Anda di halaman 1dari 89

Analisis Input – Output

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Daftar isi
 Pengertian dan konsep dasar
 Analisis angka pengganda (multiplier)
 Input-output region tunggal
 Input-output antarregion
 Analisis keterkaitan antarsektor
 Model input-output tertutup

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Pengertian dan konsep
dasar

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Proses produksi

Input primer Pemakai akhir


(primary input) (final demander/user)

INPUT OUTPUT

Input antara Pemakai antara


(intermediate input) (intermediate user)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Transaksi input antara
 Dalam konteks input antara terjadi arus/perpindahan barang
antarsektor. Misalkan dari sektor i ke sektor j.
 Bisa juga terjadi intrasektor, yaitu dari sektor i ke i itu sendiri

 Xi ialah bahwa total output sektor i,


zij ialah nilai uang dari arus barang
--atau nilai transaksi-- dari sektor i ke sektor j
Yi ialah total permintaan akhir sektor i .
Jika ada n sektor di ekonomi, dapat dituliskan bahwa
Xi = zi1 + zi2 + zi3 + . . . zin + Yi

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Untuk seluruh perekonomian
 Terdapat n-buah (artinya n-baris) persamaan seperti di atas, yang dapat
dinyatakan dalam suatu sistem persamaan seperti berikut

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Baris vs. kolom
 Secara baris, kita melihat
struktur distribusi output antara
masing-masing sektor
Ke pemakai antara dan
pemakai akhir

 Secara kolom, kita melihat


distribusi input antara masing-
masing sektor
Dari produsen input antara dan
input primer

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dalam satu tabel

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Tiga matrix dasar
Y1   C 1  G1  I 1  E1 
Y   
Y2  C 2  G2  I 2  E2 

 z11 z12 
Z 
 z21 z22 
 L1 L2 
W 
 N1 N 2 

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Sampai saat ini …
 Seluruh informasi mengenai struktur input dan output
produksi telah diletakkan dalam suatu tabel yang relatif utuh
 Tabel tersebut tidak lain adalah suatu gambar atau potret
perekonomian di satu titik waktu

 Kini waktunya untuk analisis lanjutan

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Koefisien input-output (i-o coefficient)
 Nama lain: koefisien input langsung (direct input coefficient)

zij
aij 
Xj

a32 = 0,3 berarti untuk


memproduksi setiap
Rp 1 output sektor 2,
dibutuhkan input
antara dari sektor 3
sebesar 30 sen

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Matriks teknologi
 Jika ada n sektor, maka akan ada
nxn banyaknya koefisien input-
output aij.

 Keseluruhan koefisien tersebut


dapat disajikan dalam sebuah
matriks A sebagai berikut

 Matriks ini disebut pula matriks


teknologi

 Salah satu konsekuensi dari zij


perhitungan koefisien input-output aij   zij  aij X j
ialah sebagai berikut: Xj

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dengan beberapa manipulasi aljabar …
 Dengan menyatakan bahwa

zij = aij . Xj

maka sistem persamaan kita


yang terdahulu dapat dituliskan
ulang dalam bentuk berikut

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dan beberapa manipulasi aljabar lagi …

 X 1  a11 X 1  a12 X 2    a1 n X n  Y1 (1  a11 ) X 1  a12 X 2    a1 n X n  Y1


 
 X 2  a21 X 1  a22 X 2    a2 n X n  Y2 a21 X 1  (1  a22 ) X 2    a2 n X n  Y2
 
 
 X  a X  a X   a X  Y a X  a X    (1  a ) X  Y .
 n n1 1 n2 2 nn n n  n1 1 n2 2 nn n n

1  a11 a12  a1 n   X 1   Y1 


 a 1  a22  a2 n   X 2  Y2 
 21 
          
    
 an 1 an 2  1  ann   X n  Yn 

(I - A)X = Y
2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved
Sehingga jika kita bertanya:
 Bagaimanakah efek suatu perubahan eksogen (yaitu perubahan pada
nilai permintaan akhir Y) terhadap output X?

