Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya foton dianggap
sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya, gelombang radio, dan Sinar-X. Foton
berbeda dengan partikel elementer lain seperti elektron dan quark, karena ia tidak bermassa dan
dalam ruang vakum foton selalu bergerak dengan kecepatan cahaya, c. Foton memiliki baik sifat
gelombang maupun partikel ("dualisme gelombang-partikel").
Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan fenomena
gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif ketika gelombang
terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain.
Sebagai partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi dengan memindahkan energi
sejumlah:
,
di mana h adalah konstanta Planck, c adalah laju cahaya, dan λ adalah panjang
gelombangnya.
Selain energi partikel foton juga membawa momentum dan memiliki polarisasi. Foton mematuhi
hukum mekanika kuantum, yang berarti kerap kali besaran-besaran tersebut tidak dapat diukur
dengan cermat. Biasanya besaran-besaran tersebut didefinisikan sebagai probabilitas mengukur
polarisasi, posisi, atau momentum tertentu.
Sebagai contoh, meskipun sebuah foton dapat mengeksitasi satu molekul tertentu, sering tidak
mungkin meramalkan sebelumnya molekul yang mana yang akan tereksitasi.
Deskripsi foton sebagai pembawa radiasi elektromagnetik biasa digunakan oleh para fisikawan.
Namun dalam fisika teoretis sebuah foton dapat dianggap sebagai mediator buat segala jenis
interaksi elektromagnetik, seperti medan magnet dan gaya tolak-menolak antara muatan sejenis.
Konsep modern foton dikembangkan secara berangsur-angsur antara 1905-1917 oleh Albert
Einstein[1][2][3][4] untuk menjelaskan pengamatan eksperimental yang tidak memenuhi model klasik
untuk cahaya. Model foton khususnya memperhitungkan ketergantungan energi cahaya terhadap
frekuensi, dan menjelaskan kemampuan materi dan radiasi elektromagnetik untuk berada dalam
kesetimbangan termal. Fisikawan lain mencoba menjelaskan anomali pengamatan ini dengan
model semiklasik, yang masih menggunakan persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan cahaya.
Namun dalam model ini objek material yang mengemisi dan menyerap cahaya dikuantisasi.
Meskipun model-model semiklasik ini ikut menyumbang dalam pengembangan mekanika
kuantum, percobaan-percobaan lebih lanjut membuktikan hipotesis Einstein bahwa cahaya itu
sendirilah yang terkuantisasi. Kuantum cahaya adalah foton.
Konsep foton telah membawa kemajuan berarti dalam fisika teoretis dan eksperimental, seperti
laser, kondensasi Bose-Einstein, teori medan kuantum dan interpretasi probabilistik dari
mekanika kuantum. Menurut model standar fisika partikel, foton bertanggung jawab dalam
memproduksi semua medan listrik dan medan magnet dan foton sendiri merupakan hasil
persyaratan bahwa hukum-hukum fisika memiliki kesetangkupan pada tiap titik pada ruang-
waktu. Sifat-sifat intrinsik foton seperti muatan listrik, massa dan spin ditentukan dari
kesetangkupan gauge ini.
Konsep foton diterapkan dalam banyak area seperti fotokimia, mikroskopi resolusi tinggi dan
pengukuran jarak molekuler. Baru-baru ini foton dipelajari sebagai unsur komputer kuantum dan
untuk aplikasi canggih dalam komunikasi optik seperti kriptografi kuantum
[sunting] Nomenklatur
Foton awalnya dinamakan sebagai kuantum cahaya (das Lichtquant) oleh Albert Einstein.[1].
Nama modern "photon" berasal dari kata Bahasa Yunani untuk cahaya φῶς, ditransliterasi
sebagai phôs, dan ditelurkan oleh kimiawan fisik Gilbert N. Lewis, yang menerbitkan teori
spekulatif[5] yang menyebutkan foton sebagai "tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan".
Meskipun teori Lewis ini tidak dapat diterima karena bertentangan dengan hasil banyak
percobaan, nama barunya ini, photon, segera diadopsi oleh kebanyakan fisikawan. Isaac Asimov
menyebut Arthur Compton sebagai orang yang pertama kali mendefinisikan kuantum cahaya
sebagai foton pada tahun 1927 [[6][7]
Dalam fisika, foton biasanya dilambangkan oleh simbol γ abjad Yunani gamma. Simbol
ini kemungkinan berasal dari sinar gamma, yang ditemukan dan dinamakan oleh Villard[8][9], dan
dibuktikan sebagai salah satu bentuk radiasi elektromagnetik pada 1914 oleh Ernest Rutherford
dan Edward Andrade [10]
Dalam kimia dan rekayasa optik, foton biasanya dilambangkan oleh hν, energi foton, h
adalah konstanta Planck dan abjad Yunani ν adalah frekuensi foton. Agak jarang
ditemukan adalah foton disimbolkan sebagai hf, f di sini melambangkan frekuensi.
Foton tidak bermassa, [11] tidak memiliki muatan listrik[12], dan tidak meluruh secara spontan di
ruang hampa. Sebuah foton memiliki dua keadaan polarisasi yang dimungkinkan, dan dapat
dideskripsikan dengn tiga parameter kontinu: komponen-komponen vektor gelombang, yang
menentukan panjang gelombangnya (λ) dan arah perambatannya. Foton
adalah boson gauge untuk elektromagnetisme, dan sebab itu semua bilangan kuantum
lainnya seperti bilangan lepton, bilangan baryon atau strangeness bernilai persis nol.
Foton diemisikan dalam banyak proses alamiah, contohnya ketika muatan dipercepat, saat
transisi molekuler, atomik atau nuklir ke tingkat energi yang lebih rendah, atau ketika sebuah
partikel dan antipartikel bertumbukan dan saling memusnahkan. Foton diserap dalam proses
dengan waktu mundur (time-reversed) yang berkaitan dengan yang sudah disebut di atas:
contohnya dalam produksi pasangan partikel-antipartikel, atau dalam transisi molekuler, atomik
atau nuklir ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Dalam ruang hampa foton bergerak dengan laju c (laju cahaya). Energinya E dan momentum p
dihubungkan dalam persamaan E = pc, di mana p merupakan nilai momentum. Sebagai
perbandingan, persamaan terkait untuk partikel dengan massa m adalah E2 = c2p2 + m2c4, sesuai
dengan teori relativitas khusus.
Bulannya Desember, tahunnya 1900. Dunia ilmu terperanjat dan terlompat dari
tempat duduknya. Apa yang terjadi? Seorang ahli fisika Jerman, Max Planck,
umumkan dia punya hipotesa yang berani. Dia bilang radiant energi (energi
gelombang cahaya) tidaklah mengalir dalam arus yang kontinyu, tetapi terdiri dari
potongan-potongan yang disebutnya quanta. Hipotesa Planck yang bertentangan
dengan teori klasik tentang cahaya dan elektro magnetik ini merupakan titik mula
dari teori kuantum yang sejak itu merevolusionerkan bidang fisika dan
menyuguhkan kita pengertian yang lebih mendalam tentang alam benda dan
radiasi. Dilahirkan tahun 1858 di kota Kiel, Jerman, dia belajar di Universitas Berlin
dan Munich, peroleh gelar Doktor dalam ilmu fisika dengan summa cum laude dari
Universitas Munich selagi berumur baru dua puluh satu tahun. Sebentar dia
mengajar di Universitas Munich, kemudian di Universitas Kiel. Di tahun 1889 dia jadi
mahaguru Univeristas Berlin sampai pensiunnya tiba tatkala usianya mencapai
tujuh puluh. Itu tahun 1928. Planck, seperti halnya ilmuwan lain, tertarik dengan
"radiasi kuantitas gelap," julukan buat radiasi elektromagnetik dikeluarkan oleh
obyek gelap sempurna apabila dipanaskan. (Suatu obyek gelap sempurna
dijelaskan sebagai sesuatu yang tidak memantulkan cahaya, tetapi sepenuhnya
menyerap semua cahaya yang jatuh di atasnya). Percobaan-percobaan para ahli
fisika telah membuat ukuran yang hati-hati perihal radiasi yang dikeluarkan oleh
obyek itu bahkan sebelum Planck bekerja dalam masalah itu. Hasil karya Planck
pertama adalah penemuannya dalam hal formula secara aljabar yang ruwet yang
dengan tepat menggambarkan "radiasi kuantitas gelap." Formula ini yang kerap
digunakan dalam teori fisika sekarang dengan rapi meringkas data-data percobaan.
Tetapi ada satu masalah: hukum fisika yang sudah diterima meramalkan adanya
suatu formula yang samasekali berbeda. Planck berkecimpung dalam-dalam
terhadap soal ini dan akhirnya tampil dengan teori baru yang radikal: energi radiant
cuma keluar pada pergandaan yang tepat dari unit elementer yang disebut Planck
"kuantum". Menurut teori Planck, ukuran kuantum cahaya tergantung pada
frekuensi cahaya (misalnya pada warnanya), dan juga berimbang dengan kuantitas
fisik yang oleh Planck diringkas dengan "h", tetapi sekarang disebut "patokan
Planck." Hipotesa Planck amatlah berlawanan dengan apa yang jadi konsep umum
fisika. Tetapi, dengan penggunaan ini dia mampu menemukan keaslian teoritis
yang tepat daripada formula yang benar tentang "radiasi kuantitas gelap." Teori
Planck begitu revolusioner, yang tak syak lagi bisa dianggap suatu gagasan
eksentrik kalau saja Planck bukan seorang ahli fisika yang mantap dan konservatif.
Kendati hipotesanya terdengar aneh, dalam soal khusus ini jelas merupakan
penuntun ke arah formula yang benar. Pada mulanya, umumnya ahli fisika
(termasuk Planck sendiri) melihat hipotesanya sebagai tak lain dari sebuah fiksi
matematik yang cocok. Sesudah beberapa tahun, hal itu berubah sehingga
konsepsi Planck tentang kuantum dapat digunakan untuk pelbagai fenomena fisik
selain untuk "radiasi kuantitas gelap." Einstein menggunakan konsep ini di tahun
1905 dalam rangka menjelaskan efek fotoelektrika, dan Niels Bohr
menggunakannya di tahun 1913 dalam teorinya tentang struktur atom. Menjelang
tahun 1918 tatkala Planck peroleh Hadiah Nobel, jelaslah sudah bahwa hipotesanya
pada dasarnya benar dan itu mempunyai arti penting yang fundamental dalam teori
fisika. Sikap anti Nazi Planck yang keras membuat kedudukannya berabe di masa
pemerintahan Hitler. Anak laki-lakinya dihukum mati di awal tahun 1945 akibat
peranannya dalam komplotan para perwira yang punya rencana membunuh Hitler.
Planck sendiri mati tahun 1947, pada umur delapan puluh sembilan tahun.
Perkembangan mekanika kuantum mungkin yang paling penting dari
perkembangan ilmu pengetahuan dalam abad ke-20, lebih penting ketimbang teori
relativitas Einstein. Patokan "h" Planck memegang peranan penting dalam teori
fisika dan sekarang dihimpun jadi dua atau tiga patokan fisika paling dasar. Patokan
itu muncul dalam teori struktur atom, dalam prinsip "ketidakpastian" Heisenberg,
dalam teori radiasi dan dalam banyak lagi formula ilmiah. Perkiraan pertama Planck
mengenai nilai jumlah adalah dalam batas perhitungan 2% yang diterima sekarang.
Planck umumnya dianggap bapak mekanika kuantum. Kendati dia memainkan
peranan tak seberapa dalam perkembangan teori selanjutnya, adalah keliru
mengecilkan arti Planck. Jalan mula yang disuguhkannya sungguh penting. Dia
membebaskan pikiran orang dari anggapan-anggapan keliru yang ada sebelumnya,
dan dia memungkinkan orang-orang sesudahnya menyusun teori yang jauh lebih
jernih daripada yang sekarang kita miliki
NEWTON
Sir Isaac Newton adalah ahli fisika, matematika, astronomi, kimia dan ahli filsafat
yang lahir di Inggris. Buku yang ditulis dan dipublikasikan pada tahun 1687,
Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, dikatakan sebagai buku yang paling
berpengaruh dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Karyanya ini
menjelaskan tentang hukum gravitasi dan tiga asas (hukum) pergerakan, yang
mengubah pandangan orang terhadap hukum fisika alam selama tiga abad
kedepan dan menjadi dasar dari ilmu pengetahuan modern.
Pada tahun 1670 sampai 1672, Newton memberikan pelajaran tentang optik. Dan
selama masa ini, dia sendiri menyelidiki refraksi cahaya (refraksi: perubahan arah
dari suatu gelombang akibat perubahan kecepatan) dan memberikan demostrasi
bahwa sebuah prisma dapat memecah cahaya putih menjadi berbagai macam
spektrum warna dan sebuah lensa pada prisma yang kedua, dapat membentuk
spektrum warna tersebut menjadi satu cahaya putih kembali
Ayah Isaac Newton meninggal tiga bulan setelah Newton lahir, dan dimasa kecilnya,
Newton tinggal bersama neneknya. Newton kemudian bersekolah di sekolah desa
dan kemudian pindah ke sekoah yang lebih baik di Grantham, dimana disana dia
menjadi murid dengan peringkat atas.
Saat ini banyak kisah yang menceritakan bahwa Newton mendapatkan rumus
tentang teori gravitasi dan sebuah apel yang jatuh dari pohon. Di kisahkan bahwa
suatu hari Newton duduk dan belajar di bawah pohon apel dan saat itu sebuah apel
jatuh dari pohon tersebut. Dengan mengamati apel yang jatuh, Newton mengambil
kesimpulan bahwa ada sesuatu kekuatan yang menarik apel tersebut jatuh
kebawah, dan kekuatan itu yang kita kenal sekarang dengan nama gravitasi.
Itali besar ini mungkin lebih bertanggung jawab terhadap perkembangan metode
ilmiah dari siapa pun juga. Galileo lahir di Pisa, tahun 1564. Selagi muda
belajar di Universitas Pisa tetapi mandek karena urusan keuangan. Meski begitu
tahun 1589 dia mampu dapat posisi pengajar di universitas itu. Beberapa tahun
kemudian dia bergabung dengan Universitas Padua dan menetap di sana hingga
tahun
1610. Dalam masa inilah dia menciptakan tumpukan penemuan-penemuan ilmiah.
Sumbangan penting pertamanya di bidang mekanika. Aristoteles mengajarkan,
benda yang lebih berat jatuh lebih cepat ketimbang benda yang lebih enteng, dan
bergenerasi-generasi kaum cerdik pandai menelan pendapat filosof Yunani yang
besar pengaruh ini. Tetapi, Galileo memutuskan mencoba dulu benar-tidaknya, dan
lewat serentetan eksperimen dia berkesimpulan bahwa Aristoteles keliru. Yang
benar adalah, baik benda berat maupun enteng jatuh pada kecepatan yang sama
kecuali sampai batas mereka berkurang kecepatannya akibat pergeseran udara.
(Kebetulan,
kebiasaan Galileo melakukan percobaan melempar benda dari menara Pisa
tampaknya
tanpa sadar).
