DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN, S.Kep
NIM 010030170 B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUSI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002
2
LEMBAR PENGESAHAN
Subhan, S.Kep
NIM. 010030170 B
ETIOLOGI/PENYEBABNYA
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia sampai sekarang
belum diketahui secara pasti, tetapi hanya 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya
Benign Prostatic Hyperplasia yaitu testis dan usia lanjut.
Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa yang diduga
timbulnya Benign Prostatic Hyperplasia antara lain :
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel
dan stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
2. Ketidak seimbangan estrogen – testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan
terjadinya hyperplasia stroma.
3. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan
penurunan transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan
epitel.
4. Penurunan sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan
epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit.
(Roger Kirby, 1994 : 38).
ANATOMI DAN FISIOLOGI PROSTAT
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi / mengitari uretra
posterior dan disebelah proximalnya berhubungan dengan buli-buli, sedangkan
bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma urogenital yang sering
disebut sebagai otot dasar panggul. Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih
sebesar buah kemiri atau jeruk nipis. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4
cm, dan tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm. Beratnya sekitar 20 gram.
Prostat terdiri dari :
Jaringan Kelenjar ® 50 - 70 %
Jaringan Stroma (penyangga)
30 - 50 %
Kapsul/Musculer
Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang banyak mengandung enzym yang
berfungsi untuk pengenceran sperma setelah mengalami koagulasi (penggumpalan) di
dalam testis yang membawa sel-sel sperma. Pada waktu orgasme otot-otot di sekitar
prostat akan bekerja memeras cairan prostat keluar melalui uretra. Sel – sel sperma
yang dibuat di dalam testis akan ikut keluar melalui uretra. Jumlah cairan yang
dihasilkan meliputi 10 – 30 % dari ejakulasi. Kelainan pada prostat yang dapat
mengganggu proses reproduksi adalah keradangan (prostatitis). Kelainan yang lain
sepeti pertumbuhan yang abnormal (tumor) baik jinak maupun ganas, tidak
memegang peranan penting pada proses reproduksi tetapi lebih berperanan pada
terjadinya gangguan aliran kencing. Kelainanyang disebut belakangan ini
manifestasinya biasanya pada laki-laki usia lanjut.
Patofisiologi
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan
otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine
difertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan
pada saluran kencing bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptom/LUTS
Pada fase-fase awal dari Prostat Hyperplasia, kompensasi oleh muskulus destrusor
berhasil dengan sempurna. Artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah.
Pada fase ini disebut Sebagai Prostat Hyperplasia Kompensata. Lama kelamaan
kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah,
kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat
sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir seringkali
intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan
ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat
nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine
secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli
tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi
lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor
memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat
(FASE DEKOMPENSASI)
KERUSAKAN GINJAL
GAGAL GINJAL
Proses Miksi
Fase pengisian
Fase ekspulsi :
Reseptor Strecth
Syaraf Otonom PS S2 - 4
BPH P up meningkat
Hipertropi
Status Nutrisi
- Status nutrisi klien praoperatif secara langsung mempengaruhi responnya
pada trauma pembedahan dan anestesi. Setelah terjadi luka besar, baik
karena trauma atau bedah, tubuh harus membentuk dan memperbaiki
jaringan serta melindungi diri dari infeksi. Untuk membantu proses ini,
klien harus meningkatkan masukan protein dan karbohidrat dengan cukup
untuk mencegah keseimbangan nitrogen negatif, hipoalbuminemia, dan
penurunan berat badan. Status nutrisi merupakan akibat masukan tidak
adekuat, mempengaruhi metabolik atau meningkatkan kebutuhan
metabolik.
Status emosi.
- Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan
yang direncanakan tergantung pada pengalaman masa lalu, strategi
koping, signifikan pembedahan dan sistem pendukung.
- Kebanyakan klien dengan pembedahan mengalami ancietas dan ketakutan
yang disebabkan penatalaksanaan tindakan operasi, nyeri, dan
immobilitas.