Kita ketahui bahwa (I – A)X = Y. Maka,

X = ( I – A )-1 Y
Matriks
Leontief Inverse

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Leontief Inverse dan pengganda Keynes

-1
X = (I - A) Y
 b11 b12  b1 n 
b b22  b2 n 
(I - A)  B   21
-1
    
 
bn 1 bn 2  bnn 

Y 1
(1  c )
(C 0  I 0  G0 )

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Kasus hipotetis

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Leontief inverse

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Perubahan final demand

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dalam bentuk tambahan (incremental)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Beberapa konsep
tambahan

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Efek langsung dan tidak langsung
 Jika terjadi tambahan permintaan akhir tentunya tambahan tersebut
haruslah diproduksi, dan otomatis menjadi tambahan output. Di contoh
kasus kita di atas, terjadi tambahan permintaan akhir untuk sektor 1
sebesar 200. Otomatis output sektor 1 harus naik setidaknya sebesar 200
tersebut. Inilah yang disebut dengan EFEK LANGSUNG

 Memproduksi tambahan output akibat efek langsung tadi memerlukan


input dan bahan baku dari sektor 2. Bagi sektor 2 ini adalah tambahan
permintaan. Namun dalam proses produksinya, sektor 2 membutuhkan
input pula dari sektor 1 → sehingga output sektor 1 lag-lagi naik. Kenaikan
karena keterkaitan antarsektor ini disebut dengan EFEK TIDAK
LANGSUNG

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Round-by-round effect

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Jika dilakukan terus menerus …

 Bagaimana membuktikan bahwa jika tahap-tahapan tersebut


dilakukan terus menerus hingga tambahan output yang
diperlukan oleh setiap sektor adalah nol, maka nilai total
output yang diperlukan tersebut akan dapat dinyatakan dalam
X = (I – A)-1 Y

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Pembuktiannya begini:

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Konsekuensi efek langsung
 Koefisien aii nilainya harus lebih besar dari 1. Membuktikannya?

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Presentasi grafis sistem solusi
Dalam model 2-sektor, sistem Secara grafis, harus didapatkan
persamaannya adalah sbb.: sedemikian hingga solusinya ada
di kuadran I (yaitu, jumlah input yang
(1  a11 ) X 1  a12 X 2  Y1
 digunakan haruslah positif
a21 X 1  (1  a22 ) X 2  Y2

Kedua persamaan tersebut dapat


dinyatakan dalam bentuk
X2 = f ( X1)
dan agar solusinya berada di
kuadran I maka kemiringan dua garis
tersebut haruslah memenuhi syarat
tertentu
2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved
Syarat solusi yang relevan:
Dua persamaan garis
a
a21 X 1  (1  a22 ) X 2  Y2  X2  1
(1  a22 )
Y2  (1  a2122 ) X 1
(1  a11 )
(1  a11 ) X 1  a12 X 2  Y1  X2  1
a21
Y1  a12
X1

Maka harus dipenuhi kendala bahwa:

Dua komponen ini


harus positif
Hawkin-Simons Condition
Ini tidak lain adalah determinan
matriks A, sehingga | I – A | > 0

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Efek tidak langsung – IO Indonesia 1990

Kode tabel
1 Pertanian
2 Pertambangan
& penggalian
3 Industri
4 Listrik, gas &
air minum
5 Konstruksi
6 Jasa non-publik
7 Jasa publik
& jasa lainnya
8 Kegiatan yg tdk
jelas batasannya

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Analisis angka
pengganda (multiplier)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Angka pengganda
 Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang terjadi
terhadap variabel-variabel endogen, yaitu output sektoral,
apabila terjadi perubahan variabel-variabel eksogen, seperti
permintaan akhir, di perekonomian

Perubahan
Perubahan
variabel eksogen
variabel endogen
--- konsumsi, investasi,
--- output/produksi ---
pengeluaran pemerintah ---

Angka pengganda
(multiplier)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Tiga macam angka pengganda

 Pengganda output (output multiplier)

 Pengganda pendapatan rumah tangga


(income multiplier)

 Pengganda tenaga kerja (employment multiplier)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Angka pengganda output

 Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor


tertentu (katakan sektor i), berapa besar tambahan output
sektor tersebut?