Dilihatnya bulan itu tidaklah rata melainkan benjol-benjol, penuh kawah dan
gunung-gunung. Benda-benda langit, kesimpulannya, tidaklah rata serta licin
melainkan tak beraturan seperti halnya wajah bumi. Ditatapnya Bima Sakti dan
tampak olehnya bahwa dia itu bukanlah semacam kabut samasekali melainkan
terdiri
dari sejumlah besar bintang-bintang yang dengan mata telanjang memang seperti
teraduk dan membaur satu sama lain.
Ilustrasi dari hukum daya pengungkit Galileo dipetik dari buku Galileo ‘Perbincangan
Matematik dan Peragaan’
Penemuan teleskop dan serentetan penemuan ini melempar Galileo ke atas tangga
kemasyhuran. Sementara itu, dukungannya terhadap teori Copernicus
menyebabkan
dia berhadapan dengan kalangan gereja yang menentangnya habis-habisan.
Pertentangan gereja ini mencapai puncaknya di tahun 1616: dia diperintahkan
menahan diri dari menyebarkan hipotesa Copernicus. Galileo merasa tergencet
dengan pembatasan ini selama bertahun-tahun. Baru sesudah Paus meninggal
tahun
1623, dia digantikan oleh orang yang mengagumi Galileo. Tahun berikutnya, Paus
baru ini –Urban VIII– memberi pertanda walau samar-samar bahwa larangan buat
Galileo tidak lagi dipaksakan.
Enam tahun berikutnya Galileo menghabiskan waktu menyusun karya ilmiahnya
yang penting Dialog Tentang Dua Sistem Penting Dunia. Buku ini merupakan
peragaan hebat hal-hal yang menyangkut dukungan terhadap teori Copernicus dan
buku ini diterbitkan tahun 1632 dengan ijin sensor khusus dari gereja. Meskipun
begitu, penguasa-penguasa gereja menanggapi dengan sikap berang tatkala buku
terbit dan Galileo langsung diseret ke muka Pengadilan Agama di Roma dengan
tuduhan melanggar larangan tahun 1616.
Galileo mungkin lebih punya tanggung jawab daripada orang mana pun untuk
penyelidikan ilmiah dengan sikap empiris. Dialah, dan bukannya yang lain, yang
pertama kali menekankan arti penting peragaan percobaan-percobaan, dia menolak
pendapat bahwa masalah-masalah ilmiah dapat diputuskan bersama dengan
kekuasaan,
apakah kekuasaan itu namanya Gereja atau kaidah dalil Aristoteles. Dia juga
menolak keras bersandar pada skema-skema yang menggunakan alasan ruwet dan
bukannya bersandar pada dasar percobaan yang mantap. Cerdik cendikiawan abad
tengah memperbincangkan bertele-tele apa yang harus terjadi dan mengapa
sesuatu
hal terjadi, tetapi Galileo bersikeras pada arti penting melakukan percobaan
untuk memastikan apa sesungguhnya yang terjadi. Pandangan ilmiahnya jelas
gamblang tidak berbau mistik, dan dalam hubungan ini dia bahkan lebih modern
ketimbang para penerusnya, seperti misalnya Newton.
Galileo, dapat dianggap orang yang taat beragama. Lepas dari hukuman yang
dijatuhkan terhadap dirinya dan pengakuannya, dia tidak menolak baik agama
maupun gereja. Yang ditolaknya hanyalah percobaan pembesar-pembesar gereja
untuk
menekan usaha penyelidikan ilmu pengetahuannya. Generasi berikutnya amat
beralasan mengagumi Gahleo sebagai lambang pemberontak terhadap dogma dan
terhadap kekuasaan otoriter yang mencoba membelenggu kemerdekaan berfikir.
Arti
pentingnya yang lebih menonjol lagi adalah peranan yang dimainkannya dalam hal
meletakkan dasar-dasar metode ilmu pengetahuan modern.
TAHUN 1871 panggung ilmu pengetahuan menampilkan kuliah inaugurasi James Clerk Maxwell di
Universitas Cambridge. Maxwell menyatakan optimismenya bahwa dalam waktu dekat semua konstanta
fisika akan terestimasi. Optimisme ini mewakili pandangan mayoritas ilmuwan saat itu. Alasannya,
mekanika klasik dan elektrodinamika telah memicu revolusi industri dan persamaan mendasarnya
dipandang mampu menggambarkan semua fenomena fisis. Para ilmuwan yakin bahwa the ultimate
theory telah didapatkan.
NAMUN, panggung ilmu dan keyakinan di atas digoyang oleh elemen panas kompor yang memberikan
fenomena pancaran atau radiasi benda hitam. Perhitungan ahli fisika menghasilkan bencana ultra ungu,
lantaran radiasi ultraviolet dan sinar-x akan membutakan mata yang melihat elemen tersebut. Namun,
prediksi klasik atas spektrum radiasi tersebut tidak benar sebab kenyataannya tidak demikian.
Tahun 1900 Max Planck menulis makalah mengenai persamaan spektrum radiasi di atas. Perumusannya
mengandung asumsi yang aneh: energi yang terpancar hanya dapat berada dalam bongkahan dan
bernilai tertentu. Energi terpaket inilah yang disebut kuanta atau jamaknya kuantum. Keanehannya, di
dalam teori elektrodinamika klasik cahaya bisa mempunyai spektrum (energi) kontinyu, yakni frekuensi
atau energi berapa saja.
Asumsi aneh ini kemudian terbukti berhasil. Pada 1905 Einstein menggunakan ide ini satu langkah lebih
jauh. Dengan asumsi bahwa radiasi hanya dapat menghantar energi dalam paket-paket dan disebut
foton, Einstein menjelaskan efek fotolistrik yang terkait dengan proses dalam sel surya dan sensor citra
dalam kamera digital. Secara sederhana efek ini menyatakan bahwa seberkas cahaya meski dengan
intensitas kecil yang dipancarkan pada pelat tipis mampu menghasilkan arus listrik. Sebaliknya, cahaya
tertentu lainnya yang dikenakan pada pelat yang sama tidak mampu menghasilkan arus listrik meski
intensitasnya sangat besar. Keberhasilan gagasan Planck ini menandai babak baru fisika yang disebut
fisika kuantum.
Kejadian besar lain terjadi tahun 1911. Menurut Ernest Rutherford, atom terdiri atas elektron-elektron
yang mengitari inti bermuatan positif seperti sistem tata surya. Di sisi lain, elektrodinamika klasik
menyebutkan bahwa elektron yang mengitari inti akan memancarkan energinya secara kontinu dan akan
bergerak spiral menuju inti dalam waktu sepertriliun detik. Namun, hidrogen diketahui dalam keadaan
stabil. Penyimpangan ini merupakan kegagalan kuantitatif paling buruk dalam sejarah fisika karena
memberi underprediksi atas waktu hidup hidrogen sampai 40 orde!
Pada tahun 1913 Niels Bohr asal Denmark yang datang ke Universitas Manchester, Inggris, untuk
bekerja dengan Rutherford berhasil menjelaskan fenomena atom hidrogen. Bohr juga menggunakan ide
kuanta dan mempostulatkan bahwa elektron hanya dapat mempunyai momentum sudut tertentu dan
terkurung dalam orbit tertentu pula. Elektron hanya memancarkan energi jika melompat ke orbit lebih
rendah. Karena elektron dalam lintasan terdalam tidak mempunyai orbit lebih rendah, elektron
membentuk atom stabil. Teori Bohr juga mampu menjelaskan banyak spektrum garis hidrogen dan atom
helium.
Setelah kembali ke Copenhagen, Bohr menerima surat dari Rutherford yang meminta Bohr
memublikasikan teorinya. Bohr kurang percaya diri dan membalas surat tersebut sambil menyebutkan
bahwa tidak akan ada orang yang percaya kecuali ia dapat menjelaskan spektrum semua atom.
Rutherford pun membalas: "Bohr, kamu telah menerangkan hidrogen dan helium, selebihnya orang akan
percaya sisanya."
Ide kuanta sukses secara gemilang, namun asumsinya tampak sebagai kaidah ad hoc, tanpa prinsip
yang menuntunnya. Tahun 1923 Louis de Broglie di dalam disertasinya mengajukan hipotesis: elektron
dan partikel lainnya berperilaku seperti gelombang berdiri. Gelombang tersebut, seperti getaran tali gitar,
dapat terjadi hanya dengan frekuensi tertentu. Ide yang juga tampak tak wajar sampai dewan penguji
keluar ruangan untuk berdiskusi terlebih dulu. Einstein ketika diminta pandangannya memberi opini yang
mendukung, dan tesis tersebut diterima.
Pada 1925 Erwin Schrodinger setelah memberi kuliah mengenai pekerjaan de Broglie di Zurich
merumuskan persamaan gelombang bagi gejala kuantum di atas. Persamaan tersebut menjadi kunci
utama fisika modern. Perumusan ekuivalen dalam bentuk matriks diperoleh oleh Werner Heisenberg
pada saat yang hampir bersamaan. Dengan landasan matematis yang kokoh ini teori kuantum membuat
kemajuan yang mencengangkan. Dalam waktu singkat para fisikawan berhasil menjelaskan sejumlah
pengukuran termasuk spektrum dari atom kompleks dan sifat-sifat reaksi kimia.
Tahun 1926 Max Born menafsirkan fungsi gelombang dalam suku probabilitas. Ketika seseorang
melakukan pengukuran lokasi elektron, probabilitas mendapatkannya di setiap posisi bergantung pada
fungsi gelombang di sana. Interpretasi ini mengusulkan bahwa keacakan merupakan karakteristik atau
sifat fundamental alam. Tahun 1927 Heisenberg merumuskan keacakan ini secara matematis dan dikenal
dengan prinsip ketidakpastian. Prinsip ini mengatakan bahwa kuantitas fisis akan muncul berpasangan,
misalnya momentum-posisi dan tidak dapat diketahui secara tepat dalam waktu bersamaan.
Einstein sangat tidak senang dengan keacakan tersebut dan membuat pernyataan, "Aku tidak dapat
mempercayai bahwa Tuhan sedang bermain dadu." Schrodinger juga demikian, dia bahkan mengajukan
teka-teki yang sulit dijelaskan, bahkan sampai saat ini. Bila obyek mikroskopis, seperti atom, dapat
sebagai superposisi (jumlah) keadaan berbeda, demikian pula obyek makro karena ia terbuat dari atom-
atom. Sebagai ilustrasi, ia mengajukan gedanken eksperiment "kotak berisi atom radioaktif dan seekor
kucing yang akan mati jika atom radioaktif meluruh". Karena atom radioaktif merupakan jumlah dari
keadaan meluruh dan tidak meluruh, maka akan menghasilkan kucing dalam dua keadaan, yaitu mati
dan hidup dalam waktu sama! Inilah paradoks kucing Schrodinger, salah satu isu klasik di dalam
metafisika kuantum.
Di tengah perdebatan mengenai kuantum dan interpretasinya, PAM Dirac mengemukakan teori kuantum
relativistik untuk elektron. Teori yang merupakan perkawinan dua konsep fisika nonklasik relativitas
khusus dan kuantum ini memprediksi partikel baru kembaran elektron yang disebut positron. Dikatakan
kembaran lantaran massa dan spin partikel ini sama dengan elektron, tetapi muatan listriknya
berlawanan.
Prediksi yang sempat mengundang ejekan ini akhirnya terbukti benar ketika CD Anderson pada 1932
menemukan partikel tersebut. Penemuan ini kemudian mengilhami gagasan pasangan partikel-
antipartikel atau materi-antimateri; yakni setiap partikel di alam semesta mempunyai antipartikelnya. Bila
materi bertemu antimateri keduanya akan musnah dan berubah menjadi foton. Astronaut Neil Amstrong
kembali ke bumi tanpa bagian tubuh yang hilang merupakan indikasi bahwa bulan pun didominasi materi
ketimbang antimateri. Kenyataan bahwa jumlah materi lebih banyak dari antimaterinya melahirkan
konsep baryogenesis, kelahiran asimetri partikel-antipartikel dari jagat raya awal simetrik.
Episode demi episode drama kuantum berlangsung kian menarik dan seru. Fenomena kuantum
superfluida ditemukan tahun 1938. Tujuh tahun kemudian, dunia dikejutkan oleh hasil proyek kuantum,
yakni bom atom yang meluluhlantakkan Nagasaki dan Hiroshima, Jepang. Tahun 1947 transistor
ditemukan, 1948 teori elektrodinamika kuantum dirumuskan. Teori medan gauge non-komut yang
membuka jalan bagi pengejaran impian Einstein berupa penyatuan (unifikasi) empat gaya fundamental
alam semesta dirumuskan tahun 1954.
Laser yang mempunyai aplikasi luas ditemukan tahun 1960. Tiga belas tahun kemudian scan resonan
magnetic hadir di dunia praktis, sedangkan dunia teori kehadiran teori elektro lemah. Tahun 1975 partikel
atau anggota keluarga partikel dalam teori elektro lemah ditemukan, sedangkan pembawa interaksinya,
yakni partikel W ditemukan tahun 1983. Bahan penghantar listrik tanpa resistensi yang disebut
superkonduktor pertama kali diamati tahun 1911. Fenomena ini terjadi pada temperatur mendekati nol
Kelvin, fenomena sama tetapi pada temperatur tinggi diamati tahun 1987.
Tahun 1993 lahir teori teleportasi kuantum, pengiriman materi yang dibawa dalam bentuk gelombangnya
dari satu tempat ke lain tempat dalam sekejap. Gagasan yang telah banyak dimanfaatkan oleh insan film.
Quantum Leap adalah contoh film seri dengan ide kuantum yang pernah ditayangkan di layar kaca kita
sepuluh tahun lalu. Tahun 1995 quark top terdeteksi dan 1998 neutrino bermassa dikukuhkan di lab
Super-Kamiokande Jepang. Komputasi kuantum merupakan bidang baru yang juga sedang semarak.
Saat ini diestimasi sekitar 30 persen GNP AS didasarkan pada temuan dari mekanika kuantum, sejak
semikonduktor di dalam cip komputer sampai laser dalam cd player, pencitraan resonan magnetik di
rumah sakit dan banyak lagi lainnya. Ketika masih menjadi presiden, Bill Clinton mencanangkan proyek
rekayasa skala nano, yakni rekayasa material dalam skala atomik sebagai proyek utama Amerika Serikat
sampai tahun 2020.
Jepang melakukan langkah serupa dan membutuhkan banyak orang untuk dilibatkan di dalamnya.
Sekadar contoh, lab material di Jurusan Teknik Kimia Universitas Hiroshima membutuhkan mahasiswa
dengan latar belakang mekanika kuantum yang kuat. Salah seorang asisten profesornya yang berasal
dari Indonesia bolak- balik ke luar Jepang, termasuk Indonesia dan Cina, untuk mencari mahasiswa
dengan spesifikasi di atas. Kita seharusnya mengirim orang-orang terbaik sebagai tenaga kerja ilmiah
(TKI) ke sana.
