Anda di halaman 1dari 101

HASIL KEPUTUSAN PERSIDANGAN

PRA MUKTAMAR VII KAMMI


SOLO, 1 – 3 OKTOBER 2010
ANGGARAN DASAR
ANGGARAN RUMAH TANGGA
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI
MEKANISME PENETAPAN KETUA/FORMATUR
MEKANISME PENETAPAN MPP
TATA TERTIB PRA MUKTAMAR VII
JADWAL PERSIDANGAN
REKOMENDASI

Disusun dan Disiapkan Oleh

TIM KONSTITUSI DAN SISTEM ORGANISASI (TKSO)

Jakarta
Oktober 2010

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
0
DAFTAR ISI

1. Daftar Isi_____1
2. Kata Pengantar_____2
3. Overview Naskah Amandemen_____3
4. Tata Tertib Persidangan Pra Muktamar VII KAMMI_____7
5. Amandemen Anggaran Dasar_____11
6. Amandemen Anggaran Rumah Tangga_____21
7. Amandemen Garis-garis Besar Haluan Organisasi_____78
8. Mekanisme Penetapan Ketua Umum/Formatur PP KAMMI_____93
9. Rekomendasi Pra Muktamar tentang Mekanisme Penjaringan Calon Ketua Umum KAMMI______95
10.Mekanisme Penetapan Majelis Permusyawaratan Pusat_____96
11.Jadwal Persidangan_____98
12.Catatan Pelaksanaan Pra Muktamar VII_____99

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. delegasi muktamirin dari ujung timur Nusantara hingga Banda Aceh.
Hamdan wa syukran lillah, shalatan wa salaman ‘ala Rasulillah. Sorot mata yang semangat, membuat kami tidak khawatir akan nasib
bangsa ini ke depan. Persediaan pemimpin yang ikhlas dan merakyat
Kota Solo menjadi saksi atas semangat perbaikan organisasi yang masih banyak di KAMMI, ternyata.
menggelora. Kota Solo—yang secara administrasi pemerintahan Selanjutnya, mari kita berfikir dan berikhtiar penuh, agar
sebetulnya disebut Kota Surakarta—akan menoreh catatan sejarah, atas perhelatan berikutnya, yaitu Muktamar VII KAMMI yang akan digelar di
munculnya keputusan-keputusan cerdas-strategis-konstitusional yang Kota Banda Aceh Darussalam, bisa berlancar lancar. Tentu yang harus
lahir dari pemikiran dan syura para muktamirin dari PW dan PD difikirkan pertama adalah kehadiran kita di lokasi Muktamar.
KAMMI seluruh Nusantara. Berikutnya, substansi pengembangan organisasi, dan terakhir, tentu,
Dalam buku ini, terdapat hasil keputusan Pra Muktamar. adalah siapa nama pemimpin KAMMI berikutnya yang akan Antum
Rinciannya dapat Antum lihat di daftar isi. Naskah yang ada di tangan pilih.
Antum ini merupakan keputusan, tetapi belum merupakan ketetapan. Dalam Pra Muktamar Solo ini, suksesi KAMMI-1 diubah menjadi
Proses penetapan akan dilakukan di forum persidangan Muktamar VII sangat demokratis. Seluruh AB2 se-Indonesia yang masih aktif, berhak
di Banda Aceh. Jarak waktu antara Pra Muktamar dengan Muktamar memilih Ketua Umum KAMMI. Ikhtiar ini, semoga KAMMI-1
untuk melihat kondisi realitas, jika semisal, terdapat keputusan- merupakan representasi pilihan kader KAMMI. Dialah Ratu Adil yang
keputusan strategis yang harus dirubah. Perdebatan dalam persidangan akan mengemban kepemimpinan 2 tahun ke depan.
Pra Muktamar kemarin sangat cerdas meski tanpa notulensi lengkap. Demikian pengantar TKSO. Setelah edisi ini, akan ada satu
TKSO mengucap syukur atas selesainya perhelatan persidangan naskah terakhir, yaitu naskah final atas konstitusi dan regulasi KAMMI.
Pra Muktamar VII ini. Setengah pekerjaan sudah terlampaui, tinggal Semoga kebaikan datang dari segala arah.
setengah lagi sebelum Muktamar VII KAMMI di Tanah Rencong akan
digelar pada 11-18 Desember 2010 mendatang. TKSO mengirimkan Jazakumullahu khairan katsira.
seuntai bunga pujian untuk seluruh jajaran Organizing Committe, para Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
panitia dari PD KAMMI Solo di bawah komando akh Samsul Bahri.
Penyambutan, pelayanan dan keramahan atas segala fasilitas yang Amin Sudarsono
disediakan, luar biasa. Bunga sanjungan juga kami kirim kepada seluruh Koordinator TKSO PP KAMMI

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
2
OVERVIEW NASKAH AMANDEMEN

Dalam naskah konstitusi yang ada di tangan Antum ini, terdapat 5. Penyebutan struktur. Dalam penulisan maupun
beberapa hal mendasar yang berubah dalam forum Pra Muktamar pengucapan, yang berlaku saat ini dan seterusnya adalah
VII KAMMI di Solo. Forum Pra Muktamar adalah untuk PP KAMMI, PW KAMMI, PD KAMMI dan PK KAMMI
membahas dan memutuskan naskah, sementara penetapan akan (Pasal 11). Nomenklatur ini konsisten hingga ART dan
dilakukan di forum tertinggi organisasi, yaitu Muktamar VII regulasi turunannya.
KAMMI di Aceh pada Desember 2010. Untuk memudahkan 6. Pengurangan satu pasal AD, karena pasal 11 dan 12
pembacaan, berikut kami tuliskan daftar perubahan naskah. digabung menjadi satu.

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

1. Penambahan kalimat pujian untuk Allah dan shalawat 1. Pasal 2 Jenis Anggota. Pada ayat 2, ditambah kata
untuk Rasulullah di awal Muqaddimah. Sebagaimana “diangkat” untuk memperjelas proses. Anggota
umumnya ulama menyisipkan kalimat ini di awal kitab Kehormatan bisa diangkat baik di pusat, wilayah, maupun
atau pembicaraan ilmiah. Nuansa ilahiah ingin dilekatkan daerah. Tokoh yang berjasa bagi pengembangan KAMMI di
di muqaddimah ini. kabupaten atau provinsi tertentu layak diangkat menjadi
2. Perubahan redaksional, misalnya da’wah menjadi dakwah, anggota kehormatan.
dan pemiringan kata Arab atau Inggris--sebagai kata asing 2. Umur anggota KAMMI paling tua 30 tahun. Pada Pasal 4
di luar kosakata Indonesia. ayat 1 terdapat penjelasan tentang usia. KAMMI mengikuti
3. Kedudukan KAMMI tidak di DKI Jakarta, tapi di Ibukota UU No 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan--disahkan
negara Indonesia. Sebab belum tentu Jakarta akan selalu pada 15 September 2009---yang menyatakan bahwa usia
menjadi pusat negara RI (Pasal 3). pemuda adalah antara 16 sampai 30 tahun. Karena itu, pada
4. Penambahan misi kemandirian ekonomi mahasiswa. ART KAMMI, usia pengurus dan anggota juga harus
Kondisi terkini mewajibkan hal itu terjadi. Apalagi banyak dibatasi, yaitu sampai 30 tahun. Ini berkurang 5 tahun
kader KAMMI yang memiliki jiwa kewirausahaan tinggi. dibanding draft ART sebelumnya.
Selain itu, kemandirian ekonomi adalah wujud kedaulatan 3. Kewajiban anggota ditambahi “adab islami”. Maksudnya
atas visi (Pasal 7). adalah tata muamalah lazimnya seorang muslim yang baik.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
3
Ini sebagai perwujudan IJDK, muwashafat kader yang orang AB2, dan 72 orang (dalam NKRI) dan 2 orang AB3, 16
berbunyi matinul khuluq (Pasal 7). orang AB2 dan 32 orang AB1 (di luar NKRI).” Persyaratan
4. Perpindahan anggota, bisa melalui daerah atau wilayah penurunan dan pembubaran menjadi lebih longgar, agar
yang berbeda (Pasal 8). kesempatan berkembang KAMMI daerah lebih besar.
5. Pasal-pasal tentang personalia pengurus. Syarat ketua 9. Pasal 23 Status Komisariat. Komisariat persiapan
umum harus membawa surat rekomendasi dari diwajibkan memiliki 2 orang AB 2 dan 15 orang AB1.
kepengurusan struktur di bawahnya. PP KAMMI membawa Sementara itu, Komisariat penuh sekurang-kurangnya
rekomendasi PW KAMMI, PW dari PD, PD dari PK. memiliki 4 orang AB 2 dan 25 orang AB1. Ini menjadi lebih
6. Pasal 18 Status KAMMI Daerah. Ayat (4), amandemen ringan dibanding sebelumnya yang mensyaratkan
menjadi “KAMMI Daerah Penuh adalah KAMMI Daerah sekurang-kurangnya “memiliki 3 orang AB 2 dan 18 orang
yang memiliki minimal 3 orang AB3, 18 orang AB2, dan 54 AB1. Dan Komisariat penuh adalah komisariat yang
orang AB1, dan minimal mengelola 2 komisariat.” Berbeda sekurang-kurangnya memiliki 6 orang AB 2 dan 36 orang
dengan sebelumnya yang menetapkan “minimal 4 orang AB1.”
AB3, 24 orang AB2, dan 72 orang AB1, dan minimal 10. Pasal 26 Pemekaran Komisariat. Sebelumnya hanya bisa
mengelola 2 komisariat.” Penurunan jumlah adalah dengan bila diusulkan oleh 3 orang AB 2 dan 18 orang AB1. Kini
spirit perluasan medan jihad KAMMI, memudahkan cukup 2 orang AB 2 dan 15 orang AB1 yang mengusulkan.
pemekaran. Selain itu, komisariat persiapan dulu disyaratkan dalam
7. Di Pasal 18 juga, terdapat perubahan fundamental. Masa satu tahun sudah punya 6 (enam) orang AB 2 dan 36 orang
kepengurusan Pengurus Daerah KAMMI yang sebelumnya AB 1, kini diringankan hingga menjadi hanya 4 (empat)
2 (dua) tahun, diubah menjadi 1 (satu) tahun saja. orang AB 2 dan 25 orang AB 1.
Keputusan ini diambil dalam voting Komisi B (AD/ART). 11. Pasal 29 tentang Dewan Penasehat. Mengikuti perubahan
Setuju 1 tahun 16 PD KAMMI, sementara yang tetap ingin 2 Pasal 18, maka masa jabatan Dewan Penasehat juga
tahun hanya 5 PD KAMMI. Berbagai argumentasi sudah menjadi hanya 1 (satu) tahun.
dilontarkan, dan keputusan ini tinggal menunggu 12. Pasal 55 tentang Tata Tertib Muktamar. Perubahannya ada
penetapan di Muktamar, kecuali ada proses Peninjauan pada nilai suara. Sebelumnya PP hanya 2, PW dan PD
Kembali (PK) atas Pasal 18 ini. hanya masing-masing 1. Sekarang menjadi PP 3 suara, PW 2
8. Pasal 22 Penurunan Status dan Pembubaran Daerah. suara dan PD 1 suara.
Pengurus Daerah KAMMI akan dibubarkan jika tidak 13. Pasal 56 Pra Muktamar. Selain membahas AD, ART, GBHO
"Memiliki anggota biasa kurang dari 3 orang AB3, 18 orang dan mekanisme penetapan Ketua dan MPP, juga ditambahi
AB2, dan 54 orang AB1 (dalam NKRI) dan 2 orang AB3, 16 rekomendasi-rekomendasi yang dibutuhkan. Namun,
orang AB2 dan 32 orang AB1 (di luar NKRI).” Sebelumnya semua penetapan tetap di Muktamar.
adalah “Memiliki anggota biasa kurang dari 4 orang AB3, 24
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
4
14. Pasal 62 Rapimnas, sebelumnya memiliki kewenangan partai apapun.” DAN “d. Gerakan Ekstraparlementer
untuk menetapkan Ketua Pengurus Wilayah KAMMI. bergerak di luar parlemen dan partai politik, sebagai
Kewenangan itu dihapus dengan pertimbangan PW representasi rakyat secara independen.”
KAMMI dibentuk atas dasar kemauan PD KAMMI 5. Pasal 14 KAMMI dan Partai Politik, terdapat sisipan kata
bawahannya dan disahkan oleh PP KAMMI pada periode penjelas yang menegaskan konsistensi KAMMI pada
tersebut. pilihan tidak berpolitik praktis.
15. Pasal 66 Alumni. Diputuskan tidak ada nama definitif 6. Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) ini, adalah
untuk Ikatan Alumni. Hanya diterakan, bahwa alumni akan akar nilai dan moral ideologi. Delapan puluh (80) persen isi
memiliki sebuah wadah khusus. GBHO adahal hal yang pasti dan tidak akan berubah--
setidaknya sampai waktu tertentu--karena berisi hal-hal
yang filosofis dan fundamental. Sisanya, 20 persen baru
tujuan jangka panjang. Dalam Pra Muktamar diputuskan
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI penghapusan pasal yang bersifat temporal dan teknis, yaitu
Pasal 18. Selanjutnya, Tujuan Jangka Panjang KAMMI
1. Perubahan pertama adalah pada misi KAMMI (Pasal 3) (2004-2014) dipindahkan ke Panduan Kerja Nasional.
yang mengikuti misi KAMMI pada Anggaran Dasar
KAMMI. Yaitu ada penambahan kemandirian ekonomi. MEKANISME PENETAPAN KETUA UMUM/FORMATUR
2. Pasal 7 Paradigma Gerakan, mendapatkan tambahan satu
ayat penjelas. Untuk Paradigma Intelektual Profetik, 1. Diawali dengan penjaringan bakal calon, yang dimulai
ditambahi “d. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan sejak Pra Muktamar ditutup, hingga Muktamar dimulai.
pemikiran yang menjangkau realitas rakyat dan terlibat Berarti, efektif penjaringan akan dilakukan sejak 4 Oktober
dalam penyelesaian masalah rakyat.” 2010 hingga 11 Desember 2010.
3. Paradigma Sosial Independen mendapat tambahan satu 2. Seluruh AB2 berhak memilih calon ketua. Proses kampanye
ayat penjelas, yaitu: “d. Gerakan Sosial Independen dilakukan oleh PD KAMMI, setelah nama-nama bakal
bertujuan menegakkan nilai sosial politik yang tidak calon diverifikasi secara administratif dan konstitusional
bergantung dengan institusi manapun, termasuk negara, oleh Badan KHusus Komisi Pemilihan Raya.
partai maupun lembaga donor.” 3. PD KAMMI akan membawa 3 nama untuk disyurakan oleh
4. Paradigma Politik Ekstra Parlementer mendapat tambahan Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA).
dua ayat penjelas, yaitu: “c. Gerakan Ekstraparlementer 4. AHWA adalah perwakilan PD KAMMI plus Ketua Umum
berarti tidak menginduk pada institusi parlemen maupun PP KAMMI periode saat ini. Seluruh AHWA bukan calon
pembentuk parlemen (partai politik dan senator). Ketua Umum. Jika ada AHWA yang namanya menjadi
Independensi sikap politik bulat utuh tanpa intervensi calon, akan digantikan struktur di bawahnya.
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
5
5. Jadi, prinsip demokrasi egaliter (sesuai Paradigma Gerakan MEKANISME PENETAPAN MPP
KAMMI Keempat) sudah mulai terjadi. Dengan mekanisme
ini, maka yang terjadi adalah kejelasan, peta yang nyata Masih menggunakan mekanisme yang sama dengan Muktamar VI
dan partisipasi publik yang kuat. Sehingga hasilnya juga Makassar, yaitu pengusulan oleh 5 PD KAMMI, lalu diverifikasi
kepemimpinan yang kuat. oleh SC Muktamar dan mendapat pengesahan jika sudah
terpenuhi 5 nama.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
6
TATA TERTIB PRA MUKTAMAR VII
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA
(KAMMI)

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

BAB I KEDUDUKAN DAN FUNGSI


NAMA DAN TUJUAN
Pasal 5
Pasal 1 Kedudukan
Nama PRA MUKTAMAR VII KAMMI merupakan forum yang diadakan
Permusyawaratan ini dinamakan PRA MUKTAMAR VII Kesatuan Aksi sebelum pelaksanaan MUKTAMAR. Pra Muktamar adalah forum yang
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). dihadiri oleh Pengurus Pusat KAMMI, Pengurus Wilayah dan Pengurus
Daerah KAMMI, Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat pusat dan
Pasal 2 anggota Majelis Pertimbangan Pusat KAMMI.
Tujuan
Tujuan disusunnya tata tertib PRA MUKTAMAR VII KAMMI untuk Pasal 6
mengatur jalannya persidangan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Fungsi
PRA MUKTAMAR VII KAMMI. PRA MUKTAMAR VII KAMMI memiliki fungsi membahas draf-draf
berikut yang akan diputuskan dan ditetapkan di MUKTAMAR:
BAB II 1. Membahas dan memutuskan rancangan draft Anggaran Dasar dan
TEMPAT DAN WAKTU Anggaran Rumah Tangga.
2. Membahas dan memutuskan rancangan draft GBHO atau naskah
Pasal 3 penggantinya.
Tempat 3. Membahas dan memutuskan rancangan draft Mekanisme Pemilihan
PRA MUKTAMAR VII KAMMI dilaksanakan di Hotel Kusuma Ketua Umum/Formatur.
Kartikasari Kota Surakarta, Jawa Tengah. 4. Membahas dan memutuskan rancangan draf Mekanisme Pemilihan
Anggota MPP.
Pasal 4 5. Menetapkan Komisi Pemilihan Raya (KPR) yang bertugas membantu
Waktu proses pemilihan nama bakal calon Ketua Umum/Formatur.
PRA MUKTAMAR VII KAMMI dilaksanakan pada hari Kamis s.d. 6. Menetapkan aturan dan putusan lain yang dianggap perlu.
Minggu, tanggal 1 s.d. 3 Oktober 2010
BAB IV
BAB III PESERTA

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
7
2. Menaati tata tertib Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) PRA
Pasal 7 MUKTAMAR VII KAMMI.
Definisi Peserta 3. Tidak membuat forum di dalam forum.
1. Peserta PRA MUKTAMAR VII adalah Pengurus Pusat, utusan 4. Tidak membuka laptop atau dokumen yang tidak berhubungan
Pengurus Wilayah KAMMI, utusan Pengurus Daerah KAMMI, dengan materi persidangan.
Badan-Badan Khusus serta LSO di tingkat Pusat, dan anggota MPP 5. Selama sidang berlangsung peserta berkewajiban menghormati dan
KAMMI. menaati pimpinan sidang.
2. Pengurus Pusat, utusan Pengurus Wilayah dan utusan Pengurus 6. Meminta izin kepada pimpinan sidang jika tidak mengikuti sidang.
Daerah merupakan peserta penuh.
3. Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat pusat merupakan peserta BAB V
peninjau. SANKSI-SANKSI

Pasal 8 Pasal 11
Kriteria Sanksi
1. Utusan peserta penuh Pengurus Wilayah (PW) KAMMI maksimal 1. Sanksi diberikan oleh pimpinan sidang kepada peserta yang
berjumlah 2 orang kader dengan berstatus AB3. melanggar tata tertib.
2. Utusan peserta penuh Pengurus Daerah (PD) maksimal berjumlah 3 2. Sanksi dapat berbentuk peringatan, pencabutan hak bicara atau
orang kader dengan minimal berstatus AB2 dan dapat mengirimkan dikeluarkan atas persetujuan forum.
utusan peserta peninjau maksimal berjumlah 2 orang kader dengan
minimal berstatus AB2. BAB VI
3. Utusan peserta dari Pengurus Daerah KAMMI Persiapan maksimal 2 PERSIDANGAN
orang yang berstatus minimal AB2 dengan status kepesertaan
sebagai peserta peninjau. Pasal 12
4. Utusan Pengurus Daerah dan Wilayah membawa surat tugas dari Jenis Sidang
struktur KAMMI yang mengirimkan, dengan melampirkan data diri. 1. Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI terdiri dari sidang pleno
dan sidang komisi.
Pasal 9 2. Sidang pleno dihadiri oleh seluruh peserta PRA MUKTAMAR VII
Hak KAMMI.
1. Peserta Penuh mempunyai hak suara, hak bicara, dan hak dipilih. 3. Sidang komisi dihadiri oleh seluruh anggota komisi yang
2. Peserta Peninjau mempunyai hak bicara. bersangkutan.

Pasal 10 Pasal 13
Kewajiban Sidang Pleno
Kewajiban peserta PRA MUKTAMAR VII KAMMI adalah: Sidang pleno bertugas:
1. Menjaga akhlak Islami.
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
8
1. Menetapkan agenda acara dan tata tertib PRA MUKTAMAR VII
KAMMI. Pasal 16
2. Memilih pimpinan sidang pleno. Keputusan PRA MUKTAMAR VII KAMMI adalah keputusan yang
3. Memutuskan draft AD/ART KAMMI. memiliki kekuatan mengikat dalam lingkup penyelenggaraan
4. Memutuskan draft GBHO KAMMI. MUKTAMAR VII KAMMI.
5. Memutuskan draft Mekanisme Penetapan Ketua Umum/Formatur
dan MPP. Pasal 17
6. Membahas dan memutuskan hasil-hasil sidang komisi yang lain. 1. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan dengan
7. Menetapkan Komisi Pemilihan Raya. mekanisme musyawarah untuk mufakat.
2. Apabila kemufakatan tidak tercapai, maka dilakukan penundaan
Pasal 14 selama 2x10 menit untuk dilakukan lobi.
Sidang Komisi 3. Apabila point 2 tidak tercapai maka putusan diambil berdasarkan
Sidang komisi terdiri atas: suara terbanyak di mana suara Pengurus Pusat bernilai 2 suara,
1. Komisi A membahas draft AD/ART KAMMI. suara Wilayah dan Daerah masing-masing bernilai 1 suara.
2. Komisi B membahas draft GBHO KAMMI.
3. Komisi C membahas draft Mekanisme Pemilihan Ketua BAB IX
Umum/Formatur dan anggota MPP serta mekanisme Komisi PIMPINAN SIDANG
Pemilihan Raya.
Pasal 18
BAB VII Pimpinan Sidang Pleno
QUORUM 1. Pimpinan sidang pleno berbentuk presidium pimpinan sidang yang
berjumlah 3 orang.
Pasal 15 2. Pimpinan Sidang Pleno 1 dipimpin oleh SC MUKTAMAR VII
Quorum KAMMI.
1. Sidang pleno dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang- 3. Presidium pimpinan sidang pleno selanjutnya akan dipilih melalui
kurangnya 2/3 dari jumlah peserta penuh yang hadir pada saat PRA proses pemilihan dalam Sidang Pleno 1 dan presidium pimpinan
MUKTAMAR VII KAMMI. sidang terpilih akan memimpin jalannya sidang PRA MUKTAMAR
2. Sidang komisi dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang- VII KAMMI hingga selesai.
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota komisi yang bersangkutan.
3. Apabila sampai batas waktu yang telah disepakati sidang pleno atau Pasal 19
sidang komisi tidak mencapai quorum, maka sidang diundur selama Mekanisme Penetapan Pimpinan Sidang Pleno
2x15 menit dan setelah itu sidang dianggap sah. 1. Proses penetapan pimpinan sidang pleno melalui 2 tahap, yaitu:
pencalonan dan pemilihan.
BAB VIII 2. Pimpinan sidang pleno dipilih dari dan oleh peserta penuh.
Putusan
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
9
3. Seluruh tahapan penetapan harus dilaksanakan dengan adab-adab Pasal 21
Islami meliputi: Hak dan Kewajiban Pimpinan Sidang
a. Berprinsip dasar bahwa jabatan adalah amanah yang harus 1. Pimpinan sidang pleno dan komisi berhak:
dipertanggungjawabkan kepada Allah dan umat. a. memberikan sanksi kepada peserta sidang apabila melanggar
b. Bukan karena motivasi minta jabatan, tetapi karena diminta oleh tata tertib
ummat. b. menskors persidangan atas persetujuan peserta sidang
c. Tidak memberikan iming-iming berupa jabatan dan materi 2. Pimpinan sidang pleno dan komisi berkewajiban:
apapun. a. berkonsultasi dengan SC Muktamar berkaitan dengan fasilitas
d. Menjaga akhlaq dasar Islam dengan tidak dengki, sombong, dan kelancaran jalannya persidangan.
meremehkan, mengolok-olok, ghibah, namimah, su’udzhann, b. Berkonsultasi dengan TKSO berkaitan dengan draft-draft
fithnah dan dzalim. konstitusi muktamar
e. Menjaga kebersamaan, sopan dalam perbuatan, santun dalam c. Memimpin jalannya persidangan hingga selesai
perkataan, dan bertanggung jawab. d. Menyerahkan hasil-hasil persidangan kepada SC Muktamar.
f. Lapang dada dalam menerima keputusan bersama.
g. Menegakkan prinsip berkeadilan. BAB X
4. Calon pimpinan sidang diajukan oleh Pengurus Daerah atau Aturan Peralihan
Pengurus Wilayah.
5. Setiap calon menyatakan kesediaannya di depan forum. Pasal 22
6. Apabila calon pimpinan sidang berjumlah 3 orang maka langsung Penyesuaian nama dan isi dalam peraturan ini terhadap peraturan-
ditetapkan sebagai Presidium Pimpinan Sidang PRA MUKTAMAR peraturan dalam hirarki peraturan yang lebih tinggi dari peraturan ini
VII KAMMI. dapat langsung ditetapkan oleh pimpinan sidang setelah berkonsultasi
7. Apabila calon pimpinan sidang berjumlah lebih dari 3 orang maka kepada TKSO disetujui oleh peserta sidang
pemilihan pimpinan sidang diadakan dengan pemungutan suara
terbuka dengan mekanisme voting Pengurus Pusat bernilai 2 suara, BAB XI
Pengurus Wilayah dan Daerah bernilai masing-masing 1 suara. Penutup
8. Tiga calon yang mendapatkan suara terbanyak ditetapkan sebagai
Presidium Pimpinan Sidang PRA MUKTAMAR VII KAMMI. Pasal 23
1. Segala sesuatu yang berkaitan dengan penambahan pasal dan atau
kesepakatan baru akan diputuskan oleh pimpinan sidang atas
Pasal 20 pesetujuan peserta sidang.
Pimpinan Sidang Komisi 2. Tata tertib ini berlaku sejak diputuskan.
Presidium sidang komisi terdiri dari 2 (dua) orang yang terdiri dari satu
orang pimpinan sidang pleno dan satu orang lainnya berasal dari unsur
Tim Konstitusi dan Sistem Organisasi (TKSO). ------000o000------