Rp 1 tambahan final demand


di sektor i Tambahan output
--- konsumsi, investasi, di sektor i
pengeluaran pemerintah ---

Angka pengganda output


(output multiplier)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
 0,1 0,2   1,228 0,351 
A  (I  A)1   
 0,3 0,3   0,526 1,579 

Katakan terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1 untuk sektor 1


sementara final demand sektor 2 tidak berubah. Dituliskan,

1 
Y    Dengan menggunakan X  (I  A)1 Y
0 
 1,228 0,351   1   1,228 
X    0   0,526 
 0,526 1,579    

Angka pengganda (multiplier) output sektor 1:

1,754 unit uang


O1   1,754
1 unit uang

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Untuk sektor 2, dan seterusnya …
Dengan cara yang sama, jika terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1
untuk sektor 2, sementara final demand sektor 1 tidak berubah, maka

0 
Y    Dengan menggunakan X  (I  A)1 Y
1 
 1,228 0,351  0  0,351 
X     1    1,579 
 0,526 1,579    

Angka pengganda (multiplier) output sektor 2:


1,930 unit uang
O2   1,930
1 unit uang

n
Sehingga secara umum dapat dituliskan O j   bij
i 1
2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved
Angka pengganda pendapatan RT
 Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu
(katakan sektor i), berapa besar tambahan pendapatan rumah tangga di
sektor tersebut?
 Pendapatan rumah tangga berasal dari penerimaan gaji/upah tenaga kerja
– yang pada gilirannya merupakan proporsi tertentu dari output yang
diproduksi

Rp 1 tambahan final demand Tambahan


di sektor i Tambahan output pendapatan
--- konsumsi, investasi, di sektor i rumah tangga
pengeluaran pemerintah --- di sektor i

Angka pengganda
Angka pengganda output pendapatan rumah tangga
(output multiplier) (household income
multiplier)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Hubungan output-pendapatan rumah tangga
 Pendapatan rumah
tangga berasal dari
pembayaran upah/gaji
oleh sektor produksi

 Untuk setiap Rp1


output sektor i,
berapakah proporsi
yang dikeluarkan untuk
membayar upah/gaji?

 Dapat dilihat pada mat-


riks input primer. Biasa-
nya diletakkan sebagai
input primer pertama Sehingga, proporsi upah/gaji dalam struktur produksi
Sektor i dapat dilihat pada koefisien an+1,i

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
 1,228 0,351 
(I  A)1   
0,526 1,579 

Tambahan pendapatan rumah tangga:

H 1  (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297
H 2  (0,2)(0,351)  (0,35)(1,579)  0,6228

Ini adalah SIMPLE HOUSEHOLD


INCOME MULTIPLIER, dinotasikan:
an 1,1  0,2
n
an 1,2  0,35 H j   an  1,i bij
i 1

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Efek awal alternatif  Type-I multiplier

Di contoh terdahulu, angka multiplier Alternatif lain adalah dengan


didapatkan dengan menggunakan menggunakan efek awal sebesar
efek awal (initial effect) dari perubahan proporsi upah/gaji dalam total output,
sektoral, yaitu sebesar Rp 1. Sehingga: yaitu koefisien an+1,j. Sehingga:

(0,2)(1,228)  (0,35)(0,526)
H 1  (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297 Y1   2,148
0,2

0,4297 unit uang


H1   0,4297
1 unit uang Ini disebut dengan
TYPE-1 HOUSEHOLD INCOME
MULTIPLIER

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Angka pengganda tenaga kerja
 Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu
(katakan sektor i), berapa besar tambahan penyerapan tenaga kerja di
sektor tersebut?
 Terdapat hubungan yang proporsional antara output yang diproduksi
dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jika kita ketahui besar
tambahan output yang akan diproduksi, maka dapat dihitung pula jumlah
tenaga kerja yang diperlukan

Rp 1 tambahan final demand Tambahan


di sektor i Tambahan output serapan
--- konsumsi, investasi, di sektor i tenaga kerja
pengeluaran pemerintah --- di sektor i

Angka pengganda
Angka pengganda output
tenaga kerja
(output multiplier)
(employment multiplier)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
Kita membutuhkan data jumlah pekerja
 1,228 0,351 
Di setiap sektor. Katakan data yang ada: (I  A)1   
Sektor 1 = 4 orang pekerja 0,526 1,579 
Sektor 2 = 10 orang pekerja

Selanjutnya dapat dihitung rata-rata output Tambahan jumlah pekerja:


sektoral untuk tiap pekerja:
E1  (1,228)(0,004)  (0,526)(0,005)  0,0075
Xj
wj  E2  (0,351)(0,004)  (1,579)(0,005)  0,0093
Lj

