Anda di halaman 1dari 3

SAMPAIKAN WALAU HANYA SATU AYAT

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah

Mukjizat Al-Quran yang terpancar di alam semesta.

May 13, 2009 by Vien AM

“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS.Ali Imraan (3):190-191)

Kata mukjizat lazimnya diartikan sebagai suatu keajaiban ataupun kejadian luar biasa yang sangat sulit diterima oleh akal sehat dalam keadaan
normal. Dalam pengertian agama mukjizat biasa diberikan Allah SWT kepada para nabi dan rasul sebagai bukti suatu ke-Rasulan agar ia dapat
diterima masyarakatnya. Namun mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW agak berbeda. Mukjizat terbesar nabi penutup ini justru
terletak pada kitab suci Al-Quran itu sendiri. Bila mukjizat para pendahulu biasanya dapat langsung dirasakan pada saat itu juga, tidak demikian
dengan Al-Quran. Keajaiban Al-Quran justru terasa semakin lama semakin mengagumkan, mencengangkan sekaligus menggetarkan, sesuai
dengan makin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itulah umat Islam dituntut dari waktu ke waktu untuk belajar dan terus
belajar, mempelajari dan memperhatikan segala apa yang telah diciptakan-Nya.

“………Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat……..”. (QS.Al-Mujadillah(58:11).

Begitu berlimpahnya ayat-ayat berserakan di alam semesta ini bila manusia mau memperhatikan dan mempelajarinya. Hal ini tak lain agar
manusia dapat mengenal Sang Pencipta, Allah Azza wa jalla. Berbeda dengan manusia yang cenderung ‘pelit’ baik dalam hal harta maupun
ilmunya, Allah SWT berkehendak agar manusia dapat ikut memahami  dan mempelajari sebagian kecil dari ilmu-Nya, bagaimana caranya Ia 
menciptakan alam semesta, bagaimana Ia menghamparkan bumi dan isinya, bagaimana Ia menciptakan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan,
mengapa pula bisa terjadi berbagai  kejadian alam seperti hujan, angin, petir, badai dan sebagainya. Allah SWT sengaja memperlihatkan proses
tersebut tahapan demi tahapan selain untuk memperlihatkan kekuasaan-Nya juga agar mempermudah manusia mempelajarinya dan agar manusia
mau mensyukurinya.

“ Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”(QS.Al-Jatsiyah(45):13).

Padahal bila Ia berkehendak cukup hanya mengatakan “KUN FAYAKUN” maka terjadilah semuanya.

“……Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak
menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia.”(QS.Ali Imraan(3:47).

Maka bila demikian halnya tak satupun manusia akan mempunyai kesempatan untuk mengetahui sedikitpun rahasia-Nya. Manusia bakal
bagaikan robot-robot yang patuh dan tunduk tanpa kemauan apapun.  Ia hanya dapat pasrah. Dan dengan demikian tentu semua manusia tanpa
usaha akan masuk surga tanpa  proses secuilpun. Alangkah tidak dinamisnya hidup ini dan bila demikian tentu  tidak akan diperlukan adanya
khalifah di bumi ini.

Namun syukurlah  karena  Allah SWT tidak menghendaki yang demikian. Dunia adalah permainan yang amat menarik dan dinamis. Allah SWT
menantang manusia untuk berlomba menuju kemenangan. Dan sebagai imbalan Ia menyediakan surga bagi para pemenang dan neraka bagi para
pecundang. Siapa saja yang mampu memecahkan teka-teki tersebut, baik muslim ataupun bukan, ia akan menguasai dunia, alam akan ditaklukan
atas kehendak-Nya, ia akan mendapatkan manfaat yang banyak darinya, dengan satu syarat tidak boleh merusak alam tersebut.

“………… dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”(QS.Al-Fushilat(28):77).

Dan sebagai petunjuk Ia sebarkan ayat-ayat di segala penjuru alam semesta, itulah  Sunatullah. Bila ia melanggar aturan tersebut  ia akan
merasakan akibatnya, itulah hukum sebab-akibat, aksi-reaksi. Manusia adalah pemeran utama sedangkan mahluk-mahluk lain seperti hewan,
tumbuhan, gunung, sungai, bebatuan dan lain-lain adalah pemeran pembantu. Mereka tidak mempunyai kehendak apapun, selain tunduk dan
patuh pada aturan-Nya, semua prilakunya persis sesuai skenario Sang Sutradara. Allah SWT memerintahkan air untuk selalu tertarik ke pusat
bumi sebaliknya  gas menjauh dari pusat bumi, bulan berputar mengelilingi bumi, bumi berputar mengelilingi matahari sambil berotasi terhadap
dirinya sendiri demikian pula seluruh tatanan tata surya dan semua mahluk yang ada di alam semesta ini.

“ Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan dukhan(asap), lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.(QS.Al-
Fushilat(41):11).

Gravitasi hanyalah salah satu aturan main ciptaan-Nya agar manusia dapat ikut memahami permainan namun bila sekali-sekali Ia tidak ingin
mengikuti aturan main tersebut, itu adalah hakNya. Tak satupun mahluk yang dapat mencegahnya. Sebaliknya, Allah SWT amat menyayangi
mahluknya yang mau menggunakan hatinya untuk memahami, telinganya untuk mendengar,matanya untuk melihat dan  akalnya untuk berpikir.

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia,mereka mempunyai hati,tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata(tetapi)tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah)…….” (QS.Al-Araf
(7):179).

Ilmu Pengetahuan, Tehnologi dan  Sains saat ini berkembang dengan amat sangat pesatnya. Sebagai seorang muslim sudah semestinya bila kita
terus memantau perkembangan ini dengan seksama dan membandingkan berbagai temuan tersebut dengan apa yang telah disiratkan dalam Al-
Quran.   Pada tahun 1940-an dengan  bantuan teleskop raksasa “Hubble”, muncul teori “Big Bang” dan “Big Crunch” yaitu awal  penciptaan
alam semesta dan kebalikannya yaitu akhir dari alam semesta. Mereka berkesimpulan bahwa alam semesta ini bermula dari
“singularitas”,”kenihilan” yang kemudian berdentum’ (‘Big Bang’) sehingga menjadi luas dan terus semakin luas dan mengembang sebelum
akhirnya kembali mengkerut (‘Big Crunch’).

“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya…”(QS.Al-Anbiya(21):30). “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benar-benar meluaskannya”. (QS. Adz-Zaariyat (51) :47).

“ (Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama
begitulah Kami akan mengulanginya……”.(QS.Al-Anbiya(21):104).

Dan bukankah  dari ilmu pengetahuan kita tahu bahwa hujan adalah suatu proses berkesinambungan antara awan, angin dan  fenomena alam
lainnya?

“ Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus,………?” (QS.As-
Sajdah(31):27).

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya,
dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-
hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira”.(QS.Ar-Rum(30):48).

Bila kita mau memperhatikan ayat-ayat suci Al-Quran sungguh banyak sekali ayat-ayat yang sesuai dengan penemuan sains akhir-akhir ini. Allah
SWT tidaklah menciptakan alam semesta ini dengan sembarangan. “ Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (QS. Al-Hijr(15):21).

“ Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.” (QS. Yaasiin (36) :40).

Para ilmuwan saat ini menyadari bahwa alam semesta tercipta berdasarkan aturan-aturan dan rumus-rumus yang amat sangat rumit namun akurat,
bahkan sarat dengan perhitungan matematis.

” Demi langit yang mempunyai jalan-jalan ” (QS. Adz-Dzariyat(51):7).

Pernahkah kita terpikir apa yang dimaksud dengan jalan-jalan dilangit ?

Manusia pada zaman dahulu mungkin tidak dapat membayangkan hal ini bahkan memikirkannyapun mungkin tidak. Namun sekarang ini di
zaman yang serba canggih, di zaman dimana hampir semua orang dapat menikmati fasilitas telekomunikasi serba modern seperti radio, televisi,
komputer dan juga aneka telepon genggam hal tersebut menjadi mengejutkan. Bukankah berbagai jenis gelombang radio yang mampu
memberikan frekwensi tertentu untuk memberikan informasinya melalui berbagai fasilitas modern dan canggih itu berjalan melalui udara di atas
kita? Itukah maksud langit yang mempunyai jalan-jalan itu? Wallahu’alam.

“ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan………”.(QS. An-
Naml(27):88).

“ Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan? dan gunung-gunung sebagai pasak?”. (QS. An-Naba’(78):6-7).