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
10
AMANDEMEN ANGGARAN DASAR KAMMI

Hasil Pembahasan dan Keputusan Persidangan Pra Muktamar VII KAMMI


di Hotel Kusuma Kartikasari Solo, 1-3 Oktober 2010

NASKAH HASIL MUKTAMAR VI MAKASSAR AMANDEMEN HASIL PRA MUKTAMAR VII SOLO

KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA


(KAMMI)
TETAP
ANGGARAN DASAR

MUQODDIMAH MUQADDIMAH

Bismillahirrohmaanirrohim Bismillahirrahmanirrahim

Bahwa sesungguhnya hakekat penciptaan manusia adalah untuk Puji dan syukur kepada Allah SWT. Shalawat dan salam kepada
menjadi khalifah Allah di muka bumi. Peradaban di muka bumi akan Nabi Muhammad SAW. Sesungguhnya hakekat penciptaan manusia
tegak dan sempurna manakala amanah itu ditunaikan dalam kerangka adalah untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Peradaban di muka
penyembahan dan pengabdian kepada Allah sebagai pribadi muslim. bumi akan tegak dan sempurna manakala amanah itu ditunaikan dalam
Kaum muslimin adalah pemegang hak atas peradaban dunia yang kerangka penyembahan dan pengabdian kepada Allah sebagai pribadi
dibangun atas nilai-nilai tauhid. Oleh karena itu, seorang muslim muslim. Kaum muslimin adalah pemegang hak atas peradaban dunia
memiliki kewajiban asasi untuk berda’wah amar ma’ruf nahi munkar yang dibangun atas nilai-nilai tauhid. Oleh karena itu, seorang muslim
menegakkan kalimat tauhid. Da’wah tauhid adalah tugas suci seorang memiliki kewajiban asasi untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munkar
muslim untuk menyadarkan, membebaskan, dan memerdekakan menegakkan kalimat tauhid. Dakwah tauhid adalah tugas suci seorang
manusia dari penghambaan kepada manusia dan materi menuju muslim untuk menyadarkan, membebaskan, dan memerdekakan
penghambaan yang sejati yaitu kepada Allah yang Maha Pencipta, manusia dari penghambaan kepada manusia dan materi menuju
dengan mengajak kepada kebenaran, menegakkan keadilan, dan penghambaan yang sejati yaitu kepada Allah Yang Maha Pencipta,
mencegah kebathilan dengan cara yang ma’ruf. dengan mengajak kepada kebenaran, menegakkan keadilan, dan
mencegah kebathilan dengan cara yang ma’ruf.
Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah entitas intelektual yang

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
11
menempati posisi strategis dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa Sesungguhnya mahasiswa adalah entitas intelektual yang
Indonesia. Mahasiswa adalah agen-agen pengubah, pilar-pilar keadilan menempati posisi strategis dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa
dan kebenaran, teladan perjuangan, dan aset masa depan bangsa Indonesia. Mahasiswa adalah agen-agen pengubah, pilar-pilar keadilan
Indonesia. dan kebenaran, teladan perjuangan, dan aset masa depan bangsa
Indonesia.
Kaum muslimin adalah bagian terbesar bangsa Indonesia, sehingga
masa depan bangsa Indonesia akan ditentukan oleh peran-peran Kaum muslimin adalah bagian terbesar bangsa Indonesia, sehingga
sejarah kaum muslimin. Sementara itu, sejarah Indonesia adalah masa depan bangsa Indonesia akan ditentukan oleh peran-peran sejarah
sejarah tirani, penindasan, dan kedzaliman atas rakyatnya yang kaum muslimin. Sementara itu, sejarah Indonesia adalah sejarah tirani,
mustadh’afin, termiskinkan, dan terpinggirkan. Sejarah kelam tersebut penindasan, dan kedzaliman atas rakyatnya yang mustadh’afin,
pada penghujung abad ke-20—pada tahun 1998—telah mencapai termiskinkan, dan terpinggirkan. Sejarah kelam tersebut pada
puncaknya. Oleh karena itu, sebagai manifestasi dari jiwa perjuangan penghujung abad ke-20—pada tahun 1998—telah mencapai puncaknya.
Islam dan semangat perjuangan mahasiswa, maka pada tanggal 1 Oleh karena itu, sebagai manifestasi dari jiwa perjuangan Islam dan
Dzulhijjah 1418 H bertepatan dengan 29 Maret 1998 M, Mahasiswa semangat perjuangan mahasiswa, maka pada tanggal 1 Dzulhijjah 1418 H
Muslim Indonesia sebagai Aktivis Da’wah Kampus di seluruh Indonesia bertepatan dengan 29 Maret 1998 M, mahasiswa muslim Indonesia
menghimpun diri dalam sebuah wadah perjuangan yang bernama sebagai Aktivis Dakwah Kampus di seluruh Indonesia menghimpun diri
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). dalam sebuah wadah perjuangan yang bernama Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
KAMMI meyakini bahwa Islam adalah rahmat bagi bangsa
Indonesia dan bagi seluruh alam, karena Islam adalah agama Allah yang KAMMI meyakini bahwa Islam adalah rahmat bagi bangsa
sempurna dan paripurna, yang telah meliputi seluruh aspek Indonesia dan bagi seluruh alam, karena Islam adalah agama Allah yang
kemanusiaan. Sehingga KAMMI dengan potensi keimanan, keislaman, sempurna dan paripurna, yang telah meliputi seluruh aspek
intelektual, dan kecendikiawanan sebagai anugerah Allah SWT kemanusiaan. Sehingga KAMMI dengan potensi keimanan, keislaman,
meletakkan dirinya sebagai kawah candradimuka untuk menciptakan intelektual, dan kecendikiawanan sebagai anugerah Allah SWT
pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia masa depan yang tangguh meletakkan dirinya sebagai kawah candradimuka untukmenciptakan
dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara yang Islami di Indonesia pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia masa depan yang tangguh dalam
sehingga terbentuk bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat, adil, upaya mewujudkan bangsa dan negara yang Islami di Indonesia sehingga
dan makmur dalam lindungan ampunan Allah SWT. terbentuk bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat, adil, dan
makmur dalam lindungan ampunan Allah SWT.
Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, maka KAMMI
melandaskan dirinya pada Anggaran Dasar sebagai berikut: Untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, maka KAMMI
melandaskan dirinya pada Anggaran Dasar sebagai berikut:

BAB I TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
12
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama
TETAP
Organisasi ini bernama Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia,
disingkat KAMMI.

Pasal 2
Waktu
KAMMI didirikan di Malang pada tanggal 1 Dzulhijjah 1418 H TETAP
bertepatan dengan 29 Maret 1998 M, sampai batas waktu yang tidak
ditentukan.

Pasal 3 Pasal 3
Tempat Kedudukan Tempat Kedudukan
KAMMI berkedudukan di negara Indonesia dan berpusat di DKI KAMMI berkedudukan di negara Indonesia dan berpusat di ibukota
Jakarta. negara Indonesia.

BAB II
ASAS, SIFAT, VISI, DAN MISI TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
13
Pasal 4
Asas
TETAP
KAMMI berasaskan Islam.

Pasal 5
Sifat
TETAP
Organisasi ini bersifat terbuka dan independen.

Pasal 6
Visi
Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader TETAP
pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia
yang Islami.

Pasal 7 Pasal 7
Misi Misi
(1) Membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa muslim (1) Membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa muslim
Indonesia. Indonesia.
(2) Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, (2) Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah,
intelektual, sosial, dan politik mahasiswa. intelektual, sosial, politik dan kemandirian ekonomi mahasiswa.
(3) Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan (3) Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama
kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa
permasalahan bangsa dan negara. dan negara.
(4) Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia (4) Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera. menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
(5) Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara (5) Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara
dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan
mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar). mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
14
BAB III TETAP
STATUS

Pasal 8
Status
TETAP
KAMMI adalah organisasi kemasyarakatan.

BAB IV
KEANGGOTAAN TETAP

Pasal 9
Definisi Keanggotaan
TETAP
Anggota KAMMI adalah Mahasiswa Muslim Indonesia yang terdaftar
pada Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia maupun luar negeri dan
telah memenuhi syarat-syarat keanggotaan.

Pasal 10
Kategori Anggota
TETAP
Anggota KAMMI terdiri atas:
a. Anggota Biasa
b. Anggota Kehormatan

BAB V
KEORGANISASIAN TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
15
Pasal 11 Pasal 11
Struktur Organisasi Struktur Pengurus Organisasi
Struktur organisasi terdiri atas KAMMI Pusat, KAMMI Wilayah, (1) Struktur dan Pengurus KAMMI terdiri atas Pengurus Pusat (PP),
KAMMI Daerah dan KAMMI Komisariat Pengurus Wilayah (PW), Pengurus Daerah (PD), dan Pengurus
Komisariat (PK).
Pasal 12 (2) PP dipimpin oleh Ketua Umum PP KAMMI, PW dipimpin oleh
Ketua Umum PW KAMMI, PD dipimpin oleh Ketua Umum PD
Kepengurusan
KAMMI, dan PK dipimpin oleh Ketua Umum PK KAMMI.
(1) Kepengurusan KAMMI terdiri atas Pengurus Pusat (PP), Pengurus
Wilayah (PW), Pengurus Daerah (PD) Pengurus Komisariat (PK).
(2) PP KAMMI dipimpin oleh Ketua Umum PP KAMMI, pengurus
Wilayah KAMMI dipimpin oleh Ketua Umum KAMMI Wilayah,
pengurus Daerah KAMMI dipimpin oleh Ketua Umum KAMMI
Daerah dan pengurus Komisariat KAMMI dipimpin oleh Ketua
Umum KAMMI Komisariat.

Pasal 13 Pasal 12
Majelis Permusyawaratan dan Dewan Penasehat Majelis Permusyawaratan dan Dewan Penasehat
Untuk menjaga keteraturan, kesinambungan, serta kesesuaian gerak Untuk menjaga keteraturan, kesinambungan, serta kesesuaian gerak
langkah KAMMI dengan visi dan misi organisasi, maka dibentuk langkah KAMMI dengan visi dan misi organisasi, maka dibentuk Majelis
Majelis Permusyawaratan dan Dewan Penasehat di tingkat KAMMI Permusyawaratan dan Dewan Penasehat di tingkat PP, PW, PD dan PK.
Pusat dan KAMMI Daerah.

Pasal 14 Pasal 13
Badan-Badan Khusus Badan-Badan Khusus
Apabila dianggap perlu demi pencapaian visi dan misi organisasi dalam Apabila dianggap perlu demi pencapaian visi dan misi organisasi dalam
bidang khusus dan tugas khusus maka para pengurus KAMMI dapat bidang khusus dan tugas khusus maka para pengurus KAMMI dapat
membentuk Badan-Badan Khusus membentuk Badan-Badan Khusus

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
16
Pasal 15 Pasal 14
Lembaga Semi Otonom Lembaga Semi Otonom
Apabila dianggap perlu demi pencapaian visi dan misi organisasi untuk Apabila dianggap perlu demi pencapaian visi dan misi organisasi untuk
meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan profesionalisme
anggota dan peran pemberdayaan masyarakat dalam bidang tertentu anggota dan peran pemberdayaan masyarakat dalam bidang tertentu
maka para pengurus KAMMI dapat membentuk Lembaga Semi maka para pengurus KAMMI dapat membentuk Lembaga Semi Otonom.
Otonom.

BAB VI
PERMUSYAWARATAN TETAP

Pasal 16 Pasal 15
Jenis-jenis Permusyawaratan Jenis-jenis Permusyawaratan
Rapat-rapat permusyawaratan dalam KAMMI meliputi: muktamar, Rapat-rapat permusyawaratan dalam KAMMI meliputi: muktamar,
musyawarah dan rapat, serta bentuk-bentuk pertemuan lainnya yang musyawarah dan rapat, serta bentuk-bentuk pertemuan lainnya yang
dianggap perlu. dianggap perlu.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
17
Pasal 17 Pasal 16
Definisi Permusyawaratan Definisi Permusyawaratan

Yang dimaksud Permusyawaratan adalah mekanisme pengambilan Yang dimaksud Permusyawaratan adalah mekanisme pengambilan
keputusan yang memiliki ketetapan mengikat ke dalam dan keluar keputusan yang memiliki ketetapan mengikat ke dalam dan keluar
organisasi organisasi

Pasal 18 Pasal 17
Hirarki Permusyawaratan Hirarki Permusyawaratan
(1) Permusyawaratan tertinggi KAMMI berada pada Muktamar (1) Permusyawaratan tertinggi KAMMI berada pada Muktamar KAMMI.
KAMMI. (2) Permusyawaratan tertinggi di KAMMI Wilayah berada pada
(2) Permusyawaratan tertinggi di KAMMI Wilayah berada pada Musyawarah Wilayah KAMMI
Musyawarah Wilayah KAMMI (3) Permusyawaratan tertinggi di KAMMI Daerah berada pada
(3) Permusyawaratan tertinggi di KAMMI Daerah berada pada Musyawarah Daerah KAMMI
Musyawarah Daerah KAMMI (4) Permusyawaratan tertinggi di KAMMI Komisariat berada pada
(4) Permusyawaratan tertinggi di KAMMI Komisariat berada pada Musyawarah Komisariat KAMMI.
Musyawarah Komisariat KAMMI.

BAB VII
TETAP
KEUANGAN

Pasal 19 Pasal 18
Keuangan Keuangan
(1) Keuangan KAMMI dikelola dengan prinsip halal, transparan, (1) Keuangan KAMMI dikelola dengan prinsip halal, transparan,
bertanggungjawab, efektif, efisien, dan berkesinambungan. bertanggungjawab, efektif, efisien, dan berkesinambungan.
(2) Keuangan KAMMI diperoleh dari: uang pangkal, iuran wajib (2) Keuangan KAMMI diperoleh dari: uang pangkal, iuran wajib
anggota, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan usaha-usaha halal yang anggota, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan usaha-usaha halal yang
dikelola KAMMI serta sumbangan-sumbangan lain yang halal, dikelola KAMMI serta sumbangan-sumbangan lain yang halal, tidak
tidak mengikat dan tidak melanggar hukum Islam. mengikat dan tidak melanggar hukum Islam.

BAB VIII TETAP


PERUBAHAN DAN PENETAPAN

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
18
Pasal 20 Pasal 19
Perubahan dan Penetapan Anggaran Dasar Perubahan dan Penetapan Anggaran Dasar
(1) Perubahan Anggaran Dasar KAMMI hanya dapat dilakukan di (3) Perubahan Anggaran Dasar KAMMI hanya dapat dilakukan di
Muktamar apabila perubahan tersebut disetujui oleh minimal 2/3 Muktamar apabila perubahan tersebut disetujui oleh minimal 2/3
jumlah KAMMI Daerah yang hadir di muktamar. jumlah KAMMI Daerah yang hadir di muktamar.
(2) Penetapan Anggaran Dasar KAMMI dilakukan melalui Muktamar. (4) Penetapan Anggaran Dasar KAMMI dilakukan melalui Muktamar.

BAB IX
TETAP
PEMBUBARAN

Pasal 21 Pasal 20
Pembubaran Pembubaran
(1) Pembubaran KAMMI dilakukan melalui muktamar luar biasa yang (1) Pembubaran KAMMI dilakukan melalui muktamar luar biasa yang
diadakan khusus untuk agenda tersebut. diadakan khusus untuk agenda tersebut.
(2) Muktamar luar biasa tersebut dalam ayat (1) diusulkan oleh (2) Muktamar luar biasa tersebut dalam ayat (1) diusulkan oleh Pengurus
Pengurus Pusat KAMMI dan disetujui serta dihadiri oleh sekurang- Pusat KAMMI dan disetujui serta dihadiri oleh sekurang-kurangnya
kurangnya 2/3 dari KAMMI Daerah. 2/3 dari KAMMI Daerah.
(3) Keputusan pembubaran ditetapkan apabila disetujui oleh sekurang- (3) Keputusan pembubaran ditetapkan apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 jumlah KAMMI Daerah yang hadir. kurangnya 2/3 jumlah KAMMI Daerah yang hadir.
(4) Apabila KAMMI dibubarkan, maka seluruh harta kekayaan (4) Apabila KAMMI dibubarkan, maka seluruh harta kekayaan organisasi
organisasi diserahkan kepada badan-badan atau lembaga-lembaga diserahkan kepada badan-badan atau lembaga-lembaga Islam yang
Islam yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial budaya, bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial budaya, dan
dan pemberdayaan kaum dhuafa. pemberdayaan kaum dhuafa.

BAB X
TETAP
ATURAN TAMBAHAN

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
19
Pasal 22 Pasal 21
Aturan Tambahan Aturan Tambahan
Hal yang belum diatur, ditetapkan, ataupun dirinci dalam Anggaran Hal yang belum diatur, ditetapkan, ataupun dirinci dalam Anggaran
Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI
TETAP
PENUTUP

Pasal 23 Pasal 22
Penutup Penutup
Anggaran Dasar ini ditetapkan di Bekasi, pada Muktamar I tahun 1998. Anggaran Dasar ini ditetapkan di Bekasi, pada Muktamar I tahun 1998.
Dan diperbaharui pada: Dan diperbaharui pada:
Muktamar II di Jogjakarta, Bulan November 2000 Muktamar II di Jogjakarta, bulan November 2000
Muktamar III di Lampung, Bulan November 2002 Muktamar III di Lampung, bulan November 2002
Muktamar IV di Samarinda, tanggal 28 September 2004 Muktamar IV di Samarinda, tanggal 28 September 2004
Muktamar V di Palembang, tanggal 16 September 2006 Muktamar V di Palembang, tanggal 16 September 2006
Muktamar VI di Makasar, tanggal 07 November 2008 Muktamar VI di Makasar, tanggal 7 November 2008
Muktamar VII di Banda Aceh, tanggal___ Desember 2010

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
20
AMANDEMEN ANGGARAN RUMAH TANGGA KAMMI

Hasil Pembahasan dan Keputusan Persidangan Pra Muktamar VII KAMMI


di Hotel Kusuma Kartikasari Solo, 1-3 Oktober 2010

NASKAH HASIL MUKTAMAR VI MAKASSAR AMANDEMEN HASIL PRA MUKTAMAR VII SOLO

KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA


(KAMMI) TETAP
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Bismillahirrohmaanirrohim Bismillahirrahmaanirrahim

BAB I
KEANGGOTAAN
BAGIAN I TETAP
ANGGOTA

Pasal 1
Pengertian

Mahasiswa Muslim Indonesia adalah warga negara Indonesia yang


TETAP
beragama Islam yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi baik
di Indonesia maupun di luar Indonesia dalam beragam jenjang
kependidikan tinggi.

Pasal 2 Pasal 2
Jenis Anggota Jenis Anggota

(1) Anggota biasa adalah mahasiswa muslim Indonesia yang (1) Anggota biasa adalah mahasiswa muslim Indonesia yang
memenuhi persyaratan keanggotaan. memenuhi persyaratan keanggotaan.
(2) Anggota kehormatan adalah orang yang karena berjasa dalam (2) Anggota kehormatan adalah orang yang diangkat karena berjasa
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
21
mengembangkan dan memperjuangkan kemajuan KAMMI dalam mengembangkan dan memperjuangkan kemajuan
diusulkan oleh Pengurus Pusat atau daerah dan ditetapkan dalam KAMMI. Mereka diusulkan oleh PP, PW, atau PD dan ditetapkan
forum Muktamar. dalam forum Muktamar, Musyawarah Wilayah atau Musyawarah
Daerah, sesuai area kerja.
Pasal 3
Jenjang Keanggotaan
TETAP
Jenjang keanggotaan KAMMI adalah Anggota Biasa, Anggota Biasa I,
Anggota Biasa II, dan Anggota Biasa III.

BAGIAN II
SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN TETAP

Pasal 4 Pasal 4
Persyaratan Keanggotaan Persyaratan Keanggotaan

(1) Yang dapat diterima menjadi anggota biasa adalah: (1) Yang dapat diterima menjadi anggota biasa adalah:
a. Mahasiswa Muslim Indonesia. a. Mahasiswa Muslim Indonesia.
b. Berusia setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun. b. Berusia setinggi-tingginya 30 (tiga puluh) tahun.
c. Mengajukan permohonan dan menyatakan secara tertulis c. Mengajukan permohonan dan menyatakan secara tertulis
kesediaan mengikuti Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga kesediaan mengikuti Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
serta ketentuan/peraturan organisasi lainnya kepada pengurus serta ketentuan/peraturan organisasi lainnya kepada pengurus
KAMMI Komisariat setempat. KAMMI Komisariat setempat.
(2) Yang dapat ditetapkan menjadi anggota biasa adalah: (2) Yang dapat ditetapkan menjadi anggota biasa adalah:
a. Memenuhi persyaratan pada ayat (1). a. Memenuhi persyaratan pada ayat (1).
b. Lulus Daurah Marhalah I. b. Lulus Daurah Marhalah I.
(3) Anggota dinyatakan sebagai Anggota Biasa I apabila telah (3) Anggota dinyatakan sebagai Anggota Biasa I apabila telah
dinyatakan lulus sertifikasi IJDK Anggota Biasa I, Anggota Biasa II dinyatakan lulus sertifikasi IJDK Anggota Biasa I, Anggota Biasa II
apabila telah dinyatakan lulus sertifikasi IJDK Anggota Biasa II, apabila telah dinyatakan lulus sertifikasi IJDK Anggota Biasa II,
dan dinyatakan sebagai Anggota Biasa III apabila telah dinyatakan dan dinyatakan sebagai Anggota Biasa III apabila telah dinyatakan
lulus Daurah Marhalah III. lulus Daurah Marhalah III.
(4) Prosedur penetapan anggota kehormatan diatur sendiri dalam (4) Prosedur penetapan anggota kehormatan diatur sendiri dalam
ketetapan organisasi. ketetapan organisasi.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
22
BAGIAN III
MASA KEANGGOTAAN TETAP

Pasal 5 Pasal 5
Masa Keanggotaan Masa Keanggotaan

(1) Keanggotaan biasa dan keanggotaan kehormatan berakhir karena: (1) Keanggotaan biasa dan keanggotaan kehormatan berakhir karena:
a. Telah habis masa keanggotaannya. a. Telah habis masa keanggotaannya.
b. Mengundurkan diri. b. Mengundurkan diri.
c. Meninggal dunia. c. Meninggal dunia.
d. Diberhentikan atau dipecat. d. Diberhentikan atau dipecat.
e. Murtad. e. Murtad.
(2) Masa keanggotaan anggota biasa adalah sejak dinyatakan lulus (2) Masa keanggotaan anggota biasa adalah sejak dinyatakan lulus
Daurah Marhalah 1 hingga 3 (tiga) tahun setelah berakhirnya masa Daurah Marhalah 1 hingga 3 (tiga) tahun setelah berakhirnya masa
studi S-0 (Diploma dan Non Gelar), 5 (lima) tahun untuk S-1, dan 2 studi S-0 (Diploma dan Non Gelar), 5 (lima) tahun untuk S-1, dan 2
(dua) tahun untuk S-2 dan S-3. (dua) tahun untuk S-2 dan S-3.
(3) Masa keanggotaan anggota biasa berakhir di usia 35 tahun. (3) Masa keanggotaan anggota biasa berakhir di usia 30 tahun.
(4) Anggota biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi (4) Anggota biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi
pengurus, diperpanjang masa keanggotaannya sampai selesai masa pengurus, diperpanjang masa keanggotaannya sampai selesai masa
kepengurusannya (dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan kepengurusannya (dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan
habis masa keanggotaannya dan tidak dapat menjadi pengurus habis masa keanggotaannya dan tidak dapat menjadi pengurus
lagi. lagi.
(5) Anggota biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi (5) Anggota biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi
yang lebih tinggi atau sama, lebih dari masa keanggotaannya sejak yang lebih tinggi atau sama, lebih dari masa keanggotaannya sejak
lulus dari studi sebelumnya, dan tidak sedang diperpanjang masa lulus dari studi sebelumnya, dan tidak sedang diperpanjang masa
keanggotaan karena menjadi pengurus (sebagaimana dimaksud keanggotaan karena menjadi pengurus (sebagaimana dimaksud
ayat 4) maka masa keanggotaan tidak diperpanjang lagi (berakhir). ayat 4) maka masa keanggotaan tidak diperpanjang lagi (berakhir).

