Anda di halaman 1dari 10

c  



à   
      

à  
    
 
    

 
 

Gerakan kemahasiswaan yang terjadi di Indonesia ditandai dengan


terbentuknya Budi Utomo, sebagai gabungan dari berbagai macam organisasi yang
masih bersifat kedaerahan seperti jong Celebes, jong java dan lain sebagainya.
Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia perlahan semakin meningkat,
pemerintah pun mulai berbenah diri di sektor pendidikan pasca kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945, dengan mulai mendirikan institusi pendidikan,
khususnya perguruan tinggi. Seperti Universitas Indonesia yang akan menjadi cikal
bakal beberapa universitas negeri lain di Indonesia.

Kehidupan lembaga kemahasiswaan pun muali merebak bagaikan virus yang


tak pernah bisa dikontrol dan dikendalikan. Bermunculan organisasi kemahasiswaan
di tiap-tiap universitas, fakultas dan sampai di masing-masing jurusan. Rancunya
sistem pendidikan di Indonesia, justru menghidupkan daya kritis mahasiswa dan
menghidupkan lembaga kemahasiswaan.

Dalam upaya mencari sistem pendidikan yang lebih baik dan humanistik,
nampaknya sudah banyak usaha-usaha yang dilakukan pemikir-pemikir yang
serius masalah pendidikan ini.

Mudji Sutrisno, mencoba menjelaskan sistem pendidikan yang pernah


diterapkan di Brazillia, merupakan kontektualisasi model pendidikan yang
memberikan ruang efektif bagi kesadaran baru bagi anak-anak didik disana. Proses
"menamai dan merajut makna" sekaligus merajut gambar dengan kesadarannya
sendiri bergulat melalui perumusan, penggambaran, dan pembatinan sendiri sesuai
c   

à   
      

dengan bahasa anak mendasarkan inti pendidikan pada pemekaran yang aktif dan
hidup dari kesadaran anak. 

Contohya, seorang anak yang berumur tiga tahun dan duduk di sekolah
maternal awal, diajarkan untuk merekatkan benang tipis warna kuning dan benang
tebal wol berwarna coklat untuk sekaligus menamai dan meresapi perbedaan
kuning dan coklat, tebal dan tipis. Dalam proses ini anak menjadi aktif karena ia
melakukan sendiri penempelan benang pada kertas dan memegang sendiri tipis-
tebalnya dan melihat sendiri mana yang kuning dan mana yang coklat.

Guru hanya pemberi fasilitas dan kondisi yang memungkinkan si anak


mengalami proses pemekaran berpikir. Ia tidak mendikte apalagi mencetak
seragam pemikiran si anak.Guru sekadar menemani si anak dalam merumuskan
dalam bahasa mereka apa yang dinamakan dunia. Maka pengaksaraan dan
alfabetisasi menjadi sebuah proses pembukaan kesadaran anak lalu si anak sendiri
manamai dengan kata-kata tertentu.

Dengan menamai sendiri dunianya dan memberikan makna atas


realitasnya, si subjek berproses membentuk kemandiriannya. Otonomi yang
dibahasakan dengan membuat kata, nama dan makna sendiri, sehingga melahirkan
kepercayaan pada diri sendiri dan demikian si anak dapat mengedepankan dalam
keunikan probadinya masing-masing. Inilah yang dinamakan pendidikan yang
humanistik.

Dalam realitas masyarakat, model pendidikan yang berdasarkan pada


subjek akan senantiasa model pendidikan model "bank". Dimana model ini
menganggap anak tidak mengetahui apa-apa, sehingga pemaknaan atas realitas
harus dilakukan oleh seorang guru. Dalam model pendidikan gaya bank
alfabetisasi dan pemaknaan dilakukan oleh guru dan tidak pernah sampai
menyentuh pada kesadaran anak, karena apa yang diberikan guru/pendidik
c   

à   
      

bukanlah seperti dunia yang dilihat dan dihadapinya sehari-hari. Otak anak
dianggap sama dengan kotak bank yang beku dan statis.

Tanpa menafikan sistem pendidikan Nasional Indonesia yang sangat rancu,


pemerintah masih banyak berbenah diri. Berbagai persoalan kebangsaan dan
tuntutan akan pertumbuhan ekonomi betul-betul membutuhkan kulaitas Sumber
Daya manusia yang mapan.

   

Sesuai gambaran sebelumnya, bahwa pendidikan tidak lagi menjadi hal


yang tabu, tetapi sudah menjadi kebutuhan hidup yang harus diraih.