Biarkan mereka bekerja dan besar di luar sampai jelas karya dan reputasinya sebagai ilmuwan. Langkah
yang telah dilakukan oleh Cina, Korea, dan Taiwan. Selain memperoleh income kita juga mencetak
tenaga ahli tanpa mengeluarkan dana sepeser pun.
Kita tidak perlu merasa bakal kehilangan orang-orang terbaik. Jujur saja, sampai saat ini negeri kita
masih menjadi kuburan massal bagi (calon) ilmuwan.
Agus Purwanto Pekerja di Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam, ITS
A. Fenomena yang Mendasari Munculnya Mekanika Kuantum
Dasar dimulaianya periode mekanika kuantum adalah ketika mekanika klasik tidak bisa
menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan yang
mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang yang berbeda dengan
sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut.
Sejarah fisika kuantum dimulai ketika Michael Faraday menemukan sinar katoda. Kemudian
pada tahun 1859-1860, Gustav Kirchoff memberikan pernyataan tentang radiasi benda hitam.
Pada tahun1887 Ludwig Boltzman menyatakan bahwa bentuk energi pada sistem fisika
berbentuk diskrit.
Pada tahun 1900 fisikawan Jerman, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi itu
terkuantisasi. Ide ini muncul berkenaan dengan situasi pada saat tersebut yaitu ketika para ilmuan
tidak bisa menjelaskan fenomena radiasi spectrum cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda
mampat pada temperatur tertentu yang dikenal dengan radiasi benda hitam. Teori kalsik pada
saat itu tidak bisa menjelaskan kenapa cahaya selain cahaya tampak, cahaya-cahaya lain yang
tidak tampak pun dipancarkan. Hal tersebut menunjukan bahwa untuk meradiasikan gelombang
elektromagnetik ternyata benda tidak perlu terlalu panas, bahkan pada suhu kamar pun benda
tetap bisa memancarkan gelombang elektromagnetik.
Sifat yang diamati dari radiasi benda hitam ini tidak bisa diterangkan oleh teori-teori fisika
berkembang pada saat itu. Sampai akhirnya Planck menurunkan persamaan yang dapat
menerangkan radiasi spectrum ini sebagai fungsi temperatur dari benda yang meradiasikannya
dan memandang bahwa radiasi ini dipancarkan tidak dalam bentuk kontinu tapi dalam bentuk
paket-paket energi yang disebut kuanta. Besarnya energi yang diradiasikan itu sebanding dengan
frekuensi v. Setiap paket energi tersebut meradiasikan energi sebesar:
E = hv
Dengan h merupakan konstanta Planck. Plsnck jugs tidak menyangsikan teori klasik yang
diterima pada waktu itu yaitu bahwa cahaya diradiasikan dalam bentuk gelombang bukan dalam
bentuk partikel yang membuat teori tersebut tidak bisa menjelaskan fenomena radiasi benda
hitam ini. Proses
Paket-paket energi yang pada masa itu disebut dengan kuanta kemudian disebut oleh foton,
sebuah istilah yang dikemukakan oleh Gilbert & Lewis pada tahun 1926. Ide bahwa tiap foton
harus terdiri dari energi dalam bentuk kuanta merupakan sebuah kemajuan. Hal tersebut dengan
efektif merubah paradigma ilmuwan fisika pada saat itu yang sebelumnya menjelaskan teori
gelombang. Ide tersebut telah mampu menjelaskan banyak gejala fisika pada waktu itu.
Teori kuantum yang menyatakan bahwa cahaya teradiasi dalam bentuk paket-paket energi secara
terpisah dan diserap oleh electron secara individual berhasil menjelaskan efek foto listrik dengan
baik yaitu pada intensitas cahaya yang lemah pun bisa terpancarkan electron dari logam asalkan
frekuensi cahaya yang diberikan melebihi frekuensi ambang dari logam yang disinari. Hal ini
tidak bisa dijelaskan oleh teori gelombang yang dianut para fisikawan pada saat itu. Namun, teori
gelombang tentang cahaya ini juga dapat menjelaskan dengan baik bagaimana terjadinya difraksi
dan interferensi cahaya yang menganggap bahwa cahaya teradiasikan dalam bentuk gelombang
yang menjalar seperti riak air ketika sebuah benda jatuh ke dalam air.
Pada tahun 1913, Neils Bohr mencoba menjelaskan garis-garis spectrum dari atom hydrogen
dengan menggunakan teori kuantisasi. Penjelasannya ini di terbitkan pada bulan Juli 1913 dalam
papernya yang berjudul On the Constitution of Atoms and Molecules. Teori ini ia kemukakan
untuk mendapat gambaran yang lebis jelas tentang bagaimana struktur atomic yang terdapat
dalam benda. Ilmuwan sebelumnya yang berusaha menjelaskan tentang struktur atom adalah J.J.
Thompson yang menyatakan bahwa atom seperti sebuah bola yang bermuatan postif serba sama
yang mengandung electron dan tersebar merata di permukaannya.
Namun, ternyata teori Bohr ini tidak bisa menjelaskan mengapa garis spectral tertentu
berintensitas lebih tinggi dari yang laiinya. Selain itu, teori ini tidak bisa menjelaskan hasil
pengamatan bahwa banyak garis spectral sesungguhnya terdiri dari garis-garis terpisah yang
panjang gelombangnya sedikit berbeda. Yang paling penting, teori Bohr ini tidak dapat
menjelaskan bagaimana interaksi atom-atom penyusun ini bisa menyusun kumpulan
makroskopis yang memiliki sifat fisika dan kimia seperti yang kita amati sekarang.
Walaupun teori Bohr tidak terbukti secara eksperimen, namun hal ini menjadi sebuah catatan
yang merubah paradigma para ilmuwa saat itu tentang bagaimana menjelaskan gejala tomik
dengan memakai pendekatan yang lebih umum. Hal ini kemudian dilakukan oleh ilmuwan-
ilmuwan lainnya ditahun-tahun selanjutnya.
Dari diskusi Henri Poincare tentang teori Planck pada tahun 1912, tulisannya yang berjudul Sur
la theorie des quanta menyatakan bahwa walaupun teori tentang kuantisasi energi ini berhasil
dan cukup fenomenal, namun pada saat itu tidak ada pertimbangan yang tepat tentang kuantisasi.
Oleh karena itu, kemudian teori tersebut disebut dengan teori kuantum lama.
Kemudian pada tahun 1931 kata fisika kuantum pertama kali diungkapkan oleh Johnston dalam
bukunya yang berjudul Planck's Universe in Light of Modern Physics.
Pada tahun 1924, seorang fisikawan Perancis, Louis de Broglie menyatakan teorinya tentang
gelombang materi dengan menyatakan bahwa partikel dapat menunjukan sifat gelombang dan
sebalikanya. Teori ini berlaku utuk partikel tunggal. Teori tersebut diambil dari teori relativitas
khusus.
Kemudian berdasarkan pemikiran de Broglie mekanika kuantum modern lahir pada tahun 1925
yaitu ketika fisikawan Jerman, Werner Heisenberg dan Max Born mengembangkan mekanika
matriks. Selain itu, Erwin Schrodinger seorang fisikawan Austria menemukan mekanika
gelombang dan persamaan non-relativistik Schrodinger sebagai pendekatan terhadap kasus
umum dari teori de Broglie. Schrodinger menunjukan bahwa kedua temuannya eqivalen.
Pada tahun 1926 Einstein pernah bertanya kepada W. Heisenberg di Berlin "Filosofi apa yang
mendasari anda mengenai teori aneh anda? Teori tersebut terlihat menarik, tetapi apa yang
dimaksud dengan kuantitas yang dapat diamati saja?" W. Heisenberg menjawab bahwa ia tidak
percaya kepada keberadaan jejak-jejak dalam kamar kabut. Kemudian Einstein menimpali:
"tetapi anda harus menyadari bahwa hal tersebut sangatlah salah". W. Heisenberg menjawab lagi
"tetapi kenapa kalau sementara hal ini tidak benar sedangkan anda menggunakannya". Einstein
mengatakan bahwa "I may have used it, but still it is nonsense"!
Observation means that we construct some connections between a phenomenon and our
realization of the phenomenon. There is something happening in the atom, the light is emitted,
the light hits the photographic plate, we see the photographic plate and so on and so on. In this
whole course of events between the atom and your eye and your consciousness you must assume
that everything work as in the old physics. If you would change the theory concerning the
sequence of events then of course the observation would be altered.
Bagi Heisenberg, penegasan Einstein tersebut sangat bermanfaat dalam penelitian selanjutnya
bersama dengan Neils Bohr. Penegasan tersebut sekaligus mengingatkan bahwa akan sangat
membahayakan apbila hanya meneliti tentang kuantitas yang teramati saja, padahal disamping
semua kuantitas yang dapat diamati secara langsung masih banyak hal yang dimungkinkan untuk
dapat diamati secara tidak langsung. Akhirnya Heisenberg mengakuinya dengan mengemukakan
"this was that one should not strick too much to one special group of experiments; one should
rather try to keep in touch with all the developments in all the relevant experiments so that one
should always have the whole picture in mind before one tries to fix a theory in mathematical or
other languages".
Persamaan dirac memprediksikan spin electron dan menuntun Dirac untuk meramalkan
keberadaan positron. Dia juga merintis penggunaan tools matematika dalam menjelaskan teori,
termasuk notasi bra-ket. Hal ini digambarkan dalam bukunya yang terkenal pada tahun 1930.
Pada periode yang sama, seorang polimat John Von Neumann merumuskan dasar matematika
yang tepat untuk mekanika kuantum yaitu teori operator linear. Hal tersebut digambarkan dalam
bukunya pada tahun 1932.
Bidang ilmu kimia kuantum dirintis oleh fisikawan Walter Heitler dan Fritz London yang
mempublikasikan suatu studi tentang ikatan kovalen dan molekul hydrogen pada tahun 1927.
Kimia kuantum dibangaun oleh banyak orang termasuk kimiawan teori Amerika, Pauling dan
John C Slater ke dalam banyak teori misalnya teori molekuler orbit dan teori valensi.
Pada tahun 1927 mulai dilakukan penerapan mekanika kuantum untuk sebuah bidang yang lebih
dari partikel tunggal, yang menghasilkan teori medan kuantum. Orang-orang yang pertama kali
menekuni bidang ini diantaranya adalah P.A.M. Dirac, W. Pauli, V. Weisskopf, dan P. Jordan.
Penelitian ini mencapai puncaknya ketika perumusan elektrodinamika kuantum oleh R.P.
Feynmen, F. Dyson, J. Schwinger, dan S.I Tomonaga sepanjang tahun 1940. Kuantum
elektrodinamika merupakan teori kuantum tentang electron, positron, dan medan electromagnet.
Teori kuantum chromoynamics pertama kali dirumuskan pada awal tahun 1960. Teori tersebut
dirumuskan oleh Politzer, Gross dan Wilczek pada tahun 1975. Kemudian berdasarkan pada
hasil dari pekerjaan yang dipelopori oleh Schwinger, Higgs dan Goldstone, fisikawan Glashow,
Weinberg dan Salam menunjukan bagaimana gaya nuklir lemah dan kuantum elektrodinamika
dapat disatukan ke dalam gaya listrik lemah. Dari hal tersebut pada tahun 1979 mereka
menerima hadiah nobel dalam bidang fisika.
Berikut ini adalah eksperimen – eksperimen yang mendasari perkembangan mekanika kuantum:
1.Thomas Young dengan eksperimen celah ganda mendemonstrasikan sifat gelombang cahaya
pada tahun 1805,
3.J.J. Thompson dengan eksperimen sinar katoda menemuka electron pada tahun 1897,
4.Studi radiasi benda hitam antara 1850 sampai 1900 yang dijelaskan tanpa menggunakan
konsep mekanika kuantum,
5.Einstein menjelaskan efek foto listrik pada tahun 1905 dengan menggunakan konsep foton dan
partikel cahaya dengan energi terkuantisasi,
6.Robert Milikan menunjukan bahwa arus listrik bersifat seperti kuanta dengan menggunakan
eksperimen tetes minyak pada tahun 1909,
7.Ernest Rutherford mengungkapkan model atom pudding yaitu massa dan muatan postif dari
atom terdistribusi merata dengan percobaan lempengan emas pada tahun 1911,
8.Otti Stern dan Walther Gerlach mendemonstrasikan sifat terkuantisasinya spin partikel yang
dikenal dengan eksperimen Stern-Gerlach pada tahun 1920,
9.Clinton Davisson dan Lester Germer mendemondtrasikan sifat gelombang dari electron
melalui percobaan difraksi electron pada tahun 1927,
10.Clyde L. Cowan dan Frederick Reines menjelaskan keberadaan neutrino pada tahun 1955,
11.Clauss Jonsson dengan eksperimen celah ganda menggunakan electron pada tahun 1961,
12.Efek Hall kuantum yang ditemukan oleh Klaus von Klitzing pada tahun 1980, dan
13.Eksperimental verivication dan quantum entanglement oleh Alain Aspect pada tahun 1982.
Apa itu Partikel?
Anda tentu mengenal atau bahkan suka bermain bola atau kelereng, bukan? Nah, partikel adalah
“semacam” bola atau kelereng, namun berukuran sangat kecil, sehingga ia tak tampak oleh mata.
Ukuran partikel yang elementer bisa hingga 10-35 m!
Sebagai ilustrasi, jika kita memiliki daging sosis sepanjang sepuluh meter kemudian kita bagi-
bagi untuk satu trilyun trilyun trilyun orang, maka tiap orang memperoleh bagian satu porsi
daging sosis seukuran “partikel elementer”!
Satu trilyun sama dengan angka 1 dengan 12 angka nol dibelakangnya. Sehingga, ukuran partikel
elementer dapat kita tulis sebagai seukuran 10 meter sosis dibagi-bagi untuk orang sejumlah 1
dengan 36 angka nol dibelakangnya!
Detektor Partikel
Untuk melihatnya kita memerlukan alat, sebut saja, “detektor partikel”. Detektor partikel
digunakan untuk mendeteksi, merekam, mengidentifikasi partikel berenergi tinggi, semisal yang
dihasilkan oleh peluruhan inti atom, radiasi kosmis, atau reaksi dalam pemercepat partikel.
Detektor partikel, disamping berfungsi sebagai kalorimeter untuk mengukur energi partikel yang
terdeteksi, juga untuk mengukur sifat-sifat partikel seperti momentum, spin dan muatan.
Compact Muon Solenoid (CMS) adalah contoh detektor partikel besar.
Untuk contoh, pemercepat partikel SLAC dapat mempercepat elektron hingga 51 GeV. Ini
memberi gamma 100.000, karena massa diam elektron adalah 0.51 MeV/c2 (massa relativistik
elektron ini adalah 100.000 kali massa diamnya).
Dalam mekanika kuantum relativistik, elektron dideskripsikan oleh persamaan Dirac yang
mendefinisikan elektron sebagai titik matematis. Dalam teori medan kuantum, perilaku elektron
dideskripsikan oleh elektrodinamika kuantum, sebuah teori gauge U(1). Dalam model Dirac,
elektron didefinisikan menjadi titik matematis, seperti titik, partikel “polos” bermuatan yang
dikelilingi oleh lautan pasangan interaksi partikel virtual dan antipartikel.