Pasal 6
Hak Anggota
TETAP
(1) Anggota biasa mempunyai hak bicara, hak suara, hak partisipasi,
dan hak untuk dipilih.
(2) Anggota kehormatan mempunyai hak mengajukan saran atau

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
23
pertanyaan kepada pengurus secara lisan dan tulisan.

Pasal 7 Pasal 7
Kewajiban Anggota Kewajiban Anggota

(1) Anggota biasa mempunyai kewajiban: (1) Anggota biasa mempunyai kewajiban:
a. Menjunjung tinggi etika, sopan santun, dan moralitas dalam a. Menjunjung tinggi etika, sopan santun, moralitas, dan adab
berperilaku dan menjalankan aktivitas organisasi. islami dalam berperilaku dan menjalankan aktivitas organisasi.
b. Tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar (AD), Anggaran b. Tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) dan peraturan organisasi lainnya. Rumah Tangga (ART) dan peraturan organisasi lainnya.
c. Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi. c. Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi.
d. Menjaga dan menjunjung nama baik organisasi. d. Menjaga dan menjunjung nama baik organisasi.
e. Membayar uang pangkal dan iuran anggota. e. Membayar uang pangkal dan iuran anggota.
(2) Anggota kehormatan mempunyai kewajiban: (2) Anggota kehormatan mempunyai kewajiban:
a. Menjunjung tinggi etika, sopan santun, dan moralitas dalam a. Menjunjung tinggi etika, sopan santun, dan moralitas dalam
berperilaku, dan menjalankan aktivitas organisasi. berperilaku, dan menjalankan aktivitas organisasi.
b. Tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar (AD), Anggaran b. Tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar (AD), Anggaran
Rumah Tangga (ART) dan peraturan organisasi lainnya. Rumah Tangga (ART) dan peraturan organisasi lainnya.
c. Mendukung kegiatan organisasi. c. Mendukung kegiatan organisasi.
d. Menjaga dan menjunjung nama baik organisasi. d. Menjaga dan menjunjung nama baik organisasi.
BAGIAN V
MUTASI ANGGOTA TETAP

Pasal 8 Pasal 8
Mutasi Anggota Mutasi Anggota

(1) Mutasi angota adalah perpindahan status keanggotaan dari satu (1) Mutasi angota adalah perpindahan status keanggotaan dari satu
daerah ke daerah lain. daerah ke daerah lain.
(2) Mutasi anggota hanya dapat dilakukan jika yang bersangkutan (2) Mutasi anggota hanya dapat dilakukan jika yang bersangkutan
pindah studi/domisili. pindah studi/domisili.
(3) Anggota KAMMI dapat melakukan mutasi keanggotaan dari suatu (3) Anggota KAMMI dapat melakukan mutasi keanggotaan dari suatu
KAMMI Daerah ke KAMMI Daerah lain dengan membawa Surat Wilayah atau Daerah ke KAMMI Wilayah atau Daerah lain dengan
Pengantar atau Kartu Anggota yang menyebutkan jenjang membawa Surat Pengantar atau Kartu Anggota yang menyebutkan
keanggotaannya dari KAMMI Daerah asal. jenjang keanggotaannya dari KAMMI Wilayah atau Daerah asal.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
24
(4) Apabila seorang anggota KAMMI studi di 2 (dua) perguruan tinggi (4) Apabila seorang anggota KAMMI studi di 2 (dua) perguruan tinggi
yang berbeda wilayah kerja daerah, maka anggota tersebut harus yang berbeda wilayah kerja daerah, maka anggota tersebut harus
memilih salah satu daerah. memilih salah satu daerah.

BAGIAN VI BAGIAN VI
RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN RANGKAP ANGGOTA DAN JABATAN

Pasal 9 Pasal 9
Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan Rangkap Anggota dan Rangkap Jabatan

(1) Dalam keadaan tertentu anggota KAMMI dapat merangkap (1) Dalam keadaan tertentu anggota KAMMI dapat merangkap
menjadi anggota organisasi lain atas persetujuan Pengurus Pusat menjadi anggota organisasi lain atas persetujuan PP, PW, atau PD
KAMMI atau Pengurus Daerah. KAMMI.
(2) Pengurus KAMMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan (2) Pengurus KAMMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan
pada organisasi lain sesuai ketentuan yang berlaku. pada organisasi lain sesuai ketentuan yang berlaku.
(3) Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (2) di atas (3) Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (2) di atas
diatur dalam ketentuan tersendiri. diatur dalam ketentuan tersendiri.
(4) Anggota KAMMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain (4) Anggota KAMMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain
di luar KAMMI, harus menyesuaikan tindakannya dengan di luar KAMMI, harus menyesuaikan tindakannya dengan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan- Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-
ketentuan organisasi lainnya. ketentuan organisasi lainnya.

BAGIAN VII
SANKSI ANGGOTA TETAP

Pasal 10
Sanksi

(1) Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan


yang diberikan organisasi kepada anggota. TETAP
(2) Anggota mendapat sanksi karena:
a. Melalaikan tugas organisasi.
b. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh KAMMI.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
25
c. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik KAMMI.
d. Melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan hukum
lainnya.
(3) Jenis-jenis sanksi :
a. Teguran
b. Peringatan
c. Skorsing
d. Pemberhentian,
e. Atau bentuk lain yang ditentukan oleh pengurus dan diatur
dalam ketentuan tersendiri
(4) Anggota yang dikenakan sangsi dapat mengajukan pembelaan di
forum yang diadakan oleh Majelis Permusyawaratan.

BAB II
KEORGANISASIAN TETAP

BAGIAN I
PENGURUS PUSAT TETAP

Pasal 11
Status

(1) Pengurus Pusat (PP) adalah Badan/Instansi kepemimpinan


TETAP
tertinggi organisasi.
(2) Masa jabatan PP adalah dua tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Pusat demisioner.

Pasal 12 Pasal 12
Personalia Pengurus Pusat Personalia Pengurus Pusat

(1) Pengurus Pusat terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH), (1) Pengurus Pusat terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH), Pengurus
Pengurus Harian (PH), Badan Khusus, dan LSO. Harian (PH), Badan Khusus, dan LSO.
(2) Formasi BPH sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, (2) Formasi BPH sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum. Sekretaris Jenderal, dan Bendahara Umum.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
26
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, BPH dibantu oleh PH yang (3) Dalam melaksanakan tugasnya, BPH dibantu oleh PH yang
merupakan staf-staf dari Badan Pengurus Harian. merupakan staf-staf dari Badan Pengurus Harian.
(4) Formasi Pengurus Pusat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi (4) Formasi Pengurus Pusat disesuaikan dengan kebutuhan
dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi kinerja organisasi dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
kepengurusan. kinerja kepengurusan.
(5) Yang dapat menjadi personalia Pengurus Pusat adalah: (5) Kader yang dapat menjadi personalia Pengurus Pusat harus:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT. a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al-Quran. b. Dapat membaca Al-Quran.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi. c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
d. Berstatus AB3 kecuali PH minimal berstatus AB2 d. Berstatus AB3 kecuali PH minimal berstatus AB2
e. Pernah menjadi Pengurus Daerah dan/atau Wilayah. e. Pernah menjadi Pengurus Daerah dan/atau Wilayah.
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Pusat untuk periode ketiga f. Tidak menjadi personalia Pengurus Pusat untuk periode ketiga
kalinya kecuali jabatan Ketua Umum. kalinya, kecuali jabatan Ketua Umum.
(6) Yang dapat menjadi Ketua Umum/formatur Pengurus Pusat adalah: (6) Kader yang dapat menjadi Ketua Umum/Formatur Pengurus
a. Bertaqwa kepada Allah SWT. Pusat adalah:
b. Dapat membaca al-Quran. a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi. b. Dapat membaca al-Quran.
d. Berstatus sebagai AB3. c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
e. Pernah menjadi Pengurus Daerah dan/atau Wilayah. d. Berstatus sebagai AB3.
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena e. Pernah menjadi Pengurus Daerah dan/atau Wilayah.
sedang menjadi Pengurus. f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang
g. Sehat secara jasmani maupun rohani. menjadi Pengurus.
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata g. Sehat secara jasmani maupun rohani.
sebagai insan akademis yakni karya tulis ilmiah. h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
i. Mendapatkan rekomendasi tertulis dari KAMMI Daerah. sebagai insan akademis yakni karya tulis ilmiah.
(7) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Muktamar, i. Mendapat rekomendasi tertulis dari PW KAMMI dan atau PD
personalia Pengurus Pusat harus sudah dibentuk dan Pengurus KAMMI.
Pusat demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan. (7) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Muktamar,
(8) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, personalia Pengurus Pusat harus sudah dibentuk dan Pengurus
maka dapat diplih Pejabat Ketua Umum. Pusat demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
(9) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif (8) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif,
adalah: maka dapat diplih Pejabat Ketua Umum.
a. Meninggal dunia. (9) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama adalah:

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
27
3 (tiga) bulan berturut-turut. a. Meninggal dunia.
c. Tidak hadir dalam rapat pengurus harian dan/atau rapat BPH b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama
selama 2 (dua) bulan berturut-turut. 3 (tiga) bulan berturut-turut.
(10) Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua c. Tidak hadir dalam rapat pengurus harian dan/atau rapat BPH
Umum sebelum Muktamar apabila melanggar AD/ART. selama 2 (dua) bulan berturut-turut.
(11) Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/ pengambilan (10) Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum sebelum Muktamar hanya Umum sebelum Muktamar apabila melanggar AD/ART.
dapat melalui: (11) Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/ pengambilan
a. Keputusan Rapat Pimpinan Nasional yang disetujui minimal sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum sebelum Muktamar hanya
50%+1 suara utusan Rapat Pimpinan Nasional apabila dapat melalui:
pemberhentian Ketua Umum diusulkan melalui Keputusan a. Keputusan Rapat Pimpinan Nasional yang disetujui
Rapat Majelis Permusyawaratan yang diusulkan oleh 2/3 BPH. minimal 50%+1 suara utusan Rapat Pimpinan Nasional apabila
b. Keputusan Rapat Pimpinan Nasional atau Rapat Majelis pemberhentian Ketua Umum diusulkan melalui Keputusan
Permusyawaratan yang disetujui minimal 50%+1 jumlah suara Rapat Majelis Permusyawaratan yang diusulkan oleh 2/3 BPH.
utusan Rapat Pimpinan Nasional atau 50%+1 jumlah anggota b. Keputusan Rapat Pimpinan Nasional atau Rapat
Majelis Permusyawaratan apabila pemberhentian Ketua Umum Majelis Permusyawaratan yang disetujui minimal 50%+1 jumlah
diusulkan oleh minimal 1/2 jumlah KAMMI Daerah. suara utusan Rapat Pimpinan Nasional atau 50%+1 jumlah
(12) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara anggota Majelis Permusyawaratan apabila pemberhentian
tertulis disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda Ketua Umum diusulkan oleh minimal 1/2 jumlah KAMMI
tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis Daerah.
Permusyawaratan Pengurus Pusat dan Daerah. (12) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara
(13) Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan tertulis disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda
pemberhentiannya kepada Majelis Permusyawaratan Pengurus tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis
Pusat selambat-lambatnya satu mingggu sejak putusan Permusyawaratan Pengurus Pusat dan Daerah.
pemberhentiannya ditetapkan. Putusan Majelis Permusyawaratan (13) Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas
Pengurus Pusat yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling putusan pemberhentiannya kepada Majelis Permusyawaratan
lambat dua minggu sejak pengajuan gugatan pembatalan diterima. Pengurus Pusat selambat-lambatnya satu mingggu sejak putusan
(14) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, pemberhentiannya ditetapkan. Putusan Majelis Permusyawaratan
Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat secara otomatis menjadi Pejabat Pengurus Pusat yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling
Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat, dan diambil lambat dua minggu sejak pengajuan gugatan pembatalan diterima.
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian (14) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri,
Pengurus Pusat yang terdekat. Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat secara otomatis menjadi Pejabat
(15) Bila Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat tidak dapat menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat, dan diambil
Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan diri, atau sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
28
berhalangan tetap hingga dua kali Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Pusat yang terdekat.
yang terdekat dari mangkat atau mundurnya Ketua Umum, maka (15) Bila Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat tidak dapat menjadi
Pejabat Sementara Ketua Umum diangkat secara otomatis dari Pejabat Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan
salah satu Ketua Bidang hingga dipilih, diangkat, dan diambil diri, atau berhalangan tetap hingga dua kali Rapat Badan Pengurus
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan Pengurus Harian yang terdekat dari mangkat atau mundurnya Ketua Umum,
Harian yang terdekat. maka Pejabat Sementara Ketua Umum diangkat secara otomatis
(16) Sebelum diadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Pusat dari salah satu Ketua Bidang hingga dipilih, diangkat, dan diambil
untuk memilih Pejabat Ketua Umum, Pejabat Sementara Ketua sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan Pengurus
Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Harian yang terdekat.
Umum kepada Majelis Permusyawaratan Pusat dan mengundang (16) Sebelum diadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Pusat
Majelis Permusyawaratan Pusat menjadi saksi dalam Rapat Badan untuk memilih Pejabat Ketua Umum, Pejabat Sementara Ketua
Pengurus Harian. Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua
(17) Rapat Badan Pengurus Harian PP KAMMI untuk memilih Pejabat Umum kepada Majelis Permusyawaratan Pusat dan mengundang
Ketua Umum langsung dipimpin oleh Pejabat Sementara Ketua Majelis Permusyawaratan Pusat menjadi saksi dalam Rapat Badan
Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui musyawarah Pengurus Harian.
atau pemungutan suara dari calon-calon yang terdiri dari Sekretaris (17) Rapat Badan Pengurus Harian PP KAMMI untuk memilih
Jenderal, Bendahara Umum, dan Ketua Bidang. Pejabat Ketua Umum langsung dipimpin oleh Pejabat Sementara
(18) Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui
Koordinator Majelis Permusyawaratan Pusat atau anggota Majelis musyawarah atau pemungutan suara dari calon-calon yang terdiri
Permusyawaratan Pengurus Pusat yang ditunjuk berdasarkan dari Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum, dan Ketua Bidang.
kesepakatan Majelis Permusyawaratan Pengurus Pusat. (18) Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan
(19) Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian oleh Koordinator Majelis Permusyawaratan Pusat atau anggota
personalia Pengurus Pusat dengan mempertimbangkan hal-hal Majelis Permusyawaratan Pengurus Pusat yang ditunjuk
berikut: berdasarkan kesepakatan Majelis Permusyawaratan Pengurus Pusat.
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat PP KAMMI (19) Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian
b. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 personalia Pengurus Pusat dengan mempertimbangkan hal-hal
(satu) semester. berikut:
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja PP KAMMI a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat PP KAMMI
(di luar bidang yang bersangkutan). b. Realisasi Program kerja di bidang
yang bersangkutan dalam 1 (satu) semester.
c. Partisipasi yang bersangkutan
dalam program kerja PP KAMMI (di luar bidang yang
bersangkutan).

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
29
BAGIAN II BAGIAN II
KAMMI WILAYAH PENGURUS WILAYAH

Pasal 14 Pasal 14
Status Status

(1) KAMMI Wilayah merupakan satu kesatuan organisasi yang (1) Pengurus Wilayah (PW) KAMMI merupakan satu kesatuan
dibentuk untuk mengkoordinir beberapa daerah. organisasi yang dibentuk untuk mengkoordinir beberapa Pengurus
(2) Masa jabatan Pengurus Wilayah disesuaikan dengan masa jabatan Daerah (PD) KAMMI.
Pengurus Pusat. (2) Masa jabatan Pengurus Wilayah (PW) KAMMI disesuaikan dengan
masa jabatan Pengurus Pusat.
Pasal 15 Pasal 15
Personalia Pengurus Wilayah Personalia Pengurus Wilayah

(1) Pengurus Wilayah terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH), (1) Pengurus Wilayah terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH),
Pengurus Harian (PH), Badan Khusus, dan LSO. Pengurus Harian (PH), Badan Khusus, dan LSO.
(2) Formasi BPH sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, (2) Formasi BPH sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum. Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, BPH dibantu oleh PH yang (3) Dalam melaksanakan tugasnya, BPH dibantu oleh PH yang
merupakan staf-staf dari Badan Pengurus Harian. merupakan staf-staf dari Badan Pengurus Harian.
(4) Yang dapat menjadi personalia Pengurus Wilayah adalah: (4) Kader yang dapat menjadi personalia Pengurus Wilayah harus:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT. a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al-Quran. b. Dapat membaca Al-Quran.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi. c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
d. Minimal berstatus AB2. d. Minimal berstatus AB2.
e. Pernah menjadi Pengurus Daerah. e. Pernah menjadi Pengurus Daerah.
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Wilayah untuk periode f. Tidak menjadi personalia Pengurus Wilayah untuk periode
ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua Umum. ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua Umum.
(5) Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formatur Pengurus Wilayah (5) Kader yang dapat menjadi Ketua Umum/Formatur Pengurus
adalah: Wilayah harus:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT. a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al-Quran. b. Dapat membaca Al-Quran.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi. c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
d. Berstatus AB3. d. Berstatus AB3.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
30
e. Pernah menjadi Pengurus Daerah. e. Pernah menjadi Pengurus Daerah.
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena
sedang menjadi pengurus. sedang menjadi pengurus.
g. Sehat secara jasmani maupun rohani. g. Sehat secara jasmani maupun rohani.
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
sebagai insan akademis yakni karya tulis ilmiah. sebagai insan akademis yakni karya tulis ilmiah.
i. Ketika mencalonkan diri mendapatkan rekomendasi tertulis i. Ketika mencalonkan diri mendapatkan rekomendasi tertulis
dari daerah. dari Pengurus Daerah (PD) KAMMI.
(6) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Musyawarah (6) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Musyawarah
Wilayah, personalia Pengurus Wilayah harus sudah dibentuk dan Wilayah, personalia Pengurus Wilayah harus sudah dibentuk dan
Pengurus Wilayah demisioner sudah mengadakan serah terima Pengurus Wilayah demisioner sudah mengadakan serah terima
jabatan. jabatan.
(7) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, (7) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif,
maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum. maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum.
(8) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif (8) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif
adalah: adalah:
a. Meninggal dunia. a. Meninggal dunia.
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama
6 (enam) bulan berturut-turut. 6 (enam) bulan berturut-turut.
c. Tidak hadir dalam rapat harian dan/atau rapat presidium c. Tidak hadir dalam rapat harian dan/atau rapat presidium
selama 2 (dua) bulan berturut-turut. selama 2 (dua) bulan berturut-turut.
(9) Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua (9) Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua
Umum sebelum Muswil apabila melanggar AD / ART Umum sebelum Muswil apabila melanggar AD / ART
(10) Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan Pejabat Ketua (10) Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan Pejabat Ketua
Umum sebelum Muswil, hanya dapat dilakukan melalui: Umum sebelum Muswil, hanya dapat dilakukan melalui:
a. Keputusan Rapat Pimpinan Wilayah yang disetujui minimal a. Keputusan Rapat Pimpinan Wilayah yang disetujui minimal
50%+1 suara utusan Rapat Pimpinan Wilayah apabila 50%+1 suara utusan Rapat Pimpinan Wilayah apabila
pemberhentian Ketua Umum yang diusulkan melalui pemberhentian Ketua Umum yang diusulkan melalui
Keputusan Rapat Pleno Pengurus Harian Wilayah yang disetujui Keputusan Rapat Pleno Pengurus Harian Wilayah yang
oleh 2/3 jumlah Pengurus Wilayah. disetujui oleh 2/3 jumlah Pengurus Wilayah.
b. Rapat Pimpinan Wilayah yang disetujui minimal 50%+1 jumlah b. Rapat Pimpinan Wilayah yang disetujui minimal 50%+1 jumlah
suara utusan Rapat Pimpinan Wilayah apabila pemberhentian suara utusan Rapat Pimpinan Wilayah apabila pemberhentian
Ketua Umum diusulkan oleh minimal setengah jumlah KAMMI Ketua Umum diusulkan oleh minimal setengah jumlah KAMMI
Daerah. Daerah.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
31
(11) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara (11) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara
tertulis disertai alasan, bukti dan sanksi (bila dibutuhkan), dan tertulis disertai alasan, bukti dan sanksi (bila dibutuhkan), dan
tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Pengurus tanda tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Pengurus
Pusat. Pusat.
(12) Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan (12) Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya pemberhentiannya kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya
satu mingggu sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan. satu mingggu sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan.
Keputusan Pengurus Pusat yang bersifat final dan mengikat Keputusan Pengurus Pusat yang bersifat final dan mengikat
dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan gugatan dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan gugatan
pembatalan diterima. pembatalan diterima.
(13) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, (13) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri,
Sekretaris Umum Pengurus Wilayah secara otomatis menjadi Sekretaris Umum Pengurus Wilayah secara otomatis menjadi
Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat, dan Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat, dan
diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan
Pengurus Harian Pengurus Wilayah yang terdekat. Pengurus Harian Pengurus Wilayah yang terdekat.
(14) Sebelum diadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus (14) Sebelum diadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus
Wilayah, Sekretaris Umum selaku Pejabat Sementara Ketua Umum Wilayah, Sekretaris Umum selaku Pejabat Sementara Ketua Umum
memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum
kepada Daerah dan Pengurus Pusat. kepada Daerah dan Pengurus Pusat.
(15) Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian (15) Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian
personalia Pengurus Wilayah dengan mempertimbangkan hal-hal personalia Pengurus Wilayah dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut: berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus
Wilayah Wilayah
b. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 b. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1
(satu) semester. (satu) semester.
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Pengurus c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Pengurus
KAMMI Wilayah (di luar bidang yang bersangkutan). KAMMI Wilayah (di luar bidang yang bersangkutan).

Pasal 16
Tugas dan Wewenang
TETAP
(1) Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Wilayah, serta
ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
32
Pengurus Pusat.
(2) Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Pengurus Pusat
tentang berbagai masalah organisasi di Wilayahnya.
(3) Mewakili Pengurus Pusat menyelesaikan persoalan intern Wilayah
koordinasinya tanpa meninggalkan keharusan konsultasi dengan
Pengurus Pusat.
(4) Melaksanakan Rapat Pimpinan Wilayah setiap semester kegiatan.
(5) Membantu menyiapkan draft materi Muktamar.
(6) Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan Daerah dalam wilayah
koordinasinya.
(7) Mempersiapkan pembentukan KAMMI Daerah Persiapan.
(8) Mewakili Pengurus Pusat melantik Daerah-Daerah.
(9) Meminta laporan perkembangan Daerah-Daerah dalam wilayah
koordinasinya.
(10) Menyampaikan laporan kerja Pengurus setiap semester kepada
Pengurus Pusat.
(11) Menyelenggarakan Muswil selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah Muktamar.
(12) Memberikan laporan pertanggung jawaban dalam Muswil.

