Faculty Member:
Created by:
Frestea adalah salah satu produk dari PT Coca-Cola Indonesia (CCI) yang
merupakan pemegang merek dagang Coca-Cola di Indonesia dari The Coca-Cola
Company. Kehadiran Frestea pada tahun 2003 adalah sebagai upaya menambah
portofolio produk dari CCI yang pada saat itu sudah memiliki beberapa produk
yang sukses di pasar. Seperti di kategori minuman ringan bersoda dengan 3
merek utama, yaitu Coca-Cola, Fanta dan Sprite dan di kategori air minum dalam
kemasan (AMDK) dengan merek Ades.
Dari grafik diatas, terlihat industri susu siap minum dan kopi siap minum adalah
dua kategori yang saat ini belum dimasuki oleh CCI, dan akan menjadi target
jangka menengah bagi divisi R&D untuk melakukan tugas ini.
Peta kompetisi di kategori teh siap minum (ready to drink tea) pada saat Frestea
diluncurkan adalah Teh Botol Sosro sebagai market leader dengan beberapa
merek lainnya seperti Fruitea dan Tekita. Saat ini, peta persaingan di kategori
RTD Tea sudah demikian dipenuhi oleh beberapa pelaku yang terus melakukan
inovasi, terutama sang market leader yang selalu tidak tinggal diam untuk
merespon pergerakan pesaing atau pemain baru.
Berikut adalah beberapa merek minuman teh siap minum yang ada di pasar:
Frestea Green My
Body
Others Futami 17
C2 Green Tea
Zestea
Top Brand 2010 yang dilakukan oleh perusahaan marketing research Frontier
juga menunjukkan data yang kurang lebih sama, dimana untuk kategori RTD
Tea, Teh Botol Sosro menjadi market leader diikuti oleh Frestea dan Fruitea dan
Ultra Teh Kotak dan di kategori RTD Green Tea, Nu Green Tea menjadi market
leader diikuti oleh Frestea Green dan Sosro Green Tea.
Data advertising expenditure (Adex) tahun 2009 (full year) yang dikeluarkan
Nielsen Media Research menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara
besarnya pangsa pasar dengan biaya advertising yang dikeluarkan oleh merek
itu. Sosro sebagai market leader merasa perlu untuk mengeluarkan 92 milyar
BRAND Y2009
FY
2009 Radi
Rp000,000's TV Print
o
Brand Portofolio dapat dikategorikan menjadi dua model, yaitu model House of
Brands dan Branded House. House of Brands adalah suatu model brand portfolio
dimana di dalam suatu perusahaan memiliki banyak brand untuk suatu kategori
produknya, sedangkan Branded House memiliki satu brand untuk semua
kategori produknya. Coca cola masuk ke dalam kategori pertama sebagai House
of Brands dari banyak merek minuman yang dijual ke pasar dalam rangka untuk
membuat brand positioning yang baru dan berusaha untuk terus merebut
pangsa pasar pesaingnya.
Coca Cola Company merupakan House of Brand untuk semua produk minuman
yang dikeluarkannya seperti yang tergambar dalam Grafik 1, termasuk untuk
Frestea. Namun jika dilihat dari merek Frestea, maka semua varian Frestea
masuk dalam kategori portfolio line extension, dengan menciptakan sub brand
baru. Frestea melakukan perluasan merk (line extension), yang merupakan
bagian strategi dalam brand extension.
SEGMENTASI
Berbeda dengan pemimpin pasar, Frestea baik itu sebagai umbrella brand
maupun produk ekstensinya, ditujukan untuk segmen anak muda (16–24 tahun).
Strategi segmentasi tersebut konsisten dilakukan oleh CCI baik dari segi brand
identity, brand extension, maupun brand communication. Berbeda dengan Sosro,
pada brand portfolio-nya hanya Tebs dan Fruitea yang melayani segmen anak
muda. Strategi ini diambil oleh CCI untuk menghindari persaingan secara
langsung (head to head) dengan Sosro.
Selayaknya manusia, untuk menjadi merek yang kuat, maka merek pun harus
memiliki identitas yang kuat dimata konsumennya. Elemen-elemen dari identitas
merek dapat berupa nama, logo, slogan, packaging, dan masih banyak lagi.
• BRAND NAME
○ Frestea sebagai nama merek merupakan perpaduan dari dua kata
Fresh dan Tea. Secara sederhana, Frestea dapat diartikan sebagai
‘teh yang segar’. Dari beberapa penelitian kualitatif (FGD) yang
rutin dilakukan, makna ini selalu dapat ditangkap dengan jelas oleh
konsumen.