1. Pemeriksaan Fisik
Perhatian khusus pada abdomen ; Defisiensi nutrisi, edema, pruritus,
echymosis menunjukkan renal insufisiensi dari obstruksi yang lama.
Distensi kandung kemih
Inspeksi : Penonjolan pada daerah supra pubik ® retensi urine
Palpasi : Akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan pasien
ingin buang air kecil ® retensi urine
Perkusi : Redup ® residual urine
Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan adanya penyebab lain misalnya
stenose meatus, striktur uretra, batu uretra/femosis.
Pemeriksaan Rectal Toucher (Colok Dubur) ® posisi knee chest
Syarat : buli-buli kosong/dikosongkan
Tujuan : Menentukan konsistensi prostat
Menentukan besar prostat
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada Pemeriksaan Radiologi ditujukan untuk
a. Menentukan volume Benign Prostatic Hyperplasia
b. Menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residual urine
c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan Benign
Prostatic Hyperplasia atau tidak
3. Pemeriksaan Endoskopi.
4. Pemeriksaan Uroflowmetri
Berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-
buli
Q max : > 15 ml/detik ® non obstruksi
10 - 15 ml/detik ® border line
< 10 ml/detik ® obstruktif
5. Pemeriksaan Laborat
Urinalisis (test glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na,/K,
Protein/Albumin, pH dan Urine Kultur)
Jika infeksi:pH urine alkalin, spesimen terhadap Sel Darah Putih, Sel Darah
Merah atau PUS.
RFT ® evaluasi fungsi renal
Serum Acid Phosphatase ® Prostat Malignancy.
Intervensi:
A Non Pembedahan
1. Memperkecil gejala obstruksi ® hal-hal yang menyebabkan pelepasan
cairan prostat.
(1) Prostatic massage
(2) Frekuensi coitus meningkat
(3) Masturbasi
B. Pembedahan
1. Trans Uretral Reseksi Prostat : 90 - 95 %
2. Open Prostatectomy : 5 - 10 %
BPH yang besar (50 - 100 gram) ® Tidak habis direseksi dalam 1 jam.
Disertai Batu Buli Buli Besar (>2,5cm), multiple. Fasilitas TUR tak ada.
MORTALITAS PEMBEDAHAN BPH
0 - 1 % KAUSA : Infark Miokatd
Septikemia dengan Syok
Perdarahan Massive
Kepuasan Klien : 66 – 95 %
Kontra Indikasi
IMA
CVA akut
Tujuan :
Mengurangi gejala yang disertai dengan obstruksi leher buli-buli
Memperbaiki kualitas hidup.
3) Perianal Prostatectomy
Pembesaran prostat disertai batu buli-buli
Mengobati abces prostat yang tak respon terhadap terapi conservatif
Memperbaiki komplikasi : laserasi kapsul prostat
4) Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy
Periode PRE OPERATIF CARE
Mengkaji kecemasan klien, mengoreksi miskonsepsi tentang pembedahan dan
memberikan informasi yang akurat pada klien
Type pembedahan
Jenis anesthesi ® TUR – P, general / spina anesthesi
Cateter : folly cateter, Continuous Bladder Irigation (CBI).
Pemantauan fisiologis
a. Mengkalkulasi pengaruh terhadap pasien akibat kekurangan cairan
b. Membandingkan data normal dan abnormal dari cardiopulmonal.
c. Melaporkan perubahan-perubahan tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah
dan RR.)
Manajemen Keperawatan
a. Menyelamatkan keselamatan fisik pasien.
b. Mempertahankan aseptis pada lingkungan yang terkendali
c. Mengelola dengan efektif sumber daya manusia.
b. Tim anestesi:
- Ahli anestesi atau pelaksana anestesi
- Circulating nurse
- Lain-lain (tehnisi, ahli aptologi dll.)
