Anda di halaman 1dari 4

PROYEKSI PETA

Kali ini Geo Fact Info akan membahas tentang Proyeksi Peta. Hmmm…Langsung aja yukk. Let’s
Cekidot!!!

Apa sich Proyeksi Peta itu???


Proyeksi Peta adalah prosedur matematis yang memungkinkan hasil pengukuran dilakukan di permukaan bumi fisi
bisa digambarkan di atas bidang datar alias peta.

Nah, karena permukaan bumi fisis tidak teratur maka


akan sulit untuk melakukan perhitungan-perhitungan
langsung dari perngukuran. Untuk itu diperlukan
pendekatan secara matematis (model) dari bumi fisis
itu. Model matematis bumi yang digunakan adalah
ellipsoid putaran dengan besaran-besara tertentu.
Maka secara matematis proyeksi peta dilakukan dari
permukaan ellipsoid putaran ke permukaan bidang
datar.

Figure 1 Proyeksi peta dari permukaan bumi ke bidang datar

Proyeksi peta diperlukan untuk memetakan muka


bumi yang mencakup daerah yang cukup luas (lebih
besar dari 30 km x 30 km) dimana permukaan bumi
tidak dapat diasumsikan sebagai bidang datar.
Dengan sisitem proyeksi peta, distorsi yang terjadi
pada pemetaan dapat direduksi sehingga peta yang
dihasilkan dapat memenuhi minimal satu syarat
geometric peta ‘ideal’.
Figure 2 Koordinat Geografis dan Koordinat Proyeksi
Selanjutnya,
Klasifikasi Proyeksi Peta. Ada apa aja ya???
Proyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan, posisi sumbu simetri bidang proyeksi,
kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi, dan ketentuan geometrik yang dipenuhi.

Menurut Bidang Proyeksi yang Digunakan


Bidang proyeksi adalah bidang yang digunakan untuk memproyeksikan
gambaran permukaan bumi. Bidang proyeksi merupakan bidang yang
dapat didatarkan. Menurut bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi
peta adalah:

○ Proyeksi Azimuthal

Bidang proyeksi yang digunakan adalah bidang datar. Sumbu


simetri dari proyeksi ini adalah garis yang melalui pusat bumi dan
tegak lurus terhadap bidang proyeksi.

○ Proyeksi Kerucut (Conic)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah kerucut. Sumbu


simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari kerucut yang
melalui pusat bumi.

○ Proyeksi Silinder (Cylindrical)

Bidang proyeksi yang digunakan adalah silinder. Sumbu


simetri dari proyeksi ini adalah sumbu dari silinder yang
melalui pusat bumi.
Figure3 Jenis Bidang proyeksi peta
Menurut Posisi Sumbu Simetri Bidang
Proyeksi yang Digunakan

Figure 4 Jenis proyeksi peta menurut idang proyeksi dan posisi sumbu
simetrinya
Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:

○ Proyeksi Normal (Polar)

Sumbu simetri bidang proyeksi berimpit dengan sumbu bumi

○ Proyeksi Transversal (Equatorial)

Sumbu simetri bidang proyeksi tegak lurus terhadap sumbu bumi

○ Proyeksi Miring (Oblique)

Sumbu simetri bidang proyeksi membentuk sudut terhadap sumbu bumi

Menurut Kedudukan Bidang Proyeksi Terhadap Bumi


Ditinjau dari kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi,
proyeksi peta dibedakan menjadi :

○ Proyeksi Tangent (Menyinggung)

Apabila bidang proyeksi bersinggungan dengan


permukaan bumi

○ Proyeksi Secant (Memotong)

Apabila bidang proyeksi berpotongan dengan


permukaan bumi

Menurut Ketentuan Geometrik yang Figure 5 Kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi
Dipenuhi

Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi, proyeksi sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan
peta dibedakan menjadi : memperhatikan faktor skala peta bentuk yang
digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk
○ Proyeksi Ekuidistan
yang sebenarnya di permukaan bumi.
Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama ○ Proyeksi Ekuivalen
dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan
memperhatikan faktor skala peta) Luas permukaan yang digambarkan di atas peta
sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi
○ Proyeksi Konform
(dengan memperhatikan faktor skala peta)
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan
di ataspeta sama dengan besar sudut atau arah

Pemilihan proyeksi peta, gimana???