Pasal 17 Pasal 17
Pembentukan KAMMI Wilayah Pembentukan Pengurus Wilayah (PW)

(1) Untuk pembentukan/pendirian KAMMI Wilayah harus (1) Untuk pembentukan/pendirian Pengurus Wilayah (PW) KAMMI
direkomendasikan di Pra Muktamar dan ditetapkan/disahkan pada Wilayah harus direkomendasikan di Pra Muktamar dan
Muktamar terdekat. ditetapkan/disahkan pada Muktamar terdekat.
(2) Satu KAMMI Wilayah (Wilayah) mengkoordinir minimal 2 (dua) (2) Satu Pengurus Wilayah (PW) KAMMI mengkoordinir minimal 2
KAMMI Daerah penuh. (dua) Pengurus Daerah (PD) KAMMI penuh.

BAGIAN III BAGIAN III


KAMMI DAERAH PENGURUS DAERAH

Pasal 18 Pasal 18
Status Status

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
33
(1) Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Daerah merupakan (1) Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengurus Daerah
satu kesatuan organisasi yang dibentuk di Kota Pusat atau Ibukota merupakan satu kesatuan organisasi yang dibentuk di Kota Pusat
Propinsi/Kabupaten/Kota yang terdapat perguruan tinggi. atau Ibukota Propinsi/Kabupaten/Kota yang terdapat perguruan
(2) Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Daerah merupakan tinggi.
satu kesatuan organisasi yang dibentuk di Ibukota Negara dan Kota (2) Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pengurus Daerah
Pusat lainnya di negara tersebut yang terdapat banyak mahasiswa merupakan satu kesatuan organisasi yang dibentuk di Ibukota
muslim. Negara dan Kota Pusat lainnya di negara tersebut yang terdapat
(3) KAMMI Daerah Persiapan adalah KAMMI Daerah yang memiliki banyak mahasiswa muslim.
minimal 1 orang AB3, 6 orang AB2 dan 18 orang AB1 dan minimal (3) Pengurus Daerah KAMMI Persiapan adalah Pengurus Daerah
mengelola 2 komisariat. KAMMI yang memiliki minimal 1 orang AB3, 6 orang AB2 dan 18
(4) KAMMI Daerah penuh adalah KAMMI Daerah yang memiliki orang AB1 dan minimal mengelola 2 komisariat.
minimal 4 orang AB3, 24 orang AB2, dan 72 orang AB1, dan minimal (4) Pengurus Daerah KAMMI Penuh adalah Pengurus Daerah KAMMI
mengelola 2 komisariat. yang memiliki minimal 3 orang AB3, 18 orang AB2, dan 54 orang
(5) Masa jabatan Pengurus Daerah adalah dua tahun semenjak AB1, dan minimal mengelola 2 komisariat.
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus demisioner. (5) Masa jabatan Pengurus Daerah adalah satu tahun semenjak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Daerah demisioner.

Pasal 19
Personalia Pengurus Daerah

(1) Pengurus Daerah terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH),


Pengurus Harian (PH), Badan Khusus, dan LSO.
(2) Formasi BPH sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, BPH dibantu oleh PH yang
merupakan staf-staf dari Badan Pengurus Harian. TETAP
(4) Yang dapat menjadi personalia Pengurus Daerah adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al-Quran.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
d. Minimal berstatus AB2.
e. Pernah menjadi Pengurus Komisariat atau organisasi intra
kampus.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
34
f. Tidak menjadi personalia Pengurus Daerah untuk periode
ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua Umum
(5) Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formatur Pengurus Daerah
adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al-Quran.
c. Tidak sedang dijatuhi sangsi organisasi.
d. Berstatus sebagai AB3.
e. Pernah menjadi Pengurus Komisariat dan/atau Daerah.
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena
sedang menjadi pengurus.
g. Sehat secara jasmani maupun rohani.
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
sebagai insan akademis yakni karya tulis ilmiah.
i. Ketika mencalonkan diri mendapatkan rekomendasi tertulis
dari Pengurus Komisariat.
(6) Selambat-lambatnya 15 (lima belas hari) hari setelah Musda,
personalia Pengurus Daerah harus sudah dibentuk dan Pengurus
Daerah demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
(7) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif,
maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum.
(8) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif
adalah:
a. Meninggal dunia
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama
3 (tiga) bulan berturut-turut.
c. Tidak hadir dalam rapat pengurus harian dan/atau rapat BPH
selama 1 (satu) bulan berturut-turut.
(9) Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua TETAP
Umum sebelum Musda apabila melanggar AD / ART.
(10) Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum melalui:
a. Keputusan Rapat Pimpinan Daerah yang disetujui minimal
50%+1 suara utusan Rapat Pimpinan Daerah

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
35
b. Usulan pemberhentian Ketua Umum hanya dapat diajukan
melalui Keputusan Rapat Majelis Permusyawaratan Daerah yang
disetujui 2/3 BPH KAMMI Daerah atau oleh minimal 2/3 jumlah
KAMMI Komisariat.
(11) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara
tertulis disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda
tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis
Permusyawaratan Pusat, Ketua Umum PP KAMMI, dan Ketua
Umum PW KAMMI.
(12) Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya
satu mingggu sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan.
Keputusan Pengurus Pusat dikeluarkan paling lambat dua minggu
sejak pengajuan pembatalan gugatan diterima. Dalam hal masíh
terdapat keberatan atas keputusan Pengurus Pusat maka dapat
diajukan gugatan ulang kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya
satu mingggu sejak keputusan Pengurus Pusat ditetapkan.
Keputusan Pengurus Pusat yang bersifat final dan mengikat
dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak gugatan ulang
diterima.
(13) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri,
Sekretaris Umum Pengurus Daerah secara otomatis menjadi Pejabat
Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat, dan diambil
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan Pengurus
Harian Pengurus Daerah yang terdekat.
(14) Bila Sekretaris Umum Pengurus Daerah tidak dapat menjadi Pejabat
Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap hingga dua kali Rapat Badan Pengurus Harian
yang terdekat dari mangkat atau mundurnya Ketua Umum maka
Pejabat Sementara Ketua Umum diangkat secara otomatis dari
salah satu Ketua Bidang hingga dipilih, diangkat, dan diambil
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan Pengurus
Harian Pengurus Daerah yang terdekat. TETAP
(15) Sebelum diadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Daerah

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
36
untuk memilih Pejabat Ketua Umum, Pejabat Sementara Ketua
Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri Ketua
Umum kepada Majelis Permusyawaratan Pengurus Daerah dan
mengundangnya untuk menjadi saksi dalam Rapat Badan Pengurus
Harian Pengurus Daerah.
(16) Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Daerah untuk memilih
Pejabat Ketua Umum langsung dipimpin oleh Pejabat Sementara
Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui
musyawarah atau pemungutan suara dari calon yang terdiri dari
Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Ketua Bidang.
(17) Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh
Koordinator Majelis Permusyawaratan Pengurus Daerah atau
anggota Majelis Permusyawaratan Pengurus Daerah yang ditunjuk
berdasarkan kesepakatan Majelis Permusyawaratan Pengurus
Daerah.
(18) Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian
personalia Pengurus Daerah dengan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus
Daerah
b. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1
(satu) semester
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Daerah (di
luar bidang yang bersangkutan).

Pasal 20
Tugas dan Wewenang

(1) Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah Daerah, serta


ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh TETAP
Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah.
(2) Mengesahkan Pengurus Komisariat dan Badan Khusus di tingkat
Daerah
(3) Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
37
(4) Melaksanakan Rapat Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya sekali
dalam 4 (empat) bulan atau 2 (dua) kali selama satu periode
berlangsung.
(5) Melaksanakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Daerah
minimal 2 (dua) minggu sekali, selama periode berlangsung.
(6) Melaksanakan Rapat Pleno Pengurus Harian Daerah minimal 1
(satu) kali dalam sebulan.
(7) Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali
kepada Pengurus Pusat melalui Pengurus Wilayah.
(8) Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban Pengurus
Komisariat dan mendemisionerkannya.
(9) Mengusulkan pembentukan dan pemekaran Daerah melalui
Musyawarah Daerah.
(10) Menyelenggarakan Musyawarah Daerah
(11) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota biasa
melalui Musyawarah Daerah

Pasal 21
Pendirian dan Pemekaran Daerah TETAP

(1) Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendirian Daerah


Persiapan dapat diusulkan oleh 2 (dua) Komisariat Penuh di daerah
tersebut dan sekurang-kurangnya memiliki 1 orang AB3, 6 orang
AB2 dan 18 orang AB1. Usulan langsung kepada Pengurus Pusat atau
melalui Pengurus Daerah terdekat dan/atau Pengurus Wilayah
setempat yang selanjutnya diteruskan kepada Pengurus Pusat. TETAP
(2) Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendirian Daerah
Persiapan dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 1 orang AB3,
dan 8 orang AB2. Usulan langsung kepada Pengurus Pusat.
(3) Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen
pendukungnya.
(4) Pengurus Pusat dalam mengesahkan Daerah Persiapan harus
meneliti keaslian dokumen pendukung, mempertimbangkan
potensi anggota di daerah setempat, dan potensi-potensi lainnya di

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
38
daerah setempat yang dapat mendukung kesinambungan Daerah
tersebut bila dibentuk.
(5) Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekurang-kurangnya
setelah 1 (satu) tahun disahkan menjadi Daerah Persiapan, memiliki
2 (dua) komisariat penuh, mempunyai minimal 4 orang AB3, 24
orang AB2, dan 72 orang AB1 dan mampu melaksanakan minimal 2
(dua) kali Daurah Marhalah I dan 1 (satu) kali Daurah Marhalah II
di bawah bimbingan dan pengawasan Pengurus Wilayah setempat,
dan memiliki Badan Instruktur KAMMI Daerah dan Lembaga
Akreditasi Kader serta direkomendasikan Pengurus Wilayah
setempat dapat disahkan menjadi KAMMI Daerah penuh.
(6) Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekurang-kurangnya
setelah 1 (satu) tahun disahkan menjadi Daerah Persiapan,
mempunyai minimal 2 orang AB3, 16 orang AB2 dan 32 orang AB1
dan mampu melaksanakan minimal 1 (satu) kali Daurah Marhalah I
dan 1 (satu) kali Daurah Marhalah II di bawah bimbingan dan
pengawasan Pengurus Pusat, dan memiliki Badan Instruktur
KAMMI Daerah dapat disahkan menjadi Daerah Penuh.
(7) Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (satu) Daerah penuh
dapat dimekarkan menjadi 2 (dua) atau lebih Daerah penuh apabila
masing-masing Daerah yang dimekarkan tersebut memiliki
minimal 4 orang AB3, 24 orang AB2, dan 72 orang AB1, memiliki
Badan Instruktur KAMMI Daerah dan minimal 1 (satu) Lembaga
Akreditasi Kader, direkomendasikan dalam Musyawarah Daerah
asal dan disetujui dalam Musyawarah Wilayah setempat, serta tidak
dalam satu Wilayah administratif Kabupaten/Kota.
(8) Untuk pemekaran Daerah penuh yang berkedudukan di Kota Pusat, TETAP
2 (dua) atau lebih Daerah penuh yang telah dimekarkan dapat
berada dalam 1 (satu) wilayah administratif Kota bila memiliki
potensi keanggotaan, potensi pembiayaan, dan potensi-potensi
penunjang kesinambungan Daerah lainnya yang tinggi.
(9) Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (satu) Daerah dapat
dimekarkan menjadi 2 (dua) atau lebih Daerah penuh apabila
masing-masing Daerah yang dimekarkan tersebut memiliki

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
39
minimal 2 orang AB3, 16 orang AB2 dan 32 orang AB1, memiliki
Badan Instruktur KAMMI Daerah dan direkomendasikan
Musyawarah Daerah asal.
(10) Dalam mengesahkan pemekaran Daerah penuh, Pengurus Pusat
harus mempertimbangkan tingkat dinamika Daerah penuh hasil
pemekaran, daya dukung daerah tempat kedudukan Daerah-Daerah
hasil pemekaran, potensi keanggotaan, potensi pembiayaan untuk
menunjang aktifitas Daerah hasil pemekaran, dan potensi-potensi
lainnya yang menunjang kesinambungan Daerah.

Pasal 22 Pasal 22
Penurunan Status dan Pembubaran Daerah Penurunan Status dan Pembubaran Daerah

(1) Daerah penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Daerah (1) Daerah penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Daerah
Persiapan apabila memenuhi salah satu atau seluruh hal berikut: Persiapan apabila memenuhi salah satu atau seluruh hal berikut:
a. Memiliki anggota biasa kurang dari 4 orang AB3, 24 orang AB2, a. Memiliki anggota biasa kurang dari 3 orang AB3, 18 orang AB2,
dan 72 orang (dalam NKRI) dan 2 orang AB3, 16 orang AB2 dan dan 54 orang (dalam NKRI) dan 2 orang AB3, 16 orang AB2 dan
32 orang AB1 (di luar NKRI). 32 orang AB1 (di luar NKRI).
b. Untuk KAMMI Daerah di dalam NKRI tidak lagi memiliki salah b. Untuk KAMMI Daerah di dalam NKRI tidak lagi memiliki salah
satu atau keduanya dari Badan Instruktur KAMMI Daerah dan 1 satu atau keduanya dari Badan Instruktur KAMMI Daerah dan 1
(satu) Lembaga Akreditasi Kader. (satu) Lembaga Akreditasi Kader.
c. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan c. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan
Musyawarah Daerah selambat-lambatnya selama 2 tahun 6 Musyawarah Daerah selambat-lambatnya selama 2 tahun 6
bulan. bulan.
d. Tidak melaksanakan Daurah Marhalah II sebanyak 2 (dua) kali d. Tidak melaksanakan Daurah Marhalah II sebanyak 2 (dua) kali
dalam 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut atau tidak dalam 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut atau tidak
melaksanakan 4 (empat) kali Daurah Marhalah I dalam 2 (dua) melaksanakan 4 (empat) kali Daurah Marhalah I dalam 2 (dua)
periode kepengurusan berturut-turut. periode kepengurusan berturut-turut.
e. Tidak melaksanakan Rapat Pimpinan Daerah minimal 3 (tiga) e. Tidak melaksanakan Rapat Pimpinan Daerah minimal 3 (tiga)
kali selama 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut atau kali selama 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut atau
Rapat Badan Pengurus Harian dan Rapat Pleno Pengurus Rapat Badan Pengurus Harian dan Rapat Pleno Pengurus
Daerah minimal 15 (lima belas) kali selama 2 (dua) periode Daerah minimal 15 (lima belas) kali selama 2 (dua) periode

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
40
kepengurusan berturut-turut. kepengurusan berturut-turut.
(2) Apabila Daerah Persiapan dan Daerah Penuh yang diturunkan (2) Apabila Daerah Persiapan dan Daerah Penuh yang diturunkan
menjadi Daerah Persiapan dalam waktu 2 (dua) tahun tidak dapat menjadi Daerah Persiapan dalam waktu 2 (dua) tahun tidak dapat
meningkatkan statusnya menjadi Daerah Penuh maka Daerah meningkatkan statusnya menjadi Daerah Penuh maka Daerah
tersebut dinyatakan bubar melalui Keputusan Pengurus Pusat. tersebut dinyatakan bubar melalui Keputusan Pengurus Pusat.

BAGIAN IV BAGIAN IV
KAMMI KOMISARIAT PENGURUS KOMISARIAT

Pasal 23 Pasal 23
Status Status

(1) Komisariat merupakan satu kesatuan organisasi di bawah Daerah (1) Pengurus Komisariat merupakan satu kesatuan organisasi di bawah
yang dibentuk di satu perguruan tinggi atau satu/beberapa fakultas Pengurus Daerah yang dibentuk di satu perguruan tinggi atau
dalam satu perguruan tinggi. satu/beberapa fakultas dalam satu perguruan tinggi.
(2) Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah satu tahun semenjak (2) Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah satu tahun semenjak
pelantikan/serah terima jabatan Pengurus demisioner. pelantikan/serah terima jabatan Pengurus demisioner.
(3) Komisariat persiapan adalah komisariat yang sekurang-kurangnya (3) Komisariat persiapan adalah komisariat yang sekurang-kurangnya
memiliki 3 orang AB 2 dan 18 orang AB1. memiliki 2 orang AB 2 dan 15 orang AB1.
(4) Komisariat penuh adalah komisariat yang sekurang-kurangnya (4) Komisariat penuh adalah komisariat yang sekurang-kurangnya
memiliki 6 orang AB 2 dan 36 orang AB1. memiliki 4 orang AB 2 dan 25 orang AB1.
(5) Setelah satu tahun berdirinya dengan bimbingan dan pengawasan (5) Setelah satu tahun berdirinya dengan bimbingan dan pengawasan
Daerah yang bersangkutan serta syarat-syarat berdirinya Komisariat Daerah yang bersangkutan serta syarat-syarat berdirinya Komisariat
penuh telah terpenuhi, maka dapat mengajukan permohonan penuh telah terpenuhi, maka dapat mengajukan permohonan
kepada Pengurus Daerah untuk disahkan menjadi Komisariat kepada Pengurus Daerah untuk disahkan menjadi Komisariat
penuh. penuh.
Pasal 24
Personalia Pengurus Komisariat

(1) Pengurus Komisariat terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH),


Pengurus Harian (PH), Badan Khusus, dan LSO.
(2) Formasi BPH sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,
Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, BPH dibantu oleh PH yang

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
41
merupakan staf-staf dari Badan Pengurus Harian.
(4) Yang dapat menjadi personalia Pengurus Komisariat adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al Qur’an.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
d. Minimal berstatus AB1
e. Tidak menjadi personalia Pengurus Komisariat untuk periode
ketiga kalinya kecuali jabatan Ketua Umum
(5) Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formatur Pengurus Komisariat TETAP
adalah:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al Qur’an.
c. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
d. Berstatus AB2
e. Pernah menjadi Pengurus Komisariat.
f. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena
sedang menjadi pengurus.
g. Sehat secara jasmani maupun rohani
h. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
sebagai insan akademis yakni karya tulis ilmiah.
(6) Selambat-lambatnya 15 (lima belas hari) hari setelah Musyawarah
Komisariat, personalia Pengurus Komisariat harus sudah dibentuk
dan Pengurus demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
(7) Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif,
maka dapat dipilih Pejabat Ketua Umum.
(8) Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif
adalah:
a. Meninggal dunia
b. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama
2 (dua) bulan berturut-turut.
c. Tidak hadir dalam rapat Badan Pengurus Harian dan/atau rapat
Pleno Pengurus Komisariat selama 1 (satu) bulan berturut-turut.
(9) Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua
Umum sebelum Musyawarah komisariat apabila melanggar AD /

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
42
ART
(10) Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan
sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum hanya dapat dilakukan
melalui:
a. Keputusan Rapat Pimpinan Daerah tempat komisariat berada,
dan 50%+1 suara peserta Rapat Pimpinan Daerah tersebut. TETAP
b. Usulan pemberhentian Ketua Umum dapat diajukan melalui
Keputusan Rapat Pleno Pengurus Harian Pengurus Komisariat
yang disetujui oleh minimal 2/3 jumlah Pengurus Komisariat
atau 50%+1 dari jumlah anggota biasa dalam komisariat
tersebut.
(11) Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara
tertulis disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda
tangan pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis
Permusyawaratan Pengurus Pusat dan Daerah.
(12) Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Daerah selambat-lambatnya
satu mingggu sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan. Putusan
Pengurus Daerah yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan
paling lambat dua minggu sejak pengajuan gugatan pembatalan
diterima.
(13) Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri,
Sekretaris Umum Pengurus Komisariat secara otomatis menjadi
Pejabat Sementara Ketua Umum hingga dipilih, diangkat, dan
diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan
Pengurus Harian Pengurus Komisariat yang terdekat.
(14) Bila Sekretaris Umum Pengurus Komisariat tidak dapat menjadi
Pejabat Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan
diri, atau berhalangan tetap hingga dua kali Rapat BPH yang
terdekat dari mangkat atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat
Sementara Ketua Umum diangkat secara otomatis dari salah satu
Ketua Bidang hingga dipilih, diangkat, dan diambil sumpah jabatan
Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Badan Pengurus Harian
Pengurus Komisariat yang terdekat.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
43
(15) Sebelum diadakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus
Komisariat untuk memilih Pejabat Ketua Umum, Pejabat Sementara
Ketua Umum memberitahukan mangkat atau pengunduran diri
Ketua Umum kepada Ketua Umum KAMMI Daerah dan
mengundang Majelis Permusyawaratan Pengurus Daerah menjadi TETAP
saksi dalam Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Komisariat.
(16) Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Komisariat untuk memilih
Pejabat Ketua Umum langsung dipimpin oleh Pejabat Sementara
Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat dipilih melalui
musyawarah atau pemungutan suara dari calon yang terdiri dari
Sekretaris Umum, Bendahara Umum, dan Ketua Bidang.
(17) Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh
Ketua Umum KAMMI Daerah atau anggota Majelis
Permusyawaratan Pengurus Daerah atau salah satu BPH KAMMI
Daerah yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan Majelis
Permusyawaratan Pengurus Daerah.
(18) Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian
personalia Pengurus Komisariat dengan mempertimbangkan hal-
hal berikut:
a. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus
Komisariat
b. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam
waktu 3 (tiga) bulan.
c. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Komisariat
(di luar bidang yang bersangkutan).

Pasal 25
Tugas dan Wewenang

(1) Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Musyawarah komisariat, serta


TETAP
ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh
Pengurus Daerah.
(2) Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.
(3) Melaksanakan Rapat Pleno Pengurus Harian Pengurus Komisariat

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
44
minimal satu bulan satu kali, selama periode berlangsung.
(4) Melaksanakan Rapat Badan Pengurus Harian Pengurus Komisariat
minimal 1 (satu) kali dalam seminggu
(5) Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali
kepada Pengurus Daerah.
(6) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota biasa
melalui Musyawarah komisariat.

Pasal 26 Pasal 26
Pendirian dan Pemekaran Komisariat Pendirian dan Pemekaran Komisariat

(1) Pendirian Komisariat Persiapan dapat diusulkan oleh sekurang- (1) Pendirian Komisariat Persiapan dapat diusulkan oleh sekurang-
kurangnya 3 orang AB 2 dan 18 orang AB1 dari satu perguruan tinggi kurangnya 2 orang AB 2 dan 15 orang AB1 dari satu perguruan tinggi
atau satu/beberapa fakultas dari satu perguruan tinggi langsung atau satu/beberapa fakultas dari satu perguruan tinggi langsung
kepada Pengurus Daerah yang selanjutnya dibicarakan dalam Rapat kepada Pengurus Daerah yang selanjutnya dibicarakan dalam Rapat
Pimpinan Daerah. Pengurus Daerah.
(2) Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen (2) Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen
pendukungnya. pendukungnya.
(3) Pengurus Daerah dalam mengesahkan Komisariat Persiapan harus (3) Pengurus Daerah dalam mengesahkan Komisariat Persiapan harus
meneliti keaslian dokumen pendukung, mempertimbangkan meneliti keaslian dokumen pendukung, mempertimbangkan
potensi anggota di perguruan tinggi/fakultas setempat, dan potensi- potensi anggota di perguruan tinggi/fakultas setempat, dan potensi-
potensi lainnya yang dapat mendukung kesinambungan komisariat potensi lainnya yang dapat mendukung kesinambungan komisariat
tersebut bila dibentuk. tersebut bila dibentuk.
(4) Sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun disahkan menjadi (4) Sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun disahkan menjadi
Komisariat Persiapan, mempunyai minimal 6 (enam) orang AB 2 Komisariat Persiapan, mempunyai minimal 4 (empat) orang AB 2
dan 36 orang AB 1, dan mampu melaksanakan minimal 1 (satu) kali dan 25 orang AB 1, dan mampu melaksanakan minimal 1 (satu) kali
Daurah Marhalah I di bawah bimbingan dan pengawasan Daerah Daurah Marhalah I di bawah bimbingan dan pengawasan Daerah
setempat, dapat disahkan menjadi Komisariat penuh di Rapat setempat, dapat disahkan menjadi Komisariat penuh di Rapat
Pimpinan Daerah. Pengurus Daerah.
(5) Pemekaran Komisariat penuh dapat dimekarkan menjadi 2 (dua) (5) Pemekaran Komisariat penuh dapat dimekarkan menjadi 2 (dua)
atau lebih Komisariat penuh apabila masing-masing Komisariat atau lebih Komisariat penuh apabila masing-masing Komisariat
yang dimekarkan tersebut memiliki minimal 12 orang AB2 dan 72 yang dimekarkan tersebut memiliki minimal 12 orang AB2 dan 72
AB1. AB1.
(6) Dalam mengesahkan pemekaran Komisariat penuh, Pengurus (6) Dalam mengesahkan pemekaran Komisariat penuh, Pengurus

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
45
Komisariat harus mempertimbangkan potensi dinamika Komisariat Komisariat harus mempertimbangkan potensi dinamika Komisariat
penuh hasil pemekaran, daya dukung Fakultas/Perguruan tinggi penuh hasil pemekaran, daya dukung Fakultas/Perguruan tinggi
tempat kedudukan Komisariat-Komisariat hasil pemekaran, potensi tempat kedudukan Komisariat-Komisariat hasil pemekaran, potensi
keanggotaan, potensi pembiayaan untuk menunjang aktifitas keanggotaan, potensi pembiayaan untuk menunjang aktifitas
Komisariat hasil pemekaran, dan potensi-potensi lainnya yang Komisariat hasil pemekaran, dan potensi-potensi lainnya yang
menunjang kesinambungan Komisariat. menunjang kesinambungan Komisariat.