Hal ini memberikan koreksi sedikit di atas 0,1% terhadap nilai yang diprediksi rasio
gyromagnetik elektron dari dengan pasti 2 (sebagaimana diprediksi oleh model partikel tunggal
Dirac). Kesesuaian yang luar biasa presisi dari prediksi ini dengan nilai yang ditentukan secara
eksperimen dipandang sebagai salah satu prestasi besar fisika modern.
Dalam Model Standar fisika partikel, elektron adalah generasi pertama lepton bermuatan. Ia
membentuk doublet isospin lemah dengan neutrino elektron; dua partikel ini berinteraksi dengan
satu sama lain melalui kedua muatan dan arus netral interaksi lemah. Elektron adalah sangat
mirip dengan lebih dari dua partikel masif generasi lebih tinggi, muon dan tau lepton, yang
adalah identik dalam muatan, spin dan interaksi namun berbeda dalam massa.
Bagian anti materi elektron adalah positron. Positron memiliki jumlah muatan listrik yang sama
dengan elektron, kecuali muatannya adalah positip. Ia memiliki massa dan spin yang sama
dengan elektron. Ketika elektron dan positron bertemu, mereka saling menghilangkan satu sama
lain, memunculkan dua foton sinar gamma diemisikan secara kasar 1800 satu sama lain.
Jika elektron dan positron memiliki momentum yang dapat diabaikan, tiap-tiap sinar gamma
akan memiliki energi 0.511 MeV. Elektron adalah elemen kunci dalam elektromagnetisme,
sebuah teori yang akurat untuk sistem makroskopik, dan untuk model klasik sistem mikroskopik.
Muon
Dalam model standar fisika partikel, muon (dari kata Yunani huruf mu digunakan untuk
mewakilinya) adalah sebuah partikel fundamental semi stabil dengan muatan listrik negatip dan
spin ½. Bersama-sama dengan elektron, tauon dan neutrino, ini dikelompokkan sebagai bagian
keluarga lepton dari fermion. Seperti seluruh partikel fundamental, muon memiliki pasangan
antimateri bermuatan berlawanan tetapi memiliki massa dan spin yang sama: antimuon.
Untuk alasan historis, muon terkadang dirujuk sebagai mu meson, meskipun mereka tidak
dikelompokkan sebagai meson oleh fisikawan partikel modern. Muon memiliki massa 207 kali
massa elektron. Karena interaksi mereka adalah serupa dengan elektron, muon dapat seringkali
dipikirkan sebagai elektron berat secara ekstrim. Muon dinyatakan oleh µ- dan antimuon oleh
µ+.
Di bumi, muon diciptakan ketika pion bermuatan meluruh. Pion diciptakan di atmosfer atas oleh
radiasi kosmis dan memiliki waktu peluruhan yang sangat pendek – beberapa nanodetik. Muon
tercipta ketika peluruhan pion juga hidup pendek: waktu peluruhan mereka adalah 2,2
mikrodetik. Akan tetapi muon di atmosfer bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi,
sehingga efek dilasi waktu dari relativitas khusus membuat mereka menjadi mudah dideteksi
pada permukaan bumi.
Sebagaimana dengan kasus lepton bermuatan lain, terdapat muon-neutrino yang memiliki flavor
yang sama seperti muon. Muon secara alami meluruh menjadi sebuah elektron, sebuah elektron-
antineutrino, dan sebuah muon-neutrino.
Atom Muon
Muon adalah partikel elementer pertama yang ditemukan yang tidak muncul dalam atom biasa.
Muon negatif dapat, bagaimana pun, membentuk atom muonik dengan menggantikan elektron
dalam atom biasa. Atom muonik adalah jauh lebih kecil dibanding atom sejenis karena, untuk
mengekalkan momentum anguler, muon yang lebih masif harus lebih dekat ke inti atom
dibanding pasangan elektron yang kurang masif.
Muon positif, ketika dihentikan dalam materi biasa, dapat juga mengikat sebuah elektron dan
membentuk atom muonium (Mu), dimana muon beraksi sebagai inti. Massa tereduksi dari
muonium, yakni jari-jari Bohrnya, adalah sangat dekat ke hidrogen, oleh karenanya atom
berumur pendek ini berperilaku secara kimiawi – dalam aproksimasi pertama – seperti isotopnya
yang lebih berat, hidrogen, deuterium dan tritium.
Sejarah
Muon ditemukan oleh Carl D. Anderson pada tahun 1936 sewaktu ia mempelajari radiasi
kosmis. Ia menyatakan partikel-partikel yang melengkung dalam suatu cara berbeda dari elektron
dan partikel-partikel yang dikenal ketika melewati medan magnetik. Secara khusus, partikel baru
ini melengkung menuju derajat yang lebih kecil dibanding elektron, ettapi lebih tajam dibanding
proton. Diasumsikan bahwa muatan listriknya sama dengan elektron, dan demikian untuk
menghitung perbedaan kelengkungan, itu dianggap bahwa partikel-partikel ini adalah massa
menengah (terletak antara elektron dan proton).
Untuk alasan ini, Anderson pada awalnya menyebut partiel baru sebuah mesotron, mengadopsi
awalan meson- dari kata Yunani untuk “menegah”. Dengan segera setelahnya, partikel tambahan
dari massa menegah ditemukan, dan istilah lebih umum meson diadopsi untuk merujuk bagi
sembarang partikel demikian.
Dipaksa oleh kebutuhan untuk membedakan antara tipe-tipe berbeda dari meson, mesotron
dinamai ulang dengan meson mu (dengan huruf Yunani µ (mu) digunakan untuk
mengaproksimasi bunyi huruf Latin m).
Akan tetapi, segera ditemukan bahwa mu meson secara signifikan berbeda dari meson yang lain;
sebagi contoh, hasil peluruhannya mencangkup neutrino dan antineutrino, ketimbang satu atau
yang lain sebagaimana teramati dalam meson yang lain. Jadi mu meson bukanlah meson
keseluruhan, dan juga istilah mu meson adalah bebas dan diganti dengan istilah modern muon.
Di pertengahan tahun 1970-an, fisikawan eksperimental memikirkan percobaan menembak
neutrino pada target proton. Menurut apa yang kemudian diketahui tentang interaksi lemah,
mereka mengharapkan tumbukan untuk mengubah neutrino menuju muon, dan proton menuju
bekas peninggalan. Mereka terkejut menemukan dua muon, satu muon negatif dan satu muon
positif, dihasilkan dari tumbukan demikian.
Ini membangkitkan kesuksesan diskusi teoritik, hingga sebuah kesepakatan muncul pada
bagaimana muon positif hadir. Tumbukan proton atau neutrino tak hanya menghasilkan bekas
peninggalan proton dan muon negatif, tetapi sebuah kuark pesona, dan kuark dengan segera
meluruh menjadi kuark asing, sebuah neutrino muon, dan sebuah muon positif.
Muon adalah yang pertama dari daftar panjang partikel subatomik yang penemuannya pada
awalnya digagalkan ahli teoritik yang tak dapat membuat ‘hutan’ yang membingungkan sesuai
ke dalam beberapa skema konseptual yang rapi. Willis Lamb mengklaim bahwa ia telah
mendengarnya mengatakan bahwa pada satu titik “penemu partikel elementer baru biasa
dianugerahi hadiah Nobel, tetapi penemuan demikian sekarang seharusnya diganjar dengan US
Dollar 10.000,-”.
Muon (dari huruf mu (μ) digunakan untuk mewakilinya) adalah partikel
elementer dengan muatan listrik negatip dan spin ½. Muon memiliki waktu
hidup rata-rata 2,2 μs, lebih panjang dibanding sembarang lepton, meson
atau baryon tak stabil yang lain kecuali untuk neutron.
Bersama-sama dengan elektron, tau dan neutrino, muon diklasifikasi sebagai lepton. Seperti
seluruh partikel fundamental, muon memiliki kawan anti materi bermuatan berlawanan namun
bermassa dan berspin sama: antimuon, juga disebut muon positip. Muon dinyatakan oleh μ−
dan anti muon oleh μ+.
Untuk alasan historis, muon terkadang dirujuk sebagai mu meson, meskipun muon tidak
diklasifikasikan sebagai meson oleh fisikawan partikel modern. Muon memiliki massa 105,7
MeV/c2, yang mana 206,7 kali massa elektron.
Karena interaksi muon sangat mirip dengan elektron, muon dapat ditinjau sebagai versi yang
jauh lebih berat dari elektron. Dikarenakan massa muon yang lebih besar, muon tidak
mengemisikan sebanyak radiasi bremsstrahlung; konsekuensinya, mereka jauh lebih menembus
dibanding elektron.
Sebagaimana kasus lepton bermuatan yang lain, terdapat neutrino-muon
yang memiliki flavor yang sama sebagaimana muon. Neutrino-muon
dinyatakan oleh νμ.
Sumber Muon
Karena produksi muon memerlukan energi frame COM yang tersedia lebih dari 105 MeV, baik
peristiwa peluruhan radioaktif biasa maupun peristiwa fisi dan fusi nuklir (semisal yang terjadi
dalam reaktor nuklir dan senjata nuklir) tidak cukup energetik untuk menghasilkan muon. Hanya
fisi nuklir menghasilkan energi peristiwa nuklir tunggal dalam cakupan ini, namun dikarenakan
kendala kekekalan, muon tak dihasilkan.
Di bumi, seluruh muon yang terjadi secara natural dengan jelas dihasilkan oleh sinar kosmis,
yang paling banyak terdiri dari proton, banyak yang datang dari ruang yang jauh pada energi
yang sangat tinggi.
Sekitar 10.000 muon mencapai setiap meter persegi permukaan bumi setiap menit; bentuk
partikel bermuatan ini sebagaimana hasil tumbukan sinar kosmis dengan molekul di atmosfer
lebih atas. Penjalaran pada kecepatan relativistik, muon dapat menembus sepuluh meter ke dalam
batuan dan materi lain sebelum menipis sebagai hasil absorpsi atau defleksi oleh atom-atom yang
lain.
Ketika proton sinar kosmis menubruk nuklir atom udara di atmosfer bagian atas, pion dihasilkan.
Peluruhan ini dalam jarak yang relatif pendek (meter) menjadi muon (hasil peluruhan yang
“disukai” pion) dan neutrino.
Muon dari sinar kosmis energi tinggi ini, pada umumnya melanjutkan utamanya dalam arah yang
sama sebagaimana proton awal, demikian juga pada kecepatan yang sangat tinggi. Disamping
waktu hidup mereka, yang tanpa efek relativistik akan memperkenankan jarak paro hidup hanya
sekitar 0,66 km paling banyak, efek dilasi waktu dari relativitas khusus memperkenankan muon
sekunder sinar kosmis untuk mempertahankan penerbangannya menuju permukaan bumi.
Tentu saja, karena muon tidak biasa menembus materi biasa, seperti neutrino, mereka juga dapat
dideteksi jauh di dalam tanah dan dalam air, dimana muon membentuk bagian utama radiasi
ionisasi latar belakang natural.
Seperti sinar kosmis, sebagaimana dicatat, radiasi muon sekunder ini juga terarah. Reaksi nuklir
yang sama dideskripsikan di atas (yakni tumbukan hadron-hadron untuk menghasilkan berkas
pion, yang mana kemudian secara cepat meluruh menjadi berkas muon pada jarak pendek)
digunakan oleh fisikawan partikel untuk menghasilkan berkas muon, semisal berkas yang
digunakan untuk eksperimen rasio giromagnetik g-2 muon.
Dalam muon yang dihasilkan secara natural, proton energi sangat tinggi memulai proses ditinjau
mengawali dari percepatan medan elektromagnetik pada jarak panjang antara bintang atau
galaksi, dalam suatu cara analog dengan mekanisme percepatan proton yang digunakan dalam
laboratorium pemercepat partikel.
Peluruhan Muon
Peluruhan yang paling umum dari muon meliputi boson W. Muon adalah partikel elementer yang
tak stabil dan lebih berat ketimbang elektron dan neutrino namun lebih ringan daripada seluruh
partikel materi yang lain.
Muon meluruh melalui interaksi lemah menjadi elektron, dua neutrino dan mungkin partikel
yang lain dengan muatan total nol. Hampir keseluruhan waktu, muon meluruh menjadi elektron,
elektron-anti neutrino, dan muon-neutrino.
Anti-muon meluruh menjadi positron, neutrino elektron dan antineutrino-muon: Foton atau
pasangan elektron-positron juga hadir dalam hasil peluruhan sekitar 1,4%
waktu. Waktu hidup rata-rata muon adalah 2.197019 ± 0.000021 μs.
Kesamaan waktu hidup muon dan anti-muon telah dibentuk terhadap satu
bagian dalam 104.
Atom Muonik
Muon adalah patikel elementer pertama yang ditemukan yang tidak muncul daalam atom biasa.
Muon negatip dapat, bagaimana pun, membentuk atom muonik dengan menggantikan elektron
dalam atom biasa.
Atom muonik adalah jauh lebih kecil dibanding atom khas karena massa muon lebih besar
memberinya fungsi gelombang keadaan dasar lebih kecil dibanding elektron. Muon positip,
ketika dihentikan dalam materi biasa, dapat juga mengikat elektron dan membentuk atom eksotik
dikenal sebagai atom muonium (Mu), dimana muon berperilaku sebagai nukleus.
Muon positip, dalam konteks ini, dapat ditinjau pseudo-isotop hidrogen dengan sepersembilan
massa proton. Massa tereduksi muonium, oleh karenanya jari-jari Bohr, adalah sangat dekat
dengan hidrogen, karena itu “atom” hidup pendek ini berperilaku secara kimia – dalam
aproksimasi pertama – seperti hidrogen, deuterium dan tritium.
Muon ditemukan oleh Carl D. Anderson pada tahun 1936 sementara ia mempelajari radiasi
kosmis. Ia menyatakan partikel yang berbelok dalam suatu cara berbeda dari elektron dan
partikel lain yang dikenal, ketika melewati medan magnetik. Secara khusus, partikel baru ini
bermuatan negatip namun berbelok ke derajat kecil dibanding elektron, namun lebih tajam
dibanding proton, untuk partikel dengan kecepatan yang sama.
Diasumsikan bahwa besar muatan listrik negatip mereka sama dengan elektron, dan juga untuk
menghitung perbedaan belokan, dianggap bahwa partikel-partikel ini bermassa menengah
(terletak diantara elektron dan proton).
Untuk alasan ini, Anderson pada awalnya menyebut partikel baru ini mesotron, mengadopsi
awalan meso dari Bahasa Yunani untuk “menengah”. Secara ringkas sesudah itu, partikel
tambahan bermassa menengah ditemukan, dan istilah lebih umum meson diadopsi untuk merujuk
sembarang partikel demikian.
Dihadapkan pada kebutuhan untuk membedakan antara tipe-tipe meson,
mesotron di tahun 1947 dinamai ulang mu meson (dengan huruf Yunani μ
(mu) digunakan untuk aproksimasi bunyi huruf Yunani m).
