam semesta kita mungkin ada banyak lubang hitam
sebesar 3.000.000.000 massa matahari (Ratna, 2014)

Pada konsentrasi tarikan gravitasi itu, bahkan bintang-bintang yang jauh pun akan
terhuyung-huyung dan kehilangan tambatannya untuk dimangsa oleh pelahap sebesar itu.
Dengan demikian proses ratqan selesai menghasilkan singularitas yang baik tertutup
sepenuhnya maupun yang terdiri dari kegelapan total. Untuk menjawab pertanyaan tentang
bagaimana alam semesta awalnya diciptakan, dua teori terbaru adalah teori Big Bang. Mereka
mengklaim bahwa itu dimulai dari singularitas yang tiba-tiba meletus melepaskan massa
yang terperangkap yang mengarah lagi ke penciptaan alam semesta baru melalui cakrawala
peristiwa.

Al-Qur'an dan Benda-benda Langit

Sekarang kita beralih ke aspek lain dari deskripsi kosmos yang berhubungan dengan
gerakan benda-benda langit. Semua ulama dan peneliti pada waktu itu sepakat dalam
keyakinan mereka bahwa bumi tidak bergerak sementara benda-benda langit lainnya seperti
matahari dan bulan terus-menerus berputar di sekitarnya. Mengingat hal ini, gerakan bumi
seperti yang dijelaskan oleh Al-Qur'an (Rizki, 2015) Daripada secara harfiah
membandingkan gerakan bumi dengan gerakan benda-benda langit lainnya, Al-Qur'an
membuat pernyataan berikut:
Gunung-gunung yang Anda lihat, Anda pikir mereka diam sementara
mereka terus-menerus mengambang seperti awan yang mengambang.
Begitulah pekerjaan Allah Yang menjadikan segala sesuatu kokoh dan kuat...

Jika gunung-gunung dinyatakan terus bergerak, maka satu-satunya kesimpulan logis


yang dapat ditarik dari sini adalah bahwa bumi juga berputar bersama mereka. Namun berkat
bahasa Al-Qur'an yang luar biasa, pengamatan ini tidak diperhatikan. Dalam Al-Qur'an juga
tercantum menyebut gunung-gunung sebagai rawasiya yang berarti 'berakar kuat di bumi':

Dia telah menciptakan langit tanpa tiang apa pun yang dapat kamu lihat,
dan Dia telah menempatkan di bumi gunung-gunung yang kokoh yang
mungkin tidak terlihat. gempa dengan Anda, dan Dia telah tersebar di
dalamnya semua jenis makhluk; dan Kami turunkan air dari awan, dan Kami
tumbuhkan di dalamnya setiap makhluk yang mulia.

Dengan demikian, Al-Qur'an berhasil membuat wahyu ini dengan cara yang tidak
terlalu ditentang oleh pengetahuan umum pada waktu itu. Sangat mungkin bahwa orang-
orang mungkin percaya bahwa ayat 89 dari Surah Al-Naml, mengacu pada peristiwa masa
depan yang terkait dengan Hari Kiamat (Hamdiyah, 2017). Al-Qur'an juga menyatakan
bahwa semua benda langit

Menurut (Nadiyah, 2013) gaya unik Al-Qur'an yang juga digunakan untuk
menunjukkan pergerakan bumi pada porosnya.1 Jika gunung-gunung bergerak, bumi juga
harus bergerak, tetapi bukan ini yang disimpulkan oleh orang-orang pada zaman itu. Mereka
juga tidak dapat memahami gagasan bahwa jika matahari bergerak ke arah ruang tertentu,
seluruh alam semesta juga harus bergerak bersamanya ke tujuan yang sama. Penglihatan
tentang seluruh alam semesta yang hanyut di ruang angkasa ini adalah gagasan yang mungkin
belum dipahami oleh para ilmuwan kontemporer. Namun dapat tersirat dari studi mendalam
tentang Al-Qur'an bahwa seluruh kosmos bergerak menuju suatu titik di ruang angkasa. Jika
1
implikasi itu benar, maka tidak ada pilihan lain selain memvisualisasikan 180 miliar atau
lebih galaksi, di mana sistem planet kita hanyalah sebuah titik kecil, untuk bergerak bersama
matahari dalam arah yang telah ditentukan.