Tugas perawat instrumentator
a. Persiapan pengadaan bahan-bahan dan alat steril yang diperlukan untuk operasi.
b. Membantu ahli bedah dan asisten bedah waktu melakukan prosedur
c. Pendidikan bagi staf baru yang berkualifikasi bedah
d. Membantu jumlah kebutuhan jarum, pisau bedah, kasa atau instrumen yang
diperlukan untuk prosedur, menurut jumlah yang biasa digunakan. Untuk
pelaksanaan kegiatan yang efektif perawat instrumen harus memiliki
pengetahuan tehnik aseptik yang baik, ketrampilan tangan dan ketangkasan,
stamina fisik, tahan terhadap berbagai desakan, sangat menghayati kecermatan
dan memperhitungkan prilaku yang menuntaskan asuhan pasien yang optimal.
Secara Umum Diagnosa Keperawatan yang muncul pada fase /periode pemulihan
pasca anrestesi adalah :
a. Resiko terhadap aspirasi yang berhubungan dengan samnolen dan peningkatan
sekresi sekunder terhadap intubasi.
b. Ansietas yang berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap trauma pada
jaringan dan syaraf.
c. Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan samnolen sekunder terhadap
anestesia
d. Resiko terhadap hipotermia yang berhubungan dengan pemaparan pada suhu
ruang operasi yang dingin.
Kriteria umum syarat pasien dipindahkan dari ruang pemulihan pasca anestesi ke unit
perawatan adalah sbb. :
a. Kemampuan memutar kepala
b. Ekstubasi dengan jalan nafas bersih.
c. Sadar, mudah terbangun.
d. Tanda-tanda vital stabil
e. Balutan kering dan utuh
f. Haluaran urine sedikitnya 30 ml/jam.
g. Drain, selang , jalur intravena paten dan berfungsi.
h. Persetujuan ahli anestesi untuk pindah ke ruangan.
3. Perawatan Kateter
Kateter uretra yang dipasang pada pasca operasi prostat yaitu folley kateter 3
lubang (treeway catheter) ukuran 24 Fr.
Ketiga lubang tersebut gunanya :
1. untuk mengisibalon, antara 30 – 40 ml cairan
2. untuk melakukan irigasi/spoling
3. untuk keluarnya cairan (urine dan cairan spoling).
Setelah 6 jam pertama sampai 24 jam kateter tadi biasanya ditraksi dengan
merekatkan ke salah satu paha pasien dengan tarikan berat beban antara 2 – 5 kg.
Paha ini tidak boleh fleksi selama traksi masih diperlukan.
Paling lambat pagi harinya traksi harus dilepas dan fiksasi kateter dipindahkan
ke paha bagian proximal/ke arah inguinal agar tidak terjadi penekanan pada
uretra bagian penosskrotal. Guna dari traksi adalah untuk mencegah perdarahan
dari prostat yang diambil mengalir di dalam buli-buli, membeku dan menyumbat
pada kateter.
Bila terlambat melepas kateter traksi, dikemudian hari terjadi stenosis leher buli-
buli karena mengalami ischemia.
Tujuan pemberian spoling/irigasi :
1. Agar jalannya cairan dalam kateter tetap lancar.
2. Mencegah pembuntuan karena bekuan darah menyumbat kateter
3. Cairan yang digunakan spoling H2O / PZ
Kecepatan irigasi tergantung dari warna urine, bila urine merah spoling
dipercepat dan warna urine harus sering dilihat. Mobilisasi duduk dan berjalan
urine tetap jernih, maka spoling dapat dihentikan dan pipa spoling dilepas.
Kateter dilepas pada hari kelima. Setelah kateter dilepas maka harus
diperhatikan miksi penderita. Bisa atau tidak, bila bisa berapa jumlahnya harus
diukur dan dicatat atau dilakukan uroflowmetri.
A. TUR – P
Setelah TUR – P klien dipasang tree way folley cateter dengan retensi balon 30 –
40 ml. Kateter di tarik untuk membantu hemostasis
Intruksikan klien untuk tidak mencoba mengosongkan bladder Otot bladder
kontraksi ® nyeri spasme
CBI (Continuous Bladder Irigation) dengan normal salin ® mencegah obstruksi
atau komplikasi lain CBI – P. Folley cateter diangkat 2 – 3 hari berikutnya
Ketika kateter diangkat timbul keluhan : frekuensi, dribbling, kebocoran ®
normal
Post TUR – P : urine bercampur bekuan darah, tissue debris ® meningkat ®
intake cairan minimal 3000 ml/hari ® membantu menurunkan disuria dan
menjaga urine tetap jernih.