4 Ini adalah SIMPLE EMPLOYMENT


Berarti: w1   0,004
1000 MULTIPLIER, dinotasikan:

10 n
w2 
2000
 0,005
E j   wn  1,i bij
i 1

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Efek awal alternatif  Type-I multiplier

Alternatif lain adalah dengan


Di contoh terdahulu, angka multiplier menggunakan efek awal sebesar
didapatkan dengan menggunakan proporsi upah/gaji dalam total output,
efek awal (initial effect) dari perubahan yaitu koefisien wj. Sehingga:
sektoral, yaitu sebesar Rp 1. Sehingga:

0 ,0075
E1  (1,228)(0,004)  (0,526)(0,005) W1   1,875
0 ,004
 0,0075 0 ,0093
W2   1,860 .
E2  (0,351)(0,004)  (1,579)(0,005) 0 ,005
 0,0093

Ini disebut dengan


TYPE-1 EMPLOYMENT MULTIPLIER

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Data input-output Indonesia 1990

Kode tabel
1 Pertanian
2 Pertambangan
& penggalian
3 Industri
4 Listrik, gas &
air minum
5 Konstruksi
6 Jasa non-publik
7 Jasa publik
& jasa lainnya
8 Kegiatan yg tdk
jelas batasannya

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Angka pengganda pendapatan RT

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Angka pengganda tenaga kerja

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Input-output regional

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Motivasi
 Mengapa mempelajari input-output tingkat regional?

 Karakteristik dan ciri suatu perekonomian regional bisa jadi berbeda


dengan perekonomian nasionalnya.
 Semakin kecil suatu perekonomian, semakin besar ketergantungannya
kepada faktor-faktor eksogen dari luar perekonomian tersebut

 Input-output nasional tidak begitu saja dapat digunakan untuk


menganalisis suatu perekonomian regional

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Input-output regional

 Input-output region tunggal

 Input-output antarregion

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Input-output region
tunggal

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Koefisien teknologi regional

 Koefisien teknologi regional bisa didapatkan dengan dua


cara:

 Metode survei, menanyakan kepada pelaku ekonomi di region ybs.


tentang struktur produksinya

 Metode non-survei, dengan mengambil suatu patokan (biasanya


perekonomian nasional) dan melakukan proses penyesuaian koefisien

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Metode survei
 Perusahaan ditanyai tentang struktur inputnya: input antara
dan input primer

 Untuk mendapatkan koefisien teknologi regional, maka


perusahaan juga perlu memberitahukan besarnya input yang
berasal dari dalam region sendiri dan besarnya input yang
berasal dari luar region

 Rumit vs. layak?

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Metode non-survei
 Mengambil patokan (proxy) bagi perekonomian regional yang sedang
diteliti

 Alternatifnya?
 Perekonomian nasional
Asumsinya ialah bahwa struktur produksi (atau teknologi) di tingkat nasional
sama dengan di tingkat regional
 Perekonomian region lain
Bagaimana memilih region lain yang “mirip” dengan region yang sedang diteliti

 Melakukan proses penyesuaian (adjustment) dari koefisien nasional (atau


koefisien regional daerah lain) untuk menunjukkan koefisien regional
daerah yang sedang diteliti

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Penyesuaian nasional-regional

Matriks teknologi (A) Matriks teknologi (A)


Nasional Regional

Koefisien penyesuaian
(adjustment coefficient)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Koefisien Penyesuaian (1)
Location quotient Yi R Yt R
 LQi  N N
Yi Yt
LQ dapat dihitung dengan data pendapatan atau tenaga kerja

 aij jika LQi  1
 Kriteria penyesuaian: a 
R
ij
aij . LQi
 jika LQi  1

 Dengan begitu, didapatkan matriks A baru yang relevan untuk region yang
sedang diteliti

 Data yang dibutuhkan hanyalah data untuk menghitung LQ (untuk tiap


sektor)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Koefisien Penyesuaian (2)
X iR  E iR
 Regional supply percentage p iR 
X iR  E iR  M iR

 piR = 0,7 berarti 70% dari keseluruhan persediaan barang sektor i, yang
ada di region tersebut, berasal dari produksi region itu sendiri. Selebihnya
(yaitu yang 30%) berasal dari luar region