• LOGO
○ Dengan logo yang didominasi oleh warna hijau, Frestea ingin
menunjukkan bahwa Frestea terbuat dari daun teh hujau yang
alami. Selain itu, desain logonya hampir menyerupai Fanta. Hal ini
dilakukan agar lebih mudah mengkomunikasikan Frestea sebagai
merek baru. Karena, dengan desain tersebut diharapkan konsumen
tidak asing dengan merek Frestea dan dengan mudah
mengasosiasikannya sebagai salah satu produk dari Coca-Cola
Company.
Ada lima parameter yang dapat menjelaskan brand equity antara lain:
1. Brand awareness
2. Perceived quality
3. Brand associations
4. Brand loyalty
5. Other proprietary brand assets seperti merek dagang dan hak paten.
BRAND AWARENESS
Dari hasil consumer tracking survey yang rutin dilakukan oleh CCI menunjukkan
data brand awareness dari 3 merek teratas adalah seperti dibawah ini:
Selama kurang lebih 6 tahun ada di pasar, brand awareness Frestea meningkat
cukup signifikan, terutama dari sisi Top of Mind dan brand recall.
PERCEIVED QUALITY
BRAND ASSOCIATIONS
Brand associations atau biasa dikenal dengan istilah brand image adalah
persepsi mengenai suatu merek yang tercermin dari asosiasi merek yang
disimpan dalam memori konsumen. Berkaitan dengan ini, Frestea selalu
memantau brand image mereka dengan melakukan consumer survey.
Pada hampir semua atribut brand image, Frestea selalu berada di bawah Sosro.
Hal ini dapat dimengerti karena menang begitu kuatnya brand image Sosro yang
sudah berada di pasar selama puluhan tahun. Sebagai merek yang muncul
belakangan, Frestea cukup berhasil membangun kredibilitas mereknya dimata
konsumen, dan terlihat pada dua atribut dimana Frestea dianggap ungul oleh
konsumen dibandingkan Sosro, yaitu ‘Merek yang selalu mengenalkan ide/hal-
hal baru’ dan ‘Merek yang merupakan pilhan generasi modern’.
BRAND LOYALTY
Dalam konsep brand equity, brand loyalty adalah inti dari ekuitas merek itu
sendiri. Brand equity dapat dijelaskan sebagai seberapa jauh keterikatan
konsumen terhadap merek tertentu. Keterikatan ini diterjemahkan dalam bentuk
pembembelian produk tersebut secara berulang-ulang dan merekomendasikan
merek tersebut kepada orang lain.
Pada aspek ini, Frestea masih harus bekerja keras untuk memperbanyak
konsumen loyal mereka karena dari data pada tahun 2009, Frestea hanya
memiliki sekitar 9% konsumen loyal sedangkan Sosro memiliki 28% dan Nu Tea
hanya 5%.
Bagi Frestea, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh jika melakukan strategi
line extention ini, diantaranya adalah :
• FRESTEA FRUTCY
○ Diluncurkan pada tahun 2005 dengan 3 varian rasa, yaitu lemon,
apel dan markisa.
○ Dipositioningkan pada aspek Cooling Sensation
○ Ditujukan untuk head-to-head dengan produk dari Sosro yaitu
Fruitea.
○ Packaging meliputi Tetra Wedge RGB (220ml) untuk penjualan di
kios atau warung, Tetra Brick (250ml) dan PET (500ml) untuk
penjualan di Hypermarket.
• FRESTEA GREEN
○ Merespon pergeseran trend yang muncul di masyarakat, yaitu
tentang minuman kesehatan dan juga maraknya minuman teh
hijau, meskipun masih dalam bentuk teh seduh
○ Positioning : Health and Tasty
○ Maka dilincurkanlah Frestea Green pada awal 2006.
○ Tahun 2008 juga diluncurkan ‘Frestea Green Low Calorie’ sugar
untuk mengisi segmen konsumen yang perlu membatasi asupan
gula
○ Packaging Frestea Green meliputi : RGB 220ml, Tetra Brick 250ml,
dan PET 500ml
Aura Kasih dipilih sebagai endorser utama bagi FGMB, hal ini berdasarkan riset
yang dilakukan dimana sosok Aura Kasih dianggap sosok yang paling pas
dengan image yang akan dibangun oleh FGMB. Temuan yang menarik dari
beberapa study sebelum pemilihan Aura Kasih salah satunya adalah: “Aura
Kasih, a man’s fantasy, a woman’s dream”.
Data advertising expenditure (Adex) tahun 2009 (full year) yang dikeluarkan
Nielsen Media Research menunjukkan bagaimana FGMB beriklan dengan
menggelontorkan dana advertising sebesar 52 milyar rupiah. Angka sebesar ini
membuat FGMB mencatatkan diri sebagai merek yang paling banyak beriklan di
kategori minuman teh siap minum.