B. OPEN PROSTATECTOMY
Resiko post operative bleeding pada 24 jam pertama oleh karena bladder spsme
atau pergerakan
Monitor out put urine tiap 2 jam dan tanda vital tiap 4 jam
Arterial bleeding ® urine kemerahan (saos) + clotting
Venous bleeding ® urine seperti anggur ® traction kateter
Vetropubic prostatectomy
Observasi : drainage purulent, demam, nyeri meningkat ® deep wound
infection, pelvic abcess
Suprapubic prostatectomy
Perlu Continuous Bladder Irigation via suprapubic ® klien diinstruksikan
tetap tidur sampai Continuous Bladder Irigation dihentikan
Kateter uretra diangkat hari 3 – 4 post op
Setelah kateter diangkat, kateter supra pubic di clamp dan klien disuruh
miksi dan dicek residual urine, jika residual urine ± 75 ml, kateter diangkat
EVALUASI
Kreteria yang diharapkan terhadap diagnosis yang berhubungan dengan obstruksi
urinari adalah :
1. Mengatasi obstruksi urine tanpa infeksi atau komplikasi yang permanen
2. Tidak mengalami tekanan atau nyeri berkepanjangan
3. Mengungkapkan penurunan atau tak adanya kecemasan tentang retensio urine.
4. Menunjukan tingkat fungsi sexual kembali sebagaimana sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Head To Toe
a. Kepala : bentuk normal, ukuran normal, posisi simetris,
kulit kepala bersih
b. Rambut : kebersihan cukup
c. Mata : sklera tak icteric, konjunctiva tak anemis,
pupil isokor, refleks cahaya ada, tidak memakai
alat bantu
d. Hidung : tidak ada benda asing, tidak epistaksis, tidak
ada polip,
e. Telinga : tidak ada kelainan.
f. Mulut dan gigi : bibir kering, agak kering mukosa mulut
stomatatitis tidak, peradangan faring tidak
g. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar getah bening, tak
ada kaku kuduk
h. Thorax : pernafasan dada, simetris, Ronchi & whezing
tidak ada
i. Abdomen : asites tidak ada, umbilikus datar,
j. Alat kelamin luar : bersih
k. Anus : bersih, Bab. terakhir tgl. 30 –04-2002,
l. Extremitas : atas dan bawah tak ada kelainan
m. Integumen : keadaan kulit bersih, tonus baik, turgor baik,
akral hangat.
Pola aktivitas sehari-hari
(1) Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Klien jarang menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, kecuali
bila sangat terpaksa Klien terbiasa meminum jamu-jamuan dan
obat-obat tradisional.
Personal Higiene
Kebiasaan di rumah klien mandi 2 X/hari, gosok gigi 2 X/hari, dan
cuci rambut 1 X/minggu.
Ketergantungan
Klien tidak perokok, tidak minum-minuman yang mengandung
alkohol.
Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit
stress menghadapi tindakan operasi.
Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan dengan keluarga, teman kerja maupun masyarakat di sekitar
tempat tinggalnya biasa sangat baik dan akrab. Saat ini klien terputus
dengan dunia luar, kehilangan pencari nafkah (bagi keluarganya), biaya
mahal.
Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama katolik, ajaran
agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan
aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh gereja di
sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya
4. DIAGNOSTIC TEST
Laboratoriun
Darah lengkap:
- HCT : 40,6 (L 40 – 47 P 38 – 42)%
- Hb :14,6 mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
- LED : 29 – 52 (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
- Leukosit : 7.720 4000 – 11.000
Gula darah
- Glukosa Puasa : 108 mg/dl (< 126 mg/dl)
- Glukosa 2 jam pp : 128 mg/dl (< 140 mg/dl)
Faal Hati
- Bilirubin Direk : 0,21 (< 0,25)
- Bilirubin Total : 1,08 (< 1,00)
- SGOT : 18,4 (L < 37 P < 31) U/L
- SGPT : 10,7 (L < 40 P < 31) U/L
Faal Ginjal
- Ureum/BUN : 8,8 mg/dl (10 – 45)
- Serum Creatinin : 1,48 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)
Elektrolit
- Natrium : 137,8 mmol/l (135 – 145 mmol/l)
- Kalium : 4,27 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)
Analisa Data
Nama Klien : Tn. Robertus
Ruang : OK GBPT LT 4
Register : 10157280
Perubahan Tanda-tanda
fisikTegang Psiko Gelisah
Nadi cepat Tdk. Tenang
palpitasiberkeri Marah Tdk.
ngatrespirasi berdaya
cepat
Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubungan dengan situasi/lingkungan ruang premedikasi dan operasi,
ditandai dengan klien mengatakan tidur malam sering terbangun membayangkan
operasi, klien kelihatan tegang, bertanya saat di ruang premedikasi apakah ini ruang
operasinya dimana kamar operasinya, berapa lama saya dioperasi. Nadi 92X/menit,
Tekanan darah 130/90 mmHg. RR. 16X/menit.
Rencana Asuhan keperawatan
Nama Klien : Tn. Robertus
Ruang : OK GBPT LT 4
No. Register: 10157280
Diagnosa Tujuan-Kriteruia
Intervensi Rasional
Keperawatan hasil
Cemas berhubungan dengan Klien menunjukan rasa cemas Mandiri :
Situasi/lingkungan ruang berkurang dalam waktu 30 1. Beri penjelasan dengan singkat dan jelas Dengan penjelasan diharapkan klien dapat
premedikasi dan operasi menit sebelum operasi dengan tentang ruang premedikasi dan OK. mengerti
ditandai klien mengatakan kriteria : 2. Kaji tingkat kecemasan klien. Tingkat kecemasan sebagai dasar
semalam tidur saya sering Klien mampu mengungkapkan perencanaan perawatan
terbangun membayangkan pasrah kepada Tuhan YME. 3. Berikan penetraman hati dan tindakan
operasi, klien bertanya saat Klien mampu mengungkapkan kenyamanan:
diruang premedikasi apakah siap di operasi. a. Temani klien selama di ruang Mengurangi rasa takut
ini ruang operasinya, dimana Klien dapat beradaptasi saat di premedikasi
ruang operasi dan berapa ruang premedikasi maupun di b. Berikan kesempatan pada klien Eksplorasi perasaan dapat mengurangi
lama dioperasi, klien OK. mengungkapkan perasaannya ketegangan
kelihatan tegang saat di Tanda-tanda vital stabil c. Kenalkan kembali pada kenyataan Suport untuk koping yang positip
ruang premedikasi tekanan (Tekana Darah 120/80 mmHg., yang ada
darah, 130/90 mmHg/ Nadi Nadi 60-100X/menit, RR: 12- 4. Kurangi stimulus sensori Mengurangi ketegangan
92X/menit,RR16X/menit 20X/menit, wajah rileks. a. Berikan ketenangan Menenangkan jiwa
b. Gunakan kalimat pendek dan Mengurangi kebingungan
sederhana
c. Berikan petunjuk singkat. Mengurangi kebingungan
d. Pusatkan pada saat ini dan disini. Penyelesaian terfokus diharapkan
mengurangi kecemasan
5. Ajak klien untuk mengadakan Mengurangi ketakutan/kecemasan.upaya
pendekatan spritual sesuai dengan menenangkan jiwa.
kemampuan dan situasi
6. Perjelas informasi dokter tentang Harapan klien sesuai dengan kenyataan
rencana tindakan operasi dan dan tidak menimbulkan kekecewaan.
kemungkinan-kemungkinannya.
7. Orientasikan klien pada ruang operasi Mengurangi kecemasan
dan peralatannya.