 Metode penyesuaian:
Kalikan baris i dari matriks teknologi A dengan regional supply percentage piR .
Maka akan didapatkan matriks A baru yang relevan untuk region yang sedang
diteliti

 Data yang dibutuhkan adalah output, ekspor dan impor setiap sektor di
tingkat regional

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Metode RAS partial-survey
 Metode survei seringkali menjadi terlalu mahal untuk dapat membuat
matriks transaksi input-output. Di samping itu pertanyaan yang harus
dijawab oleh sektor usaha sangatlah rinci dan sulit
 Namun, metode non-survei seringkali dianggap terlampau sederhana
untuk menangkap kondisi perekonomian daerah

 Metode partial-survey merupakan kompromi, di mana survey yang


dilakukan tidak harus serinci metode survey. Sektor usaha tetap
dimintakan informasi tentang struktur input-nya, tetapi tidak harus
mengidentifikasi region asal input dan region penerima outputnya.

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Prinsip dasar metode RAS

Total output antara


Matriks transaksi
antara (A)

Nasional
Total input antara

Total output antara


Total input
???
Matriks transaksi
antara (A) regional
???

Regional
Total input antara

Total input
2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved
Analisis input-output regional

 Setelah didapatkan matriks koefisien input regional, maka


analisis dapat dilakukan seperti halnya dengan input-output
nasional

 Sebagai contoh, analisis angka pengganda (multiplier), analisis


keterkaitan antarsektor, dst.

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Input-output
antarregion (IRIO)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Struktur IO region tunggal
Sektor Permintaan akhir
1 2 3 ... n C I G
1
2 Total
3 Transaksi Permintaan akhir
Sektor : Output
antarindustri
n

Upah
Input Profit Input primer
Primer Pajak
:

Total Input

Transaksi Koefisien input (A) -


Leontief inverse (I-A) 1
antarindustri

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Matriks transaksi antarregion

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Struktur IO antarregion

Region 1 2 3 Permintaan akhir Total


Sektor 1 ... n 1 ... n 1 ... n C I G Output
1
1 :
n
1
2 :
n
1
3 :
n

Input Upah
Primer Profit
:
Total Input

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Struktur data survei
 Selain transaksi intraregion, juga dibutuhkan data mengenai
transaksi antarregion

 Lebih spesifik lagi, sektor usaha harus dapat mengidentifikasi


dari region mana asal dari setiap input antara dan input
primer yang digunakan dalam proses produksi

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Efek umpan balik antarregion

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Contoh kasus hipotetis

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Leontief inverse antarregional

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Analisis keterkaitan
(linkage analysis)

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Jenis analisis keterkaitan
 Backward Linkage
 Forward Linkage

 Beberapa aplikasi:

 Multiplier product matrix (MPM) analysis


 Extraction method

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Backward linkage – keterkaitan ke belakang
 Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan output
sektor-sektor lainnya, melalui dua cara.
 Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatkan permintaan input
sektor i tersebut.
 Input sektor i tadi ada yang berasal dari sektor i sendiri, ada pula yang
berasal dari sektor lain, katakan (di model dua sektor) sektor j. Sektor i
meminta output sektor j lebih banyak dari sebelumnya, yang berarti harus
ada peningkatan output sektor j.
 Peningkatan output sektor j ini, pada gilirannya, akan meningkatkan
permintaan input sektor i itu sendiri, Begitu seterusnya, terjadi keterkaitan
antarsektor industri tersebut.
 Keterkaitan antarsektor industri yang seperti ini disebut dengan
keterkaitan ke belakang (backward linkage), karena keterkaitannya
bersumber dari mekanisme penggunaan input produksi

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Ukuran backward linkage

n
 Direct backward linkage B ( d ) j   a ij
i 1

n
 Total backward linkage B(d  i ) j   bij
i 1

Terdiri dari komponen efek langsung dan efek tidak langsung,


di mana b adalah elemen Leontief inverse

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Forward linkage – keterkaitan ke depan
 Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong
peningkatan output sektor-sektor lainnya, melalui dua cara.
 Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatkan
distribusi output sektor i tersebut. Hal ini membuat sektor lain
memiliki input produksi yang lebih banyak.
 Karena itu sektor-sektor lain akan meningkatkan pula proses
produksinya, yang pada gilirannya mendistribusikan output
produksi yang lebih banyak lagi
 Keterkaitan antarsektor industri yang seperti ini disebut
dengan keterkaitan ke depan (forward linkage), karena
keterkaitannya bersumber dari mekanisme penggunaan
output produksi

