Kali ini Geo Fact Info akan membahas tentang Proyeksi Peta. Hmmm…Langsung aja yukk. Let’s
Cekidot!!!
○ Proyeksi Azimuthal
Figure 4 Jenis proyeksi peta menurut idang proyeksi dan posisi sumbu
simetrinya
Menurut posisi sumbu simetri bidang proyeksi yang digunakan, jenis proyeksi peta adalah:
Menurut Ketentuan Geometrik yang Figure 5 Kedudukan bidang proyeksi terhadap bumi
Dipenuhi
Menurut ketentuan geometrik yang dipenuhi, proyeksi sebenarnya di permukaan bumi, sehingga dengan
peta dibedakan menjadi : memperhatikan faktor skala peta bentuk yang
digambarkan di atas peta akan sesuai dengan bentuk
○ Proyeksi Ekuidistan
yang sebenarnya di permukaan bumi.
Jarak antara titik yang terletak di atas peta sama ○ Proyeksi Ekuivalen
dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi (dengan
memperhatikan faktor skala peta) Luas permukaan yang digambarkan di atas peta
sama dengan luas sebenarnya di permukaan bumi
○ Proyeksi Konform
(dengan memperhatikan faktor skala peta)
Besar sudut atau arah suatu garis yang digambarkan
di ataspeta sama dengan besar sudut atau arah
Dalam melakukan pemilihan proyeksi peta sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
○ Pemetaan topografi suatu wilayah memanjang dengan arah barat-timur, umumnya menggunakan proyeksi
kerucut, normal, konform, dan menyinggung di titik tengah wilayah yang dipetakan. Proyeksi seperti ini
dikenal sebagai proyeksi LAMBERT.
○ Pemetaan dengan wilayah yang wilayah memanjang dengan arah utara-selatan, umumnya menggunakan
proyeksi silinder, transversal, konform, dan menyinggung meridian yang berada tepat di tengah wilayah
pemetaan tersebut. Proyeksi ini dikenal dengan proyeksi Tranverse Mercator (TM) atau Universal Tranverse
Mercator (UTM).
○ Pemetaan wilayah di sekitar kutub, umumnya menggunakan proyeksi azimuthal, normal, konform. Proyeksi
ini dikenal sebagai proyeksi stereografis.
Selanjutnya,
Kalo di Indonesia biasa pake proyeksi apaan ya???
Proyeksi Polyeder
Proyeksi Polyeder adalah proyeksi kerucut normal konform. Pada proyeksi ini, setiap bagian derajat dibatasai oleh
dua garis paralel dan dua garis meridian yang masing-masing berjarak 20′.
Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralel rata-rata yang
disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yang disebut
meridian standar. Titik potong antara garis paralel standar dan garis
meridian standar disebut sebagi ‘titik nol’ (ϕ0, λ0) bagian derajat tersebut.
Setiap bagian derajat proyeksi Polyeder diberi nomor dengan dua digit
angka. Digit pertama yang menggunakan angka romawi menunjukan letak
garis paralel standar (ϕ0) sedangkan digit kedua yang menggunakan
angka arab menunjukan garis meridian standarnya (λ0).
Proyeksi Polyeder beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta (λjakarta=106°48′ 27′′,79 BT)
d. Satuan : Meter
h. Penomoran zone : Dimulai dengan zone 1 dari 180° BB s/d 174° BB,Tzone 2 dari 174° BB s/d
168° BB, dan seterusnya sampai zone 60 yaitu dari 174° B s/d 180° BT.
i. Batas Lintang : 84° LU dan 80° LS dengan lebar lintang untuk masing-masing zone adalah
8°, kecuali untuk bagian lintang X yaitu 12°.
j. Penomoran bagian derajat lintang : Dimulai dari notasi C , D, E, F sampai X (notasi huruf I dan O tidak
digunakan).
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, dimulai dari meridian 90° BT sampai meridian 144° BT dengan
batas lintang 11° LS sampai 6° LU. Dengan demikian, wilayah Indonesia terdapat pada zone 46 sampai dengan
zone 54.
d. Satuan : Meter
Proyeksi TM-3° digunakan oleh Badan Pertanahan Nasional. Proyeksi ini beracuan pada Ellipsoid World Geodetic
System 1984 ( WGS ‘84) yang kemudian disebut sebagai Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN ‘95)