NATO, atau North Atlantic Treaty Organization (Pakta Pertahanan Atlantik Utara)
adalah sebuah persekutuan militer di antara negara-negara Blok
Barat. Sejarahberdirinya persekutuan ini sangat berkaitan erat dengan situasi
Perang Dingin. Oleh karena itu, ada baiknya kita memahami sekilas Perang
Dingin sebelum menelusurisejarah NATO itu sendiri.
Sebagaimana yang kita pelajari dibuku-buku sejarah, pasca Perang Dunia II,
lahir dua negara adikuasa, yaitu Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Keduanya
terlibat ketegangan dan konflik karena berbeda secara ideologis.
Negara-negara Eropa sendiri terbelah ke dalam dua blok besar ini. Negara-
negara Eropa Barat bergabung ke blok Barat. Sementara itu, Eropa Timur
dirangkul oleh blok Timur.
Perang Antar-Blok
Bagi blok Barat, NATO adalah lembaga pertahanan bersama. Artinya, serangan
terhadap sebuah negara blok Barat akan dianggap serangan terhadap seluruh
Blok Barat.
Oleh karenanya, jika kasus seperti itu terjadi, misalnya jika Blok Timur
menyerang sebuah negara di Eropa Barat, maka NATO akan turun tangan
sebagai pembela anggotanya.
Blok Timur sendiri, yang dikomandani oleh Uni Soviet (Rusia, sekarang) yang
berhaluan komunis, juga mendirikan pakta pertahanan tandingan. Pada 1955,
negara-negara Blok Timur mendirikan Pakta Warsawa untuk menandingi NATO.
Pada kenyataannya, konflik militer langsung antara kedua blok selama Perang
Dingin tidak pernah terjadi.
Pada 1990-an, Uni Soviet runtuh, menandai hancurnya Blok Timur dan sekaligus
berakhirnya Perang Dingin. Konsekuensinya, tugas NATO seharusnya berakhir.
Oleh karena itu, pada 1990-an hingga 2000-an, peran NATO masih terasa dalam
perpolitikan internasional. NATO, misalnya, turun tangan saat penjatuhan sanksi
atas Irak pada masa pemerintahan Presiden Saddam Hussein pada 1990-an.
Pada 2001, pasukan NATO di bawah pimpinan Amerika terjun dalam perang di
Afghanista
Anda di sini: Tentang Norwegia Politik Luar Negeri Upaya perdamaian dan keamanan NATO
NATO
Norway telah bergabung menjadi anggota NATO sejak Perserikatan ini didirikan di Washington pada tahun
1949. Tujuan NATO adalah memastikan keamanan, kebebasan dan kemerdekaan para negara anggotanya,
serta memajukan prinsip-prinsip demokrasi dan pertumbuhan institusi demokratis di wilayah Atlantik Utara.
Pada bulan April 2004, jumlah anggota NATO bertambah dari tujuh Negara – Bulgaria, Estonia, Latvia,
Lithuania, Romania, Slovakia dan Slovenia – menjadi 26 negara. Hal ini merupakan kedua kalinya
keanggotaan NATO berkembang dan mencakup bekas Negara Warsaw Pact. Sebelumnya adalah pada
tahun 1999, ketika Czech Republic, Hungaria dan Polandia bergabung menjadi anggota. Norway terlibat
secara aktif dalam memastikan bahwa negara yang baru bergabung siap menjadi anggota.
Riga Summit NATO yang diselenggarakan pada 28-29 November 2006 bermaksud mengkonsolidasi dan
menekankan kembali perkembangan NATO. Topik diskusi paling penting disamping situasi di Afganistan
adalah pengumuman bahwa NATO Response Force (NRF) telah beroperasi penuh dan penyertaan Serbia,
Bosnia dan Herzegovina serta Montenegro dalam program Kerja Sama untuk Perdamaian [Partnership for
Peace (PfP) programme].
Manajemen Krisis
Sejak pertengahan tahun 1990, peran Perserikatan dalam manajemen krisis meningkat, awalnya di Balkan,
namun perlahan-lahan juga di luar Eropa. Pada bulan Agustus 2003, NATO mengambil alih tugas
International Security Assistance Force (ISAF) di Afghanistan. Ini merupakan pertama kalinya Perserikatan
terlibat dalam operasi militer di luar Eropa. Saat ini ISAF merupakan kegiatan operasi terbesar NATO.
NATO memimpin operasi di Kosovo (KFOR), dan memimpin operasi di Bosnia serta Herzegovina (SFOR)
hingga bulan Desember 2004, ketika EU (EUFOR) mengambil alih. NATO juga terlibat dalam memajukan
stabilitas dan kerja sama regional di negara-negara lain. Albania, Kroasia dan Macedonia saat ini
berpartisipasi dalam program persiapan keanggotaan Aliansi (MAP – Membership Action Plan), sementara
Serbia, Bosnia dan Herzegovina, serta Montenegro bergabung dalam program PfP di Riga Summit.
Serangan teroris terhadap Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001 mengacu pada Pasal 5
deklarasi (tanggapan bersama atas serangan terhadap negara anggota) dalam sejarah NATO. Sejak saat
itu, perang terhadap terorisme internasional dan senjata pemusnah masal dalam jumlah besar menjadi
perhatian utama Perserikatan. Sebagai akibatnya, hal ini telah mengakibatkan reformasi Perserikatan,
termasuk pengaturan ulang kemampuan pertahanan militernya.
Pada bulan Juli 2004, NATO menjalankan misi pelatihan di Irak (NTM-I), untuk membantu program
pelatihan aparat keamanan Irak. Kurikulum yang diberikan termasuk instruksi dalam hal nilai-nilai yang
mengkontrol tentara secara demokratis. Sejak bulan Juli 2005, NATO juga telah memberikan dukungan
transportasi dan organisasi terhadap operasi perdamaian di Darfur, yang dipimpin African Union (AU).
Tujuan dialog ini adalah meningkatkan kerja sama dalam stabilitas dan keamanan regional. Karena
perbedaan diantara negara-negara ini, juga perbedaan dalam ambisi mereka bekerja sama dengan NATO,
maka Perserikatan sedapat mungkin menyesuaikan inisiatif kerja sama dengan kebutuhan masing-masing
negara.
Sekretaris Jenderal NATO saat ini adalah Jaap de Hoop Scheffer, mantan Menteri Luar Negeri Netherlands.
Kembali ke atas
Sumber: Oleh Departemen Luar Negeri Norwegia | Share di jaringan anda |
Cuaca di Oslo
5 March 12:00 - 18:00
1°C
Terakhir diperbarui 5.March 06:37
Akan diperbarui pada: 5.March 10:45
Zona waktu:
CET (UTC + 1)
Musim panas (UTC + 2)