Pasal 27
Penurunan Status dan Pembubaran Komisariat

(1) Komisariat penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Komisariat


Persiapan apabila memenuhi salah satu atau seluruh hal berikut:
a. Memiliki AB2 kurang dari 6 orang dan dan AB 1 kurang dari 36.
b. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan
Musyawarah komisariat selambat-lambatnya selama 18 (delapan
belas) bulan.
c. Tidak melaksanakan Daurah Marhalah I sebanyak 2 (dua) kali
dalam 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut. TETAP
d. Tidak melaksanakan Rapat Pleno Pengurus Komisariat minimal
10 (sepuluh) kali selama 2 (dua) periode kepengurusan berturut-
turut atau Rapat Badan Pengurus Harian minimal 30 kali selama
2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
(2) Apabila Komisariat Persiapan dan Komisariat Penuh yang
diturunkan menjadi Komisariat Persiapan dalam waktu 2 (dua)
tahun tidak dapat meningkatkan statusnya menjadi Komisariat
Penuh maka Komisariat tersebut dinyatakan bubar melalui
Keputusan Pengurus Daerah.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
46
BAB III

MAJELIS PERMUSYAWARATAN
DAN DEWAN PENASEHAT

Pasal 28 Pasal 28
Majelis Permusyawaratan Majelis Permusyawaratan

(1) Majelis Permusyawaratan (MP) adalah majelis yang ada di Pengurus (1) Majelis Permusyawaratan (MP) adalah majelis yang ada di Pengurus
Pusat KAMMI yang selanjutnya disebut Majelis Permusyawaratan Pusat KAMMI yang selanjutnya disebut Majelis Permusyawaratan
Pusat (MPP), dan Pengurus KAMMI Daerah yang selanjutnya Pusat (MPP), dan Pengurus Daerah KAMMI yang selanjutnya
disebut Majelis Permusyawaratan Daerah (MPD). disebut Majelis Permusyawaratan Daerah (MPD).
(2) Majelis Permusyawaratan bertugas dan berwenang : (2) Majelis Permusyawaratan bertugas dan berwenang :
a. Menjaga tegaknya AD/ART KAMMI di tingkat Pengurus Pusat a. Menjaga tegaknya AD/ART KAMMI di tingkat Pengurus Pusat
dan Pengurus KAMMI Wilayah bagi MPP, serta di tingkat dan Pengurus Wilayah KAMMI bagi MPP, serta di tingkat
pengurus KAMMI Daerah dan pengurus KAMMI Komisariat Pengurus Daerah KAMMI dan Pengurus Komisariat KAMMI bagi
bagi MPD. MPD.
b. Mengawasi kinerja Pengurus KAMMI dan memberikan b. Mengawasi kinerja Pengurus KAMMI dan memberikan
peringatan apabila terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan peringatan apabila terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan
organisasi organisasi
c. Memberikan pertimbangan dan saran keorganisasian kepada c. Memberikan pertimbangan dan saran keorganisasian kepada
pengurus KAMMI dalam menentukan kebijakan organisasi pengurus KAMMI dalam menentukan kebijakan organisasi
KAMMI. KAMMI.
d. Menyelenggarakan pengadilan bagi anggota terhadap d. Menyelenggarakan pengadilan bagi anggota terhadap
pelanggaran aturan organisasi. pelanggaran aturan organisasi.
e. Memutuskan mengadakan Muktamar Luar Biasa atau e. Memutuskan mengadakan Muktamar Luar Biasa atau
Musyawarah Daerah Luar Biasa apabila diminta sesuai dengan Musyawarah Daerah Luar Biasa apabila diminta sesuai dengan
aturan organisasi. aturan organisasi.
f. Memberikan putusan yang bersifat final dan mengikat atas f. Memberikan putusan yang bersifat final dan mengikat atas
perkara konstitusional yang diajukan oleh anggota biasa dan perkara konstitusional yang diajukan oleh anggota biasa dan
struktur organisasi lainnya. struktur organisasi lainnya.
(3) Anggota MPP KAMMI berjumlah 5 orang ditambah dengan Ketua (3) Anggota MPP KAMMI berjumlah 5 orang ditambah dengan Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal KAMMI. Umum dan Sekretaris Jenderal KAMMI.
(4) Anggota MPP KAMMI adalah anggota/alumni KAMMI yang (4) Anggota MPP KAMMI adalah anggota/alumni KAMMI yang

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
47
memenuhi syarat sebagai berikut: memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Bertaqwa kepada Allah SWT. a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Dapat membaca Al-Quran, b. Dapat membaca Al-Quran.
c. Tidak pernah dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar c. Tidak pernah dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar
AD/ART. AD/ART.
d. Berstatus AB 3. d. Berstatus AB 3.
e. Pernah menjabat BPH Pengurus Pusat KAMMI, atau Ketua e. Pernah menjabat BPH Pengurus Pusat KAMMI, atau Ketua
KAMMI Wilayah. Pengurus Wilayah KAMMI.
f. Sehat secara jasmani maupun rohani f. Sehat secara jasmani maupun rohani
g. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata g. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
sebagai insan akademis yaitu karya tulis ilmiah. sebagai insan akademis yaitu karya tulis ilmiah.
h. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis dari 5 h. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis dari 5
KAMMI Daerah. Pengurus Daerah KAMMI.
i. Tidak menjadi anggota MPP KAMMI untuk yang ketiga kalinya. i. Tidak menjadi anggota MPP KAMMI untuk yang ketiga kalinya.
(5) Ketua MPP KAMMI dipilih dari anggota MPP KAMMI selain Ketua (5) Ketua MPP KAMMI dipilih dari anggota MPP KAMMI selain Ketua
Umum dan Sekretaris Jenderal KAMMI. Umum dan Sekretaris Jenderal KAMMI.
(6) Anggota MPD KAMMI berjumlah sekurang-kurangnya 3 orang (6) Anggota MPD KAMMI berjumlah sekurang-kurangnya 3 orang
terdiri dari dari Ketua KAMMI Daerah dan anggota-anggota terdiri dari dari Ketua Pengurus Daerah KAMMI dan anggota-
berstatus Anggota Biasa III yang dipilih oleh Musyawarah Daerah. anggota berstatus Anggota Biasa III yang dipilih oleh Musyawarah
(7) Anggota Majelis Permusyawaratan KAMMI Daerah adalah Daerah.
anggota/alumni KAMMI yang memenuhi syarat sebagai berikut: (7) Anggota Majelis Permusyawaratan KAMMI Daerah adalah
a. Bertaqwa kepada Allah SWT anggota/alumni KAMMI yang memenuhi syarat sebagai berikut:
b. Dapat membaca Al Qur’an, a. Bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Tidak pernah dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar b. Dapat membaca Al-Quran.
AD/ART c. Tidak pernah dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar
d. Berstatus AB 3 AD/ART.
e. Pernah menjabat BPH Pengurus KAMMI Daerah, atau Ketua d. Berstatus AB 3.
KAMMI Komisariat. e. Pernah menjabat BPH Pengurus Daerah KAMMI, atau Ketua
f. Sehat secara jasmani maupun rohani Pengurus Komisariat KAMMI.
g. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata f. Sehat secara jasmani maupun rohani
sebagai insan akademis yaitu karya tulis ilmiah. g. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
h. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis dari sebagai insan akademis yaitu karya tulis ilmiah.
Komisariat. h. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis dari
i. Tidak menjadi anggota MPD KAMMI untuk yang ketiga kalinya. Komisariat.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
48
(8) Ketua MPD KAMMI dipilih dari anggota MPD selain Ketua KAMMI i. Tidak menjadi anggota MPD KAMMI untuk yang ketiga kalinya.
Daerah. (8) Ketua MPD KAMMI dipilih dari anggota MPD selain Ketua
(9) Masa jabatan MPP dan MPD sama dengan masa jabatan Pengurus Pengurus Daerah KAMMI.
Pusat dan Pengurus Daerah (9) Masa jabatan MPP dan MPD sama dengan masa jabatan Pengurus
(10) MPP berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Pusat dan Pengurus Daerah.
kepada Muktamar KAMMI (10) MPP berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
(11) MPD berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Muktamar KAMMI.
kepada Musyawarah Daerah KAMMI. (11) MPD berkewajiban menyampaikan laporan pelaksanaan tugas
(12) Apabila Majelis permusyawaratan tidak melaksanakan kewajiban kepada Musyawarah Daerah KAMMI.
pada ayat 10 diatas maka dapat diberikan sanksi oleh peserta. (12) Apabila Majelis Permusyawaratan tidak melaksanakan kewajiban
pada ayat 10 di atas, maka dapat diberikan sanksi oleh peserta.

Pasal 29 Pasal 29
Dewan Penasehat Dewan Penasehat

(1) Dewan Penasehat KAMMI bertugas: (1) Dewan Penasehat KAMMI bertugas:
a. Memberikan pertimbangan dan saran keorganisasian kepada a. Memberikan pertimbangan dan saran keorganisasian kepada
Pengurus KAMMI dalam menentukan kebijakan organisasi Pengurus KAMMI dalam menentukan kebijakan organisasi
b. Membantu mengembangkan aktivitas dan organisasi KAMMI b. Membantu mengembangkan aktivitas dan organisasi KAMMI
(2) Dewan Penasehat Pusat KAMMI diusulkan pada Muktamar (2) Dewan Penasehat Pusat KAMMI diusulkan pada Muktamar
KAMMI kemudian ditetapkan oleh Pengurus Pusat KAMMI. KAMMI kemudian ditetapkan oleh Pengurus Pusat KAMMI.
(3) Dewan Penasehat Wilayah KAMMI diusulkan pada Musyawarah (3) Dewan Penasehat Wilayah KAMMI diusulkan pada Musyawarah
Wilayah KAMMI kemudian ditetapkan oleh Pengurus KAMMI Wilayah KAMMI kemudian ditetapkan oleh Pengurus KAMMI
Wilayah. Wilayah.
(4) Dewan Penasehat Daerah KAMMI diusulkan pada Musyawarah (4) Dewan Penasehat Daerah KAMMI diusulkan pada Musyawarah
Daerah kemudian ditetapkan oleh Pengurus KAMMI Daerah. Daerah kemudian ditetapkan oleh Pengurus KAMMI Daerah.
(5) Anggota Dewan Penasehat adalah anggota kehormatan atau (5) Anggota Dewan Penasehat adalah anggota kehormatan atau
pribadi lain sesuai dengan aturan organisasi. pribadi lain sesuai dengan aturan organisasi.
(6) Masa jabatan Dewan Penasehat Pusat KAMMI adalah 2 (dua) (6) Masa jabatan Dewan Penasehat Pusat KAMMI adalah 2 (dua)
tahun. tahun.
(7) Masa jabatan Dewan Penasehat Wilayah KAMMI adalah 2 (dua) (7) Masa jabatan Dewan Penasehat Wilayah KAMMI adalah 2 (dua)
tahun. tahun.
(8) Masa jabatan Dewan Penasehat Daerah KAMMI adalah 2 (dua) (8) Masa jabatan Dewan Penasehat Daerah KAMMI adalah 1 (satu)
tahun. tahun.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
49
BAB IV
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 30
Hirarki Permusyawaratan dan Rapat-rapat

(1) Hirarki permusyawaratan KAMMI Komisariat dari yang tertinggi


adalah Musyawarah Komisariat KAMMI, Musyawarah Kerja
Komisariat KAMMI, dan musyawarah lain yang tingkatannya
ditentukan oleh Mekanisme Penyelenggaraan Organisasi KAMMI
Komisariat.
(2) Hirarki permusyawaratan KAMMI Daerah dari yang tertinggi
adalah Musyawarah Daerah KAMMI, Musyawarah Kerja Daerah
KAMMI, Musyawarah Majelis Permusyawaratan Daerah KAMMI,
Rapat Pimpinan Daerah dan musyawarah lain yang tingkatannya
ditentukan oleh Mekanisme Penyelenggaraan Organisasi KAMMI TETAP
Daerah.
(3) Hirarki permusyawaratan KAMMI Wilayah dari yang tertinggi
adalah Musyawarah Wilayah KAMMI, Musyawarah Kerja Wilayah
KAMMI, Rapat Pimpinan Wilayah dan musyawarah lain yang
tingkatannya ditentukan oleh Mekanisme Penyelenggaraan
Organisasi KAMMI.
(4) Hirarki permusyawaratan KAMMI Pusat dari yang tertinggi adalah
Muktamar, Musyawarah Kerja Nasional KAMMI, Musyawarah
Majelis Permusyawaratan Pusat KAMMI, Rapat Pimpinan Nasional
KAMMI, dan musyawarah lain yang tingkatannya ditentukan oleh
Mekanisme Penyelenggaraan Organisasi.

BAGIAN I TETAP
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT
KOMISARIAT

A. MUSYAWARAH KOMISARIAT TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
50
Pasal 31 TETAP
Status

(1) Musyawarah Komisariat (Muskom) merupakan musyawarah


anggota biasa KAMMI Komisariat.
(2) Musyawarah Komisariat diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.

Pasal 32 Pasal 32
Kekuasaan/Wewenang Kekuasaan/Wewenang

(1) Meminta dan Menilai Laporan pertanggungjawaban Pengurus (1) Meminta dan menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus
KAMMI Komisariat. Komisariat KAMMI.
(2) Memilih Pengurus Komisariat dengan jalan memilih Ketua Umum (2) Memilih Pengurus Komisariat dengan jalan memilih Ketua Umum
yang merangkap sebagai formatur dan kemudian empat mid yang merangkap sebagai formatur dan kemudian empat mid
formatur formatur.
(3) Menetapkan Panduan Kerja Komisariat (3) Menetapkan Panduan Kerja Komisariat.
(4) Menetapkan aturan dan putusan lain yang dianggap perlu. (4) Menetapkan aturan dan putusan lain yang dianggap perlu.

Pasal 33 Pasal 33
Tata Tertib Tata Tertib

(1) Peserta Muskom terdiri dari Pengurus Komisariat, Anggota Biasa (1) Peserta Muskom terdiri dari Pengurus Komisariat, Anggota Biasa
Komisariat, Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat Komisariat, dan Komisariat, Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat Komisariat,
Undangan Pengurus Komisariat. dan Undangan Pengurus Komisariat.
(2) Pengurus Komisariat, Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat (2) Pengurus Komisariat, Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat
Komisariat, merupakan peserta penuh; dan Undangan Pengurus Komisariat, merupakan peserta penuh; dan Undangan Pengurus
komisariat merupakan peserta peninjau. komisariat merupakan peserta peninjau.
(3) Peserta penuh mempunyai hak suara, hak bicara dan hak dipilih, (3) Peserta penuh mempunyai hak suara, hak bicara dan hak dipilih,
sedangkan peninjau mempunyai hak bicara. sedangkan peninjau mempunyai hak bicara.
(4) Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Komisariat (4) Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Komisariat
(5) Pimpinan sidang Muskom dipilih dari peserta penuh oleh peserta (5) Pimpinan sidang Muskom dipilih dari peserta penuh oleh peserta
penuh dan berbentuk presidium. penuh dan berbentuk presidium.
(6) Muskom baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh ½ (6) Muskom baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh ½
ditambah 1 dari jumlah anggota biasa komisariat. ditambah 1 dari jumlah anggota biasa komisariat yang hadir.
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
51
(7) Apabila ayat (f) tidak terpenuhi maka Muskom diundur selama 1 x (7) Apabila ayat (f) tidak terpenuhi maka Muskom diundur selama 1 x
24 jam dan setelah itu dinyatakan sah 24 jam dan setelah itu dinyatakan sah
(8) Setelah menyampaikan LPJ dan dibahas oleh Muskom maka (8) Setelah menyampaikan LPJ dan dibahas oleh Muskom maka
Pengurus Komisariat dinyatakan demisioner. Pengurus Komisariat dinyatakan demisioner

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
52
B. MUSYAWARAH KOMISARIAT LUAR BIASA
TETAP
Pasal 34
Musyawarah Komisariat Luar Biasa

(1) Musyawarah Komisariat Luar Biasa (MKLB) adalah Musyawarah di


tingkat KAMMI Komisariat yang diselenggarakan di luar waktu
yang telah ditetapkan untuk Musyawarah KAMMI Komisariat
karena pertimbangan keadaan dan keperluan yang mendesak.
(2) MKLB memiliki tugas yang sama dengan Musyawarah Komisariat.
(3) MKLB diselenggarakan apabila Ketua Komisariat tidak dapat
melaksanakan kewajiban dalam masa jabatannya atau karena
TETAP
kondisi tertentu atas permintaan sekurang-kurangnya ½ ditambah 1
dari anggota Komisariat.
(4) Pengurus Komisariat adalah penanggung jawab penyelenggaraan
MKLB. Namun apabila pengurus Komisariat, karena suatu hal tidak
dapat menyelenggarakan MKLB maka KAMMI Daerah yang
melingkupi KAMMI Komisariat bersangkutan mengambil alih
tanggung jawab penyelenggaraan MKLB.
(5) Peserta dan tata tertib MKLB sama dengan peserta dan tata tertib
pada Musyawarah Komisariat.

C. MUSYAWARAH KERJA KOMISARIAT


TETAP
Pasal 35
Status
TETAP
Musyawarah Kerja Komisariat (Muskerkom) diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 periode.

Pasal 36
Tugas dan Wewenang
TETAP
(1) Membuat dan atau mengevaluasi program kerja KAMMI
Komisariat.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
53
(2) Menampung dan merumuskan usulan-usulan bagi penyempurnaan
organisasi.

Pasal 37
Tata Tertib

(1) Peserta Musyawarah Kerja Komisariat terdiri dari pengurus KAMMI


Komisariat dan anggota biasa komisariat.
(2) Pengurus KAMMI Komisariat adalah penanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Kerja Komisariat KAMMI.
(3) Musyawarah Kerja Komisariat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
sekurang-kurangnya BPH Komisariat dan ½ + 1 (setengah plus 1) TETAP
jumlah anggota KAMMI Komisariat. Bila kondisi diatas tidak
terpenuhi, maka dilakukan penundaan selama-lamanya 1 (satu) jam
dengan kembali mengundang peserta disertai penjelasan urgensi
acara dan kehadiran peserta. Setelahnya Musyawarah Kerja KAMMI
Komisariat dapat dilaksanakan dan dianggap sah.
(4) Peserta memiliki hak bicara, hak memilih, dan hak dipilih.

BAGIAN II
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT DAERAH TETAP

A. MUSYAWARAH DAERAH
TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
54
Pasal 38
Status

(1) Musyawarah Daerah KAMMI adalah musyawarah utusan KAMMI


Komisariat, atau jika tidak memungkinkan, merupakan
musyawarah anggota. TETAP
(2) Musyawarah Daerah KAMMI diadakan 1 (satu) kali dalam 2 (dua)
tahun.
(3) Pengurus KAMMI Daerah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan musyawarah KAMMI Daerah.

Pasal 39
Tugas/Wewenang

(1) Meminta dan menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus


Daerah KAMMI dan Laporan Pelaksanaan Tugas Majelis
Permusyawaratan Daerah
(2) Memilih Pengurus Daerah dengan jalan memilih Ketua Umum yang TETAP
sekaligus merangkap sebagai formatur dan empat mide formatur
(3) Menetapkan anggota MPD KAMMI
(4) Mengusulkan nama-nama Dewan Penasehat
(5) Menetapkan Panduan Kerja Daerah
(6) Menetapkan dan mengesahkan pembentukan KAMMI Komisariat

Pasal 40 TETAP
Tata Tertib

(1) Peserta Musda terdiri dari Pengurus Daerah, Pengurus Komisariat,


Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat Daerah, Anggota MPD,
dan Undangan Pengurus daerah.
(2) Utusan Komisariat, Pengurus KAMMI Daerah, Badan-badan Khusus
serta LSO di tingkat Daerah, Anggota MPD, merupakan peserta
penuh; dan Undangan Pengurus daerah merupakan peserta
peninjau.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
55
(3) Peserta penuh mempunyai hak suara, hak bicara dan hak dipilih,
sedangkan peninjau mempunyai hak bicara.
(4) Dalam pengambilan keputusan melalui voting, suara Pengurus
Daerah bernilai 2 suara, dan suara pengurus Komisariat bernilai 1 TETAP
suara.
(5) Banyaknya utusan komisariat dalam ditetapkan oleh SC Musda.
(6) Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Daerah
(7) Pimpinan sidang Musda dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh
peserta utusan dan berbentuk presidium.
(8) Musda baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh ½ ditambah
1 dari jumlah peserta utusan (Komisariat penuh)
(9) Apabila ayat (8) tidak terpenuhi maka Musda diundur selama 1 x 24
jam dan setelah itu dinyatakan sah
(10) Setelah menyampaikan LPJ dan dibahas oleh Musda maka Pengurus
Daerah dinyatakan demisioner
(11) Daerah dan Komisariat sedapat mungkin mengikutsertakan kader
muslimah sebagai peserta.

B. MUSYAWARAH DAERAH LUAR BIASA


TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
56
Pasal 41
Musyawarah Daerah Luar Biasa

(1) Musyawarah Daerah Luar Biasa (MDLB) adalah Musyawarah


KAMMI Daerah yang diselenggarakan di luar waktu yang telah
ditetapkan karena pertimbangan keadaan dan keperluan yang
mendesak.
(2) Musyawarah Daerah Luar Biasa memiliki tugas yang sama dengan
Musyawarah Daerah.
(3) Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan apabila Ketua
KAMMI Daerah tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam masa
jabatannya atau karena kondisi tertentu atas permintaan sekurang- TETAP
kurangnya 2/3 dari jumlah KAMMI Komisariat.
(4) Majelis Permusyawaratan adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Musyawarah Daerah Luar Biasa. Namun apabila
Majelis Permusyawaratan Daerah, karena suatu hal tidak dapat
menyelenggarakan Musyawarah Daerah Luar Biasa maka KAMMI
Pusat mengambil alih tanggung jawab penyelenggaraan
Musyawarah Daerah Luar Biasa dibantu oleh Pengurus Wilayah.
(5) Peserta dan tata tertib Musyawarah Daerah Luar Biasa sama dengan
peserta dan tata tertib pada Musyawarah Daerah.

C. MUSYAWARAH KERJA DAERAH


TETAP
Pasal 42
Musyawarah Kerja Daerah

(1) Musyawarah Kerja Daerah (Muskerda) diadakan sekurang-


kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode.
TETAP
(2) Wewenang Musyawarah Kerja Daerah.
a. Membuat dan atau mengevaluasi program kerja KAMMI
Daerah.
b. Menampung dan merumuskan usulan-usulan bagi
penyempurnaan organisasi.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
57
(3) Tata tertib Musyawarah Kerja KAMMI Daerah
a. Peserta Musyawarah Kerja Daerah KAMMI terdiri dari
Pengurus KAMMI Daerah dan utusan KAMMI Komisariat.
b. Pengurus KAMMI Daerah adalah penanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Kerja KAMMI Daerah.
c. Musyawarah Kerja Daerah KAMMI dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ plus 1 Pengurus KAMMI
Daerah yang mewakili Seluruh departement yang ada dan
sekurang-kurangnya ½ dari utusan KAMMI Komisariat. Bila
kondisi diatas tidak terpenuhi, maka dilakukan penundaan
selama-lamanya 1 (satu) jam dengan kembali mengundang
peserta disertai penjelasan urgensi acara dan kehadiran peserta.
Setelahnya Musyawarah Kerja Daerah dapat dilaksanakan dan
dianggap sah.

D. MUSYAWARAH MAJELIS PERMUSYAWARATAN DAERAH


TETAP
Pasal 43
Musyawarah Majelis Permusyawaratan Daerah

(1) Musyawarah Majelis Permusyawaratan Daerah adalah musyawarah


anggota majelis, yang dipimpin oleh Ketua Majelis
Permusyawaratan Daerah. TETAP
(2) Musyawarah Majelis Permusyawaratan Daerah dijalankan untuk
menjalankan kewenangan pada pasal 28 Anggaran Rumah Tangga.
(3) Musyawarah Majelis Permusyawaratan sah apabila dihadiri lebih
dari ½ anggota Majelis Permusyawaratan.

