Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KOMUNIKASI TRADISIONAL

“Media Komunikasi Dalam Kesenian Tradisional Ebeg Banyumas”

Oleh :
Poppy Intan Amelia FIC007098
Lilis Sulistyowati F1C007100
Titi Nugraheni F1C007101
Andri Mahmudin F1C007102
Aditya Purnama P F1C007095

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PURWOKERTO
2010
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah sebuah proses dimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan
menggunakan sebuah media tertentu dan adanya efek balik dari komunikan tersebut baik secara
langsung maupun tidak langsung,bahkan tak jarang dalam prosesnya, komunikasi mengalami
banyak noise. Dalam sebuah proses komunikasi, semua bentuk pesan tergantung dari konteks
apa yang ingin disampaikan, begitu pula dengan media penyampaiannya, semua disesuaikan
dengan kebutuhan agar pesan yang ingin disampaikan dapat masif diterima oleh komunikan.
Dalam perjalanannya, komunikasi memiliki banyak bentuk tergantung dari siapa komunikator
dan komunikannya.
Komunikasi tradisional merupakan bentuk komunikasi yang masih bersifat tradisonal. Hal ini
dapat dilihat dari siapa komunikator dan komunikan, juga tentang pesan apa yang disampaikan.
Semuanya berkaitan dengan hal-hal yang berbau tradisional. Komunikasi tradisional masih
kental di daerah-daerah pedesaan, salahsatunya adalah kesenian ebeg Banyumas. Ebeg ada dari
jaman nenek moyang kita. ebeg sendiri tentunya memilki makna tersendiri sebelum berubah
fungsi menjadi hiburan semata. Dukun ebeg dalam kesenian ini bisa kita sebut sebagai
komunikator, sedangkan audience yang menyaksikan bisa kita sebut sebagai komunikan.lalu
mungkin ada pertanyaan dimana letak media komunikasi dalam kesenian ini? Maka hal tersebut
akan menjadi kajian dalam makalah ”Media Komunikasi dalam Kesenian Ebeg Banyumasan”.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah yang berjudul ”Media Komunikasi Dalam Kesenian
Ebeg Banyumasan” adalah sebagai berikut :
a. Apakah pengertian dari komunikasi dan elemen didalamnya?
b. Apakah pengertian dari ebeg dan media apa yang digunakan?
c. Apakah makna dari media yang digunakan dalam kesenian ebeg Banyumasan?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang berjudul ” Media Komunikasi Dalam Kesenian Ebeg
Banyumasan” ini adalah :
a. Untuk membuka mata pembaca bahwa dalam tiap aspek seni tradisonal memiliki makna
terselubung yang sangat nyata jika kita kupas
b. Untuk mengetahui apa sebenarnya fungsi media komunikasi dalam ritual ebeg
Banyumasan ini
c. Untuk memberikan refrensi dan pengetahuan tambahan seputar media komunikasi dalam
kesenian tradisional Ebeg

I.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Penulis mengharapkan dapat memberikan sumbangan refrensi dan pengetahuan seputar
komunikasi tradisional secara umum dan media dalam komunikasi ebeg Banyumas
secara khusus.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para aktivis
komunikasi tradisional dalam melestarikan budaya-budaya dalam hal ini kesenian ebeg
yang memang sedikit demi sedikit terkikis oleh waktu.
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Komunikasi


Definisi komunikasi menurut Harold Lasswell adalah bahwa komunikasi pada dasarnya
merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada
siapa dan dengan akibat atau efek seperti apa. (who says what in which channel to whom with
what effect) Lasswell : 1960. Harold Lasswell juga menganalisa lima unsur komunikasi yakni :
a. Siapa (komunikator), sebagai pelaku yang memiliki kebutuhan utnuk berkomunikasi atau
sebagai individu yang memulai sebuah proses komunikasi. Komunikator bisa seorang
individu, kelompok, organisasi, maupun pemerintah.
b. Pesan, adalah apa yang disampaikan oleh komunikator kepada audience atau komunikan.
Isi pesan merupakan seperangkat symbol verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan
atau maksud sumber tadi. Ada tiga komponen pesan,yaitu makna, symbol untuk
menyampaikan makna dan bentuk organisasi pesan
c. Media, adalah alat atau sarana untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan baik secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui
media cetak, eletronik,dll)
d. Komunikan, adalah orang / kelompok/ organisasi yang menerima pesan dari komunikator
e. Efek, adalah reaksi yang terjadi dari komunikan saat pesan tersampaikan. Seperti adanya
perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan dan sebagainya.
William I Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005 :5-30) mengkategorikan empat fungsi
komunikasi, yaitu :
a. Fungsi social, sebagai komunikasi social setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi
itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kabahagian, terhindar dari tekanan dan ketegangan antara lain
melalui komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan individu
lain. Melalui komunikasi dengan orang lain, kita juga belajar mengenal lebih dalam diri
kita dan orang lain.
b. Pernyataan eksistensi diri, para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama kita
sebagai manusia yang sehat secara rohaniah adalah dengan memenuhi kebutuhan akan
hubungan social yang ramah yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan baik
dengan orang lain.
c. Sebagai komunikasi ritual, suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
sepanjang tahun dan sepanjang hidup yang sering disebut sebagai rites of passage oleh
para antropolog. Sebagai contoh seperti uapacara kelahiran, mitoni, pertunangan, siraman
dan lain sebagainya. Dalam acara-acara ritual tersebut banyak symbol-simbol yang
memiliki arti tersendiri.
d. Sebagai komunikasi instrumental, tujaun dari komunikasi ini adalah untuk
menginformasikan, mendorong, mengubah sikap, menggerakan tidanakan juga untuk
menghibur. Sebagai instrument, komunikasi tidak hanya digunakan untuk membangun
hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para pakar komunikasi
seperti Onong Effendy (1994), ia berpendapat bahwa fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Surveillance of the information yaitu penyingkapan ancaman dan kesempatan yang
mempengaruhi nilai masyarakat.
b. Menghubungakn bagian-bagian yang terpsah dari masyarakat untuk menanggapi
lingkungannya
c. Menurunkan warisan social dari generasi ke generasi berikutnya.