Belakangan ini Sains membuktikan bahwa terjadi pergeseran lempeng kerak bumi 5-12cm pertahun dan disimpulkan bahwa dalam sejuta tahun
pergeseran tersebut berpotensi memindahkan sebuah benua 50-120 km!!. Para ahli geologi juga mengatakan bahwa gunung-gunung sebenarnya
dapat dikatakan memiliki “kaki” yang tertanam kuat didalam lapisan Astenosfer yg membuat kedudukan suatu benua/daratan mantap.  Sejarah
mencatat, bahwa bumi yang ada sekarang ini tidaklah sama dengan bumi pada masa awal pembentukan 12 milyar tahun yang lalu. Diperkirakan
300 juta tahun yang lalu, di bumi ini hanya ada satu daratan yang amat luas, “Pangea” yang terletak di lautan  yang juga amat luas ”Panthalasea”.
Kemudian 150 juta tahun kemudian daratan luas ini pecah menjadi “Gondwana” yang terdiri atas Antartika,Australia, Amerika Selatan serta
Afrika dan “ Laurasia” yang terdiri dari Asia, Eropa dan Amerika Utara. Baru 50 juta kemudian  keduanya terpisah hingga akhirnya seperti yang
tampak sekarang ini. Jadi begitulah agaknya cara gunung “berjalan”, ia tidak diam di tempat namun bergerak walaupun secara perlahan.
Bagaimana pula dengan ayat berikut?

“  Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi……. .”(QS. AtThariq(65):12).

Sejak kapankah manusia mengetahui bahwa bumi mempunyai tujuh lapisan atmosfer? Lapisan Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer,
Ionosfer, Eksosfer dan Magnetosfer. Tepat tujuh lapis!

Dan pernahkah kita terpikir mengapa sungai yang bermuara kelaut airnya tidak asin sebagaimana air laut? Mengapa keduanya tidak menyatu dan
bercampur, padahal tidak ada dinding pembatas diantara keduanya?

“ Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan
antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”(QS.Al-Furqan(25):53).

Tidak hanya itu. Pada tahun 1948, gambar-gambar satelit memperlihatkan dengan jelas adanya batas-batas air di laut Tengah yang panas lagi
sangat asin dan di samudra Atlantik yang temperatur airnya relatif lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah dari laut Tengah. Batas-batas
juga terlihat di antara Laut Merah dan Teluk Aden. Bagaimana pula akibatnya  bila air yang diturunkan dari langit atau air  yang kita ambil dari
dalam tanah untuk kita minum itu asin?

“ Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?
Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS.Al-Waqiyah(56):68-70).
Apa yang dikatakan sains tentang gosokan-gosokan  yang dapat menimbulkan percikan api?

Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dari gosokan-gosokan kayu).Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah
yang menjadikannya?”(QS.Al-Waqiyah(56):71-72).

Pertanyaannya dari mana nabi Muhammad SAW yang hidup lebih dari 14 abad yang lalu itu mengetahui semua ini? Padahal kenyataan
membuktikan diperlukan waktu berpuluh-puluh bahkan ratusan tahun bagi para ilmuwan untuk mengetahui suatu rahasia alam walaupun dengan
alat yang canggih sekalipun.

Namun sebaliknya bila sekarang ini ada temuan sains yang terlihat bertentangan dengan teks Al-Quran, sebenarnya ada dua kemungkinan. Yang
pertama mungkin data atau informasi yang didapat para ilmuwan belum tepat, sedang yang kedua mungkin pemahaman kita terhadap Al-
Quranlah yang kurang tepat. Tidak mungkin keduanya saling bertentangan. Karena dengan makin majunya tehnologi, pengetahuan juga makin
berkembang, maka akibatnya penafsiran terhadap Al-Quranpun juga dapat berkembang, terutama dalam hal yang berkaitan dengan ilmu ke-alam
semestaan.

“ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar…….” (QS. Al-Fushilat(41):53).

Walahu’alam.

- Mukjizat Al-Quran oleh M.Quraish Shihab.

Mukjizat Al Quran : Manusia Berasal dari Nutfah Amsyaz Posted by: dhonat on Monday, April 17, 2006 - 10:35

Hudzaifah.org - "Istri –istri kamu adalah ladang untukmu, maka garaplah ladangmu bagaimana kamu kehendaki". Apabila petani menanam
ketimun, diladangnya, maka jangan diharapkan yang tumbuh adalah buah kelapa, karena ladang hanya menerima benih. Ini berarti yang
menentukan jenis tanaman adalah petani bukan ladangnya. Perempuan atau istri oleh ayat diatas diibaratkan dengan ladang. Jika demikian
bukan perempuan yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang ditanam ayah di dalam rahim. Hasil
pertemuan antara sperma dan ovum dinamai Al Qur'an dengan "Nuthfah Amsyaz" .