Khusus di Kabupaten Pangkep, begitu banyak potensi daerah yang


memerlukan pengelolaan lebih dan perhatian pemerintah. Masyarakat Pangkep
banyak meyekolahkan anak-anaknya di Kota dengan harapan mereka dapat lebih
berhasil dari orang tua mereka. Putra-putra daerah itu, banyak tersebar di beberapa
Universitas Negeri maupun swasta yang ada di kota Makassar (dulu Ujung
Pandang). Banyaknya Putra Pangkep yang bermukim di Makassar, dan merasa
tercerai berai dan membutuhkan suatu ikatan pemersatu sesama putra daerah
Pangkep. Maka terbentuklah Ikatan Pemuda Pelajar Mahasisawa Pangkep, yang
pada mulanya terdiri dari beberapa Komisariat Kecamatan.

Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Pangkep ini, bukan cuma didominasi


oleh kalangan mahasiswa, tetapi juga pemuda dan pelajar asal Pangkep yang
berada di perantauan. Saat itu IPPM Pangkep langsung dapat menarik perhatian
masyarakat Kabupaten Pangkep dan Pemerintah Daerah tentunya. Setiap hal yang
menjadi permasalahan dalam masyarakat, IPPM lah yang menjadi tempat
mengadu, sebagai kaum intelektual yang peka terhadap kondisi sosial masyarakat.
c   

à   
      

à        

Seiring berjalannya roda organisasi kedaerahan IPPM Pangkep, maka


banyak sekali terjadi dinamika di dalamnya. Seperti perubahan struktur dari
penerapan sistem komisariat kecamatan menjadi koordinator tiap-tiap universitas.
Pasca penerapan sistem tersebut, maka terjadi penguatan di masing-masing
universitas. Yang akhirnya menjadi sebuah bumerang yang tidak bisa dikontrol
arahnya. Ketidak piawaian pengurus ditingkat pusat, menjadikan hal tersebut
semakin melebarkan jarak di tiap-tiap kooordinator universitas.

Kondisi IPPM tiap koordinator universitas sangat berkembang dan


memunculkan berbagai macam kreatifitas kegiatan dan memunculkan tokoh-tokoh
yang intelek. Tetapi hal itu justru melemahkan kepengurusan di IPPM tingkat
Pusat. Arogansi dan kefanatikan tiap almamater universitas, menjadi kesulitan
tersendiri untuk membangun koordinasi yang baik di tingkat sesama koordinator.
Hal itu justru terjadi setelah penerapan sistem otonomi daerah di Indonesia.

Puncak keretakan itu terjadi saat koordinator Universitas Hasanuddin,


memisahkan diri pada tahun 2000. di mana banyak terjadi selisih paham ditingkat
koordinator. Unhas berdiri sendiri dengan label IPPM Pangkep Universitas
Hasanuddin.

Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama, hubungan emosional dan


kedekatan psikologis, serta aspek historis yang tak ternafikan sesama mahasiswa
se daerah Pangkep akhirnya membuat sebuah penyatuan kembali di tubuh IPPM
Pangkep.

Pada tahun 2003, UNHAS kembali bergabung di IPPM Pusat melalui


musyawarah koordinator luar biasa di Soppeng. Sebagai bagian dari koordinator
UNHAS, saya merasa sangat bersyukur akan hal tersebut. Karena IPPM Pangkep
c   

à   
      

merupakan wadah pemersatu para Putra Pangkep yang memiliki latar belakang
berbeda, universitas dan institusi pendidikan yang plural dan kondisi
perekonomian yang bermacam-macam. Bukan sebagai ajang aktualisasi pribadi,
kendaraan politik, ataupun wadah penerapan politik praktis.

 

Runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 memunculkan semangat


reformasi sistem pemerintahan RI yang awalnya cenderung sentralistik ke arah
yang lebih desentralistik. Salah satu perubahan yang sangat strategis adalah
adanya perubahan dalam sistem pemerintahan daerah melalui pemberlakuan
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
menggantikan Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pemerintahan di
Daerah. Pemberlakuan undang-undang baru tersebut memberikan kepada daerah,
kekuasaan penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah secara utuh dan bulat,
khususnya kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, dengan berpedoman
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam kerangka Negara
Kesatuan RI .