II.2 Pengertian Media dalam Komunikasi


Kata “media” berasal dari kata latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara
harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata
tersebut digunakan baik untuk bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan
organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya
mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut :
a. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi,
media adalah perlusan dari guru (Schram,1977)
b. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi
perangkat kerasnya (NEA,1969)
c. Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar
(Briggs,1970)
d. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989)
Media dalah orang, benda dan kegiatan yang menciptakan kondisi dimana seseorang
memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Sedangkan media komunikasi adalah suatu
alat yang mempermudah dalam penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
Fungsi media komunikasi adalah sebagai berikut :
a. Mempermudah penyampaian pesan atau informasi
b. Mengefektifkan penyampaian pesan
c. Memperjelas maksud penyampaian pesan
d. Membangkitkan semangat atau motivasi bagi orang yang mendengarkan informasi

II.3 Media Komunikasi Dalam Ebeg Banyumas


Media atau peralatan yang digunakan dalam kesenian ebeg adalah gending pengiring yang terdiri
dari kendang, saron, kenong, gong, dan terumpet. Selain peralatan gending dan tari ada juga
sesaji yang harus disediakan berupa bunga-bungaan, pisang raja, pisang mas, kelapa muda,
jajanan pasar dll. Untuk mengiringi tarian dalam ebeg lagu yang dibawakan biasanya adalah
eling-eling, ricik-ricik, gudril, lung dll. Biasanya dalam pertujukan ebeg diiringi oleh gamelan
yang lazim disebut bendhe. Uniknya lagi, disaat pementasan saat pemain mulai mendem
(kesurupan) mereka mulai memakan pecahan kaca dan benda tajam lainnya. Pda saat menari,
mereka menggunakan ebeg atau kuda yang terbuat dari anyaman bamboo dan diberikan krincing.
Kesenian ebeg adalah salahsatu kesenian tradisional banyumas yang dialakuakn oleh beberapa
orang dalam sebuah kelompok, bisa terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam sebuah
kelompok ebeg biasanya terdapat dukun ebeg yang berjumlah satu bahkan sampai dengan tiga
orang.
Sesajen dalam ebeg digunakan sebagai media dari para indang untuk dimakan. Kata salah
seorang dukun ebeg yang saya Tanya, sesajen memang berfungsi sebagai hidangan bagi para
arwah yang merasuki para pemain ebeg. Bahakn tak jarang ada beberapa indang yang meminta
sesajen diluar sesajen yang telah disediakan.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Kata “media” berasal dari kata latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara
harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata
tersebut digunakan baik untuk bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan
organisasi yang memberikan batasan mengenai pengertian media.
Media atau peralatan yang digunakan dalam kesenian ebeg adalah gending pengiring yang terdiri
dari kendang, saron, kenong, gong, dan terumpet. Selain peralatan gending dan tari ada juga
sesaji yang harus disediakan berupa bunga-bungaan, pisang raja, pisang mas, kelapa muda,
jajanan pasar dll. Untuk mengiringi tarian dalam ebeg lagu yang dibawakan biasanya adalah
eling-eling, ricik-ricik, gudril, lung dll. Biasanya dalam pertujukan ebeg diiringi oleh gamelan
yang lazim disebut bendhe. Uniknya lagi, disaat pementasan saat pemain mulai mendem
(kesurupan) mereka mulai memakan pecahan kaca dan benda tajam lainnya.
Media dalam kesenian ebeg diantaranya juga ada sesajen yang digunakan untuk makanan para
indang. Pada intinya, kesenian ebeg memliki jutaan makna terselubung yang membutuhkan
proses penelitian yang panjang agar mendapatkan data yang benar-benar valid.

III.2 Saran
Sudah tidak mencengangkan lagi jika semua hal yang berbau tradisional hanya terdiri dari para
sesepuh yang pada dasarnya sudah tidak muda lagi. Lalu pertanyaannya adalah, kemana generasi
muda? Pertanyaan yang sangat retoris.tentunya generasi muda lebih tertarik akan hal-hal yang
berbau kata “modern”.
Ebeg salahsatu kesenian banyumas yang sudah diujung tanduk kepunahan Nampak sangat
dikhawatirkan akan hilang dari permukaan antara lima samapai sepuluh taun mendatang. Jadi,
dalam makalah ini, penulis menyarankan dan mengajak para generasi muda untuk tetap
melestarikan tiap-tiap elemen kesenian tradisional secara umum dan kesenian ebeg secara
khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Amri Jahi, 1998, Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia
Ketiga, PT. Gramedia, Jakarta

Effendy Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remaja Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta : Grasindo. Rosdakarya

Joseph A Devito, 1997, Komunikasi Antar Manusia (edisi kelima), professional book, Jakarta

Littlejohn, Stephen W.2001. Theories of Human Communication. USA : Wadsworth Publishing

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2010/11/kesenian-tradisional-kabupaten-banyumas.html

http://id.wikipedia.org/wiki/seni_tradisional_banyumasan

Anda mungkin juga menyukai