Kesimpulan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad ke-20 menghancurkan konsep-


konsep primitiv seperti model alam semesta yang statis. melalui sejumlah percobaan,
pengamatan, dan perhitungan para ilmuwan bahwa alam dicptakan dari ketiadaan dan dimulai
oleh suatu dentuman besar. Selain itu, berlawanan dengan pendapat kaum materialis,
kesimpulan ini menyatakan bahwa alam semesta tidaklah stabil atau statis, tetapi senantiasa
bergerak, mengembang dan memuai.

Jadi, jika alam semesta memuai atau berkembang terus menerus maka jika kita lihat
pada masa lampau ribuan bahkan milyaran tahun yang lalu, keadaan alam semesta akan
menyusut dan menjadi tiada. Dari titik tiada ini terjadilah sebuah ledakan yang maat dahsyat
yang dikenal dengan Big Bang. Balon yang mengembang dianalogikan sebagai alam semesta
yang mengembang dan titik-titik pada permukaan balon tersebut sebagai galaksi-galaksi. Dari
analogi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa ketrika alam semesta mengembang maka jarak
antara satu galaksi ke galaksi yang lainnya semakin berjauhan.

Teori Big Bang dengan cepat diterima luas oleh dunia ilmiah karena bukti-bukti yang
jelas. Dengan dihadapkan pada bukti-bukti yang akurat, Dentuman Besar (Big Bang)
memperoleh persetujuan dunia ilmiah nyaris sepenuhnya. Karena adanya Big Bang, alam
semesta dihamburkan jadi pecahan-pecahan kecil dan selanjutnya disebar dengan kecepatan
hebat menuju luar angkasa sebagai gas yang mengembang. Ledakan ini terjadi sekitar
milyaran tahun yang lalu, dan kini terus mengembang. Ada sekitar 200 miliar galaksi di alam
semesta yang terdiri dari hampir 200 miliar bintang pada galaksi..

Lalu setelah proses Big Bang, Allah SWT menyusun, menata benda-benda langit
termasuk galaksi, planet dan yang lainnya dengan kekuasaan-Nya serta meluaskan-Nya
seperti yang tertera pada Qs. Adh-Dhariyāt ayat 47. Kemudian, Allah menciptakan Galaksi
(langit) dari asap atau yang disebut dalam Q.S Fuṣṣilat ayat 11 dengan kata Dukhān. Asap ini
adalah satu benda yang terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung benda-benda yang
sangat kecil namun kukuh. Berwarna gelap atau hitam dan mengandung panas. Demikian
definisinya menurut ilmuwan. Sementara ulama tafsir memahami kata ini dalam arti langit
yang kita lihat ini berasal dari satu bahan yang serupa dengan Dukhān (asap).

Daftar Pustaka

Achmad Marconi, Bagaimana Alam Semesta Diciptakan (Jakarta : Pustaka Jaya, 2003), h. 50
Andi Rosadisastra, Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial (Jakarta : Amzah, 2007), h. 15
El-Naggar, Zaghoul. 2010. Ayat-ayat Kosmos dalam Alquran Al-karim. Jakarta: Shorouk
International Bookshop.
Firmansyah. Rizki, (2015) “.Teori Penciptaan Bumi dan Langit dalam Tafsir Al-Jawahir
Karya Tantawi Jauhari”. Yogyakarta:Tesis, UIN Sunan Kalijaga. 45, 113-115
Hamdiyah. Hafna “Integritas dan Interkoneksitas Al Qur‟an dan Sains (Analisis Penafsiran
Lafaẓ “Firoshan” dalam Al Qur‟an dengan Konspirasi Flat Earth)”. Surabaya: Skripsi,
UIN Sunan Ampel. 2017.
Kementerian Agama RI, Tafsir ‘Ilmi Penciptaan Jagat Raya dalam Perspektif al-Qur’ān dan
Sains (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’ān, 2010), h. 21-36
Murtadha Muthahari, Manusia dan Alam Semesta (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2002), h.
51
Thayyarah, Nadiah. 2013. Buku Pintar Sains dalam Alquran Mengerti Mukjizat Ilmiah
Firman Allah. Jakarta: Zaman.

Anda mungkin juga menyukai