Beberapa karakteristik legal yang tampaknya perlu dipahami oleh


masyarakat luas dengan adanya otonomi daerah antara lain adalah : (Desi
Fernanda, 2002)

1.? Meletakkan otonomi daerah sebagai wujud pengakuan kedaulatan rakyat


sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas daerah tertentu dan
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
berdasarkan prakarsa sendiri sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat.
2.? Daerah Otonom Kabupaten dan Kota tidak lagi merangkap sebagai wilayah
administrasi pusat, sehingga tidak lagi ada perangkapan jabatan Kepala
Daerah dan sekaligus Kepala Wilayah.
c   

à   
      

3.? Menempatkan seluruh kewenangan pemerintahan pada Derah Kabupaten dan


Kota yang lebih dekat dengan masyarakat, kecuali kewenangan-kewenangan
tertentu yang ditetapkan sebagai kewenangan Propinsi dan kewenangan Pusat.
Kewenangan Propinsi terbatas pada bidang-bidang yang bersifat lintas Daerah
Kabupatan/Kota, atau kewenangan yang belum dapat dilaksanakan oleh
Daerah/Kota. Kewenangan Pusat antara lain meliputi lima bidang strategis,
yaitu politik luar negeri, agama, ekonomi moneter, pertahanan dan keamanan,
dan hukum/peradilan .
4.? Tidak ada hubungan hirearki antara daerah otonom Kabupaten dan Kota
dengan daerah otonom Propinsi. Jadi Daerah otonom Kabupaten/Kota
bukanlah bawahan daerah otonom Propinsi.
5.? Kepala Daerah ditetapkan oleh DPRD setempat. Artinya Kepala Daerah wajib
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada DPRD pada setiap
akhir tahun anggaran, dan akhir masa jabatan.
6.? Kedudukan keuangan daerah otonom menjadi lebih kuat dengan adanya
desentralisasi fiskal, di mana daerah tidak lagi mendasarkan pengelolaan
keuangannya kepada ketentuan alokasi dari Pusat, melainkan memilki
otonomi penuh untuk mengelola keuangan daerah , dengan kewajiban
melaporkannya kepada DPRD, sebagai bentuk akuntabilitas.
7.? Struktur perangkat pemerintahan daerah tidak lagi seragam, melainkan boleh
bervariasi sesuai dengan potensi dan keanekaragaman daerah. Sedangkan
Kecamatan dan Kelurahan tidak lagi merupakan perangkat pemerintahan
wilayah tetapi menjadi perangkat daerah otonom.
8.? Pengawasan oleh Pusat lebih bersifat preventif daripada represif, sehingga
terdapat keleluasaan bagi daerah untuk melaksanakan otonominya tanpa
campur tangan Pusat, kecuali jika ternyata terdapat kebijakan daerah yang
bertentangan dengan kebijakan nasional atau yang lebih tinggi.
c   

à   
      

Dengan adanya penerapan system otonomi daerah ini, maka secara tidak
langsung akan menjadikan sebuah bergening tersendiri bagi organisasi daerah seperti
IPPM Pangkep. Di mana penguatan daerah kabupaten membutuhkan perhatian lebih
dari masyarakat dan kontrol dari kaum intelektual.

à  !   " 

Setelah terjadi pengkudetaan pada kepengurusan kanda Wadjid, yang kurang


mampu mengarahkan roda IPPM Pangkep menjadi lebih baik, banyak terjadi
pembenahan dalam tubuh IPPM. Komunikasi tiap-tiap koordinator menjadi lebih
intens dan akrab. Suasana kekeluargaan lebih terjalin, serta menumbuh kembangkan
rasa persaudaraan.

Arah pergerakan IPPM membutuhkan sentuhan intelektualitas yang lebih dan


perubahan pola gerakan menjadi gerakan sosial

à    !




Dari waktu ke waktu, gerakan mahasiswa memang terpatri dalam lintasan


sejarah, dengan menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Mereka berontak guna
melawan rezim yang timpang di belahan bumi nusantara. Tak peduli, siapa yang
melakukan ketidakadilan itu, yang pasti musuh mahasiswa. Lantas, muncul sederetan
pertanyaan; sebenarnya gerakan mahasiswa itu berperan sebagai apa? Gerakan
politik, moral atau sosial? Atau hanya berkutat di ranah pendobrak semata?
Keberhasilan gerakan mahasisawa, bisa kita ukur dari seberapa banyak pengarahan
ide-ide sosial daripada kepentingan politik. Setidaknya ada tiga pandangan mengenai
gerakan ini. Pertama, Gerakan sosial itu, dilahirkan oleh kondisi yang memberikan
kesempatan (politicl opportunity) bagi gerakan itu sendiri. Pemerintah moderat,
c   

à   
      

misalnya memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial
ketimbang pemerintah yang otoriter.