8. Minimalkan keributan dan lalu-lalang di Mengurangi kecemasan.
ruang premedikasi &OK.
9. Tinggalah dengan pasien selama induksi Mengurangi kecemasan.
10. Tunjukan perhatian dan sikap Mengurangi kecemasan
mendukung
11. Tetap matikan lampu sampai pasien Mengurangi kecemasan
tertidur
12. Catat respon yang tak terduga
Kolaborasi, pemberian premedikasi: Morfin Mengurangi ketegangan
5 mg. Dormicum 2,5 mg. SA. 0,25 mg. IM
Tindakan dan Evaluasi Preoperasi
Diagnosa
Keperawatan Implementasi Tanggal/hari/jam Evaluasi
Tanggal/Hari/Jam
Cemas berhubungan 1. Memberikan penjelasan tentang ruang Selasa, 30-04-2002 Jam S. : Klien mengatakan siap untuk
dengan kurangnya premedikasi dan OK. 08.05 dilakukan operasi, pasrah dan
pengetahuan tentang 2. Mengkaji tingkat kecemasan klien menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan,
tindakan operasi 3. klien tahu ruang persiapan untuk
30-04-2002 Jam 4. Memberi kesempatan untuk mengungkapkan operasi
07.30 perasaannya. O : wajah tenang, Nadi 88X/menit, RR,
5. Menemani klien di ruang premedikasi 16X/menit, Tekanan Darah 120/90
6. Menjelaskan keadaan , tempat sekarang. mmHg.
7. Mengajak klien untuk mendekatkan diri A. Cemas berkurang
kepada Tuhan YME, dengan cara berdoa dan P. .Rencana No. 7, 9,10,11 dan 12
pasrah. dilanjutkan di ruang OK, sampai pasien
8. Memperjelas penjelasan dokter tentang rencana diinduksi.
pengangkatan batu pada ginjal kanannya.
9. Mengukur tanda-tanda vital : nadi, 92X/menit,
RR. 16X/menit
10. Memasang sketzel agar tenang, meminimalkan
melihat kesibukan pasien lain.
08.00 Memberikan obat premedikasi sesuai dengan catatan
di status: Morfin 5 mg, Dormicum 2,5 mg, SA. 0,25
mg.
Pengkajian Intra Operatif
Persiapan Operasi
Linen Set, terdiri dari :
1. Doek Besar berlubang : 1 buah
2. Doek kecil : 6 buah
3. Baju Operasi : 1 buah
4. Sarung penutup meja instrumen : 1 buah.
Resiko tertinggal/cedera
Diagnosa keperawatan
NO. Implementasi Tanggal /Jam Evaluasi
TGl/jam
1. Diagnosa 1 1. Menyiapkan alat dan 30-04-2002 S.: Tidak dapat dikaji
30-04-2002 perlengkapan operasi 10.20 O.: Alat lengkap baik jumlah,
08.20 2. Menghitung dan mengamati, maupun bentuknya.
memeriksa perlengkapan alat- A.: Resiko cedera (corpus alienum)
alat operasi. tidak terjadi.alat lengkap sesuai
3. Mengatur alat pada meja dengan persiapan waktu operasi.
operasi. P.: Rencana dihentikan.
4. Menyimpan kain kasa dan alat-
yang tidak terpakai pada tempat
yang tersedia.
10.20 5. Menghitung kembali
perlengkapan alat, mengamati
bentuk.
Analisa Data
N
Data Penyebab Masalah
o
1. S, :Tidak terkaji. .Efek Genaral anestesi Resiko terhadap
O. : Klien post operasi TUR P, perubahan fungsi
dengan general pernafasan dan
anestesi( Pentotal, N2O, sirkulasi..
Halothan dan Norcuron)
kesadaran samnolen, GCS: 3-4-
6, TD.110/80 mmHg. Nadi
88X/menit, RR 20X/menit)
nafas spontan.
Diagnosa keperawatan
Resiko terhadap perubahan fungsi pernafasan dan sirkulasi berhubungan dengan efek
general anestesi
Rencana Asuhan keperawatan