Anda di halaman 1dari 3

Plasmid bakteri

Plasmid
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Plasmid pada bakteri.

Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom dan bisa
ditemukan pada sel hidup[1]. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid
dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan fungsi
yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut[1]. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-
gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan
sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang.[1]

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Struktur plasmid
• 2 Sejarah plasmid
• 3 Fungsi plasmid
• 4 Penamaan plasmid
• 5 Mekanisme mencegah pembuangan plasmid

• 6 Referensi

[sunting] Struktur plasmid


Sebagian besar plasmid memiliki struktur sirkuler, namun ada juga plasmid linear yang
dapat ditemukan pada mikroorganisme tertentu, seperti Borrelia burgdorferi dan
Streptomyces.[2] Plasmid ditemukan dalam bentuk DNA utas ganda yang sebagian besar
tersusun menjadi superkoil atau kumparan terpilin.[3] Struktur superkoil terjadi karena
enzim topoisomerase membuat sebagian DNA utas ganda lepas (tidak terikat) selama
replikasi plasmid berlangsung.[3] Struktur superkoil akan menyebabkan DNA plasmid
berada dalam konformasi yang disebut lingkaran tertutup kovalen atau covalently closed
circular (ccc), namun apabila kedua utas DNA terlepas maka akan plasmid akan kembali
dalam keadaan normal (tidak terpilin) dan konformasi tersebut disebut sebagai open
circuler (oc).[3]

[sunting] Sejarah plasmid


Penemuan akan plasmid telah dimulai sejak tahun 1887, ketika Robert Koch
mempublikasikan penelitiannya tentang bakteri Bacillus anthracis sebagai penyebab
penyakit antraks.[4] Sekitar 100 tahun kemudian, para ilmuwan menemukan bahwa bakteri
tersebut memiliki 2 plasmid yang merupakan faktor virulensi penyebab antraks.[4]
Keyakinan akan keberadaan DNA plasmid berhasil dibuktikan oleh J. Lederberg dan dan
W. Hayes pada tahun 1950-an.[4] Kedua ilmuwan tersebut berhasil menyelidiki tentang
peristiwa konjugasi pada Escherichia coli yang melibatkan plasmid.[4] Tidak beberapa
lama setelah itu, plasmid terbukti merupakan DNA ekstrakromosomal yang
menyebabkan resistensi antibiotik pada golongan bakteri enterik dan dapat
ditransmisikan antarsel[4]. Sejak saat itu, beberapa laboratorium mulai membuat plasmid
yang dapat ditransfer ke sel hidup, seperti sel bakteri dan tanaman.[4]

[sunting] Fungsi plasmid


Dewasa ini, plasmid telah diproduksi secara komersil oleh sejumlah perusahaan untuk
digunakan sebagai vektor kloning[5]. Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning,
plasmid harus memiliki beberapa kriteria, yaitu berukuran kecil, relatif memiliki jumlah
salinan yang tinggi (high copy number), memiliki gen penanda seleksi dan gen pelapor,
serta memiliki situs pemotongan enzim restriksi untu memudahkan penyisipan DNA ke
dalam vektor plasmid[5].

[sunting] Penamaan plasmid


Pada awalnya penamaan plasmid didasarkan pada sifat fenotipe yang dikodekan oleh
DNA plasmid tersebut.[6] Contohnya plasmid ColE1 yang berasal dari E. coli dapat
menyandikan bakteriocin colicin.[6] Banyaknya laboratorium ataupun institusi yang
membuat plasmid kloning membuat sistem penamaan tersebut berubah. Untuk
standardisasi penulisan plasmid, digunakan huruf "p" yang diikuti oleh inisial huruf
kapital dan angka[6]. Huruf kapital diambil dari nama institusi atau laboratorium tempat
plasmid tersebut berasal ataupun dari nama penemu plasmid tersebut[6]. Sedangkan, angka
yang ada merupakan kode laboratorium tempat plasmid tersebut dibuat[6]. Contohnya:
pBR322, "p" menyatakan plasmid, BR merupakan laboratorium tempat plasmid tersebut
pertama kali dikonstruksi (BR dari Bolivar dan Rodriguez, perancang plasmid tersebut),
sedangkan 322 menyatakan di laboratorium mana plasmid ini dibuat, banyak pBR
lainnya seperti pBR325, pBR327, dll.[6]
[sunting] Mekanisme mencegah pembuangan plasmid
Untuk mencegah pembuang plasmid dari sel yang tidak lagi membutuhkannya, terdapat
beberapa mekanisme yang sudah diketahui.[4] Salah satunya adalah beberapa plasmid
menyandikan protein yang dapat membunuh sel yang membuangnya.[4] Mekanisme ini
disebut ketergantungan plasmid (plasmid addiction) yang diklasifikasikan menjadi tiga
jenis berdasarkan aksi yang dilakukan protein antitoksin yang disandikan plasmid.[4]
Ketiga jenis aksi tersebut adalah berinteraksi dengan toksin, melindungi target yang akan
diserang toksin, dan menghambat ekspresi toksin tersebut.[4]

Anda mungkin juga menyukai