Namun, ini segera ditemukan bahwa mu meson secara signifkan berbeda dengan meson yang
lain, sebagai contoh, hasil peluruhannya mencangkup neutrino dan anti neutrino, dibanding
hanya satu atau yang lain, sebagaimana diamati di meson yang lain.
Meson yang lain dipahami dengan segera menjadi hadon, yakni, partikel terdiri dari kuark, dan
jadinya menjadi subjek gaya kuat sisa. Di dalam model kuark, meson tersusun dari dengan pasti
dua kuark (kuark dan anti kuark), tak seperti baryon yang tersusun dari tiga kuark. Mu meson,
bagaimana pun, ditemukan menjadi partikel fundamental (lepton) seperti elektron, dengan tak
ada struktur kuark.
Tauon
Tauon, atau tau lepton, adalah sebuah partikel elementer bermuatan negatif dengan waktu hidup
detik dan massa 1777 MeV (bandingkan dengan 939 MeV untuk proton dan 0,511 MeV untuk
elektron). Tauon memiliki antipartikel kaitan (antitauon) dan neutrino (neutrino tau dan
antineutrino tau).
Klasifikasi
Lepton tau menjadi generasi ketiga dari lepton. Ia adalah pasangan generasi dari elektron
(generasi pertama) dan muon (generasi kedua). Seperti elektron dan muon, lepton tau muncul
seperti partikel; tak ada struktur yang terdeteksi, dan jika ada, itu harus menjadi skala kurang dari
meter. Juga seperti elektron dan muon, tauon memiliki spin ½. Tau lepton dan antipartikelnya
membawa muatan listrik yang sama sebagaimana elektron dan positron, berturut-turut.
Peluruhan
Tau adalah hanya lepton yang dapat meluruh menjadi hadron – lepton lain yang tidak memiliki
massa. Seperti mode peluruhan yang lain dari tau lepton, peluruhan hadron melalui interaksi
lemah.
Karena bilangan lepton seperti tau adalah kekal (hanya secara aproksimasi, dikarenakan osilasi
neutrino), sebuah neutrino tau diciptakan ketika sebuah lepton tau meluruh menjadi muon atau
elektron.
Perbandingan branching untuk peluruhan dari tau menjadi elektron dan neutrino adalah sekitar
18 persen, dan serupa untuk peluruhan menjadi sebuah muon dan neutrino. Perbandingan
branching untuk peluruhan hadron adalah sekitar 64 persen.
Penemuan
Lepton tau dideteksi melalui serangkaian percobaan antara tahun 1974 dan 1977 oleh Martin
Lewis Perl dengan koleganya di grup SLAC-LBL. Peralatan mereka terdiri dari cincin
penumbuk SLAC baru, disebut SPEAR, dan detektor magnetik LBL. Mereka dapat mendeteksi
dan membedakan antara lepton, hadron dan foton. Mereka tak dapat mendeteksi lepton tau
secara langsung, agaknya mereka menemukan peristiwa anomali.
Pasti terdapat partikel-partikel tak terdeteksi dikarenakan tak semua energi dari tumbukan awal
datang dihitung untuk keadaan akhir. Akan tetapi, mereka tak mendeteksi muon-muon lain atau
elektron, atau sembarang hadron atau foton. Ini diajukan bahwa peristiwa ini adalah produksi
dan peluruh berikut dari pasangan partikel baru:
Ini adalah sulit untuk membuktikan karena energi untuk menghasilkan pasangan adalah mirip
dengan batas ambang untuk produksi D meson. Pekerjaan yang dilakukan di DESY-Heidelberg,
and dengan Direct Electron Counter (DELCO) di SPEAR, sesudah itu mengukuhkan massa dan
spin tauon.
Neutrino
Neutrino adalah partikel elementer. Ia memiliki spin setengah bulat dan oleh karena itu termasuk
fermion. Massanya sangat kecil bila dibandingkan dengan kebanyakan partikel lain, meskipun
eksperimen baru-baru ini (lihat Super-Kamiokande, Sudbury Neutrino Observatory dan
KamLAND) menunjukkan bahwa massanya tidak nol. Karena ia secara kelistrikan netral,
neutrino berinteraksi tidak dengan gaya kuat atau gaya elektromagnetik, tetapi hanya melalui
gaya lemah dan gaya interaksi gravitasi.
Dikarenakan kenyatakan bahwa tampang lintang dalam interaksi nuklir lemah adalah sangat
kecil, neutrino dapat menembus materi tak terintangi. Untuk neutrino khas yang dihasilkan oleh
matahari (energinya beberapa MeV), ia akan mengambil sekitar satu tahun cahaya (~1016 m)
yang didorong kearah menghalangi separuh di antara mereka.
Deteksi neutrino dapat oleh karenanya ditantang dengan mensyaratkan volume deteksi yang
besar atau berkas neutrino intensitas tinggi buatan.
Tipe Neutrino
Terdapat tiga tipe neutrino yang dikenal (cita rasa – flavor): neutrino elektron, neutrino muon
dan neutrino tau, dinamai setelah pasangan mereka lepton dalam Model Standar.
Pengukuran terbaik arus dari jumlah tipe neutrino berasal dari pengamatan peluruhan boson Z.
Partikel ini dapat meluruh menjadi sembarang neutrino dan antineutrinonya, dan lebih banyak
tipe neutrino yang ada, lebih pendek waktu hidup boson Z.
Pengukuran terakhir meletakkan jumlah tipe neutrino ringan (dimana “ringan” berarti memiliki
massa lebih kecil daripada setengah massa Z) pada 2.984±0.008.
Kemungkinan neutrino steril – neutrino yang tidak berperan serta dalam interaksi lemah tetapi
yang dapat diciptakan melalui osilasi cita rasa – tidak dipengaruhi oleh pengukuran berbasis
boson Z ini.
Hubungan antara enam – yang saat ini dikenal – kuark dalam Model Standard dan enam lepton,
diantara mereka tiga neutrino, menyediakan bukti tambahan bahwa terdapat seharusnya tiga tipe
secara pasti. Akan tetapi, bukti konklusif bahwasannya terdapat hanya tiga jenis neutrino
menyisakan sebuah tujuan terabaikan dari fisika partikel.
Sejarah
Neutrino pertama kali dipostulatkan pada tahun 1931 oleh Wolfgang Pauli untuk menjelaskan
spektrum energi peluruhan beta, peluruhan neutron menjadi proton dan sebuah elektron. Pauli
mengajukan teori bahwa sebuah partikel tak terdeteksi membawa beda teramati antara energi dan
momentum sudut dari partikel awal dan partikel akhir.
Karena sifat-sifat “hantu” neutrino, deteksi eksperimental pertama-tama dari neutrino harus
menunggu hingga sekitar 25 tahun setelah didiskusikan pertama kalinya.
Pada tahun 1956 Clyde Cowan, Frederick Reines, F.B. Harrison, H.W. Kruse dan A.D. McGuire
mempublikasikan artikel yang berjudul “Deteksi Neutrino Bebas: Sebuah Penegasan” dalan
Sains, sebuah hasil yang dianugerahi dengan hadiah Nobel pada tahun 1995.
Nama neutrino diusulkan oleh Enrico Fermi – yang mengembangkan teori awal yang
mendeskripsikan interaksi neutrino – sebagai sebuah permainan kata dari neutrone, nama Italia
dari neutron.
(Neutrone dalam bahasa Italia bermakna besar dan netral, dan neutrino bermakna kecil dan
netral.)
Pada tahun 1962 Leon M. Lederman, Melvin Schwartz dan Jack Steinberger menunjukkan
bahwa lebih dari satu neutrino yang ada dengan pertama – tama mendeteksi interaksi-interaksi
neutrino muon. Ketika tipe ketiga lepton, yakni neutrino tau ditemukan pada tahun 1975 di
Stanford Linear Accelerator, adalah begitu diharapkan untuk memiliki neutrino terkait.
Bukti pertama untuk tipe neutrino ketiga ini berasal dari pengamatan hilangnya energi dan
momentum dalam peluruhan tau analog terhadap peluruhan beta yang memandu pada penemuan
neutrino dalam tempat pertama.
Deteksi pertama dari interaksi neutrino tau nyata diumumkan pada musim panas tahun 2000 oleh
kolaborasi DONUT di Fermilab, membuatnya menjadi partikel terakhir dalam Model Standard
yang secara langsung teramati.
Kesulitan dalam pendeteksian neutrino diilustrasikan oleh Richard Feynman. Ia mengatakan,
“Seluruh yang harus Anda lakukan adalah membayangkan sesuatu yang secara praktis tak ada.
Anda dapat menggunakan menantu Anda sebagai prototipe”.
Massa Neutrino
Model Standard dalam fisika partikel mengasumsikan bahwa neutrino tak bermassa, meskipun
penambahan neutrino bermassa terhadap kerangka kerja dasar tidak sulit.
Sungguh-sungguh, fenomena yang mapan secara eksperimen dari osilasi neutrino mensyaratkan
massa neutrino tak nol. Batas atas terkuat massa neutrino berasal dari kosmologi.
Model Big Bang memprediksi bahwa terdapat perbandingan yang tetap antara jumlah neutrino
dan jumlah foton dalam gelombang kosmis latar belakang. Jika massa total dari seluruh tiga tipe
neutrino melebihi 50 elektron volt (tiap neutrino), terdapat begitu banyak massa dalam alam
semesta yang akan menyebabkan alam semesta runtuh.
Batas ini dapat dibelitkan dengan mengasumsikan bahwa neutrino adalah tak stabil; akan tetapi,
terdapat batas-batas dalam Model Standard yang membuat hal ini menjadi sulit.
Fenomena Kosmologi
Neutrino adalah produk penting dari supernova. Paling banyak energi yang dihasilkan dalam
supernova diradiasikan dalam bentuk kerkahan tak terukur dari neutrino, yang mana dihasilkan
ketika proton dan elektron dalam inti terkombinasi membentuk neutron.
Bukti eksperimen pertama dari fenomena ini datang pada tahun 1987, ketika neutrino datang dari
supernova terdeteksi.
Dalam peristiwa-peristiwa demikian, densitas inti menjadi begitu tinggi (1014 g/cm3) dimana
interaksi antara neutrino yang dihasilkan dan materi sekeliling bintang menjadi penting.
Dipikirkan bahwa neutrino akan dihasilkan juga dari peristiwa-peristiwa lain semisal tumbukan
bintang-bintang neutron.
Karena neutrino berinteraksi sedemikian kecil dengan materi, dipikirkan bahwa emisi neutrino
supernova membawa informasi tentang daerah paling dalam dari ledakan.
Banyak cahaya nampak datang dari peluruhan elemen-elemen radioaktif yang dihasilkan oleh
gelombang kejut supernova, dan bahkan cahaya dari ledakan itu sendiri dihamburkan oleh gas
rapat dan turbulensi.
Neutrino pada sisi lain, melewati gas-gas ini, menyediakan informasi tentang inti supernova
(dimana kerapatan adalah cukup besar untuk mempengaruhi sinyal neutrino). Lebih jauh, retakan
neutrino diharapkan untuk mencapai bumi sebuah sembarang gelombang elektromagnetik,
mencangkup cahaya nampak, sinar gamma atau gelombang radio.
Penundaan waktu tertentu tidak diketahui, tetapi untuk supernova tipe II, ahli astronomi
mengharapkan banjir neutrino dilepaskan berdetik-detik setelah keruntuhan inti bintang,
sementara sinyal elektromagnetik pertama mungkin berjam-jam atau berhari-hari kemudian.
Proyek SNEWS menggunakan sebuah jaringan detektor neutrino untuk memonitor langit bagi
peristiwa-peristiwa calon supernova; diharapkan sinyal neutrino akan menyediakan sebuah
peringatan lanjut yang berguna dari bintang yang meledak.
Deteksi neutrino
Neutrino dapat berinteraksi melalui arus netral (mencangkup pertukaran boson Z) atau arus
muatan (mencangkup pertukaran boson W) interaksi lemah.
Dalam interaksi arus netral, neutrino meninggalkan detektor setelah memindahkan sebagian
energinya dan momentum terhadap partikel sasaran. Seluruh tiga cita rasa neutrino dapat
berperan serta tanpa melihat energi neutrino. Akan tetapi, tak ada informasi cita rasa neutrino
tertinggal.
Dalam interaksi arus bermuatan, neutrino mentransformasi menjadi lepton pasangannya
(elektron, muon, atau tau). Akan tetapi, jika neutrino tak memiliki energi yang cukup untuk
menciptakan massa pasangan lebih beratnya, interaksi arus bermuatan tak tersedia baginya.
Neutrino reaktor dan neutrino matahari memiliki cukup energi untuk menciptakan elektron.
Kebanyakan berkas neutrino berbasis akselerator dapat juga menciptakan muon, dan sedikit
darinya menciptakan partikel tau. Sebuah detektor yang dapat membedakan antara lepton-lepton
ini dapat mengungkapkan cita rasa neutrino datang dalam interaksi arus bermuatan. Karena
interaksi mencangkup pertukaran boson bermuatan, partikel sasaran juga berubah karakter
(misalnya, neutron ? proton).
Antineutrino pertama kali dideteksi pada tahun 1953 dekat reaktor nuklir. Reines dan Cowan
menggunakan dua sasaran mengandung solusi kadmium klorida dalam air. Dua detektor
skintilasi ditempatkan berikutnya terhadap sasaran kadmium.
Interaksi arus bermuatan antineutrino dengan proton dalam air menghasilkan positron dan
neutron. Anihilasi positron hasil dengan elektron menciptakan foton dengan energi sekitar 0,5
MeV.
Pasangan foton yang bersesuaian dapat dideteksi dengan dua detektor skintilasi di atas dan di
bawah sasaran. Neutron ditangkap oleh inti kadmium dihasilkan dalam sinar gamma sekitar 8
MeV yang dideteksi beberapa mikrodetik setelah foton dari peristiwa pelenyapan positron.
Detektor klorin terdiri dari sebuah tangki terisi dengan karbon tetraklorida. Sebuah neutrino
mengubah sebuah atom klorin menjadi salah satu argon melalui interaksi arus bermuatan.
Fluida secara peiodik dibersihkan dengan gas helium yang akan memindahkan argon. Detektor
klorin terdahulu Homestake Mine dekat Lead, South Dakota, mengandung 520 tangki pendek
(470 metrik ton) fluida, membuat pengukuran pertama dari defisit neutrino elektron dari
matahari (lhat problem neutrino matahari). Detektor sejenis didesain menggunakan sebuah
galium transformasi germanium yang sensitif terhadap neutrino energi rendah.
Metode deteksi kimia adalah berguna hanya untuk menghitung neutrino; tak ada arah neutrino
atau informasi energi yang tersedia.
Detektor “bayang-cincin” mengambil keuntungan cahaya Cherenkov yang dihasilkan oleh
partikel bermuatan yang bergerak melalui sebuah mdium lebih cepat daripada kecepatan cahaya
dalam medium tersebut. Dalam detektor ini, sebuah volue besar material bening (misal, air)
dikelilingi oleh tabung pengganda cahaya sensitif cahaya.