E. RAPAT PIMPINAN DAERAH


TETAP
Pasal 44
Rapat Pimpinan Daerah
TETAP
(1) Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) adalah Rapat Badan Pengurus
Harian KAMMI Daerah, Ketua Badan-badan Khusus, Direktur-

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
58
direktur LSO, dan Ketua-ketua Komisariat yang dipimpin oleh
Ketua Umum.
(2) Rapimda berwenang untuk:
a. Membahas dan mengevaluasi kondisi keorganisasian KAMMI
Daerah dan KAMMI Komisariat.
b. Menerima laporan rutin Kammi Komisariat dalam daerah
tersebut
c. Membuat kebijakan dan kegiatan yang bersifat mengikat
kepada seluruh KAMMI Komisariat.
(3) Rapimda sah apabila dihadiri Badan Pengurus Harian KAMMI dan
2/3 Ketua-Ketua Komisariat.
(4) Dilaksanakan minimal dua kali dalam satu periode.

BAGIAN III
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT WILAYAH TETAP

A. MUSYAWARAH WILAYAH
TETAP
Pasal 45
Status

(7) Musyawarah Wilayah KAMMI adalah musyawarah utusan KAMMI


Daerah.
(8) Musyawarah KAMMI Wilayah diadakan 1 (satu) kali dalam 2 (dua) TETAP
tahun.
(9) Pengurus KAMMI Wilayah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan musyawarah KAMMI Wilayah.

Pasal 46
Tugas/Wewenang
TETAP
(1) Meminta dan menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus
KAMMI Wilayah

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
59
(2) Memilih Pengurus Wilayah dengan jalan memilih Ketua Umum
yang sekaligus merangkap sebagai formatur dan empat mide
formatur
(3) Mengusulkan nama-nama Dewan Penasehat Wilayah
(4) Mengusulkan pembentukan KAMMI Daerah
(5) Menetapkan Panduan Kerja Wilayah
(6) Menetapkan aturan dan putusan lain yang diangap perlu

Pasal 47
Tata Tertib

(1) Peserta Muswil terdiri dari Pengurus Wilayah, Utusan/Peninjau


Pengurus Daerah, Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat
Wilayah, dan Undangan Pengurus Wilayah.
(2) Utusan Pengurus Daerah, Pengurus Wilayah, Badan-badan Khusus
serta LSO di tingkat Wilayah, merupakan peserta penuh; dan
Undangan Pengurus wilayah merupakan peserta peninjau.
(3) Peserta penuh mempunyai hak suara, hak bicara dan hak dipilih,
sedangkan peninjau mempunyai hak bicara.
(4) Dalam pengambilan keputusan melalui voting, suara Pengurus
Wilayah bernilai 2 suara, dan suara Pengurus Daerah bernilai 1
suara. TETAP
(5) Banyaknya utusan Daerah ditetapkan oleh SC Muswil.
(6) Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Wilayah
(7) Pimpinan sidang Muswil dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh
peserta utusan dan berbentuk presidium.
(8) Muswil baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh ½ ditambah
1 dari jumlah peserta utusan (Daerah penuh).
(9) Apabila ayat (8) tidak terpenuhi maka Muswil diundur selama 1 x 24
jam dan setelah itu dinyatakan sah
(10) Setelah menyampaikan LPJ dan dibahas oleh Musda maka Pengurus
Daerah dinyatakan demisioner
(11) Wilayah dan Daerah sedapat mungkin mengikutsertakan kader
muslimah sebagai peserta.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
60
B. MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA
TETAP
Pasal 48
Musyawarah Wilayah Luar Biasa

(1) Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MWLB) adalah Musyawarah


KAMMI Wilayah yang diselenggarakan di luar waktu yang telah
ditetapkan karena pertimbangan keadaan dan keperluan yang
mendesak.
(2) Musyawarah Wilayah Luar Biasa memiliki tugas yang sama dengan
Musyawarah Wilayah.
(3) Musyawarah Wilayah Luar Biasa diselenggarakan apabila Ketua
KAMMI Wilayah tidak dapat melaksanakan kewajiban dalam masa
jabatannya atau karena kondisi tertentu atas permintaan sekurang- TETAP
kurangnya 2/3 dari jumlah KAMMI Daerah dalam wilayah tersebut.
(4) Pengurus KAMMI Wilayah adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Musyawarah Wilayah Luar Biasa. Namun apabila
Pengurus KAMMI Wilayah, karena suatu hal tidak dapat
menyelenggarakan Musyawarah Wilayah Luar Biasa maka KAMMI
Pusat mengambil alih tanggung jawab penyelenggaraan
Musyawarah Wilayah Luar Biasa dibantu oleh Pimpinan KAMMI
Daerah dalam wilayah tersebut.
(5) Peserta dan tata tertib Musyawarah Wilayah Luar Biasa sama
dengan peserta dan tata tertib pada Musyawarah Wilayah.

C. MUSYAWARAH KERJA WILAYAH


TETAP
Pasal 49
Status
TETAP
Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) diadakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode.

Pasal 50 TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
61
Tugas dan Wewenang

(1) Membuat dan atau mengevaluasi program kerja KAMMI Wilayah.


(2) Menampung dan merumuskan usulan-usulan bagi penyempurnaan
organisasi.

Pasal 51
Tata Tertib
(1) Peserta Musyawarah Kerja Wilayah KAMMI terdiri dari Pengurus
KAMMI Wilayah dan utusan KAMMI Daerah.
(2) Pengurus KAMMI Wilayah adalah penanggungjawab
penyelenggaraan Musyawarah Kerja KAMMI Wilayah.
(3) Musyawarah Kerja Wilayah KAMMI dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ plus 1 Pengurus KAMMI
TETAP
Daerah yang mewakili Seluruh departement yang ada dan
sekurang-kurangnya ½ dari utusan KAMMI Daerah. Bila kondisi
diatas tidak terpenuhi, maka dilakukan penundaan selama-
lamanya 1 (satu) jam dengan kembali mengundang peserta disertai
penjelasan urgensi acara dan kehadiran peserta. Setelahnya
Musyawarah Kerja Daerah dapat dilaksanakan dan dianggap sah.

D. RAPAT PIMPINAN WILAYAH


TETAP
Pasal 52
Rapat Pimpinan Wilayah

(1) Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) adalah Rapat Badan Pengurus


Harian KAMMI Wilayah, Ketua Badan-badan Khusus, Direktur-
TETAP
direktur LSO, dan Ketua-ketua Daerah yang dipimpin oleh Ketua
Umum KAMMI.
(2) Rapimwil berwenang untuk:
a. Membahas dan mengevaluasi kondisi keorganisasian KAMMI
Wilayah dan KAMMI Daerah.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
62
b. Menerima laporan rutin Kammi Daerah dalam wilayah
tersebut
c. Membuat kebijakan dan kegiatan yang bersifat mengikat
kepada seluruh KAMMI Daerah.
(3) Rapimwil sah apabila dihadiri Badan Pengurus Harian KAMMI dan
2/3 Ketua-Ketua Daerah.
(4) Dilaksanakan minimal dua kali dalam satu periode.

BAGIAN IV
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT-RAPAT TINGKAT PUSAT TETAP

A. MUKTAMAR
TETAP
Pasal 53
Pasal 53
Status
Status
(1) Muktamar merupakan musyawarah tertinggi organisasi.
(1) Muktamar merupakan musyawarah tertinggi organisasi.
(2) Muktamar memegang kekuasaaan tertinggi organisasi.
(2) Muktamar memegang kekuasaaan tertinggi organisasi.
(3) Muktamar diadakan 2 (dua) tahun sekali.
(3) Muktamar diadakan 2 (dua) tahun sekali.
(4) Pengurus KAMMI Pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan
(4) Pengurus Pusat KAMMI adalah penanggungjawab penyelenggaraan
Muktamar KAMMI.
Muktamar KAMMI.
(5) Dalam keadaan luar biasa, Muktamar dapat diadakan menyimpang
(5) Dalam keadaan luar biasa, Muktamar dapat diadakan menyimpang
dari ketentuan pasal 19 ayat (3).
dari ketentuan ayat (3).
(6) Dalam keadaan luar biasa Muktamar dapat diselenggarakan atas
(6) Dalam keadaan luar biasa Muktamar dapat diselenggarakan atas
inisiatif satu Daerah dengan persetujuan sekurang-kurangnya
inisiatif satu Daerah dengan persetujuan sekurang-kurangnya
melebihi separuh dari jumlah Daerah penuh.
melebihi separuh dari jumlah Daerah penuh.

Pasal 54
Kekuasaan/Wewenang
TETAP
(1) Meminta dan menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat
dan Majelis Permusyawaratan Pusat.
(2) Menetapkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, dan
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
63
Penjabaran AD/ART.
(3) Memilih Pengurus Pusat dengan jalan memilih Ketua Umum yang
sekaligus merangkap sebagai ketua formatur dan empat anggota
formatur.
(4) Menetapkan anggota MPP KAMMI.
(5) Menetapkan anggota kehormatan KAMMI.
(6) Mengusulkan nama-nama Dewan Penasehat.
(7) Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Muktamar
berikutnya.
(8) Menetapkan dan mengesahkan pembentukan dan pembubaran
KAMMI Wilayah.
(9) Menetapkan aturan dan putusan lain yang dianggap perlu.

Pasal 55 Pasal 55
Tata Tertib Tata Tertib

(1) Peserta muktamar terdiri dari Pengurus pusat, Utusan/Peninjau (1) Peserta muktamar terdiri dari Pengurus pusat, Utusan/Peninjau
Pengurus Daerah, Pengurus KAMMI Wilayah, Badan-badan Pengurus Daerah, Pengurus KAMMI Wilayah, Badan-badan
Khusus serta LSO di tingkat pusat, Anggota MPP KAMMI, dan Khusus serta LSO di tingkat pusat, Anggota MPP KAMMI, dan
Undangan Pengurus pusat. Undangan Pengurus pusat.
(2) Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Wilayah dan Utusan Pengurus (2) Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Wilayah dan Utusan Pengurus
Daerah merupakan peserta penuh. Daerah merupakan peserta penuh.
(3) Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat pusat, Anggota MPP (3) Badan-badan Khusus serta LSO di tingkat pusat, Anggota MPP
KAMMI, dan Undangan Pengurus pusat merupakan peserta KAMMI, dan Undangan Pengurus Pusat merupakan peserta
peninjau. peninjau.
(4) Dalam pengambilan keputusan melalui voting, suara Pengurus (4) Dalam pengambilan keputusan melalui voting, suara Pengurus
Pusat bernilai 2 suara, dan suara Wilayah dan Daerah masing- Pusat bernilai 3 suara, Pengurus Wilayah bernilai 2 suara dan
masing bernilai 1 suara. Pengurus Daerah bernilai 1 suara.
(5) Peserta Penuh mempunyai hak suara, hak bicara, dan hak dipilih, (5) Peserta Penuh mempunyai hak suara, hak bicara, dan hak dipilih,
sedangkan peninjau mempunyai hak bicara. sedangkan peninjau mempunyai hak bicara.
(6) Banyaknya utusan Wilayah dan Daerah dalam muktamar (6) Banyaknya utusan Wilayah dan Daerah dalam muktamar
ditetapkan oleh SC Muktamar. ditetapkan oleh SC Muktamar.
(7) Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus pusat (7) Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Pusat
(8) Pimpinan sidang muktamar dipilih dari peserta penuh oleh peserta (8) Pimpinan sidang muktamar dipilih dari peserta penuh oleh peserta

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
64
penuh dan berbentuk presidium. penuh dan berbentuk presidium.
(9) Muktamar baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih (9) Muktamar baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih
dari separuh jumlah peserta penuh. dari separuh jumlah peserta penuh.
(10) Apabila ayat (9) tidak terpenuhi maka muktamar diundur selama 1 (10) Apabila ayat (9) tidak terpenuhi maka muktamar diundur selama 1
x 24 jam dan setelah itu dinyatakan sah. x 24 jam dan setelah itu dinyatakan sah.
(11) Setelah menyampaikan LPJ dan dibahas oleh muktamar maka (11) Setelah menyampaikan LPJ dan dibahas oleh muktamar maka
Pengurus Pusat dinyatakan demisioner. Pengurus Pusat dinyatakan demisioner.
(12) Wilayah dan Daerah sedapat mungkin mengikutsertakan kader (12) Wilayah dan Daerah sedapat mungkin mengikutsertakan kader
muslimah sebagai peserta. muslimah sebagai peserta.

B. PRA MUKTAMAR TETAP

Pasal 56 Pasal 56
Pra Muktamar Pra Muktamar

(1) Pra Muktamar merupakan Forum yang diadakan sebelum (1) Pra Muktamar merupakan Forum yang diadakan sebelum
pelaksanaan Muktamar. pelaksanaan Muktamar.
(2) Pra Muktamar adalah Forum yang dihadiri oleh PP KAMMI, (2) Pra Muktamar adalah Forum yang dihadiri oleh PP KAMMI,
Pimpinan Daerah dan Wilayah, Badan-badan Khusus serta LSO di Pimpinan Daerah dan Wilayah, Badan-badan Khusus serta LSO di
tingkat pusat dan Anggota MPP KAMMI. tingkat pusat dan Anggota MPP KAMMI.
(3) Pra Muktamar berfungsi untuk membahas dan memutuskan draf (3) Pra Muktamar berfungsi untuk membahas dan memutuskan
AD/ART, draft GBHO, draft Mekanisme Pemilihan Ketua rancangan draf AD/ART, draft GBHO, draft Mekanisme Pemilihan
Umum/Formatur, dan draft Mekanisme Pemilihan Anggota MPP, Ketua Umum/Formatur, draft Mekanisme Pemilihan Anggota
yang selanjutnya akan ditetapkan pada Muktamar. MPP, dan rekomendasi-rekomendasi, yang selanjutnya akan
dibahas, diputuskan dan ditetapkan pada Muktamar.

B. MUKTAMAR LUAR BIASA TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
65
Pasal 57
Muktamar Luar Biasa

(1) Muktamar Luar Biasa (MLB) adalah Musyawarah tingkat nasional


yang diselenggarakan di luar waktu yang telah ditetapkan karena
pertimbangan keadaan dan keperluan yang mendesak.
(2) Muktamar Luar Biasa memiliki kewenangan yang sama dengan
Muktamar.
(3) Muktamar Luar Biasa diselenggarakan sekurang-kurangnya atas
permintaan 2/3 dari KAMMI Daerah setelah mendapat persetujuan
MPP KAMMI Pusat. TETAP
(4) Majelis Permusyawaratan Pusat adalah penanggung jawab
penyelenggaraan Muktamar Luar Biasa namun apabila Majelis
Permusyawaratan Pusat karena suatu hal tidak dapat
menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa maka Pimpinan-pimpinan
KAMMI Wilayah dan Daerah akan membentuk suatu Presidium
untuk mengambil alih penyelenggaraan MLB.
(5) Tata tertib Muktamar Luar Biasa sama dengan tata tertib pada
Muktamar KAMMI.

C. MUSYAWARAH KERJA NASIONAL TETAP

Pasal 58
Status

Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) diadakan sekurang-kurangnya TETAP


1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode.

Pasal 59
Tugas dan Wewenang
TETAP
(1) Membuat dan mengevaluasi program kerja Pengurus Pusat KAMMI.
(2) Menampung dan merumuskan usulan-usulan bagi penyempurnaan

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
66
organisasi.

Pasal 60
Tata Tertib

(1) Peserta Musyawarah Kerja Nasional KAMMI terdiri dari Pengurus


Pusat KAMMI dan Utusan KAMMI Wilayah dan Daerah.
(2) Pengurus Pusat KAMMI adalah penanggungjawab penyelenggaraan
Musyawarah Kerja Nasional KAMMI.
(3) Jumlah utusan KAMMI Wilayah dan Daerah akan ditentukan oleh
Pimpinan KAMMI Pusat.
(4) Musyawarah Kerja Nasional KAMMI dinyatakan sah apabila dihadiri TETAP
oleh sekurang-kurangnya ½ plus 1 Pengurus KAMMI Pusat yang
mewakili seluruh bidang yang ada dan sekurang-kurangnya ½
utusan KAMMI Wilayah dan Daerah. Bila kondisi diatas tidak
terpenuhi, maka dilakukan penundaan selama-lamanya 2 (dua) jam
dengan kembali mengundang peserta disertai penjelasan urgensi
acara dan kehadiran peserta. Setelahnya Musyawarah Kerja
Nasional KAMMI dapat dilaksanakan dan dianggap sah.

D. MUSYAWARAH MAJELIS PERMUSYAWARATAN PUSAT


TETAP
Pasal 61
Musyawarah Majelis Permusyawaratan Pusat

(1) Musyawarah Majelis Permusyawaratan Pengurus adalah


musyawarah anggota majelis, yang dipimpin oleh Ketua Majelis
Permusyawaratan Pusat. TETAP
(2) Musyawarah Majelis Permusyawaratan Pusat dijalankan untuk
menjalankan kewenangan pada pasal 28 Anggaran Rumah Tangga.
(3) Musyawarah Majelis Permusyawaratan sah apabila dihadiri lebih
dari ½ anggota Majelis Permusyawaratan.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
67
E. RAPAT PIMPINAN NASIONAL TETAP

Pasal 62
Pasal 62
Rapat Pimpinan Nasional
Rapat Pimpinan Nasional
(1) Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) adalah Rapat Badan Pengurus
(1) Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) adalah Rapat Badan Pengurus
Harian KAMMI Pusat, Ketua Badan-badan Khusus, Direktur-
Harian KAMMI Pusat, Ketua Badan-badan Khusus, Direktur-
direktur LSO, Ketua-ketua Wilayah yang dipimpin oleh Ketua
direktur LSO, Ketua-ketua Pengurus Wilayah yang dipimpin oleh
Umum KAMMI.
Ketua Umum KAMMI.
(2) Rapat Pimpinan Nasional berwenang untuk:
(2) Rapat Pimpinan Nasional berwenang untuk:
a. Membahas dan mengevaluasi kondisi keorganisasian KAMMI
a. Membahas dan mengevaluasi kondisi keorganisasian PP
Pusat, KAMMI Wilayah, dan KAMMI Daerah.
KAMMI, PW KAMMI, dan PD KAMMI.
b. Membuat kebijakan dan kegiatan yang bersifat mengikat
b. Membuat kebijakan dan kegiatan yang bersifat mengikat
kepada seluruh KAMMI Wilayah dan Daerah.
kepada seluruh KAMMI Wilayah dan Daerah.
c. Menetapkan Ketua Wilayah baru.
c. dihapus
(3) Rapimnas sah apabila dihadiri minimal ½ Badan Pengurus Harian
(3) Rapimnas sah apabila dihadiri minimal ½ Badan Pengurus Harian
KAMMI Pusat dan 2/3 jumlah Ketua-ketua Wilayah.
PP KAMMI dan 2/3 jumlah Ketua-ketua PW.
(4) Dilaksanakan minimal dua kali dalam satu periode.
(4) Dilaksanakan minimal dua kali dalam satu periode.

BAB V TETAP
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 63
Cara Pengambilan Keputusan

(1) Semua keputusan dalam semua permusyawaratan dan rapat-rapat


TETAP
KAMMI dilaksanakan secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Suara terbanyak (voting) dipilih sebagai alternatif terakhir apabila
musyawarah untuk mufakat tidak dapat dicapai.

BAB VI
BADAN KHUSUS TETAP
DAN LEMBAGA SEMI OTONOM

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
68
Pasal 64
Badan Khusus

(1) Badan Khusus adalah pembantu pengurus KAMMI yang dapat


dibentuk apabila perlu demi pencapaian visi dan misi organisasi
dalam bidang dan tugas khusus.
(2) Badan Khusus dapat dibentuk oleh pengurus KAMMI pada seluruh
struktur KAMMI, dengan Badan Khusus pada struktur lebih tinggi
dapat mengkoordinasikan Badan Khusus sejenis pada struktur
dibawahnya.
(3) Badan Khusus bertugas menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai
TETAP
dengan bidangnya.
(4) Badan Khusus bertanggung jawab kepada Ketua KAMMI
Komisariat/Daerah atau Ketua Umum KAMMI.
(5) Badan Khusus dipimpin oleh Ketua.
(6) Pengurus KAMMI dapat menentukan Ketua Badan Khusus.
(7) Mekanisme keanggotaan ditentukan oleh pengurus KAMMI.
(8) Badan Khusus dapat mengadakan musyawarah anggota atau
musyawarah koordinasi untuk merumuskan dan mengevaluasi
program-program kerja serta memilih Ketua Badan Khusus .

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
69
Pasal 65
Lembaga Semi Otonom

(1) Lembaga Semi Otonom adalah Pembantu Pengurus KAMMI yang


dapat dibentuk berdasarkan aspirasi dan kepentingan yang
merupakan kebutuhan anggota, yang memiliki minat dan bakat
dalam spesifikasi bidang yang sama yang mengarah pada
peningkatan keahlian dan profesionalitas tertentu.
(2) Lembaga Semi Otonom dapat dibentuk oleh Pengurus KAMMI
pada seluruh struktur KAMMI dengan Lembaga Semi Otonom pada
struktur lebih tinggi dapat mengkoordinasikan Lembaga Semi
Otonom sejenis pada struktur dibawahnya.
(3) Lembaga Semi Otonom bertugas
a. Meningkatkan dan mengembangkan keahlian dan
TETAP
profesionalisme anggota KAMMI pada bidang tertentu.
b. Mengadakan pendidikan, penelitian, dan pelatihan-pelatihan
dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat.
c. Membantu Pengurus KAMMI menentukan sikap terhadap
masalah-masalah eksternal sesuai dengan bidang terkait.
(4) Lembaga Semi Otonom bertanggung jawab kepada Ketua KAMMI
Komisariat/Daerah atau Ketua Umum KAMMI.
(5) Lembaga Semi Otonom dipimpin oleh Direktur.
(6) Lembaga Semi Otonom dapat mengadakan musyawarah anggota
atau musyawarah koordinasi untuk merumuskan dan mengevaluasi
program-program kerja serta memilih Direktur Lembaga Semi
Otonom.

BAB VII
ALUMNI KAMMI TETAP

Pasal 66 Pasal 66
Alumni Alumni

(1) Alumni KAMMI adalah anggota KAMMI yang telah habis masa (1) Alumni KAMMI adalah anggota KAMMI yang telah habis masa

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
70
keanggotaannya. keanggotaannya.
(2) KAMMI dan alumni KAMMI memiliki hubungan historis, aspiratif, (2) KAMMI dan alumni KAMMI memiliki hubungan historis, aspiratif,
dan emosional. dan emosional.
(3) Alumni KAMMI berkewajiban tetap menjaga nama baik KAMMI, (3) Alumni KAMMI berkewajiban tetap menjaga nama baik KAMMI,
meneruskan misi KAMMI di medan perjuangan yang lebih luas, dan meneruskan misi KAMMI di medan perjuangan yang lebih luas,
membantu KAMMI dalam merealisasikan misinya. dan membantu KAMMI dalam merealisasikan misinya.
(4) Adanya wadah untuk Alumni KAMMI.

BAB VIII KEUANGAN TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
71
Pasal 67
Pengelolaan Keuangan

(1) Prinsip halal maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh
tidak berasal dan tidak diperoleh dengan cara-cara yang
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
(2) Prinsip transparansi maksudnya adalah adanya keterbukaan
tentang sumber dan besar dana yang diperoleh serta kemana dan
berapa besar dana yang sudah dialokasikan.
(3) Prinsip bertanggungjawab maksudnya adalah setiap satuan dana
yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan sumber dan
keluarannya secara tertulis dan bila perlu melalui bukti nyata.
(4) Prinsip efektif maksudnya adalah setiap satuan dana yang
digunakan berguna dalam rangka usaha organisasi mewujudkan TETAP
tujuan organisasi.
(5) Prinsip efisien maksudnya adalah setiap satuan dana yang
digunakan tidak melebihi kebutuhannya.
(6) Prinsip berkesinambungan maksudnya adalah setiap upaya untuk
memperoleh dan menggunakan dana tidak merusak sumber
pendanaan untuk jangka panjang dan tidak membebani generasi
yang akan datang.
(7) Uang pangkal dan iuran anggota bersifat wajib yang besaran serta
metode pemungutannya ditetapkan oleh Pengurus Daerah.
(8) Uang pangkal dialokasikan sepenuhnya untuk Komisariat.
(9) Iuran anggota dialokasikan dengan proporsi 60 persen untuk
Komisariat, 40 persen untuk Daerah.