Dalam pemilihan proyeksi peta yang akan digunakan, terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu

○ Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan


○ Lokasi geografis dan luas wilayah yang akan dipetakan
○ Ciri-ciri asli yang ingin dipertahankan atau syarat geometrik yang akan dipenuhi

Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini:

○ Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya menggunakan proyeksi
kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini
dikenal sebagai proyeksi LAMBERT.
○ Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya menggunakan
proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang berada tepat di tengah wilayah
pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse
Mercator (UTM).
○ Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal, konform. Proyeksi
ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.
Selanjutnya,
Kalo di Indonesia biasa pake proyeksi apaan ya???
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh
dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′.
Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang
disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut
meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis
meridian standar disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut.
Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit
angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak
garis paralel standar (ϕ0) sedangkan digit kedua yang menggunakan
angka arab menunjukan garis meridian standarnya (λ0).

Untuk wilayah Indonesia penomoran bagian derajatnya adalah :

ƒ Paralel standar : dimulai dari I (ϕ0=6°50′ LU) sampai LI (ϕ0=10°50′ LU)


Figure 6 Bagian derajat Proyeksi Polyeder
ƒ Meridian standar : dimulai dari 1 (λ0=11°50′ BT) sampai 96 (λ0=19°50′
BT)

Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λjakarta=106°48′ 27′′,79 BT)

Proyeksi Tranverse Mercator


Proyeksi Tranverse Mercator adalah proyeksi yang
memiliki ciri-ciri silinder, tranversal, conform dan
menyinggung. Pada proyeksi ini secara geografis
silindernya menyinggung bumi pada sebuah meridian
yang disebut meridian sentral. Pada meridian sentral,
faktor skala (k) adalah 1 (tidak terjadi distorsi).
Perbesaran sepanjang meridian akan semakin meningkat
pada meridian yang semakin jauh dari meridian sentral
kearah timur maupun kearah barat. Perbesaran
sepanjang paralel semakin akan meningkat pada
lingkaran paralel yang semakin mendekati equator.
Dengan adanya distorsi yang semakin membesar, maka
perlu diusahakan untuk memperkecil distorsi dengan
membagi daerah dalam zone-zone yang sempit (daerah Figure7 Proyeksi Mercator
pada muka bumi yang dibatasi oleh dua meridian). Lebar
zone proyeksi TM biasanya sebesar 3º. Setiap zone mempunyai meridian sentral sendiri. Jadi seluruh permukaan
bumi tidak dipetakan dalam satu silinder.

Proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM)


Proyeksi UTM adalah proyeksi yang memiliki mercator yang memiliki
sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh proyeksi UTM
adalah :

a. Proyeksi : Transvere Mercator dengan


lebar zone 6°.

b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap zone

c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

d. Satuan : Meter

e. Absis Semu (T) : 500.000 meter pada Meridian


sentral

Figure 8 Pembagian zone Proyeksi UTM


f. Ordinat Semu (U) : 0 meter di Ekuator untuk belahan bumi bagian Utara dan 10.000.000 meter
di Ekuator untuk belahan bumi bagian Selatan

g. Faktor skala : 0,9996 (pada Meridian sentral)

h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 180° BB s/d 174° BB,Tzone 2 dari 174° BB s/d
168° BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174° B s/d 180° BT.

i. Batas Lintang : 84° LU dan 80° LS dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah
8°, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12°.

j. Penomoran bagian derajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf I dan O tidak
digunakan).

Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai meridian 144° BT dengan
batas lintang 11° LS sampai 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan
zone 54.

Proyeksi Tranverse Mercator 3° (TM-3°)


Proyeksi TM-3° adalah proyeksi yang memiliki mercator yang
memiliki sifat-sifat khusus. Sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh
proyeksi TM-3° adalah :

a. Proyeksi : Transverse Mercator dengan lebar


zone 3°

b. Sumbu pertama (ordinat / Y) : Meridian sentral dari tiap


zone

c. Sumbu kedua (absis / X) : Ekuator

d. Satuan : Meter

e. Absis Semu (T) : 200.000 meter + X

f. Ordinat Semu (U) : 1.500.000 meter + Y

g. Faktor skala : 0,9999 (pada Meridian sentral)

h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 46.2 dari


93° BT s/d 96° BT, zone 47.1 dari
96° BT s/d 99° BT, zone 47.2 dari
99° BT s/d 102° BT, zone 48.1 dari
102° BT s/d 105° BT dan seterusnya
sampai zone 54.1 dari 138° BT s/d
141° BT

i. Batas Lintang : 6° LU dan 11° LS

Proyeksi TM-3° digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada Ellipsoid World Geodetic
System 1984 ( WGS ‘84) yang kemudian disebut sebagai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN ‘95)

Anda mungkin juga menyukai