Sebuah lepton bermuatan dihasilkan dengan energi yang cukup menciptakan cahaya Cherenkov
yang meninggalkan sebuah pola karakteristik seperti cincin dari aktivitas pada susunan tabung
pengganda cahaya. Pola ini dapat digunakan untuk menduga arah, energi, dan (terkadang)
informasi cita rasa tentang neutrino datang.
Dua detektor berisi air dari tipe ini (Kamiokande dan IMB) merekam pancaran neutrino dari
supernova 1987a. Detektor terbesar demikian adalah Super-Kamiokande berisi air.
Observatorium Neutrino Sudbury (SNO) menggunakan air berat. Dalam tambahan interaksi
neutrino tersedia dalam sebuah detektor air reguler, deuterium dalam air berat dapat diuraikan
oleh neutrino.
Neutron bebas yang dihasilkan adalah yang berikutnya ditangkap, memancarkan semprotan sinar
gamma yang mana dideteksi. Seluruh tiga cita rasa neutrino berpartisipasi secara sama dalam
reaksi disosiasi ini.
Detektor MiniBooNE mengunakan minyak mineral murni sebagai medium deteksinya. Minyak
mineral adalah skintilator alami, sehingga patikel bermuatan tanpa energi yang cukup untuk
menghasilkan cahaya Cherenkov masih dapat menghasilkan cahaya skintilasi. Ini
memperkenankan muon dan proton energi rendah, tak nampak di air, menjadi terdeteksi.
Kalorimeter jejak semisal detektor MINOS, gunakan bidang bolak-balik dari material absorber
dan material detektor.
Bidang absorber menyediakan massa detektor sementara bidang detektor menyediakan informasi
jejak. Baja adalah sebuah pilihan absorber populer, menjadi rapat relatif dan tak mahal dan
memiliki keuntungan yang dapat dimagnetisasi.
Nova mengajukan saran penggunaan papan partikel sebagai cara yang murah mempeoleh jumlah
yang besar dari kerapatan massa yang kecil.
Detektor aktif seringkali adalah skintilator plastik atau cairan, dibaca dengan jelas menggunakan
tabung pembesar foto, meskipun berbagai jenis bak ionisasi juga telah digunakan. Kalorimeter
penjejak hanya berguna untuk neutrino energi tinggi (skala GeV). Pada energi-energi ini,
interaksi arus netral muncul sebagai penunjuk jejak hadron dan interaksi arus bermuatan
diidentifikasi dengan kehadiran jejak lepton bermuatan (mungkin sepanjang bentuk jejak
hadron).
Muon dihasilkan dalam interaksi arus bermuatan yang meninggalkan jejak tembus yang panjang
dan mudah untuk ternoda. Panjang jejak muon ini dan kelengkungannya dalam medan magnetik
menyediakan informasi energi dan muatan (µ + terhadap µ -).
Sebuah elektron dalam detektor menghasilkan “gerimis” elektromagnetik yang dapat dibedakan
dari “gerimis” hadron jika granularas dari detektor aktif adalah kecil dibandingkan dengan luasan
fisis “gerimis”.
Lepton tau meluruh secara esensial dengan segera terhadap kedua pion atau lepton bermuatan
lain, dan tak dapat diamati secara langsung dalam jenis detektor ini.
(Untuk mengamati secara langsung tau, pengamat secara khas mencari sebuah kink dalam jejak
di emulsi fotografi.)
Kebanyakan eksperimen neutrino harus mengalamatkan fluks sinar kosmis yang membombardir
permukaan bumi. Eksperimen neutrino energi lebih tinggi (di atas 50 MeV) seringkali
mencangkup atau meliputi detektor utama dengan sebuah detektor “veto” yang mengungkapkan
ketika sinar kosmis melewati detektor utama, memperkenankan aktivitas yang bersesuaian dalam
detektor utama diabaikan (“diveto”). Untuk eksperimen energi rendah, sinar kosmis tidaklah
secara langsung suatu masalah.
Sebagai ganti, neutron-neutron spalasi dan radioisotop yang dihasilkan oleh sinar kosmis dapat
menyerupai sinyal fisika yang dihasilkan. Untuk eksperimen ini, solusi adalah menempatkan
detektor di kedalaman bawah tanah sehingga bumi di atasnya dapat mengurangi laju sinar
kosmis hingga tingkat yang dapat ditoleransi.
Kuark Up
Kuark up adalah kuark generasi pertama dengan muatan +(2/3)e. Adalah yang paling ringan dari
seluruh kuark, dengan massa polos antara 1,5 dan 4 MeV. Menurut Model Standard fisika
partikel, dua kuark stabil ini adalah isi fundamental dari nukleon; proton mengandung dua kuark
up dan sebuah kuark down, sedangkan neutron mengandung satu kuark up dan dua kuark down.
Catat bahwa mayoritas massa dalam nukleon berasal dari energi dalam medan gluon mengikat
kuark bersama-sama, dan bukan massa kuark itu sendiri).
Kuark up ditemukan ketika Gell-Mann dan Zweig mengembangkan model kuark pada tahun
11964, dan bukti pertama untuk penemuan mereka ditemukan dalam eksperimen hamburan tak
elastik di SLAC pada tahun 1967.
Kuark down
Kuark down adalah kuark generasi pertama dengan muatan -(1/3)e. Ini adalah kuark paling
ringan kedua dari seluruh kuark, dengan massa polos antara 4 dan 8 MeV. Menurut Model
Standard fisika partikel, dua kuark stabil ini adalah penyusun fundamental dari nukleon; proton
mengandung satu kuark down dan dua kuark up, sedangkan neutron mengandung dua kuark
down dan satu kuark up.
(Catat bahwa sebagian besar massa nukleon berasal dari energi dalam medan gluon yang
mengikat kuark bersama-sama, dan bukan massa kuark itu sendiri.)
Kuark down dditemukan ketika Gell-Mann dan Zweig mengembangkan model kuark pada tahun
1964, dan bukti pertama untuk mereka ditemukan dalam eksperimen hamburan tak elastik di
SLAC pada tahun 1967.
Kuark Pesona
Kuark pesona adalah kuark generasi kedua dengan muatan +(2/3)e . Ini adalah kuark paling
masif ketiga pada 1,3 GeV (sebuah bit lebih dari massa proton). Ini diprediksi pada tahun 11970
oleh Sheldon Glashow, John Iliopoulos, dan Luciano Maiani, dan pertama-tama diamati pada
tahun 11974, dengan penemuan partikel pesona J/? di SLAC oleh grup yang dipimpin oleh
pemenang Nobel dan fisikawan Amerika Burton Richer.
Kuark Aneh
Kuark aneh adalah sebuah kuark generasi kedua dengan sebuah muatan -(1/3)e dan keanehan -1.
Ini adalah kuark paling ringan kecuali untuk kuark up dan down, dengan sebuah massa antara 80
dan 130 MeV. Partikel aneh pertama (partikel yang mengandung sebuah kuark aneh) ditemukan
pada tahun 1947, dengan identifikasi kaon, tetapi kuark aneh itu sendiri tidaklah diidentifikasi
hingga Gell-Mann dan Zweig mengembangkan model kuark pada tahun 1964.
Kuark Top
Kuark top adalah kuark generasi ketiga dengan muatan +(2/3)e. Meskipun seluruh kuark
dideskripsikan dalam cara serupa dengan teori Kromodinamika Kuantum, kuark top benar-benar
paling masif: sebagaimana tahun 2005 massa kuark top diukur sekitar 173 GeV (secara dekat
seberat inti emas).
Dikarenakan hal ini, ia meluruh begitu cepat sehingga ia tidak hadronize (menawarkan
kesempatan jarang untuk mempelajari kuark “polos”); jadi tanda eksperimental dari kuark top
adalah tanda partikel ia hampir selalu meluruh menjadi: kuark bottom dan sebuah boson W.
Telah disarankan bahwa massa besar tak diharapkan adalah indikator sumpersimetri.
Kuark top ditemukan pada tahun 1995 di Fermilab, dimana pemercepat Tevatron menyisakan
hanya energetik pemercepat partikel yang cukup untuk menghasilkan kuark top.
Pada penemuannya, suatu usaha yang gagah berani dibuat oleh banyak fisikawan partikel untuk
menamainya “Kebenaran (truth)”, berpasangan dengan “Cantik (beauty)”. Lisensi puisi memberi
jalan pragmatis, dan kuark dinamai Top (puncak) dan bottom.
Kuark top adalah generasi ketiga kuark tipe up dengan muatan +(2/3)e. Ia ditemukan pada tahun
1995 oleh eksperimen CDF dan D0 di Fermilab, dan sejauh ini dikenal sebagai partikel
elementer yang paling masif. Massanya terukur sekarang ini pada 174.2±3.3 GeV, sedekat berat
inti emas.
Kuark top berinteraksi utamanya dengan interaksi kuat namun hanya dapat meluruh melalui gaya
lemah. Ia hampir secara eklusif meluruh menjadi W boson dan kuark bottom. Model Standar
memprediksi waktu hidupnya secara kasar 1×10-25 detik; ini sekitar 20 kali lebih pendek
dibanding skala waktu untuk interaksi kuat, dan oleh karenanya ia tidaklah hadronize, memberi
fisikawan kesempatan unik untuk mempelajari kuark “polos”.
Sejarah
Dalam tahun-tahun yang mengarah ke penemuan kuark top, disadari bahwa pengukuran presisi
tertentu dari massa boson vektor elektrolemah dan kopling sangat sensitif terhadap nilai massa
kuark top.
Efek-efek ini menjadi jauh lebih besar untuk nilai tinggi massa kuark top dan oleh karena itu
dapat secara tak langsung melihat kuark top bahkan jika ia tak dapat secara langsung dihasilkan
dalam sembarang percobaan pada saat itu.
Efek yang paling besar dari massa kuark top adalah pada parameter T dan pada tahun 1994
presisi dari pengukuran tak langsung ini membawa pada prediksi massa kuark top menjadi antara
145 GeV dan 185 GeV. Ini adalah perhitungan presisi yang membawa Gerardus ‘t Hooft dan
Martinus Veltman memenangkan Hadiah Nobel Fisika tahun 1999.
Kuark top ditemukan pada tahun 1995 di Fermilab, yang mana pemercepat Tevatron menyisakan
hanya pemercepat partikel energetik cukup untuk menghasilkan kuark top (hingga LHC dan
CERN tiba pada tahun 2008).
Produksi dan Peluruhan
Mulai dari tahun 2007, Tevatron Fermilab adalah hanya tempat di dunia dimana kuark top dapat
dihasilkan. Tevatron adalah kompleks pemercepat yang mana menumbukkan proton dan anti
proton pada pusat energi momentum 1.96 TeV. Terdapat dua proses produksi utama:
•Produksi pasangan melalui interaksi kuat. Proses ini pertama kali diamati secara serempak oleh
dua kolaborasi eksperimental pada Fermilab, CDF dan D0 pada tahun 1995. •Produksi tunggal
melalui interkasi lemah. Mulai Desember 2006, kejadian tiga-sigma telah diamati untuk proses
produksi ini oleh Kolaborasi D0 di Fermilab.
Massa Kuark Top dan Hubungannya dengan Boson Higgs
Model Standar mendeskripsikan massa fermion melalui mekanisme Higgs. Boson Higgs
memiliki kopling Yukawa terhadap kuark top sisi kiri dan kanan. Setelah perusakan simetri
elektrolemah (ketika Higgs memperoleh nilai ekspektasi vakum), campuran komponen sisi kiri
dan kanan, menjadi suku massa. Kopling Yukawa kuark top memiliki nilai, dimana adalah nilai
dari nilai ekspektasi vakum Higgs.
Kuark Bottom
Kuark bottom adalah kuark generasi ketiga dengan muatan –(1/3)e. Meskipun seluruh kuark
dideskripsikan dalam cara serupa oleh teori Kromodinamika Kuantum, massa besar kuark
bottom (sekitar 4 GeV, atau empat kali massa proton) memberinya tanda berbeda yang
membuatnya relatif mudah untuk mengidentifikasi secara eksperimental (sebuah teknik yang
disebut B-tagging).
Karena tiga generasi kuark diperlukan untuk pelanggaran CP, meson mengandung kuark bottom
adalah partikel paling mudah untuk digunakan menyelidiki fenomena; hal ini dilakukan pada
eksperimen BaBar dan Belle.
Kuark bottom juga terkemuka karena ia adalah hasil dalam hampir seluruh peluruhan kuark top,
dan hasil peluruhan yang sering untuk Boson Higgs hipotesis jika ia cukup ringan. Kuark bottom
ditemukan di Fermilab pada tahun 1977.
Sifat-sifat
Foton secara umum dikaitkan dengan cahaya nampak, namun hal ini sesungguhnya hanya bagian
terbatas dari spektrum elektromagnetik. Seluruh radiasi elektromagnetik dikuantisasi sebagai
foton: yakni, jumlah paling kecil radiasi elektromagnetik yang dapat ada dalam satu foton, apa
pun panjang gelombangnya, frekuensinya, energi atau momentumnya.
Foton adalah partikel fundamental. Foton dapat dihasilkan dan dimusnahkan ketika berinteraksi
dengan partikel lain, namun tak diketahui meluruh pada diri mereka sendiri. Tak seperti
kebanyakan partikel, foton tak memiliki massa intrinsik yang dapat dideteksi atau “massa diam”
(berlawanan dengan massa relativistik). Foton selalu bergerak pada kecepatan cahaya (yang
bervariasi menurut medium dimana foton menjalar) berkenaan dengan seluruh pengamat.
Di samping ketiadaan massa, foton memiliki momentum yang sebanding dengan frekuensi
mereka (atau berbanding terbalik dengan panjang gelombang mereka), dan momentum ini dapat
ditransfer ketika foton menumbuk materi(seperti bola bilyar yang bergerak mentransferkan
momentum ke bola lain).
Ini dikenal sebagai tekanan radiasi, dimana mungkin suatu hari digunakan untuk pendorong
dengan layar matahari. Foton dibelokkan oleh medan gravitasi dua kali sebanyak mekanika
Newton prediksi untuk massa yang menjalar pada kecepatan cahaya dengan momentum yang
sama sebagaimana foton.
Pengamatan ini pada umumnya dirujuk sebagai bukti pendukung relativitas umum, teori gravitasi
yang sangat sukses yang dipublikasikan pada tahun 1915 oleh Albert Einstein. Dalam relativitas
umum, foton selalu menjalar dalam garis “lurus”, setelah mempertimbangkan kelengkungan
ruang –waktu. (Dalam ruang lengkung, ini disebut geodesik).
Penciptaan Foton
Foton dihasilkan oleh atom ketika elektron terikat bergerak dari satu orbital menuju orbital yang
lain dengan lebih sedikit energi. Foton dapat juga diemisikan oleh inti atom tak stabil ketika ia
mengalami beberapa tipe peluruhan inti atom. Lebih jauh, foton dihasilkan kapan pun partikel
bermuatan dipercepat.
Atom secara kontinyu mengemisikan foton dikarenakan tumbukan mereka satu sama lain.
Distribusi panjang gelombang foton-foton ini dikaitkan dengan temperatur absolut mereka
(biasanya dalam Kelvin).
Distribusi Maxwell-Boltzmann menyediakan probabilitas foton menjadi panjang gelombang
tertentu ketika diemisikan oleh himpunan atom pada temperatur yang diberikan. Spektrum foton
demikian secara normal ditemukan dalam jangkauan antara gelombang mikro dan merah infra,
namun objek panas akan mengemisikan cahaya tampak juga.
Sebagaimana temperatur lebih jauh meningkat, beberapa foton akan mencapai bahkan frekuensi
tinggi, semisal ultra ungu dan sinar-X. Radio, televisi, radar dan tipe lain transmiter digunakan
untuk telekomunikasi dan remote sensing secara rutin menciptakan jenis yang lebar dari foton
energi rendah dengan osilasi medan listrik dalam konduktor.
Magnetron mengemisikan foton koheren digunakan dalam oven mikrowave rumah tangga.
Tabung klystron digunakan ketika emisi gelombang mikro harus lebih baik dikendalikan.
Maser dan laser menciptakan foton monokromatik dengan emisi stimulasi. Lebih banyak foton
energetik dapat diciptakan oleh transisi nuklir, pemusnahan partikel-anti partikel, dan dalam
tumbukan partikel energi tinggi.
Spin
Foton memiliki spin 1 dan mereka oleh karenanya dikelompokkan sebagai boson. Foton
memediasi medan elektromagnetik. Yakni, mereka adalah partikel yang memungkinkan partikel
lain berinteraksi satu sama lain secara elektromagnetik dan dengan medan elektromagnetik,
sehingga mereka adalah gauge boson.
Secara umum, boson dengan spin 1 seharusnya dapat diamati dengan tiga proyeksi spin berbeda
(-1, 0, dan 1). Akan tetapi, proyeksi nol akan memerlukan kerangka dimana foton pada keadaan
diam.
Karena massa (diam) adalah nol, sehingga kerangka tak ada, menurut teori relativitas. Sehingga
foton dalam ruang kosong selalu menjalar pada kecepatan cahaya, dan menunjukkan hanya dua
proyeksi spin, berhubungan dengan dua polarisasi sirkuler berlawanan.
Oleh karena massa intrinsik nol, foton oleh karenanya selalu terpolarisasi secara transversal,
dalam cara yang sama sebagaimana gelombang elektromagnetik, dalam ruang kosong.
Gluon
Dalam fisika partikel, gluon memediasi interaksi kuat dari kuark dalam kromodinamika
kuantum. Bukti eksperimental pertama dari gluon ditemukan pada tahun 1979 ketika tiga
peristiwa jet teramati dalam collider elektron-positron yang disebut PETRA di DESY Hamburg.
Studi kuantitatif hamburan sangat tak elastik (deep inelastic scattering) di Stanford Linear
Accelerator Center megukuhkan keberadaan mereka satu dekade sebelumnya. Kegagalan
pencarian kuark bebas telah membawa ide kurungan kuark.
Gluon juga kebagian sifat ini dengan menjadi terkurung dalam hadron. Dengan lebih baik,
kurungan adalah sifat yang mengatakan bahwa muatan warna bebas tak ada. Satu konsekuensi
adalah bahwa gluon tidak tercangkup dalam gaya nuklir. Mediator gaya untuk hal ini adalah
hadron lain yang disebut meson.
Gluon adalah boson vektor; ia memiliki spin satu. Biasanya partikel vektor memiliki tiga
keadaan spin, namun invariansi gauge mereduksi jumlah keadaan spin dari gluon menjadi dua.
Ia memiliki paritas intrinsik negatip, dan memiliki isospin nol. Dalam teori medan kuantum,
invariansi gauge tak rusak mempersyaratkan ahwa boson gauge memiliki massa nol (meskipun
batas eksperimental untuk massa gluon adalah sedikit MeV).
Tak seperti foton tunggal dari QED atau tiga boson W dan Z dari interaksi lemah, terdapat
delapan tipe independen dari gluon dalam QCD.
Secara teknis QCD adalah teori gauge dengan simetri gauge SU(3). Kuark diperkenalkan sebagai
medan Dirac dalam Nf flavour, masing-masing dalam representasi fundamental (triplet) dari
grup gauge warna, SU(3). Gluon adalah medan vektor dalam representasi adjoint (octet) dari
warna SU(3).
Dalam fase normal dari QCD, ini diprediksi bahwa terdapat hadron yang dibentuk secara
keseluruhan dari gluon – disebut bola lem (glueball).
Terdapat juga dugaan tentang eksotik yang lain di mana gluon riil (berlawanan dengan yang
nyata ditemukan dalam hadron biasa) akan menjadi pengisi utama.
Pada temperatur ekstrim, bentuk plasma gluon kuark, dimana tak ada hadron, dan gluon menjadi
partikel bebas.
Graviton
Di fisika, graviton adalah partikel elementer hipotesis yang mentransmisikan gaya gravitasi
dalam kebanyakan sistem gravitasi kuantum.
Untuk melakukan hal ini, satu teori mengusulkan sebagai fakta bahwa graviton harus selalu
tarik-menarik (gravitasi tak pernah tolak-menolak), bekerja jarak jauh (gravitasi adalah
universal) dan hadir dalam jumlah tak terbatas (untuk menyediakan kekuatan besar bintang-
bintang dekat). Dalam teori kuantum, persyaratan ini mendefinisikan sebuah spin genap (spin 2
dalam kasus ini) boson dengan massa diam nol.
Graviton dipostulatkan secara sederhana karena teori kuantum begitu sukses dalam medan lain.
Sebagai contoh, interaksi elektromagnetik dapat begitu sukses dijelaskan dengan penerapan
kuantisasi foton, sains dikenal sebagai elektrodinamika kuantum.
Dalam kasus ini foton secara kontinyu diciptakan dan dimusnahkan oleh seluruh partikel
bermuatan, dan interaksi antara foton-foton ini menghasilkan efek serupa dari listrik dan magnet.
Dalam cara yang sama, gaya nuklir kuat Dan gaya nuklir lemah dimediasi oleh gluon dan oleh
boson W dan Z.
Diberikan sukses luas teori kuantum dalam menjelaskan gaya-gaya dasar di alam semesta kecuali
gravitasi, ini kelihatan natural bahwa metode yang sama bekerja baik pada gravitasi juga.
Banyak usaha pada akhirnya menuju pengantar graviton tak nampak, yang akan bekerja daam
bentuk serupa terhadap proton, gluon dst.
Diharapkan bahwa hal ini akan secara cepat menuju teori gravitasi kuantum, meskipun
matematika menjadi tergulungb dan teori konsisten internal telah muncul.
Boson W dan Z
Dalam fisika, boson W dan Z adalah partikel elementer yang memediasi gaya nuklir lemah.
Penemuan mereka di CERN pada tahun 1983 telah digembar-gemborkan sebagai sukses utama
Model Standar fisika partikel.
Partikel W dinamai setelah gaya nuklir kuat. Partikel Z adalah semi humor diberi nama demikian
karena ia dikatakan sebagai partikel terakhir yang perlu ditemukan. Penjelasan yang lain adalah
bahwa partikel Z menurunkan namanya dari fakta bahwa ia memiliki muatan listrik nol.
Prediksi W dan Z
Menurut sukses spektakuler elektrodinamika kuantum dalam tahun 1950-an, usaha-usaha
dilakukan untuk memformulasikan teori serupa dari gaya nuklir lemah.
Ini berpuncak sekitar tahun 1968 dalam teori gabungan elektromagnetik dan interaksi lemah oleh
Sheldon Glashow, Steven Weinberg dan Abdus Salam, dimana mereka berbagi Hadiah Nobel
Fisika tahun 1979. Teori elektrolemah mereka dipostulatkan tak hanya boson W yang diperlukan
untuk menjelaskan peluruhan beta, namun juga boson Z baru yang belum pernah teramati.
Fakta bahwa boson W dan Z memiliki massa sementara foton tak bermassa adalah rintangan
utama dalam pengembangan teori elektrolemah. Partikel-partikel ini secara akurat dideskripsikan
oleh teori gauge SU(2), namun boson-boson dalam teori gauge harus tak bermassa.
Sebagai sebuah kasus, foton tak bermassa karena elektromagnetik dideskripsikan oleh teori
gauge U(1). Beberapa mekanisme diperlukan untuk merusak simetri SU(2), memberi massa
terhadap W dan Z dalam proses.
Satu penjelasan, mekanisme Higgs, disampaikan oleh Peter Higgs akhir tahun 1960-an. Hal ini
memprediksi keberadaan partikel yang belum ditemukan, boson Higgs.
Kombinasi teori gauge SU(2) dari interaksi lemah, interaksi elektromagnetik dan mekanisme
Higgs dikenal sebagai model Glashow-Weinberg-Salam. Hari ini model tersebut secara luas
diterima salah satu dari pilar Model standar fisika partikel.
Hingga tahun 2003, hanya prediksi Model Standar yang belum ditetapkan secara eksperimental
adalah keberadaan boson Higgs.
Penemuan W dan Z
Penemuan partikel W dan Z adalah cerita sukses utama CERN. Pertama, pada tahun 1973,
datang pengamatan interaksi arus netral sebagaimana diprediksi oleh teori elektrolemah.
Kamar gelembung Gargamelle besar memfoto lintasan beberapa elektron tiba-tiba mulai
bergerak, nampaknya dari persesuaian milik mereka. Hal ini ditafsirkan sebagai neutrino yang
berinteraksi dengan elektron dengan mempertukarkan Z boson yang tak tampak.
Neutrino adalah cara lain yang tak terdeteksi, sehingga hanya efek teramati adalah momentum
yang disampaikan ke elektron oleh interaksi. Penemuan partikel W dan Z harus menunggu
pembangunan akselerator partikel yang cukup tenaga untuk menghasilkan mereka.
Mesin pertama demikian yang tersedia adalah Super Proton Synchrotron, dimana sinyal terang
partikel W terlihat pada Januari 1983 selama serangkaian eksperimen yang dilakukan oleh Carlo
Rubia dan Simon van der Meer. (Eksperimen aktual disebut UA1 (dipimpin oleh Rubia) dan
UA2, dan adalah usaha kolaborasi dari banyak orang. Van der Meer adalah daya penggerak
ujung akselerator (pendingin stokastik).)
UA1 dan UA2 menemukan Z beberapa bulan kemudian, dalam bulan Mei 1983. Rubbia dan van
der Meer dengan segera dianugerahi Hadiah Nobel Fisika, sebuah tahapan yang sangat tak biasa
untuk Yayasan Nobel yang konservatif.
Misteri Magnetic Monopole
Posted in Science by Dhani on the October 4th, 2009
Sempat kaget juga, dan bahkan setengah tidak percaya waktu membaca artikel ini, yang
menyatakan bahwa magnetic monopole sudah berhasil diamati. Ah, masa iya salah satu holy
grail fisika bisa secepat itu ditemukan?
Ternyata, setelah dibaca lebih lanjut detailnya, antara lain pada paper aslinya, tampaknya yang
telah ditemukan adalah ‘quasiparticles‘ yang merupakan keadaan kuantum dari sebuah sistem
banyak benda. ‘Quasiparticles‘ memang bisa memiliki sifat unik seperti muatan pecahan atau
spin yang tidak memenuhi statistik Bose-Einstein maupun Fermi-Dirac.
Tapi pertanyaannya sekarang, kalau monopole yang dimaksud benar-benar partikel elementer,
maka apakah ini berarti menggoyahkan validitas salah satu persamaan Maxwell: div H = 0?
Sekedar mengingatkan saja, soal persamaan Maxwell dan hubungannya dengan magnetic
monopole pernah saya tulis di sini, walaupun hanya dalam konteks bercanda.
Point berikutnya adalah, kalaupun itu adalah quasiparticle, tetap agak sulit dipahami bagaimana
dipole-dipole sebagai “building blocks” dapat menghasilkan efek resultan sebagai monopole?
Soalnya, akan lebih mudah memahami efek dari kombinasi dua dipole untuk menghasilkan
dipole yang lebih kuat, quadrupole, atau netral, tergantung pada orientasi relatif antar keduanya.
Magnetic monopole sebenarnya sudah dipostulatkan sejak zaman Paul Dirac. Tahun 1934, dalam
satu paper klasiknya, Dirac menganalisis kemungkinan eksisnya magnetic monopole dalam
konteks Abelian gauge theory (Maxwell electrodynamics). Dirac sampai pada kesimpulan bahwa
keberadaan magnetic monopole dapat menjelaskan mengapa muatan listrik terkuantisasi.
Tentu saja, seperti yang kita tahu, mempostulatkan eksistansi muatan magnetik secara naif dapat
membawa implikasi akan tidak konsistennya persamaan Maxwell. Namun Dirac menunjukkan
bahwa ketidak konsistenan tersebut dapat dihindari jika kita mengandaikan eksisnya suatu
sumbu singularitas yg ditarik dari titik pusat monopole menuju tak hingga. Singularitas garis
inilah yg dikenal sebagai Dirac String (tidak ada hubungannya dgn teori string!). Implikasi
fisisnya, potensial magnetik tak dapat didefinisikan untuk seluruh ruang, melainkan ada daerah
dimana terjadi overlap antara dua fungsi potensial magnetik yg berbeda (karena transformasi
gauge).
Di waktu yang hampir bersamaan pada tahun 1974, Gerardus t’Hooft dari Utrecht dan Alexander
Polyakov (pada waktu itu di Landau Institute, Moskow, sekarang berdomisili di Princeton)
mempostulatkan bahwa magnetic monopole eksis secara alamiah dalam kerangka non-abelian
gauge theory dimana grup transformasi gauge nya bersifat kompak (seperti dalam teori usang
Georgi-Glashow SO (3) untuk elektroweak), kontras dengan eksistensi magnetic monopole
dalam abelian gauge theory yang menuntut keberadan Dirac string.
Dalam teori gauge non-abelian, magnetic monopole muncul sebagai topological soliton (solusi
regular persamaan gerak non-linear yg memiliki densitas energi yg berhingga), dan muatan
magnetiknya dijelaskan oleh “muatan topologi”, kekal karena syarat batas (topologis) dan
independen dari persamaan geraknya; kontras dgn muatan listrik yg merupakan “muatan
Noether” (Noether charge) yang kekekalannya dijamin oleh persamaan geraknya.
Dan untuk point kedua, tampaknya itu adalah konsekuensi dari struktur kristal materi yang
dipelajari (spin ice material – materi yang memiliki struktur kristal sama dengan es), yang
memungkinkan konfigurasi eksitasi yang tidak lazim. Teorinya sendiri tampaknya sudah lama
beredar di komunitas fisika (silahkan lihat papernya di sini).
Lantas, bagaimana implikasi postulat Dirac tersebut terhadap persamaan div H = 0? Misalnya,
apakah dengan diperkenalkannya monopole persamaan div H = 0 harus termodifikasi menjadi
bentuk lebih umum yang memuat monopole di dalamnya? Kalau ya, dalam kondisi apa
persamaan tersebut tereduksi menjadi div H = 0?
Seperti yang kita tahu, div H = 0 mengimplikasikan absennya muatan magnetik. Dan dengan
demikian, induksi magnetik H dapat diekspresikan sebagai H = curl A, untuk suatu kuantitas
vektor A, lazim dinamakan potensial vektor (/magnetik). Jika kita postulatkan eksisnya muatan
magnetik, div H = m, maka H tidak dapat lagi diekspresikan sebagai suatu curl dari potensial
vektor A, dan kita harus mengkonstruksi suatu potensial vektor yg lain agar konsisten dengan
persamaan div H = m.
Hal ini tidak menjadi masalah dalam elektrodinamika klasik, karena potensial skalar (/elektrik)
phi dan potensial vektor (/magnetik) A diperkenalkan sebagai sarana matematika saja untuk
merumuskan medan listrik dan magnet. Kuantitas fisis yg bisa diukur adalah E dan H (medan
listrik dan magnet). Kita dapat meredefinisi, atau bahkan membuang kuantitas A jika ia tak lagi
konsisten dengan perumusan E dan H. Namun dalam mekanika kuantum, hal ini menjadi
problem, karena ternyata potensial vektor A merupakan observabel fisis! (lihat fenomena Bohm-
Aharonov). Oleh karena itu, mau tidak mau kita harus tetap menggunakan identitas: H = curl A,
agar konsisten dengan perumusan kuantum.
Kalau begitu, bagaimana hal ini bisa konsisten dengan perumusan muatan magnetik? Jelas secara
kalkulus vektor kita dapat dengan mudah melihat bahwa div curl A = 0, kontradiktif dengan div
H = m.
Dirac mengusulkan trik yg jenius untuk memecahkan masalah ini. Menurut Dirac (yang
dirumuskan kembali oleh Wu dan Yang), sebagai vektor, A tetap eksis. Hanya saja, tidak
terdefinisi untuk seluruh ruang (global). Ada daerah dimana vektor potensial A tidak terdefinisi
(“ill-defined“), sedemikian hingga integral dari div H untuk seluruh ruang memberikan hasil M,
total muatan magnetik. Maka, untuk meng-cover seluruh ruang dibutuhkan vektor potensial A
lain, sehingga kemudian ada daerah dimana terjadi overlap antara kedua potensial vektor
tersebut. Karena secara fisis kedua vektor harus sama, maka mereka hanyalah terbedakan oleh
transformasi gauge, berupa kelipatan bilangan bulat. Dari kelipatan bilangan bulat inilah
(“dengan menggunakan Hamiltonian pada mekanika kuantum), kita bisa memperoleh kuantisasi
muatan listrik.
So, kalau magnetic monopole benar-benar eksis, apa yang menyebabkannya tidak mudah
dideteksi? Sementara itu, sebagai pembanding, charge monopole sangat berlimpah.
Mengenai hal itu, t’Hooft menunjukkan bahwa massa monopole berbanding terbalik dengan
konstanta kopling (fine structure constant). Secara kuantitatif, massa monopole = 137*Mw,
dimana Mw adalah massa boson vektor. (Ini adalah salah satu properti dari topological soliton
yg merupakan fenomena non-perturbatif, dimana massa/energi nya selalu berbanding terbalik
dgn konstanta kopling teori yg berkaitan, sehingga informasinya tidak bisa diekstrak melalui
metode perturbatif macam diagram Feynman).
Dari sini terlihat bahwa monopole, kalaupun eksis, sangatlah masif (heavy)! Tidaklah heran
kalau sampai sekarang ia belum ditemukan.
Alasan kedua, monopole sebagai topological soliton (dalam konteks teori grup non-abelian)
hanya eksis jika grup gauge yg bersangkutan kompak. Satu contoh adalah teori Georgi-Glashow
SO(3) untuk electroweak. Teori ini memperkenankan eksisnya monopole. Sayangnya teori ini
sudah ketinggalan jaman karena kalah berkompetisi dengan teori electroweak Weinberg-Salam
yang terbukti kebenarannya dengan ditemukannya neutral current di CERN tahun 70an. Namun
demikian, teori Weinberg-Salam ini berbasis pada grup gauge yang tidak kompak, SU(2)xU(1).
Konsekuensinya, tidak ada magnetic monopole dalam teori electroweak Weinberg-Salam. Jika
grand unified theory (yang saat ini masih dikonstruksi) satu saat nanti sudah established, dan
berbasis pada grup gauge yg kompak, maka GUT monopole haruslah eksis, dimana massanya
amatlah masif: 137 kali massa superheavy vektor boson!
Artikel-artikel populer :
» daftar artikel
Pengantar
Berpulangnya Duc Prinz Louis de Broglie, fisikawan teori Perancis, bulan Maret lalu pada usia 94 tahun,
mengakhiri kehadiran perintis teori kuantum yang hidup di tengah kita. Mereka adalah pendobrak ilmu
dengan gagasan-gagasan revolusioner pada awal abad ini yang memberi wajah baru bagi fisika, guna
memahami alam atom yang mini. Ini, pada gilirannya, membuka jalan ke berbagai temuan teknologi
menakjubkan, seperti transistor dan laser, yang tidak diduga sebelumnya. Untuk mengenang perintis
kuantum terakhir ini, tulisan berikut mencoba memberi gambaran sekilas tentang karya dan biografinya.
Adalah Max Planck (1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang mencetuskan gagasan awal tentang
teori kuantum. Ini lahir dari upayanya untuk menjelaskan teka-teki fisika yang berkaitan dengan pancaran
tenaga (energi) gelombang elektromagnet oleh benda (hitam) panas. Pemecahannya ia temukan pada
1901 dengan anggapan bahwa "tenaga gelombang elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam
bentuk catu-catu tenaga (diskrit) yang sebanding dengan frekuensi gelombang elektromagnet".
Catu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya). Dengan demikian,
tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya
memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan sekadar sebagai
suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya sebagai orang pertama
yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek
fotolistrik", yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari cahaya
(gelombang elektromagnet).
Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh kuanta-kuanta cahaya
yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut Einstein, foton. Dengan demikian,
cahaya (gelombang elektromagnet) yang mulanya dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula
sebagai partikel oleh Einstein.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan
percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan
namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel
Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton
membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga
elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar
100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak
yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas
perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan
mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini
ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika
Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia
pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang
telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan
dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam
yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan
maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron,
momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang
gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron
dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Tantangan
Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika Perancis, Annales de Physique.
Namun, luput dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan
penalaran matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin,
yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika
dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada
Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan
sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan
Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922
dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain
memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang
memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun 1925 dalam sebuah
makalah ringkas dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan
eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka - apalagi oleh
seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-1961), fisikawan teori Austria,
merumuskan suatu persamaan matematika yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel
dalam berbagai sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika Newton
(klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau
lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai
data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan
untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 -
?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan
perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan
oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian mengukuhkan penerimaan gelombang partikel yang diikuti
dengan dianugerahkannya hadiah Nobel Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan
keilmuan bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner.
Louis Victor Pierre Raymon de Broglie lahir pada 15 Agustus 1892 di Dieppe, Perancis. Keturunan de
Broglie, yang berasal dari Piedmont, Italia barat laut cukup dikenal dalam sejarah Perancis karena
mereka telah melayani raja-raja Perancis baik dalam perang dan jabatan diplomatik selama beratus
tahun.
Pada 1740, Raja Louis XI mengangkat salah satu anggota keluarga de Broglie, Francois Marie (1671-
1745) sebagai Duc (seperti Duke di Inggris), suatu gelar keturunan yang hanya disandang oleh anggota
keluarga tertua. Putra Duc pertama ini ternyata membantu Austria dalam Perang Tujuh Tahun (1756-
1763). Karena itu, Kaisar Perancis I dari Austria menganugerahkan gelar Prinz yang berhak disandang
seluruh anggota keluarga de Broglie.
Dengan meninggalnya saudara tertua Louis, Maurice, juga fisikawan (eksperimen), pada 1960, maka
Louis serempak menjadi Duc Perancis (ke-7) dan Prinz Austria.
Louis mulanya belajar pada Lycee Janson de Sailly di Paris dan memperoleh gelar dalam sejarah pada
1909. Ia menjadi tertarik pada ilmu pengetahuan alam karena katanya, "terpengaruh oleh filsafat dan
buku-buku Henry Poincare (1854-1912)", matematikawan besar Perancis.
Pada 1910, Louis memasuki Universitas Paris untuk menyalurkan minatnya dalam ilmu pengetahuan.
Tahun 1913 ia peroleh licence dalam ilmu pengetahuan dari Faculte des Sciences. Studinya kemudian
terputus karena berkecamuknya Perang Dunia I. Barulah pada usia 32, Louis meraih gelar doktornya
dalam fisika teori dengan tesis tentang gelombang partikel di atas. Ia kemudian memulai karier
mengajarnya di Universitas Paris dan Institut Henry Poincare pada 1928.
Pada 1945, Louis dan kakaknya Maurice diangkat sebagai anggota dewan Komisi Tinggi Tenaga Atom
Perancis. Mereka menaruh perhatian besar pada pengembangan tenaga atom untuk tujuan damai dan
mempererat pertalian antara ilmu dan industri.
Hingga akhir hidupnya, Louis de Broglie menjabat sebagai sekretaris tetap pada Akademi Ilmu
Pengetahuan Perancis. Dalam jabatannya ini ia tetap mendesak badan tersebut mempertimbangkan
secara mendalam berbagai akibat berbahaya dari ledakan bom hidrogen (termonuklir).
Perhatiannya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan dan perdamaian membuat ia patut dikenang
oleh setiap pecinta ilmu dan perdamaian!
Louis de Broglie : Perintis Kuantum Terakhir
Hans J. Wospakrik (Fisika ITB)
Pengantar
Berpulangnya Duc Prinz Louis de Broglie, fisikawan teori Perancis, bulan Maret lalu pada usia 94 tahun,
mengakhiri kehadiran perintis teori kuantum yang hidup di tengah kita. Mereka adalah pendobrak ilmu
dengan gagasan-gagasan revolusioner pada awal abad ini yang memberi wajah baru bagi fisika, guna
memahami alam atom yang mini. Ini, pada gilirannya, membuka jalan ke berbagai temuan teknologi
menakjubkan, seperti transistor dan laser, yang tidak diduga sebelumnya. Untuk mengenang perintis
kuantum terakhir ini, tulisan berikut mencoba memberi gambaran sekilas tentang karya dan biografinya.
Adalah Max Planck (1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang mencetuskan gagasan awal tentang
teori kuantum. Ini lahir dari upayanya untuk menjelaskan teka-teki fisika yang berkaitan dengan pancaran
tenaga (energi) gelombang elektromagnet oleh benda (hitam) panas. Pemecahannya ia temukan pada
1901 dengan anggapan bahwa "tenaga gelombang elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam
bentuk catu-catu tenaga (diskrit) yang sebanding dengan frekuensi gelombang elektromagnet".
Catu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya). Dengan demikian,
tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya
memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan sekadar sebagai
suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya sebagai orang pertama
yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan "efek
fotolistrik", yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari cahaya
(gelombang elektromagnet).
Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh kuanta-kuanta cahaya
yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut Einstein, foton. Dengan demikian,
cahaya (gelombang elektromagnet) yang mulanya dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula
sebagai partikel oleh Einstein.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan
percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan
namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel
Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton
membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa "bagian tenaga
elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar
100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak
yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas
perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan
mengemukakan bahwa "partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini
ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika
Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia
pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang
telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang
"berkaitan" dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan
dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam
yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan
maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron,
momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang
gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron
dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Tantangan
Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika Perancis, Annales de Physique.
Namun, luput dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan
penalaran matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin,
yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika
dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada
Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan
sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan
Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922
dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain
memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang
memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun 1925 dalam sebuah
makalah ringkas dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan
eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka - apalagi oleh
seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-1961), fisikawan teori Austria,
merumuskan suatu persamaan matematika yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel
dalam berbagai sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika Newton
(klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau
lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai
data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan
untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 -
?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan
perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan
oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian mengukuhkan penerimaan gelombang partikel yang diikuti
dengan dianugerahkannya hadiah Nobel Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan
keilmuan bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner.
Louis Victor Pierre Raymon de Broglie lahir pada 15 Agustus 1892 di Dieppe, Perancis. Keturunan de
Broglie, yang berasal dari Piedmont, Italia barat laut cukup dikenal dalam sejarah Perancis karena
mereka telah melayani raja-raja Perancis baik dalam perang dan jabatan diplomatik selama beratus
tahun.
Pada 1740, Raja Louis XI mengangkat salah satu anggota keluarga de Broglie, Francois Marie (1671-
1745) sebagai Duc (seperti Duke di Inggris), suatu gelar keturunan yang hanya disandang oleh anggota
keluarga tertua. Putra Duc pertama ini ternyata membantu Austria dalam Perang Tujuh Tahun (1756-
1763). Karena itu, Kaisar Perancis I dari Austria menganugerahkan gelar Prinz yang berhak disandang
seluruh anggota keluarga de Broglie.
Dengan meninggalnya saudara tertua Louis, Maurice, juga fisikawan (eksperimen), pada 1960, maka
Louis serempak menjadi Duc Perancis (ke-7) dan Prinz Austria.
Louis mulanya belajar pada Lycee Janson de Sailly di Paris dan memperoleh gelar dalam sejarah pada
1909. Ia menjadi tertarik pada ilmu pengetahuan alam karena katanya, "terpengaruh oleh filsafat dan
buku-buku Henry Poincare (1854-1912)", matematikawan besar Perancis.
Pada 1910, Louis memasuki Universitas Paris untuk menyalurkan minatnya dalam ilmu pengetahuan.
Tahun 1913 ia peroleh licence dalam ilmu pengetahuan dari Faculte des Sciences. Studinya kemudian
terputus karena berkecamuknya Perang Dunia I. Barulah pada usia 32, Louis meraih gelar doktornya
dalam fisika teori dengan tesis tentang gelombang partikel di atas. Ia kemudian memulai karier
mengajarnya di Universitas Paris dan Institut Henry Poincare pada 1928.
Pada 1945, Louis dan kakaknya Maurice diangkat sebagai anggota dewan Komisi Tinggi Tenaga Atom
Perancis. Mereka menaruh perhatian besar pada pengembangan tenaga atom untuk tujuan damai dan
mempererat pertalian antara ilmu dan industri.
Hingga akhir hidupnya, Louis de Broglie menjabat sebagai sekretaris tetap pada Akademi Ilmu
Pengetahuan Perancis. Dalam jabatannya ini ia tetap mendesak badan tersebut mempertimbangkan
secara mendalam berbagai akibat berbahaya dari ledakan bom hidrogen (termonuklir).
Perhatiannya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan dan perdamaian membuat ia patut dikenang
oleh setiap pecinta ilmu dan perdamaian!