Kedua, Gerakan sosial karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada.
Perubahan dari msyarakat tradisional ke modern pun dapat mengakibatkan
kesenjangn ekonomi yang semakian lebar. Selain itu, dapat menyebabkan kritis
identitas dan lunturnya nilai-nilai sosial yang selama ini diagungkan.
Ketiga, Semata-mata karena masalah kepemipinan (leadershif capability) dari tokoh
pengerak. Adalah sang tokoh yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan,
membantu organisasi, yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi terlibat
dalam pergerakan tersebut.

Terlebih lagi bila mengacu pada pelbagai peristiwa, gerakan mahasisawa


memang sangat identik dengan gerakan sosial. Apalagi mahasiswa merupakan calon
para politik, akademisi dari berbagai latar teritorial dan teoritis berbagai pemahaman
yang ada mengenai karakteristik gerakan sosial; Pertama, Aksi bersamanya
merupakan hasil dari jaringan intreraksi informal, yang melibatkan keragaman
individu, golongan dan kelompok. Satu jaringan yang sanggup mempromosikan
kerangka interpretasi (Meaning Sistem Of Meaning) serta sirkulasi sumber daya
esensial bagi aksi bersama.
Kedua, Adanya solidaritas dan keyakinan yang sama sebagai sumber dari
kehendak dan identitas bersama. Ketiga, Gerakan sosial meceburkan pada situasi
konflik baik sosial, poltitik, budaya, ekonomi, maupun agama dengan konflik
hubungan opsional anatar aktor politik yang berusaha mengontrol hal (state).
Keempat, Mengadopsi pola-pola ekpresi politik yang zalim. Berbeda dengan ekspresi
partai tertentu yang struktural, artikulasi, kolektif dari gerakan sosial akan penuh
inprovisasi, mempuni, dan batas konvensional.
c   

à   
      

Mencermati ketidakjelasan gerakan mahasiswa buah dari credo untuk


menegakan kebenaran, keadilan dan rasionalitas. Alih-alih bersinergis melawan
ketidakadilan, korupsi dan kejahan manusia yang sering dilakukan oleh para
penguasa. Nyatanya, aktivitas gerakan mahasiwa malah sibuk membuat strategis
berkompetisi di antara mereka sendiri, sehingga arah pergerakan mahasiswa menjadi
involitif dan kontradiktif. Lantas, apa yang bisa kita lakukan. Terlebih lagi aksi protes
dari pelbagai kelompok mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ekstra ataupun
intra kampus tak di gubris oleh para penguasa.

Tentu saja, hampir setiap orang agaknya pernah melakaukan corat-coret entah
di atas; pesan, memo dan buku harian. Jadi ada pelbagai ragam cara dalam
menuangkan ide-ide atau gagasan. Namun, bila kita masih kesulitan memulai
membikin gaya tulisan yang bersifat luas dan mendalam, maka kita bisa memulai
latihan dengan cara membuat coretan yang ringan dan sederhana. Misalnya saja
dengan membiasakan membikin surat pembaca dan diary. Perbuatan mulia ini,
pernah dikaukan oleh Soe Hok Gie lewat Catatan Seorang Demonstran dan Ahmad
Wahib melalui Catatan Harian (Pergolakan Pemikiran Islam).

Pendek kata, menulis menjadi satu keharusan bagi kaum terpelajar. Pasalnya
tanpa itu semua harkat martabat kita akan dianggap rendah, bahkan lebih buruk
daripada binatang.

Oleh karenanya, IPPM nantinya haruslah menjadi basis para pengkaji dan
orang-orang yang haus akan diskusi, serta dituangkan dalam tulisan-tulisan yang
dapat memberikan sentilan-sentilan terhadap masalah di daerah kita. Dengan
demikian, mudah-mudahan dengan adanya model baru dalam gerakan IPPM, kita
dapat melanjutkan perjuangan kaum lemah.
c   

à   
      

Jadi, saya berharap siapapun yang akan memegang tampuk kepemimpinan di


Pimpinan Pusat IPPM Pangkep, dapat membawa warna dan citra baru yang lebih
baik. Setiap harapan dan tantangan yang akan kita hadapi menjadi tanggung jawab
bersama setiap komponen dalam tubuh IPPM Pangkep.

å#
à  
       

Anda mungkin juga menyukai