BAB IX
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI TETAP

Pasal 68
Garis-garis Besar Haluan Organisasi
TETAP
GBHO (Garis-garis Besar Haluan Organisasi) adalah rumusan yang
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
72
disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu yang meliputi filosofi
gerakan, pemosisian gerakan, dan haluan gerakan untuk memberikan
arah bagi perjuangan KAMMI dalam mewujudkan visi dan misinya
yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar KAMMI.
.

BAB X
MEKANISME PENYELENGGARAAN ORGANISASI TETAP

Pasal 69
Mekanisme Penyelenggaraan Organisasi
TETAP
Struktur, fungsi struktur, dan administrasi organisasi diatur dalam
Mekanisme Penyelenggaraan Organisasi.

BAB XI
MANHAJ KADERISASI KAMMI TETAP

Pasal 70
Manhaj Kaderisasi KAMMI

Prinsip, muatan, aspek, sarana, penahapan, indeks jati diri, dan TETAP
kurikulum kaderisasi KAMMI diatur dalam Manhaj Kaderisasi KAMMI.

BAB XII
PANDUAN KERJA NASIONAL TETAP

Pasal 71
Panduan Kerja Nasional
TETAP
Panduan Kerja Nasional adalah arahan bagi pengurus KAMMI dalam
merumuskan program kerja organisasi.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
73
BAB XIII
ATRIBUT ORGANISASI TETAP

Pasal 72
Atribut

Atribut Organisasi seperti bendera, lambang, panji kartu keanggotaan, TETAP


dan lain-lain diatur dalam ketentuan tersendiri yang ditetapkan dalam
muktamar.

BAB XIV
ATURAN TAMBAHAN TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
74
Pasal 73
Sosialisasi AD/ART

Struktur kepemimpinan KAMMI berkewajiban melakukan sosialisasi TETAP


Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga kepada seluruh anggota
KAMMI.

Pasal 74
Musyawarah Lain

(1) Kepengurusan KAMMI pada berbagai tingkat struktur dapat


melaksanakan berbagai jenis musyawarah dan rapat-rapat seperti
Rapat Badan Pengurus Harian, Rapat Pengurus Harian, Rapat TETAP
pengurus bidang, Rapat kepanitiaan, dan musyawarah lainnya
sesuai kebutuhan.
(2) Jika diperlukan, aturan khusus mengenai musyawarah pengurus
dapat ditentukan oleh pengurus KAMMI sesuai cakupannya.

Pasal 75
Hal lain-lain
TETAP
Hal-hal yang belum diatur dan diperinci dalam AD/ART KAMMI akan
diatur dan diperinci dalam ketetapan-ketetapan organisasi.

BAB XIV TETAP


ATURAN PERALIHAN

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
75
Pasal 76 TETAP
Aturan Peralihan

(1) KAMMI Daerah yang keberadaannya belum memenuhi Pasal 21


Anggaran Rumah Tangga, diberi waktu 2 tahun untuk
memenuhinya untuk kemudian ditentukan statusnya oleh KAMMI
Pusat atau KAMMI Wilayah yang ditunjuk
(2) KAMMI Komisariat yang keberadaannya belum memenuhi Pasal 26
Anggaran Rumah Tangga, diberi waktu 2 tahun untuk
memenuhinya untuk kemudian ditentukan statusnya oleh KAMMI
Daerah yang ditunjuk.

BAB XV
PERUBAHAN DAN PENETAPAN TETAP

Pasal 77
Perubahan dan Penetapan Anggaran Rumah Tangga

Perubahan dan penetapan Anggaran Rumah Tangga KAMMI dilakukan TETAP


melalui Muktamar dan harus disetujui sekurang-kurangnya 2/3 anggota
yang hadir.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
76
BAB XVI
PENUTUP TETAP

Pasal 78 Pasal 78
Pemberlakuan Pemberlakuan

Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan di Bekasi, pada Muktamar I Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan di Bekasi, pada Muktamar I
tahun 1998. Dan diperbaharui pada: Muktamar II di Jogjakarta, bulan tahun 1998. Dan diperbaharui pada: Muktamar II di Jogjakarta, bulan
November 2000, Muktamar III di Lampung, bulan November 2002, November 2000, Muktamar III di Lampung, bulan November 2002,
Muktamar IV di Samarinda, tanggal 28 September 2004, Muktamar V di Muktamar IV di Samarinda, tanggal 28 September 2004, Muktamar V di
Palembang, tanggal 16 September 2006, Muktamar VI di Makassar, Palembang, tanggal 16 September 2006, Muktamar VI di Makassar,
tanggal 07 November 2008. tanggal 07 November 2008, Muktamar VII di Aceh,
tanggal________Desember 2010.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
77
AMANDEMEN GBHO KAMMI

Hasil Pembahasan dan Keputusan Persidangan Pra Muktamar VII KAMMI


di Hotel Kusuma Kartikasari Solo, 1-3 Oktober 2010

NASKAH HASIL MUKTAMAR VI MAKASSAR AMANDEMEN HASIL PRA MUKTAMAR VII SOLO

TETAP
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA
GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI

BAB I TETAP
PENGERTIAN

Pasal 1
Pengertian

Dalam pasal berikut ini yang dimaksud dengan :


1. GBHO (Garis-garis Besar Haluan Organisasi) adalah rumusan
yang disusun secara sistematis, terarah, dan terpadu yang
meliputi filosofi gerakan, pemosisian gerakan, dan haluan gerakan TETAP
untuk memberikan arah bagi perjuangan KAMMI dalam
mewujudkan visi dan misinya yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar KAMMI.
2. Visi KAMMI adalah tujuan yang hendak dicapai atau kondisi yang
ingin diwujudkan oleh KAMMI, sebagaimana termaktub dalam
Anggaran Dasar KAMMI Pasal 6.
3. Misi KAMMI adalah pernyataan eksistensi dan alasan keberadaan
KAMMI sebagai perincian atas Visi KAMMI, sebagaimana
termaktub dalam Anggaran Dasar KAMMI Pasal 7.
4. Kredo Gerakan adalah jati diri yang mewujud (maujud) dalam

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
78
kehidupan kepribadian kader KAMMI dan menjadi ruh yang
senantiasa terwariskan dari generasi ke generasi. Kredo Gerakan
adalah cara pandang kader KAMMI terhadap dirinya sendiri,
obsesinya, atributnya, dan hakikatnya yang meneguhkan peran
kader di dalam kehidupannya. Kredo Gerakan adalah semangat
yang menjiwai kader KAMMI sebagai sumber tenaga untuk
bergerak, berjuang, mendobrak semua penghalang, dan
kesungguhan untuk beramal mencapai tujuan.
5. Prinsip Gerakan KAMMI adalah nilai-nilai dasar gerakan yang
menjiwai pergerakan KAMMI sebagai suatu amal jama’i. Prinsip TETAP
Gerakan adalah ciri khas pergerakan KAMMI yang secara unik
membedakannya dengan gerakan lain. Prinsip Gerakan
merupakan tradisi yang menjadi tetapan (tsawabit) gerakan dan
menjadi tolok ukur konsistensi (asholah) gerakan KAMMI.
6. Karakter Organisasi KAMMI adalah sifat keorganisasian yang
melekat yang menjadi ciri khas dan melandasi aktivitas gerakan
KAMMI.
7. Paradigma Gerakan KAMMI adalah cara pandang menyeluruh
(holistik) KAMMI terhadap dirinya sendiri dan cara
mendefinisikan perannya di dalam realitas kebangsaan dan
peradaban. Paradigma Gerakan KAMMI membentuk konstruksi
gerakan dan menderivasikannya dalam program dan agenda
gerakan.
8. Unsur-unsur perjuangan adalah elemen-elemen yang menjadi
pilar sistem strategi dakwah (siyasatud Dakwah) KAMMI dalam
interaksinya dengan masyarakatnya untuk menjamin
keberlangsungan gerakan.
9. Posisi KAMMI adalah pernyataan posisi, sikap, dan hubungan
KAMMI dengan berbagai pihak terkait dalam mewujudkan Visi
KAMMI.
10. Haluan organisasi KAMMI adalah haluan yang memandu arah,
pokok, dan prioritas agenda gerakan sesuai dengan analisa
kondisi yang dihadapi berdasarkan filosofi gerakan.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
79
BAB II TETAP
FILOSOFI GERAKAN

Pasal 2
Visi KAMMI
KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan TETAP
kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa dan negara
Indonesia yang Islami

Pasal 3 Pasal 3
Misi KAMMI Misi KAMMI
1. Membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa 1. Membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa muslim
muslim Indonesia. Indonesia.
2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, 2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah,
intelektual, sosial, dan politik mahasiswa. intelektual, sosial, dan politik, dan kemandirian ekonomi mahasiswa.
3. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan 3. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama
kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa
permasalahan bangsa dan negara. dan negara.
4. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia 4. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia
menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera. menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.
5. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara 5. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara dengan
dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah
mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar). kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).

Pasal 4
Kredo Gerakan

1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka.


Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak.
Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid, serta TETAP
atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau kedudukan.
2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami
takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati
kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk kepadanya.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
80
Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada-Nya.
3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami
bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini. Kami
bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan
pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami
akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan
prinsip-prinsip Islam.
4. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah
orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid adalah
kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami adalah para perindu TETAP
surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan
keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami
senantiasa dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat
dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi
perbaikan masyarakat. Kami adalah putra-putri kandung Dakwah,
akan beredar bersama Dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi
pembangunnya yang paling tekun, menjadi penyebarnya yang
paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.
5. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk
masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha,
minimalis dan loyo. Kami senantiasa bertebaran di dalam
kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami
adalah orang-orang progressif yang bebas dari kejumudan, karena
kami memandang bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk
belajar, agar kami dan para penerus kami menjadi perebut
kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.
6. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis
terhadap kebatilan, politisi yang piawai mengalahkan muslihat
musuh dan yang piawai dalam memperjuangkan kepentingan
umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam hari,
pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu
mentransformasikan masyarakat, guru yang mampu memberikan
kepahaman dan teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
81
sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga
yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap
masalah mereka, manajer yang efektif dan efisien, panglima yang
gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit yang setia, diplomat
yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas pergaulannya,
percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.

TETAP
Pasal 5
Prinsip Gerakan KAMMI

1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI


2. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
3. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
4. Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
5. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
6. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

TETAP
Pasal 6
Karakter Organisasi KAMMI

KAMMI adalah organisasi kader (harokatut tajnid) dan organisasi


pergerakan (harokatul amal).

Pasal 7 Pasal 7
Paradigma Gerakan KAMMI Paradigma Gerakan KAMMI

1. KAMMI adalah Gerakan Dakwah Tauhid 1. KAMMI adalah Gerakan Dakwah Tauhid
a. Gerakan Dakwah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia a. Gerakan Dakwah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia
dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar,
sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada sesama manusia dan lainnya, serta mengembalikan pada tempat
tempat yang sesungguhnya: Allah swt. yang sesungguhnya: Allah swt.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
82
b. Gerakan Dakwah Tauhid merupakan gerakan yang b. Gerakan Dakwah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan
menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-
berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan nilai universal wahyu ketuhanan (ilahiyyah) yang mewujudkan
(ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil ‘alamin).
(rahmatan lil ‘alamin). c. Gerakan Dakwah Tauhid adalah gerakan perjuangan
c. Gerakan Dakwah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan
berkelanjutan untuk menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
meruntuhkan tirani kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik
2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik a. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan
a. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal.
keimanan sebagai ruh atas penjelajahan nalar akal. b. Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang
b. Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip-
mengembalikan secara tulus dialektika wacana pada prinsip- prinsip kemanusiaan yang universal.
prinsip kemanusiaan yang universal. c. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang
c. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha
mempertemukan nalar akal dan nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan
perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan pemberdayaan manusia secara organik.
pemberdayaan manusia secara organik. d. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan pemikiran yang
menjangkau realitas rakyat dan terlibat dalam penyelesaian
3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen masalah rakyat.
a. Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang
menyerang sistem peradaban materialistik dan menyerukan 3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen
peradaban manusia berbasis tauhid. a. Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang
b. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang sistem peradaban materialistik dan menyerukan peradaban
berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada manusia berbasis tauhid.
nurani kerakyatan. b. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang
c. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan berdasarkan kesadaran dan kesukarelaan yang berakar pada
yang tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni nurani kerakyatan.
kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi. c. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang
tidak memiliki ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-
4.KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer ekonomi yang membatasi.
a. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan d. Gerakan Sosial Independen bertujuan menegakkan nilai sosial
melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter. politik yang tidak bergantung dengan institusi manapun,

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
83
b. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial termasuk negara, partai maupun lembaga donor.
kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan
rakyat secara sistematis dengan melakukan pemberdayaan 4.KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer
institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol proses a. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan
demokrasi formal. melawan tirani dan menegakkan demokrasi yang egaliter.
b. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial kultural
dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara
sistematis dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi
sosial/rakyat dalam mengontrol proses demokrasi formal.
c. Gerakan Ekstraparlementer berarti tidak menginduk pada
institusi parlemen maupun pembentuk parlemen (partai politik
dan senator). Independensi sikap politik bulat utuh tanpa
intervensi partai apapun.
d. Gerakan Ekstraparlementer bergerak di luar parlemen dan partai
politik, sebagai representasi rakyat secara independen.

Pasal 8
Unsur-unsur Perjuangan KAMMI

Agar dakwah dapat tumbuh berkelanjutan secara seimbang, tetap


berada pada orientasi yang benar, mampu mengelola amanah dan
masalah, dan terus memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan-
tujuannya, maka KAMMI menyusun dirinya di atas unsur-unsur
sebagai berikut :
1. bina al-qo’idah al-ijtima’iyah (membangun basis sosial), yaitu
membangun lapisan masyarakat yang simpati dan mendukung TETAP
perjuangan KAMMI yang meliputi masyarakat umum,
mahasiswa, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, pers,
tokoh, dan lain sebagainya.
2. bina al-qo’idah al-harokiyah (membangun basis operasional),
yaitu membangun lapisan kader KAMMI yang bergerak di
tengah-tengah masyarakat untuk merealisasikan dan
mengeksekusi tugas-tugas Dakwah yang telah digariskan
KAMMI.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
84
3. bina al-qo’idah al- fikriyah (membangun basis konsep), yaitu
membangun kader pemimpin yang mampu menjadi teladan
masyarakat, memiliki kualifikasi keilmuan yang tinggi sesuai
bidangnya, yang menjadi guru bagi gerakan,
mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya, dan
memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi
kehidupan manusia.
4. bina’ al-qo’idah al-siyasiyah (membangun basis kebijakan),
yaitu membangun kader ideolog, pemimpin gerakan yang
menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi
dan kondisi yang berkembang.
Keempat unsur tersebut merupakan piramida yang seimbang,
harmonis dan kokoh, yang menjamin keberlangsungan gerakan
KAMMI.

BAB III TETAP

POSISI KAMMI

Pasal 9
KAMMI dan Gerakan Mahasiswa-Gerakan Kepemudaan

KAMMI adalah gerakan mahasiswa sekaligus sebagai gerakan


kepemudaan. Karena itu KAMMI meyakini bahwa KAMMI dan
beragam gerakan mahasiswa dan gerakan kepemudaan di Indonesia
adalah elemen bangsa yang akan menjadi pewaris sah dari masa
depan bangsa ini. KAMMI adalah generasi muda yang menjadi
sumberdaya bangsa masa depan (iron stock). Generasi muda adalah
generasi yang bersifat idealis dengan cita-cita terhadap bangsanya.
Generasi muda adalah generasi yang selalu kritis terhadap kondisi
yang stagnan (status quo). Maka KAMMI bekerjasama dengan seluruh
elemen gerakan mahasiswa dan gerakan kepemudaan dalam
kesamaan prinsip komitmen kebangsaan yang tulus, bukan karena TETAP
kepentingan politik pragmatis. KAMMI meyakini bahwa interaksi
mu’amalah KAMMI dengan beragam gerakan pemuda dan mahasiswa
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
85
adalah interaksi positif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan sebagai pembelajaran bagi masa depan saat KAMMI bersama-
sama mewarisi bangsa ini.

Pasal 10
KAMMI dan Institusi Pendidikan Tinggi

KAMMI adalah gerakan mahasiswa yang tumbuh dari institusi


pendidikan tinggi (kampus) yang mewarisi prinsip intelektualitas dan
kebebasan akademik. KAMMI meyakini bahwa jiwa intelektual itu
dinyatakan dalam intelektualisme yang bertanggung jawab, yang
berbasis pada realitas masyarakat, dan yang organik. Sehingga,
KAMMI meyakini bahwa pendidikan, termasuk pendidikan tinggi,
adalah hak seluruh masyarakat, sehingga merupakan kewajiban
negara untuk memberikan fasilitas pendidikan yang memadai dan TETAP
terjangkau masyarakat. Institusi pendidikan tinggi, karena cakupan
wawasannya, adalah institusi yang paling bertanggung jawab dalam
memberikan pencerahan dan meningkatkan kualitas rakyat Indonesia.
Karena itu, institusi pendidikan tinggi harus bersifat kerakyatan yang
peduli terhadap realitas masyarakat, bukan menghamba pada
kekuasaan atau hegemoni global. Prinsip kebebasan akademik
meletakkan institusi pendidikan tinggi pada posisi kritis dan
independen. KAMMI dalam aktivitasnya di dalam dan dengan
institusi pendidikan tinggi berusaha untuk menciptakan lingkungan
akademik (civitas academica) yang egaliter, kritis, demokratis, dan
independen.

Pasal 11
KAMMI dan Gerakan Islam

KAMMI memahami Islam sebagai prinsip-prinsip yang bersifat


menyeluruh (syaamil) yang meliputi seluruh dimensi manusia dan
kehidupannya. KAMMI juga memahami Islam sebagai aturan hidup TETAP
yang bersifat universal sebagai prinsip kesemestaan Islam (rahmatan

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
86
lil alamiin). Karenanya Islam dapat hidup di dalam seluruh dimensi
ruang di seluruh rentang zaman. Kami meyakini Islam sebagai sebuah
kebenaran. Sehingga, KAMMI sebagai gerakan Islam, bersama-sama
dengan seluruh gerakan Islam adalah gerakan yang akan mengenalkan
dan membumikan prinsip kemenyeluruhan dan universalitas Islam
dalam realitas kebangsaan dan peradaban. KAMMI akan bekerja sama
dengan mereka dalam menyerukan kebaikan dan melawan
kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar). KAMMI bersama seluruh
gerakan (berasas) Islam adalah gerakan-gerakan penyeru kebaikan
(harokah Dakwah), yang menyerukan Islam dengan kedamaian dan
kesungguhan (mujahadah).

Pasal 12
KAMMI dan Rakyat

KAMMI dan rakyat adalah ibarat antara ruh dan tubuh. KAMMI
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah rakyat. Sehingga, KAMMI
akan senantiasa berdiri di bagian terdepan dalam membela TETAP
kepentingan rakyat, menjadi solusi bagi persoalan mereka,
menghubungkan kasih sayang yang damai di antara mereka, dan
sekaligus berusaha keras untuk menjadi sebab bagi kemuliaan
mereka. KAMMI meyakini bahwa merekalah tujuan dari adanya
kontrak sosial kebangsaan, dan merekalah tujuan dari keberadaan
syari’ah agama Islam (adz dzaruriyatu al khomsah). Karena itu
pengabaian terhadap eksistensi rakyat, apalagi tindakan pendzaliman
terhadap mereka, adalah tindakan yang akan senantiasa KAMMI
lawan.

Pasal 13
KAMMI dan Elemen Masyarakat

KAMMI adalah gerakan sosial yang bersama-sama dengan beragam


elemen masyarakat dan gerakan sosial lain peduli terhadap realitas
bangsa Indonesia. Karena itu, sebisa mungkin, KAMMI akan TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
87
senantiasa bekerja sama, ber-mu’amalah, dan saling memberi
kemanfaatan (intifa’) dengan seluruh elemen yang memiliki
kepedulian yang sama dengan KAMMI. KAMMI melakukannya
dengan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan.

Pasal 14 Pasal 14
KAMMI dan Partai Politik KAMMI dan Partai Politik

KAMMI menyadari potensi politik KAMMI sebagai gerakan KAMMI menyadari potensi politik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa.
mahasiswa. Ekspresi gerakan KAMMI adalah ekspresi moral yang Ekspresi gerakan KAMMI adalah ekspresi moral yang berdimensi politik,
berdimensi politik, dan ekspresi politik yang berdasar pada prinsip dan ekspresi politik yang berdasar pada prinsip moral dan intelektual.
moral dan intelektual. Sebagai gerakan politik yang berbasis moral, Sebagai gerakan politik yang berbasis moral, KAMMI tidaklah berpolitik
KAMMI tidaklah berpolitik pragmatis yang berorientasi kekuasaan pragmatis yang berorientasi kekuasaan baik bagi gerakan maupun
baik bagi gerakan maupun kadernya. Tetapi, konsistensi KAMMI kadernya, tetapi konsistensi KAMMI terhadap prinsip tersebut tidak
terhadap prinsip tersebut tidak akan menyebabkan KAMMI berjauhan akan menyebabkan KAMMI berjauhan dan antipati dengan Partai Politik
dan antipati dengan Partai Politik yang bekerja dalam ranah politik yang bekerja dalam ranah politik praktis. Dalam bingkai
praktis. Dalam bingkai independensinya, KAMMI akan siap bekerja independensinya, KAMMI akan siap bekerja sama dengan mereka yang
sama dengan mereka yang menurut KAMMI masih mengedepankan menurut KAMMI masih mengedepankan intelektualitas, nurani, dan
intelektualitas, nurani, dan kepeduliannya pada rakyat dalam kepeduliannya pada rakyat dalam berpolitik.
berpolitik.
Pasal 15
KAMMI dan Pemerintahan

KAMMI meyakini prinsip kekuasaan sebagai amanah


(tanggungjawab) dan khadimah (pelayanan) teradap masyarakat.
Maka kekuasaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak melayani
adalah kedzaliman, dan itu adalah musuh KAMMI. Oleh karena itu,
KAMMI akan senantiasa memberikan kontrol dan evaluasi atas
mereka yang padanya Allah limpahkan amanah memerintah bangsa
ini. KAMMI akan mendukung (tha’at) setiap upaya perbaikan dan
pembangunan yang dilakukan bagi masyarakat selama tidak
bertentangan dengan nurani pada umumnya masyarakat, prinsip
syari’ah Islam, dan logika intelektual. Tetapi KAMMI akan siap TETAP

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
88
melawan pemerintahan yang dijalankan secara dzalim, tidak peka
dengan realitas masyarakat, melanggar prinsip-prinsip Ilahiyyah, dan
tidak rasional. Keseluruhannya, akan KAMMI lakukan semaksimal
mungkin tetapi senantiasa dengan menghindari cara-cara yang tidak
bermoral, tidak berwawasan etis, dan membawa madharat lebih
lanjut.

Pasal 16
KAMMI dan Media Massa

KAMMI memahami peran strategis media massa sebagai salah satu


pilar demokrasi. Media massa sekaligus menjadi instrumen penting
dalam demokratisasi dalam arti pemberdayaan politik masyarakat dan
pengawalan terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang adil,
efektif, dan efisien. Media massa yang cerdas turut mampu
mewujudkan masyarakat yang peduli (attentive mass) terhadap TETAP
fenomena sosial yang berkembang. Namun, penyimpangan fungsi
media massa dapat mengakibatkan mereka bermertamorfosa menjadi
mesin-mesin kapitalis yang memperdagangkan berita-berita liputan
yang menyimpang dari kode etik jurnalistik. Mereka dapat pula
membodohi masyarakat dan menghancurkan bangunan moral dan
sosial Indonesia. Terhadap media massa yang konstruktif, KAMMI
akan memerankan diri sebagai partner dalam mewujudkan tatanan
masyarakat yang lebih baik. Sedangkan terhadap media yang
destruktif, KAMMI akan menjalankan komunikasi yang efektif guna
merubah orientasi dan dampak negatif peran mereka.