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Ukuran forward linkage

n
 Direct forward linkage F ( d )i   a ij
j 1

n
 Total forward linkage F (d  i )i   bij
j 1

Terdiri dari komponen efek langsung dan efek tidak langsung,


di mana b adalah elemen Leontief inverse

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Contoh kasus hipotetis
transaksi antarsektor transaksi antarsektor transaksi antarsektor
tahun 1 tahun 2 tahun 3

10 30 40 90 15 37 45 95 25 30 40 95
3 2 2 4 13 22 25 8 23 32 35 38
12 19 12 13 14 13 21 32 24 33 31 22
9 2 1 4 9 22 15 15 19 32 25 15

160 70 90 130 150 170 190 230 155 190 200 250

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


2.0000

1.6000
Series1
forward linkage 1.2000
Series2
0.8000
Series3
0.4000
Series4
0.0000
1 2 3

1.6000

Series1
1.2000

backward linkage
Series2
0.8000

Series3
0.4000

Series4
0.0000
1 2 3

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Multiplier product matrix (MPM)
 Beberapa analisis melihat keterkaitan antarsektor lebih dari
sekedar penghitungan keterkaitan ke belakang dan ke muka.
 Satu metode analisis yang dapat digunakan ialah dengan
menghitung multiplier product matrix atau MPM.
 Penghitungan MPM ini dilakukan dengan membuat dua
indeks seperti yang diusulkan oleh Rasmussen.
 Pertama ialah power dispersion for the backward linkage, dan
kedua ialah index of sensitivity of dispersion for forward
linkage

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


BL dan FL, sekali lagi …
 Power dispersion for the backward linkage

BL j 
b 1
n i ij

1
n Bi ( d  i ) Bi (d  i )

1
n2  i j
bij n
1
2 V nV
1

 Indices of sensitivity of dispersion for forward linkage


 j bij
1
n
1
n
Fi (d  i ) Fi (d  i )
FL i   
1
n2
i  j ij
b 1
n2
V 1V
n

 Kedua indeks BL dan FL ini dinormalisir dengan rata-rata elemen matriks


kebalikan Leontief
 Membandingkan total kolom/baris matriks kebalikan Leontief bisa jadi bukan
perbandingan yang setara. Kesetaraan didapat dengan menormalisir total
kolom/baris tersebut dengan suatu nilai rata-rata yang didapatkan dari matriks
kebalikan Leontief yang bersangkutan

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Formula MPM

 MPM pada prinsipnya adalah suatu teknik penyajian peringkat


sektor-sektor berdasarkan nilai forward dan backward linkage.
Secara formal rumusannya ialah sebagai berikut

1
M   F (d  i )  B (d  i )  m ij
V
 

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Karakteristik MPM
 Matriks M ini memiliki karakteristik yang identik dengan
karakteristik matriks kebalikan Leontief perekonomian yang
bersangkutan.

 Berdasarkan penjumlahan kolom


 j m ij 
1
V

 j Fi (d  i )  B j (d  i )  Fi (d  i )

 Berdasarkan penjumlahan baris


i m ij 
1
 
 Fi (d  i )  B j (d  i )  B j (d  i )
V i

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Teknik penyajian

 Kolom dan baris matriks M dapat diperingkatkan menurut


peringkat backward linkage (untuk kolom) dan peringkat
forward linkage (untuk baris). Dengan demikian kita dapatkan
gambaran mengenai hirarki sektor-sektor produksi di
perekonomian berdasarkan keterkaitannya baik ke muka
maupun ke belakang

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Kasus hipotetis terdahulu

tahun 1 tahun 2 tahun 3

1.000 1.000 1.000

0.800 0.800 0.800

0.600 0.600 0.600

0.400 0.400 0.400

1 0.200 1 0.200 1 0.200


3 3 3
2 0.000 2 0.000 2 0.000
4 1 4 1 4 1
3 4 3 4 3
4 2 2
2

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


MPM Indonesia - 19 sektor

1985 1990 1995

0.200 0.250 0.250

0.180

0.160 0.200
0.200

0.140

0.150
0.120 0.150

0.100
0.100
0.080 0.100

0.060
0.050
0.040 0.050

0.020
97 0.000
1013
1 415
97 0.000 97 0.000 8 11
1013 163 4 14
1 1013 818 9 15 12
415 8 11 14 11 18 10
163 12 4 14 1516 4 14 8 1112 6 3
2 16 19
818
18 10
9 15 38 9 1512 5 14 13 5
1112 6 3 1811 1810 6 19 2 7
2 19 12 25 19 6 3 17 17 1
5 14 5 16 5 16
6 19 7 13 14 7 13
1 2 619 1 2
17 17 17 17