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes Nuthfah amsyaz (yang bercampur). Kami hendak mengujinya dengan perintah
dan larangan Karena itu kami jadikan ia mendengar dan melihat." (Q.S Al Insan 76 : 2).

Pada tahun 1883, van Bender membuktikan bahwa sperma dan ovum memiliki peranan yang sama dalam pembentukan benih yang telah
bertemu itu,  pada tahun 1912 Morgan membuktikan peranan kromoson dalam pembentukan janin. Ada yang menarik untuk diketahui bahwa
kata "Amsyaz" berbentuk jamak  sedangkan bentuk tunggalnya adalah "Masyaj". Sementara itu kata "Nuthfah"  adalah bentuk tunggal, dan
bentuk jamaknya adalah "Nutafun". Sepantasnya terlihat bahwa redaksi "Nutfah Amsyaz" tidak lurus  karena ia berkedudukan sebagai Adjektif 
(sifat) dari Nutfah. Sedangkan dalam Bahasa Arab, antara sifat dan disifati harus sesuai. Jika feminine maka sifatnya pun demikian juga  jika
tunggal, maka sifatnya pun tunggal juga, serta jamak, juga jamak (plural). Di dalam ayat terlihat bahwa Nuthfah berbentuk tunggal, sedangkan
Amsyaz berbentuk Jamak. Apa gerangan sebabnya, kelirukah Al Qur'an..? (kalau orang yang tidak mengerti bahasa Arab, akan mengatakan Al
Qur'an keliru).

Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa jika sifat dari satu hal yang berbentuk tunggal, mengambil bentuk jamak, maka itu mengisyaratkan
bahwa sifat tersebut mencakup seluruh bagian-bagian kecil yang disifatinya (bukankah dalam Nutfah pancaran sperma dari lelaki mengandung
sekitar dua ratus juta benih manusia?). Dalam hal Nutfah maka sifat Amsyaz (bercampur), bukan sekedar bercampurnya dua hal sehingga
menyatu atau terlihat menyatu tetapi percampuran itu sedemikian mantap, sehingga mencakup seluruh bagian dari nutfah tadi. Nutfah Amsyaz
itu sendiri adalah hasil percampuran sperma, dan ovum, yang masing-masing memiliki 46 kromosom. Jika demikian wajar bila Al Qur'an
menggunakan bentuk jamak, untuk menyifati nutfah yang memiliki jumlah yang banyak dari kromosom itu. Dan Informasi Al Qur'an tidak
sampai disana. Dilanjutkannya, bahwa Nutfah tersebut dalam proses selanjutnya menjadi "Alaqah". 

"Kemudian Kami jadikan Nutfah itu "Alaqah" (Q.S Al Mukminun 23 : 14),

Pakar-pakar Embriologi menegaskan bahwa setelah menjadi pembuahan (amsyaz) maka Nutfah (yang sudah bercampur tadi )
tersebut melekat di dinding rahim. Dan inilah yang dimaksudkan Al Qur'an dengan "Alaqah". Kata "Alaqah", dalam kamus-kamus bahasa
mempunyai banyak arti, antara lain "segumpal darah", atau "Sejenis cacing " yang terdapat didalam air, bila diminum dapat melengket di
tenggorokan. Kata "Alaqah", akar katanya "Aliqa", Yang berarti "tergantung / Melengket". Jadi bagi wanita yang keguguran, biasanya banyak
penyebabnya  yang pasti janin tersebut tidak dapat lagi melengket di rahim sang calon ibu, bisa dikarenakan rahim wanita sendiri yang lemah,
atau karena sang janin itu sendiri yang lemah. Penyebabnya macam-macam, karena obat-obatan, makanan, atau kecapean, atau memang
lemah rahimnya. Wallahua'lam, yang pasti bagaimanapun semua atas kehendak dan takdir Allah SWT. Kalau Allah bilang : "Kun", (jadi), fayakun
(maka jadilah ia), kalau Allah bilang tidak jadi, maka tidak jadilah ia.

Kita boleh bertanya : "dari mana Muhammad SAW memperoleh informasi yang demikian akurat itu, padahal hakikat ilmiyah ini baru ditemukan
oleh ilmuwan setelah beributahun lebih dari kedatangan beliau ?" itulah wahyu Allah yang maha mengetahui, yang mana ayat-ayatnya selalu
relevan (sesuai), dengan perkembangan zaman kapan dan dimana sajapun. Karena Allah maha mengetahui, dan disampaikan-Nya pada hamba
pilihanNya.

Anda mungkin juga menyukai