BAB IV TETAP

HALUAN ORGANISASI

Pasal 17
Visi Kebangsaan KAMMI

1. Indonesia yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta


Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
89
membumikan nilai dan prinsip Islam secara obyektif dalam TETAP
beragam ruang publik pada seluruh aspeknya.
2. Indonesia yang demokratis ditandai dengan tumbuhnya tradisi
demokrasi, koridor demokrasi, akuntabilitas, transparansi
kebijakan, partisipasi publik, dan dominasi politik yang
mendukung perbaikan dan membumikan nilai-nilai Islam.
3. Indonesia yang menjunjung tinggi supremasi dan keadilan
hukum, ditandai dengan komitmen yang tinggi untuk
memberantas korupsi dan penyakit-penyakit masyarakat.
4. Indonesia yang berkomitmen dengan ekonomi kerakyatan yang
berbasis pada sistem ekonomi berkeadilan dan ekonomi
berdasarkan prinsip Islam yang mandiri yang mampu melawan
hegemoni ekonomi pasar dan kapitalisme global.
5. Indonesia yang rakyatnya memiliki komitmen kebangsaan dan
solidaritas bersama yang tinggi yang mampu mengatasi beragam
masalah dan konflik kemasyarakatan secara mandiri.
6. Indonesia yang senantiasa menghargai dan mendukung TETAP
pengembangan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi
khususnya teknologi yang murah terjangkau masyarakat,
memiliki dampak samping rendah, dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak.
7. Indonesia yang memberikan prioritas utama pada pembangunan
pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat, pendidikan yang
berorientasi pada peningkatan kualitas hidup dan kompetensi
peserta didik bukan semata memenuhi pasar, serta pendidikan
yang berkarakter dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas.
8. Indonesia yang menghargai dan memajukan seni budaya lokal
yang dibangun atas prinsip keunikan yang menjunjung tinggi
peradaban dan harkat kemanusiaan, bukan seni budaya pasar
atau yang berprinsip semata seni untuk seni (l’art for l’art).
9. Indonesia yang menjamin keamanan dan ketenangan warga
negaranya dari segala bentuk hegemoni bangsa asing dan
tindakan militeristiknya.
10. Indonesia yang bermartabat, memiliki kemandirian politik

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
90
internasional, dan mampu membangun solidaritas bersama
dengan bangsa-bangsa guna perbaikan dunia.

Pasal 18
Tujuan Jangka Panjang KAMMI (2004-2014)

1. Kader KAMMI memiliki pemahaman akan nilai-nilai Islam yang


terinternalisasi dalam aktifitasnya sehari-hari, tradisi politik dan
intelektual, serta komitmen ke-KAMMI-an yang tinggi.
2. KAMMI mampu meletakkan seluruh aktifitasnya dalam kerangka
filosofi gerakan secara konsisten.
3. KAMMI memiliki sistem kaderisasi yang kuat, handal,
berkelanjutan (sustainable) yang terinternalisasi secara utuh dan
khas (otentik) dalam diri setiap kader.
4. KAMMI memiliki mekanisme keorganisasian yang lengkap, tradisi
organisasi yang disiplin dan islami, serta mampu
mendistribusikan fungsi strukturalnya dengan rapi.
5. KAMMI memiliki struktur organisasi yang lengkap tanpa terjebak
Dihapus dari naskah GBHO dan dipindah ke naskah PKN, karena bersifat
pada aturan yang birokratis yang mampu mengakomodasi potensi
temporal.
dan kecenderungan kader.
6. KAMMI mampu memberikan sikap politik yang cerdas dan solutif
yang berbasis pada pemahaman substansi prinsip-prinsip Islam,
pemahaman realitas politik, dan kemampuan intelektual kader-
kadernya.
7. KAMMI diperhitungkan secara institusional serta memiliki daya
tawar sebagai salah satu kekuatan politik alternatif di Indonesia.
8. KAMMI mampu berkembang dan dapat menjangkau 35 %
institusi pendidikan tinggi di Indonesia.
9. KAMMI mampu menjadi elemen masyarakat yang diterima oleh
banyak pihak, serta menjadi pelopor dan perekat antara elemen
gerakan masyarakat khususnya gerakan Islam.
10. KAMMI mampu mendorong terwujudnya Indonesia yang
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa serta membumikan nilai
dan prinsip Islam secara obyektif dalam beragam ruang publik

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
91
pada seluruh aspeknya.
11. KAMMI mampu berinteraksi dan membangun jaringan dengan
gerakan mahasiswa Islam internasional untuk mendorong
tumbuhnya kekuatan muda alternatif berskala global
12. KAMMI menjadi elemen dakwah yang penting dan memberikan
kontribusi yang besar pada dakwah Islam meliputi:
1. Kontribusi kuantitas kader yang meningkatkan jumlah kader
(da’i) gerakan dakwah Islam.
2. Kontribusi kualitas kader, melalui kemampuan meningkatkan
kualitas kader gerakan dakwah dengan kekhasan kaderisasi
siyasi KAMMI, dan mampu menjadi wahana transformasi
kader gerakan dakwah dari kader mahasiswa (thulabiyah)
menjadi kader masyarakat (sya’biyah), profesional
(mihaniyah), dan politik (siyasiyah).
3. Kontribusi agenda dakwah, melalui dukungan terhadap
agenda-agenda strategis gerakan dakwah dalam bingkai logika
dan prinsip gerakan KAMMI.

Pasal 19 Pasal 18
Khatimah Khatimah

Terus bergerak untuk menyadarkan umat dan senantiasa Terus bergerak untuk menyadarkan umat dan senantiasa menciptakan
menciptakan perbaikan dengan seluruh makna yang terkandung di perbaikan dengan seluruh makna yang terkandung di dalamnya, adalah
dalamnya, adalah jati diri KAMMI yang sesungguhnya. Keyakinan jati diri KAMMI yang sesungguhnya. Keyakinan terhadap kebenaran
terhadap kebenaran hanya bisa dibuktikan oleh perjuangan yang tidak hanya bisa dibuktikan oleh perjuangan yang tidak terhenti untuk
terhenti untuk merealisasikannya. KAMMI adalah ruh baru di tubuh merealisasikannya. KAMMI adalah ruh baru di tubuh umat yang
umat yang dilahirkan sebagai fajar kebangkitan umat. KAMMI dilahirkan sebagai fajar kebangkitan umat. KAMMI seharusnya
seharusnya merupakan “anugerah Allah bagi Indonesia”. Dan hanya merupakan “anugerah Allah bagi Indonesia”. Dan hanya kepada Allah
kepada Allah semata kami berserah diri dan memohon pertolongan- semata kami berserah diri dan memohon pertolongan-Nya. Faidza
Nya. Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah. ‘azamta fatawakkal ‘alallah.

Rekomendasi:
1. Terkait pembahasan BAB III, Visi KAMMI, mempertegas posisi KAMMI terhadap Militer dan Pengusaha.
2. Membuat deskripsi utuh penafsiran GBHO.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
92
MEKANISME PENETAPAN KETUA UMUM/FORMATUR
PENGURUS PUSAT (PP) KAMMI
PERIODE 2010-2012

Pasal 1 e. Menjaga kebersamaan, sopan dalam perbuatan, santun


Kerangka Umum Proses Penetapan dalam perkataan, dan bertanggung jawab.
f. Lapang dada dalam menerima keputusan bersama.
1. Penetapan Ketua Umum dan Tim Formatur berlandaskan g. Menegakkan prinsip berkeadilan.
pada perluasan ruang partisipasi publik dengan 7. Mekanisme pemilihan berlandaskan prinsip syura.
mempertimbangkan kapasitas dan integritas.
2. Dua proses yang terjadi adalah partisipasi kader melalui Pasal 2
penjaringan bakal calon pemimpin, dan proses syura ahlul Syarat dan Kriteria Calon Ketua
halli wal ‘aqdi.
3. Muktamar memilih dan menetapkan Ketua Umum dan 1. Berstatus sebagai AB3
Tim Formatur. 2. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Penetapan Ketua Umum dan Tim Formatur dipimpin oleh 3. Pernah menjadi Pengurus Harian Daerah dan/atau
Presidum Sidang Muktamar KAMMI. Wilayah.
5. Proses Penetapan dilakukan melalui 3 tahap yaitu: 4. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena
penjaringan, pencalonan, dan pemilihan sedang menjadi Pengurus.
6. Seluruh tahapan penetapan harus dilaksanakan dengan 5. Sehat secara jasmani maupun rohani.
adab-adab Islami meliputi: 6. Mendapatkan rekomendasi tertulis dari KAMMI Daerah.
a. Berprinsip dasar bahwa jabatan adalah amanah yang 7. Lulus Sarjana Strata-1.
harus dipertanggungjawabkan kepada Allah dan umat. 8. Bersedia tinggal di Ibukota Negara.
b. Bukan karena motivasi minta jabatan, tetapi karena
diminta oleh ummat Pasal 3
c. Tidak memberikan iming-iming berupa jabatan dan Mekanisme Pencalonan
materi apapun.
d. Menjaga akhlaq dasar Islam dengan tidak dengki, 1. Mekanisme penjaringan dilakukan oleh Badan Khusus.
sombong, meremehkan, mengolok-olok, ghibah, 2. Bakal calon hasil dari penjaringan aspirasi yang difasilitasi
namimah, su’udzhann, fithnah dan dzalim oleh Badan Khusus, yang dibentuk oleh PP KAMMI dan
dilaksanakan oleh seluruh Pengurus Daerah (PD) KAMMI,
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
93
diserahkan kepada Forum Muktamar melalui SC dengan catatan Ketua Umum sebelumnya tidak dicalonkan
Muktamar lagi. Jika dicalonkan lagi, harus digantikan oleh jajaran
3. Bakal calon yang telah diterima oleh SC MUKTAMAR VII Pengurus yang berada di level di bawahnya, yaitu Sekretaris
KAMMI, segera ditetapkan sebagai calon-calon Ketua Jenderal dan seterusnya demikian.
Umum dan atau anggota tim formatur PP KAMMI Periode 3. Ahlul halli wal ‘aqdi membahas bakal calon Ketua Umum
2010-2012. PP KAMMI yang telah dihasilkan dari penjaringan aspirasi.
4. Hasil syura Ahlul Halli Wal ‘Aqdi akan menghasilkan Ketua
Pasal 4 Umum PP KAMMI dan 4 (empat) orang anggota tim
Mekanisme Pemilihan formatur yang segera ditetapkan sebagai Ketua Umum dan
anggota tim formatur oleh Pimpinan Sidang MUKTAMAR
1. Proses pemilihan dan penetapan Ketua Umum dan tim VII KAMMI.
formatur PP KAMMI dilakukan oleh Ahlul Halli wal ‘Aqdi 5. Mekanisme pemilihan MPP tetap seperti semula yang
dengan mekanisme syura. tertera di draft dengan pengusulan.
2. Ahlul halli wal ‘aqdi berisi 54 wakil KAMMI Daerah penuh
ditambah Ketua Umum PP KAMMI Periode sebelumnya,

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
94
REKOMENDASI PRA MUKTAMAR VII KAMMI
tentang Mekanisme Pemilihan Ketua Umum PP KAMMI 2010-2012

Sidang Pleno Pra Muktamar VII KAMMI mengeluarkan f.Sosialisasi tersebut mencakup biodata masing-masing AB3
rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh Ketua Umum PP KAMMI dan profil yang bersangkutan melalui media massa, seperti
saat ini. Berikut poin-poin rekomendasi tersebut: buletin atau jurnal dalam format elektronik.
1. Membentuk Badan Khusus yang akan menjalankan peran g. Pasca-sosialisasi, akan dilakukan proses pemilihan raya
sebagai tim fasilitasi penjaringan aspirasi. bakal calon Ketua Umum PP KAMMI.
2. Menginstruksikan kepada seluruh KAMMI Daerah untuk 4. Sedangkan deskripsi kerja tahap Pemilu Raya di Level
melaksanakan penjaringan aspirasi yang melibatkan Anggota Komisariat adalah sebagai berikut:
Biasa 2 sebagai pemegang hak pilih yang difasilitasi oleh Badan a. Tahap ini diikuti oleh kader AB2 dan AB3 aktif di seluruh
Khusus sebagaimana tersebut di atas. komisariat seluruh Indonesia.
3. Adapun deskripsi kerja dan mekanisme penjaringan aspirasi b. Kader AB1 tidak memiliki hak untuk memilih tetapi
adalah sebagai berikut: mendapatkan pendidikan politik melalui proses pemilihan
a. KAMMI Daerah mengirimkan daftar nama AB3 aktif tersebut.
kepada badan khusus untuk direkap c. Pemilihan dilakukan di level komisariat, pelaksana
b. Daftar nama tersebut diakumulasikan untuk selanjutnya lapangan oleh Pengurus Daerah KAMMI.
menjadi daftar nama bakal calon ketua yang menjadi d. Hasil dari tahap pemilu raya berupa nama-nama bakal
rujukan jaring aspirasi calon Ketua Umum PP KAMMI.
c. Nama-nama kader AB3 yang telah dikumpulkan tersebut e. Pengurus Daerah KAMMI memutuskan tiga (3) nama bakal
akan disaring melalui proses verifikasi yang dilakukan oleh calon Ketua Umum, dengan catatan, popularitas hanya
Badan Khusus, dalam dua tahap: Verifikasi Administratif menjadi bahan pertimbangan dan bukan faktor penentu.
dan Verifikasi Konstitusional. Parameter verifikasi f. Tiga (3) nama beserta portofolio pribadi (daftar riwayat
berlandas pada konstitusi KAMMI. hidup, prestasi) diserahkan oleh Pengurus Daerah KAMMI
d. Nama-nama AB3 yang lolos dalam proses verifikasi kepada Badan Khusus dua minggu sebelum muktamar (H-
administrasi oleh Badan Khusus, kemudian disosialisasikan 14).
di level berikutnya selama dua (2) minggu pasca-Pra g. Badan Khusus akan meminta surat kesediaan mencalonkan
Muktamar. diri secara tertulis di atas kertas bermaterai dan dilampiri
e. Pengurus Daerah KAMMI akan mensosialisasikan hasil visi, misi, dan rancangan program kerja bakal calon, secara
verifikasi administrasi AB3 di masing-masing komisariat tertulis dari nama-nama tersebut.
bawahannya.
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
95
MEKANISME PENETAPAN
MAJELIS PERMUSYAWARATAN PUSAT
KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA
PERIODE 2010-2012

Pasal 1
Kerangka Umum Proses Penetapan Pasal 2
Syarat dan Kriteria Calon Anggota Majelis
1. Penetapan anggota Majelis Permusyawaratan Pusat Permusyawaratan Pusat
KAMMI dipimpin oleh Presidum sidang.
2. Proses Penetapan dilakukan melalui 2 tahap yaitu: 1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
pencalonan dan pemilihan. 2. Dapat membaca Al-Quran.
3. Seluruh tahapan penetapan harus dilaksanakan dengan 3. Tidak pernah dijatuhi sangsi organisasi karena melanggar
adab-adab Islami meliputi: AD/ART.
a. Berprinsip dasar bahwa jabatan adalah amanah yang 4. Berstatus AB 3.
harus dipertanggungjawabkan kepada Allah dan umat. 5. Pernah menjabat BPH Pengurus Pusat KAMMI, atau
b. Bukan karena motivasi minta jabatan, tetapi karena Ketua Pengurus Wilayah KAMMI.
diminta oleh ummat. 6. Sehat secara jasmani maupun rohani.
c. Tidak memberikan iming-iming berupa jabatan dan 7. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata
materi apapun. sebagai insan akademis yaitu karya tulis ilmiah.
d. Menjaga akhlaq dasar Islam dengan tidak dengki, 8. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis
sombong, meremehkan, mengolok-olok, ghibah, dari 5 Pengurus Daerah KAMMI.
namimah, su’udzhann, fithnah dan dzalim. 9. Tidak menjadi anggota MPP KAMMI untuk yang ketiga
e. Menjaga kebersamaan, sopan dalam perbuatan, santun kalinya.
dalam perkataan, dan bertanggunjawab.
f. Lapang dada dalam menerima keputusan bersama. Pasal 3
g. Menegakkan prinsip berkeadilan. Mekanisme Pencalonan
4. Mekanisme pemilihan berlandaskan prinsip syura.
5. Anggota anggota Majelis Permusyawaratan Pusat 1. Bakal calon diajukan oleh minimal 5 Pengurus Daerah
sebanyak 5 orang. KAMMI
2. Bakal calon Majelis Permusyawaratan Pusat KAMMI
membawa surat rekomendasi 5 PD KAMMI yang
ditujukan kepada Pimpinan Presidium Sidang
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
96
MUKTAMAR VII KAMMI, dengan melampirkan surat 2. Apabila calon anggota Majelis Permusyawaratan Pusat
kesediaan dicalonkan, dan biodata calon. yang ditetapkan oleh SC MUKTAMAR VII KAMMI
3. Surat paling lambat telah diterima oleh SC MUKTAMAR berjumlah 5 orang maka langsung ditetapkan sebagai
VII KAMMI 30 menit sebelum penetapan calon anggota anggota Majelis Permusyawaratan Pusat KAMMI Periode
Majelis Permusyawaratan Pusat Pengurus Pusat KAMMI 2010-2012
Periode 2010-2012. 3. Apabila calon anggota Majelis Permusyawaratan Pusat
4. Bakal calon yang dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) tersebut yang ditetapkan oleh SC MUKTAMAR VII KAMMI lebih
sebanyak satu (1) orang. dari 5 orang maka diadakan pemilihan 5 anggota Majelis
5. Bakal calon yang telah diterima oleh SC MUKTAMAR VII Permusyawaratan Pusat melalui mekanisme syuro di
KAMMI setelah diverifikasi oleh SC Muktamar, segera antara calon anggota secara musyawarah mufakat dengan
ditetapkan oleh SC MUKTAMAR VII KAMMI untuk dipimpin oleh Pimpinan Sidang MUKTAMAR VII KAMMI
disosialisasikan kepada peserta Muktamar sebagai calon dengan batas waktu 2 x 15 menit.
anggota Majelis Permusyawaratan Pusat KAMMI Periode 4. Apabila calon anggota Majelis Permusyawaratan Pusat
2010-2012 yang ditetapkan oleh SC MUKTAMAR VII KAMMI kurang
dari 5 orang, maka Pemilihan dilaksanakan melalui
Pasal 4 mekanisme syuro di antara calon anggota Majelis
Mekanisme Pemilihan Permusyawaratan Pusat secara musyawarah mufakat
dengan dipimpin oleh Pimpinan Sidang MUKTAMAR VII
1. Proses pemilihan anggota Majelis Permusyawaratan Pusat KAMMI dengan batas waktu 2 x 15 menit untuk memilih
dilakukan setelah penetapan daftar calon anggota Majelis secara langsung dari peserta Muktamar yang hadir, hingga
Permusyaratan Pusat KAMMI oleh SC MUKTAMAR VII genap berjumlah 5 orang yang langsung ditetapkan
KAMMI. sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Pusat Periode
2010-2012.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
97
Jadwal Persidangan
PRA MUKTAMAR VII KAMMI
Hotel Kusuma Kartikasari SOLO, 1– 3 OKTOBER 1010

HARI WAKTU AGENDA KETERANGAN


Jumat, 1 Oktober 14.25 – 15.00 Pleno I Dipimpin oleh Ketua SC Muktamar
2010 Tata Tertib Persidangan dan Penetapan Agenda didampingi Koordinator TKSO.
Persidangan
15.30 – 17.30 Pleno I (lanjutan) Dipimpin oleh Ketua SC Muktamar
Tata Tertib Persidangan dan Penetapan Agenda didampingi Koordinator TKSO.
Persidangan
16.30 – 17.30 Pleno I (lanjutan) Dipimpin oleh Ketua SC Muktamar
Tata Tertib Persidangan dan Penetapan Agenda didampingi Koordinator TKSO.
Persidangan
17.30 – 19.30 ISHOMA Panitia
19.30 – 21.00 Pleno II Dipimpin oleh Ketua SC Muktamar
Pemilihan Presidium Sidang Pleno didampingi Koordinator TKSO .
21.00 – 23.00 Sidang Komisi Dipimpin oleh Presidium Sidang Pleno
dan satu anggota TKSO.
Sabtu, 2 Oktober 08.00 – 12.00 Sidang Komisi (lanjutan) Dipimpin oleh Presidium Sidang Pleno
2010 didampingi TKSO.
13.00 – 15.00 Sidang Komisi Dipimpin oleh Presidium Sidang Pleno
(lanjutan) didampingi TKSO.
16.00 – 17.30 Sidang Komisi Dipimpin oleh Presidium Sidang Pleno
(lanjutan) didampingi TKSO.
19.30 – 20.30 Sidang Komisi Dipimpin oleh Presidium Sidang Pleno
(lanjutan Komisi C) didampingi TKSO.
20.30 – 22.00 Sidang Pleno III Dipimpin oleh Presidium Sidang
Penetapan Semua Keputusan Sidang Komisi
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
98
CATATAN SELAMA PERSIDANGAN
Oleh Ahmad Rizky Mardhatillah Umar
[Notulen TKSO / PK KAMMI UGM]

1. Pimpinan sidang sementara adalah Deny Priyatno, SST 6. Pembahasan alot juga terjadi ketika membahas model
(Ketua SC Muktamar), Amin Sudarsono (Koordinator voting, apakah institusional atau one man one vote.
TKSO), dan Mauquf (Anggota SC Muktamar). Disepakati institusional.

2. Sidang dipimpin oleh Presidium yang beranggotakan Ali 7. Pemilihan pimpinan sidang dilakukan dengan model
Bastoni (PD KAMMI Jambi), Mastari (PD KAMMI institusional. Setelah proses pencalonan dan dimintai
Cirebon), dan Pramitha Sari (PD KAMMI Sleman). kesediaan, ada empat kandidat yang divoting oleh peserta
PRA Muktamar, yaitu Ali Bastoni (PD KAMMI Jambi)
3. Jumlah Yang Hadir pada sesi pertama ada 20 perwakilan
mendapatkan 12 suara, Mastari (PD KAMMI Cirebon)
KAMMI Daerah, 1 perwakilan KAMMI Wilayah, dan 4
mendapatkan 13 suara, Pramitha Sari (PD KAMMI Sleman)
perwakilan PP KAMMI, yang berarti tidak memenuhi
mendapatkan 4 suara ditambah 2 suara dari PP KAMMI,
Quorum. *Pleno Diundur 2x15 menit*
dan Abdul Aziz (PW KAMMI Jabal) mendapatkan 4 suara.
4. Pembahasan yang cukup alot terjadi pada sesi I, ketika
8. Jumlah Terkini ada 12 KAMMI Wilayah dengan 1 wilayah
memperdebatkan pasal I, apakah menggunakan Rapimnas
yang diverifikasi ulang, 1 wilayah belum mengadakan
atau tidak. Disepakati tidak menggunakan redaksi kata
Musyawarah Wilayah, dan 2 wilayah dalam proses
Rapimnas karena menyelisihi konstitusi.
mendapatkan SK dari pengurus pusat. Selain itu, di tingkat
5. Sempat terjadi pula pembahasan mengenai kepesertaan. SC daerah, terdiri dari KAMMI Daerah Penuh yang berjumlah
memutuskan KAMMI Wilayah dan Daerah diwakili oleh 44, 1 Daerah diturunkan statusnya, 1 Daerah dalam proses
kader AB3, tetapi tidak disetujui oleh peserta. Akhirnya verifikasi. KAMMI Daerah Persiapan berjumlah 10 Daerah.
jalan tengah, KAMMI Wilayah AB3 dan KAMMI Daerah KAMMI Daerah penuh dan persiapan memiliki
oleh kader AB2 yang sudah menjadi Anggota Biasa 2 kemungkinan berubah karena masih dalam proses
selama 2 tahun. monitoring, evaluasi, dan penilaian sampai sebelum
Muktamar VII mendatang. PP KAMMI terdiri dari 10
perwakilan dari 5 bidang, 2 LSO, dan 3 fungsionaris.
Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
99
9. Sidang Komisi dibagi ke dalam 3 tempat, Komisi A di ruang 10. Komisi C adalah Komisi yang paling memakan waktu dan
Sari, Komisi B di samping restoran hotel, dan Komisi C di pembahasan, sehingga diperpanjang satu sesi hingga pukul
Ruang Utama. Komisi A dipimpin oleh Pramitha Sari dan 20.30 WIB. Perdebatan alot terjadi seputar ide dasar dari
didampingi oleh 2 anggota TKSO, yaitu Aan Setiaji dan mekanisme pemilihan Ketua Umum PP KAMMI dan hal-
Andriyana, ST. Komisi B dipimpin oleh Mastari dan hal lain seputar mekanisme pemilihan tersebut.
didampingi oleh anggota TKSO Samsul Bahri. Sementara
itu, Komisi C dipimpin oleh Ali Bastoni dan didampingi
oleh Amin Sudarsono dan Noval Abuzarr.

Hasil Keputusan Persidangan PRA MUKTAMAR VII KAMMI – Solo, 1-3 Oktober 2010 |
100

Anda mungkin juga menyukai