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Metode ekstraksi (extraction method)
 Pada awalnya, metode ini diarahkan untuk mencari besarnya
tingkat kepentingan suatu sektor di perekonomian

 Dengan metode ini, pertanyaan yang diajukan adalah:

Berapa besar dampak output apabila suatu sektor hilang (extracted


out) dari perekonomian ?

 Suatu sektor hilang?

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Ekstraksi: sektor vs. region
 Hilangnya suatu sektor
 Perubahan definisi sektoral
 Perubahan struktur ekonomi dalam jangka panjang

 Hilangnya suatu region


 Perpecahan region dari suatu negara: Ceko-Slovenia, Rusia, TimTim,
dsb.

 Jangka pendek – dari situasi perdagangan ke situasi autarki.


Jangka panjang?

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Region 1 hilang dari perekonmian
 Matriks koefisien input (A) dan kebalikan Leontief (L) dapat dituliskan
sebagai berikut:
 A 11 A 1R   L1 1 L1 R 
A   R1  L   R1 
A A RR  L LRR 

 Ekstraksi berarti komponen A1R and AR1 be dipaksa menjadi nol. Output di
sistem ini menjadi
 (I  A 1 1 )1 0  f1 
x   
 0 (I  A RR )1   f R 

 Selisihnya dengan output ketika belum ter-ekstraksi ialah


 x1  x1    L
11
L1 R  (I  A 1 1 )1 0  f 
1
x x  R R 
  R1   R 
 x  x    L LRR   0 (I  A RR )1  
 f 

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Output hilang di region 1: dua dampak
 Output hilang di region 1 karena region 1 tidak lagi berhubungan dengan
R
x 1  x 1  (L1 1  (I  A 1 1 )1 )f 1    L1 R f R 

 Dampak langsung atau lokal (local or direct impact) dicerminkan oleh


komponen pertama. Ini adalah jumlah output yang tidak akan diproduksi
dalam konteks permintaan akhir region 1
 Dampak tidak langsung (indirect impact) dicerminkan oleh komponen
kedua. Ini adalah sejumlah output yang tidak akan tercipta dalam konteks
permintaan akhir dari R

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Output hilang di region R: dua dampak
 Output hilang di region R karena region R tidak lagi berhubungan dengan
1
x R  x R   (LRR  (I  A RR )1 )f R    LR 1 f 1 

 Dampak langsung atau lokal (local or direct impact) dicerminkan oleh


komponen pertama. Ini adalah jumlah output yang tidak akan diproduksi
dalam konteks permintaan akhir region R
 Dampak tidak langsung (indirect impact) dicerminkan oleh komponen
kedua. Ini adalah sejumlah output yang tidak akan tercipta dalam konteks
permintaan akhir dari 1

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Efek hilangnya Timor Timur

Dampak total Rp 4241.52 billion

Dampak antarregional Rp 4154.92 billion


(97.9% dari total)
Distribusi interregional Sumatra 4.5%
Jawa-Bali 54.4%
Kalimantan 30%
Sulawesi 9.0%
Prop di timur 1.8%

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Determinan dampak ekstraksi
 Model dasar: EI ij  f (Z i , Z j )

di mana EIij adalah dampak output di region i karena ekstraksi


region j; Zi dan Zj adalah karakteristik ekonomi region i dan
region j.

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved


Hasil regresi

Makin tinggi PDRB


 makin tinggi dampak ekstraksi 
makin tinggi interaksi

Pengeluaran pemerintah secara


umum cenderung meningkatkan
dampak ekstraksi

Pengeluaran pemerintah daerah


cenderung meningkatkan dampak
ekstrasi -- sementara peningkatan
pengeluaran pemerintah pemerintah
pusat cenderung menurunkan
dampak ekstraksi

2004 Suahasil Nazara -- All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai